Anda di halaman 1dari 6

ANALISA JURNAL MK.

PENYAKIT DALAM
MANAGEMENT OF HYPERTHYROIDISM DURING PREGNANCY IN
ASIA

OLEH
NI PUTU MANIS MUSTIKA DEWI
P07124214 023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2016
Management Of Hyperthyroidism During Pregnancy In Asia

A. Latar Belakang

Hormon tiroid berfungsi mengatur aktivitas metabolisme dan seluler.


Memelihara keseimbangan hormon tiroid dalam batas normal selama kehamilan
sangat penting untuk mencegah dampak buruk. Gangguan fungsi tiroid selama
periode reproduksi lebih banyak terjadi pada wanita, sehingga tidak mengejutkan
jika banyak gangguan tiroid ditemukan pada wanita hamil. Pada kehamilan,
penyakit tiroid memiliki karakteristik tersendiri dan penanganannya lebih kompleks
pada kondisi tertentu. Kehamilan dapat mempengaruhi perjalanan gangguan tiroid
dan sebaliknya penyakit tiroid pun dapat pula mempengaruhi kehamilan. Diagnosis
dan pengobatab hipertiroid dalam kehamilan sulit dilakukan karena gejala sering
tumpang tindih dengan gejala kehamilan pada umumnya. Sehingga diperlukan cara
penatalaksanaan yang tepat agar ibu dan janin tetap sehat.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yang


dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengirim kuisioner elektronik
melalui email kepada anggota Dewan Asia Oceania Thyroid Association (AOTA)
dan kepada presiden anggota komunitas endokrin Asia. Tahap kedua dilakukan
dengan cara pemberian kuisioner kepada para ahli endokrin, internis dan dokter
umum yang hadir dalam pertemuan Asian Federation of Endocrine Societies
(AFES) 2013 yang diselenggarakan di Jakarta, Indonesia.

Kuisioner yang dibagikan terdiri dari skenario kasus klinis dan pertanyaan
yang berkaitan dengan praktek klinis tentang skrning serta pengelolaan
hipertiroidisme pada kehamilan. Ada 9 pertanyaan pilihan ganda pada diagnosis
dan pengobatan hipertiroidisme selama kehamilan. Responden diizinkan untuk
memberikan tanggapan mereka sendiri jika pilihan jawaban dari mereka tidak
termasuk dalam kuisioner. Analisis dilakukan dengan menyesuaikan semua
frekuensi untuk dasar 100% namun tidak termasuk non-responden.
C. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil survey terhadap 310 responden di 21 negara Asia yang


terdiri dari 277 ( 89 % ) ahli endokrin dan 33 ( 11 % ) internis dan dokter umum,
telah diperoleh cara penatalaksanaan hipertiroidisme pada kehamilan yang biasanya
dilakukan oleh para responden. Dimana cara penatalaksanaan yang dilakukan
dimulai dari pra kehamilan hingga post partum.

1. Penatalaksanaan pra kehamilan


Pada pasien hipertiroidisme yang ingin hamil para responden
menyarankan terapi methimazole/karbimazol (MMI/CMZ),
propylthiouracil (PTU) dan operasi serta pengobatan radioiodine yang
dilakukan sebelum kehamilan. Namun sebagian besar dari responden
yaitu sekitar 52 % menyarankan untuk menggunakan propiltiourasil
(PTU).
2. Penatalaksanaan hipertiroidisme pada kehamilan
Berdasarkan jawaban dari kuisioner yang menyajikan kasus seorang
wanita hamil berusia 24 tahun yang baru didiagnosis penyakit graves
pada usia kehamilan 8 minggu. Sekitar 96 % responden memilih
menggunakan propylthiouracil.
3. Penatalaksanaan tirotoksikosis gestasional
Berdasarkan jawaban dari kuisioner yang menyajikan kasus seorang
wanita hamil berusia 24 tahun pada usia kehamilan 8 minggu yang
mengalami mual muntah, penurunan berat badan dan palpitasi dengan
hasil tes berada di kisaran hipertiroid. Sekitar 40 % responden memilih
untuk melakukan follow up, sekitar 52 % memilih melakukan terapi
dengan propylthiouracil dan 28 % memilih menggunakan methimazole
setelah trimester pertama.
4. Penatalaksanaan hipertiroidisme subklinis
Saat para responden diberi pilihan antara merekomendasikan
pengobatan atau tindak lanjut dari hipertiroidisme subklinis di
kehamilan, sekitar 80 % responden memillih tindak lanjut dan sekitar 20
% memilih pengobatan. Selain itu juga dilakukan pemantauan USG
janin. Berdasarkan hasil survey 55 % responden memilih melakukan
monitoring janin secara rutin mengunakan USG, 20 % melakukan USG
hanya ketika ibu positif TRAb, sementara 25 % tidak meresepkan
pemantauan USG.
5. Penatalaksanaan hipertiroidisme pada postpartum
Dalam rekomendasi responden tentang bagaimana mengelola wanita
postpartum menyusui dengan kekambuhan hipertiroidisme Graves 78 %
memilih akan di terapi dengan obat antitiroid (54% MMI (Methimazole)
dan 24% PTU) dan masih bisa menyusui bayinya. Namun, sisanya 22%
akan menggunakan obat antitiroid (MMI I6% dan PTU 6%) namun akan
berhenti menyusui bayinya.

Berdasarkan data saat ini, Methimazole (MMI) dan Propilthiourasil (PTU)


memiliki khasiat yang sama dalam pengobatan ibu hamil. Penggunaan dari PTU
telah direkomendasikan oleh kedua organisasi selama trimester pertama, diikuti
oleh MMI dari kedua trimester seterusnya sampai akhir kehamilan. Perhatian
terbesar dalam penggunaan MMI di trimester pertama kehamilan terkait dengan
efek teratogenik yang disebut dengan methimazole embriopati yang menginduksi
choanal atau esofagus atresia, dan wajah dismorfik.

Dapat disimpulkan bahwa meskipun sebagian besar dokter Asia mematuhi


pedoman praktek klinis dianjurkan oleh pedoman dari ATA dan ES yang
diterbitkan pada tahun 2011 dan 2012, kurangnya kepatuhan dari sejumlah besar
dokter harus dipertimbangkan dalam rencana strategis untuk melanjutkan
pendidikan medis.

D. Hal-hal Baru yang Didapatkan dari Jurnal

1. MMI dan PTU memiliki khasiat yang sama dalam pengobatan ibu hamil.
Penggunaan dari PTU telah direkomendasikan oleh kedua organisasi
selama trimester pertama, diikuti oleh MMI dari kedua trimester
seterusnya sampai akhir kehamilan.
2. Penggunaan MMI di trimester pertama kehamilan terkait dengan efek
teratogenik yang disebut dengan methimazole embriopati yang
menginduksi choanal atau esofagus atresia, dan wajah dismorfik.
3. 4-6 Tahun setelah terapi radioiodine banyak pasien yang masih TRAb.
Sebagai titer tinggi TRAb merupakan faktor risiko untuk hipertiroidisme
janin dan bayi. Oleh karena itu dokter menyarankan perempuan untuk
menunda kehamilan selama lebih dari 6 bulan setelah ablasi.
4. Ibu dengan hipertiroidisme aktif, sejarah terapi radioiodine, tiroidektomi
untuk hipertiroidisme ataurujukan bayi hipertiroid harus menjalani evaluasi
lebih lanjut.
5. Disarankan untuk mengukur TSH antibodies reseptor (TRAb) oleh 24-28
minggu kehamilan untuk mendeteksi kehamilan berisiko.
6. Meskipun tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan atau
menyarankan agar penggunaan USG tiroid dalam membedakan penyebab
hipertiroidisme pada kehamilan, telah dianjurkan untuk menggunakan USG
untuk pemantauan janin pada wanita dengan penyakit Graves di bawah
terapi obat antitiroid. Ultrasonografi juga harus dilakukan pada orang-orang
dengan hipertiroidisme yang tidak terkontrol.
7. Pengobatan dengan PTU dapat menyebabkan kerusakan hati. Terapi MMI
hingga 30 mg per hari tidak menyebabkan perubahan dalam fungsi tiroid
dan perkembangan mental atau fisik anak yang.

DAFTAR PUSTAKA
Azizi, Fereidoun dkk. 2014. Management Of Hyperthyroidism During Pregnancy
In Asia. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24849535 (online).
Endocrine Journal 2014 : 751-758. Diakses pada tanggal 1 Januari 2016
pukul 11.25 WITA.

Bunga, Dinda. 2013. Penyakit Tiroid pada Kehamilan.


http://www.academia.edu/6393100/09_206Penyakit_Tiroid_pada_Kehamil
an (online). Diakses pada tanggal 1 Januari 2016 pukul 13.40 WITA.

Anda mungkin juga menyukai