Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan setiap

individu dan dapat menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang

berkompetensi. Sekolah sebagai salah satu wadah dan lembaga formal pendidikan

memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan pendidikan. Karena

didalam pendidikan individu diproses menjadi manusia yang memiliki sumber

daya yang bermutu. Tujuan pendidikan pada dasarnya yaitu menghantarkan setiap

individu menuju pada perubahan proses pembelajaran yang dialami oleh siswa

disekolah, maupun perubahan tingkah laku, moral dan Perkembangan dunia

pendidikan yang semakin pesat menuntut Lembaga Pendidikan untuk bekerja

lebih baik lagi.

Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung

jawab membimbing anak-anak didik ke kedewasaan. Pendidikan yang mampu

mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu

mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu

menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

Dalam proses pembelajaran, salah satu unsur yang terpenting yaitu guru

yang berperan serta secara aktif sebagai tenaga professional. Guru harus bisa

mengelola kegiatan interaksi belajar mengajar, mendesain program dan

keterampilan mengkomunikasikan program tersebut kepada siswa. Namun untuk

1
menyederhanakannya, faktor-faktor tersebut diklasifikasikan menjadi faktor

internal berupa keadaan fisik, intelegensi, minat, bakat serta motivasi belajar

siswa, dan faktor eksternal berupa faktor keluarga, sekolah, dalam menjalankan

proses pembelajaran yang baik, serta masyarakat dalam pergaulan. Kesemua

komponen tersebut haruslah saling melengkapi dan saling mendukung untuk

memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu penguasaan mata

pelajaran Ekonomi merupakan bekal bagi seorang siswa dalam mengembangkan

diri dalam berbagai bidang keahlian bisnis dan membekali siswa untuk

mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi suatu masalah. Dalam hal ini

siswa juga diharapkan dapat membuat kebijakan umum dengan cara berpartisipasi

dalam kegiatan-kegiatan sosial dilingkungan sekitarnya.

Upaya dalam meningkatkan kualitas hasil kemampuan memecahkan

masalah merupakan tanggungjawab dari seorang guru. Oleh sebab itu sangatlah

perlu dibina dan dikembangkan kemampuan professional guru untuk mengelola

program pembelajaran yaitu model pembelajaran yang bervariasi. Kegagalan

seorang guru dalam kegiatan mengajar bukan semata-mata karena tidak

menguasai bahan atau materi pelajaran tetapi karena penguasaan model

pembelajaran yang kurang sehingga guru cenderung menggunakan satu metode

yang diketahuinya. Metode yang sering digunakan adalah metode konvensional

yang mana siswa hanya disuruh untuk duduk, diam, mencatat, menghafal dan

mendengarkan ceramah dan berdiskusi yang dilakukan setiap hari selama proses

belajar mengajar berlangsung. Dengan metode yang seperti itu, guru membuat

siswa merasa bosan dikelas dan cenderung membuat siswa menjadi pasif. Siswa

2
menjadi kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran yang akan menyebabkan

hasil belajar siswa menjadi rendah.

Hal tersebut juga terjadi di SMA Negeri 3 Pematang Siantar. Dimana hasil

kemampuan memecahkan masalah belajar Ekonomi siswa masih rendah dimana

dari 33 orang siswa dalam satu kelas yang telah mengikuti ulangan harian mata

pelajaran Ekonomi hanya 40% nilai yang tuntas mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang diterapkan oleh sekolah yaitu 75.

Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut. Salah satu faktor rendahnya

hasil belajar kemampuan memecahkan masalah siswa adalah bahwa minat dan

motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi masih rendah. Selanjutnya

Pihak siswa mengungkapkan pembelajaran sangat membosankan dan menoton.

Penggunaan metode konvensional masih mendarah daging dalam proses

pembelajaran. Metode konvensional sebagai salah satu faktor eksternal

menjadikan siswa pasif, sehingga proses pembelajaran akan terkesan menoton dan

membosankan. Hal ini menyebabkan minat dan motivasi belajar siswa dalam

mata pelajaran ekonomi sebagai salah satu faktor internal yang mempengaruhi

hasil belajar menurun.

Ilmu Ekonomi, yang pada tingkat SMA menuntut kemampuan memahami

kehidupan nyata. Karena permasalahan dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan

yang diangkat dari keadaan riil kehidupan setiap individu. Ilmu ekonomi beranjak

dari setiap permasalahan yang dihadapi setiap manusia dalam pemenuhan

kebutuhan. Sehingga hasil belajar yang dituntut berupa kemampuan memecahkan

3
masalah permasalahan dalam hidup. Oleh sebab itu, perlu digunakan model

pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan ilmu ekonomi tersebut.

Model pembelajaran Problem Based Learning ini, merupakan model

pembelajaran yang didesain dalam bentuk pelajaran yang didasarkan pada

masalah dan merupakan satu model pembelajaran yang dapat memberikan suatu

kondisi yang aktif kepada siswa. Guru berupaya menyajikan masalah yang

autentik dan yang bermakna kepada siswa dan yang berfungsi sebagai batu

loncatan untuk investigasi dan penyelidikan.

Hasil belajar kemampuan memecahkan masalah merupakan hasil yang

diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan

nilai yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada

satu materi pokok.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning terhadap

kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran Ekonomi kelas XI

SMA Negeri 3 Pematang Siantar

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang

menjadi identifikasi dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah memecahkan masalah dalam proses pembelajaran dapat

meningkatkan semanagat siswa dalam kegiatan pembelajaran ?

4
2. Apakah metode pembelajaran konvesional yang selama ini diterapkan

sudah tepat ?

3. Apakah metode konvesional berpengaruh terhadap kemampuan

memecahkan masalah pada kegiatan pembelajaran ekonomi ?

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang diteliti, maka peneliti

membuat batasan masalah yaitu :

1. Model pembelajaran yang diteliti adalah model pembelajaran Problem

based Learning dan metode konvesional sebagai pembanding

2. Dalam pembelajaran ekonomi yang diteliti adalah kemampuan memecahkan

Masalah dalam pembelajaran ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 3

Pematang Siantar.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : apakah terdapat Pengaruh Penerapan Model Problem

Based Learning terhadap kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran

Ekonomi kelas XI SMA Negeri 3 Pematang Siantar.

5
1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Based Learning

dan metode konvesional terhadap memecahkan masalah pada mata pelajaran

ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pematang Siantar.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti sebagai calon

pendidik pada masa yang akan datang tentang model problem based

learning yang digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah khususnya bagi guru

ekonomi dalam memilih model pembelajaran yang tepat guna

meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Sebagai bahan Refrensi dan masukan bagi civitas akademik

Universitas HKBP Nomensen Medan khususnya Fakultas Ilmu

Kependidikan Prodi Ekonomi dan pihak lain dalam penelitian yang

sejenis.

6
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model dalam prespektif yang dangkal hampir sama dengan strategi.

Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu

diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan

guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik.

Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan guru dalam

menyampaikan materi ajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan

kemahiran, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Oleh

sebab itu seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan model pembelajaran

yang sesuai untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Dengan adanya model

pembelajaran yang tepat maka diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan

mutu proses belajar mengajar di dalam kelas.

Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya walaupun

model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Oleh karena itu,

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran secara konkret, dapat

dikemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam

7
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajran

bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Joyce dan Weil dalam Ngalimun ( 2016 : 25 ) menyatakan bahwa :

Model pembelajarn merupakan model belajar. Dengan model tersebut


guru dapat membantu siswa mendapatkan atau memperoleh informasi,
ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri.
Selain itu, model belajar juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Arend dalam Ngalimun ( 2016 : 25 ) menyatakan model pembelajaran mengarah

pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, termasuk tujuannya, langkah

langkahnya, lingkungannya, dan sistem pengelolanya.

Selanjutnya, menurut Istarani (2015:247) Model pembelajaran adalah

seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum,

sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang

terkait yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar.

Dari pendapat beberapa ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

model pembelajaran merupakan suatu pola rancangan kegiatan belajar guru

kepada siswa di kelas agar adanya interaksi guru dengan siswa didalam kegiatan

pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik, menarik,

mudah dipahami. Jadi, yang dinamakan model pembelajaran adalah suatu rencana

yang berpijak dari teori psikologi yang digunakan sebagai pedoman bagi guru

dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Model

8
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang mengembangkan kegiatan dari

awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Istilah model memiliki makna yang lebih luas daripada pendekatan,

strategi, metode, dan teknik. Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2016 : 23)

Model pembelajran memiliki empat ciri- ciri khusus yang sangat penting yaitu

sebagai berikut :

1. Rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau


pengembangannya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuan
pembelajaran yang akan dicapai ).
3. Tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
secara berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan mempelajari itu dapat
tercapai.

Dalam proses kegiatan pembelajaran, di kelas guru harus dapat

menguasai bahan ajar yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar.

Dalam pemilihan suatu model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses

belajar mengajar harus memiliki prosedur yang berstruktur dari materi ajar yang

sesuai dengan kurikulum, sarana dan prasana yang digunakan agar proses

kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan tujuan yang baik.

2.1.2 Model Pembelajaran Problem based Learning

Problem Based Learning pertama kali diperkenalkan pada awal tahun

1970-an di Universitas Mc Master fakultas Kedokteran kanada, sebagai suatu

upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan

pertanyaan sesuai situasi yang ada.

9
Problem based Learning adalah suatu model pembelajaran yang

melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah melalui tahapan tahapan

metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk

memecahkan masalah. Dengan menyelesaikan masalah tersebut peserta didik

memperoleh atau membangun pengetahuan tertentu dan sekaligus

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan menyelesaikan

masalah. Mungkin, pengetahuan yang diperoleh peserta didik tersebut masih

bersifat informal. Namun, melalui proses diskusi, pengetahuan tersebut dapat

dikonsolidasikan sehingga menjadi pengetahuan formal yang terjalin dengan

pengetahuan pengetahuan yang telah di miliki peserta didik.

Banyak model pembelajaran yang sering digunakan dan yang sangat

praktis digunakan yaitu salah satunya model pembelajaran Problem Based

Learning.

Hal ini dikemukan pendapat para ahli Fogarty dalam Ngalimun


(2016:118) menyatakan bahwa problem based Learning adalah suatu pendekatan
pembelajaran dengan membuat konfortasi kepada pembelajar (siswa) dengan
masalah masalah praktis berbentuk ill structured, atau open ended melalui
stimulus dalam belajar.

Menurut Sanjaya (2013:214)Model pembelajaran problem based learning


(pembelajaran berbasis masalah) merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiahModel pembelajaran problem based learning
berlandaskan pada psikologi kognitif, sehingga fokus pengajaran tidak
begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa, melainkan kepada apa
yang sedang mereka fikirkan pada saat mereka melakukan kegiatan itu.
Pada model pembelajaran problem based learning guru lebih berperan
sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar berfikir dan
memecahkan masalah mereka sendiri.

10
Jadi, model pembelajaran problem based learning adalah suatu model

pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah nyata yang

dihadapi siswa sehingga siswa terbiasa berfikir kritis, aktif dan kreatif dalam

menghadapi setiap permasalahan yang ada dalam kehidupannya yang nyata.

Pembelajaran Problem Based Learning telah dibuktikan lebih efektif

daripada pengajaran konvensional dalam memberikan kesempatan untuk

mentransfer pengetahuan dan keterampilan mereka. Proses pembelajaran di

sekolah yang berlangsung di dalam kelas ataupun di luar kelas pada hakikatnya

menuntut peran aktif dari siswa, dan guru berperan sebagai fasilitator tampaknya

belum terealisasi secara menyeluruh disetiap proses pembelajaran disekolah-

sekolah. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang aktif dengan suasana

sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan juga

mengemukakan gagasannya. Selain keaktifan, unsur menarik dan menyenangkan

di dalam kelas juga harus mampu diciptakan, sehingga siswa dapat memusatkan

perhatiannya secara penuh pada belajarnya. Tetapi keadaan yang aktif dan

menyenangkan tidaklah cukup, jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu

menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh para siswa nantinya berdasarkan

tujuan pembelajaran yang ada.

Model pembelajaran problem based Learning memiliki karakteristik

karakteristik, adapun karakteristik menurut Ngalimun (2016:118) sebagai berikut :

1. Belajar dimulai dengan suatu masalah.


2. Memastikan bahwa masalah yang diberiakn berhubungan dengan dunia
nyata siswa.
3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar
disiplin ilmu.

11
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pelajar dalam
membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka
sendiri.
5. Menggunakan kelompok kecil.
6. Menuntut pelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka
pelajarin dalam bentuk suatu produk atau kineraja.

Model Pembelajaran Problem Based Learning memiliki ciri-ciri khusus

dalam penerapannya. Menurut Trianto (2016:93) adapun ciri-ciri Problem Based

Learning sebagai berikut :

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah


mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik
tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan
pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara
sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Masalah yang dipilih untuk diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata
agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
3. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa untuk melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah
yang nyata.
4. Menghasilkan produk/karya dalam memamerkannya.
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan
produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan.
5. Kolaborasi
pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama
satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil.

Berdasarkan pendapat diatas ciri ciri model pembelajaran problem based

Learning dapat disimpulkan bahwa siswa diajarkan untuk mengajukan pertanyaan

atau masalah, setelah itu masalah tersebut dilakukannya penyelidikan agar

terdapatnya penyelesaian yang nyata terhadap masalah tersebut, siswa membuat

12
suatu prediksi terhadap masalah tersebut, dan selanjutnya siswa menjelasakan

penyelesaian masalah yang mereka temukan.

2.1.3 Manfaat Model Pembelajaran Problem Based Learning

Ibrahim dan Nur dalam Trianto (2016:96) memandang bahwa Problem

Based Learning tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi

sebanyak-banyaknya kepada siswa.

Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan

intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.

Menurut Amir (2009:27) manfaat dari model pembelajaran Problem Based

Learning adalah sebagai berikut :

1. Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar.


Kalau pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya,
maka kita akan lbih ingat. Pemahamn juga begitu, dengan konteks yang
dekat, dan sekaligus melakukan deep learning (karena banyak mengajukan
pertanyaan menyelidik) bukan surface learning (yang sekedar hafal saja),
maka pembelajaran akan lebih memahami materi.
2. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
Banyak kritik pada dunia pendidikan kita, bahwa apa yang diajarkan
dikelas kelas sama sekali jauh dari apa yang terjadi di dunia praktik.
PBL yang baik mencoba menutupi kesenjangan ini. Dengan kemampuan
pendidik membangun masalah yang sarat dengan konteks praktik,
pemelajar bisa merasakan lebih baik konteks operasinya di lapangan.
3. Mendorong untuk berpikir
Dengan proses yang mendorong pemelajar untuk mempertanyakan, kritis,
refleksi, maka manfaat ini bisa berpeluang terjadi. Pemelajar dianjurkan
untuk tidak terburu buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan
atas argumennya, dan fakta fakta yang mendukung alasan. Nalar
pemelajar dilatih, dan kemampuan berpikir ditingkatkan. Tidak sekedar
tahu, tapi juga dipikirkan.

13
4. Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial
Karena dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil, maka pengertian
PBLyang baik dapat mendorong terjadinya pengembangan kecakapan
kerja tim dan kecakapan sosial. Siswa diharapkan memahami perannya
dalam kelompok, menerima pandangan orang lain, bisa memberikan
pengertian bahkan untuk orang-orang yang barangkali tidak mereka
senangi. Keterampilan yang sering disebut bagian dari soft skill ini,
seperti juga hubungan interpersonal dapat mereka kembangkan. Dalam hal
tertentu, pengalaman kepemimpinan juga dapat dirasakan.
5. Membangun kecakapan belajar
Siswa perlu dibiasakan untuk mampu belajar terus-menerus karena ilmu,
keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan terus berkembang, apapun
bidang pekerjaannya. Dengan struktur masalahyang agak mengambang,
merumuskan, serta dengan tuntutan mencari sendiri pengetahuan yang
relevan akan melatih mereka untuk manfaat ini.
6. Memotivasi siswa
Motivasi belajar siswa, terlepas dari apa pun metode yang kita gunakan,
selalu menjadi tantangan kita. Dengan PBL, kita punya peluang untuk
membangkitkan minat dalam diri siswa, karena kita menciptakan masalah
dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, walaupun
tidak semua bergairah untuk menyelesaikannya. Tetapi tentu saja,
sebagian diantara mereka akan nada yang justru kebingungan dan menjadi
kehilangan minat. Disini peran pendidik menjadi sangat menentukan.

Berdasarkan karakter tersebut, pembelajaran model problem based

Learning memiliki tujuan menurut Tritanto (2016: 94) yaitu sebagai berikut :

1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan


keterampilan pemecahan masalah.
2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
3. Menjadi pembelajar yang mandiri.

Model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model

pembelajaran yang sangat berpusat pada siswa. Tujuan diatas, dapat membantu

siswa sebagai peserta didik yang mandiri, terampil dan bisa memecahkan masalah

dengan baik. Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu

guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Akan tetapi

Problem Based Learning ini siswa dituntut untuk aktif dan melaksanakan tugas-

14
tugas secara mandiri. Siswa sendiri yang menentukan apa yang harus dipelajari,

dari mana informasi dapat diperoleh dan di beri bimbingan oleh guru.

2.1.4 Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Problem Based

Learning

Sebagaimana metode pembelajaran yang lain, Problem Based Learning

juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Wina Sanjaya(2013:220)

mengemukakan kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning sebagi

berikut :

1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk


lebih memahami isi pelajaran
2. Pembelajaran berbasis masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa
3. Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa
4. Pembelajaran berbasis masalah dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5. Pembelajaran berbasis masalah dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Melalui pembelajaran berbasis masalah bisa memperlibatkan kepada siswa
bahwasetiapmata pelajaran padadasarnya merupakan cara berpikir dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar
dari guru atau dari buku-buku saja.
7. Pembelajaran berbasis masalah di anggap lebih menyenangkan dan disukai
siswa.

Menurut Wina sanjaya (2013:221) ada beberapa kelemahan dari

pembelajaran masalah adalah sebagai berikut:

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan


bahwa masalah yang di pelajari sulit untuk dipecahkan,maka merekaakan
merasa enggan untukmencoba.

15
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melaluiPembelajaran Berbasis Masalah
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari,maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.

Dari kelebihan dan kekurangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

model pembelajaran Problem Based Learning merupakan cara terperinci bagi

siswa untuk berpikir kritis terhadap suatu permasalahan yang dianalisis. Meskipun

demikian, model pembelajaran ini juga memiliki kekurangan yaitu sulitnya

menentukan suatu masalah yang sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir

siswa.

2.1.5 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning

sintaks suatu pembelajaran berisi langkah langkah praktis yang harus

dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran Problem

Based Learning terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dari guru

memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan

analisis hasil kerja siswa. Adapaun sintaksnya sebagai berikut :

Tabel 2.1. Sintaks Model Problem Based Learning

Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi siswa pada masalah menjelaskan logistic yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi
atau cerita untuk memunculkan
masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam memecahkan masalah
yang dipilih.
Tahap -2 Guru membantu siswa untuk
Mengorganisasi siswa untuk belajar mendefenisikan dan mengorganisasi
tugas belajar yang menghubungkannya

16
dengan masalah tersebut.
Tahap -3 Guru mendorong siswa untuk
Membimbing penyelidikan individu mengumpulkan informasi yang sesuai ,
atau kelompok melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Tahap -4 Guru membantu siswa dalam
Mengembangkan dan menyajikan hasil memecahkan dan menyiapkan karya
karya yang sesuai seperti laporan video, dan
model pembelajaran serta membantu
mereka untuk berbagai tugas dengan
temannya.
Tahap -5 Guru membantu siswa melakukan
Menganalisis dan mengevaluasi proses refleksi atau evaluasi terhadap
pemecahan masalah. penyelidikan mereka dalam proses yang
mereka gunakan.
Sumber : Ibrahim, dkk. (2000:10)

Sebenarnya target yang harus dipenuhi guru dalam pelaksanaan model

pembelajaran berbasis masalah adalah siswa mampu merekonstruksi sebuah

kejadian. Menurut Trianto (2016:98) pelaksanaan pengajaran berdasarkan

masalah adalah :

1. Penetapan tujuan
Model pengajaran beradasarkan masalah dirancang untuk mencapai tujuan
tujuan seperti keterampilan menyelidiki,memahami peran orang dewasa,
dan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri.
2. Merancang situasi Masalah
Beberapa guru dalam pengajaran berdasarkan masalah lebih suka memberi
kesempatan dan keluasan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan
diselidiki.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan bekerja
dengan beragam material dan peralatan, dan dalam pelaksanaannya bisa
dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau di laboratorium.

17
2.1.6 Metode Konvesional

pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada

guru, akibatnya terjadi praktik belajar pembelajaran yang kurang optimal karena

guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Model

pembelajaran konvensional sering diidentikkan dengan metode ceramah, ini

dikarenakan metode pembelajaran konvensional pada umumnya terdiri dari

penjelasan materi (ceramah), Tanya jawab dan pemberian tugas. Metode

pembelajaran konvensional ini masih sering digunakan oleh para guru dalam

menyajikan materi pelajaran di kelas, meskipun para guru dalam menyajikan

materi di kelas mengetahui bahwa metode pembelajaran ini kurang efektif untuk

digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

Metode konvensional adalah proses pembelajaran yang sepenuhnya ada

pada kendali guru. Siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi.

Pengalaman belajar siswa terbatas, hanya sekadar mendengarkan. Metode ini

merupakan yang biasa dipakai guru pada saat melakukan proses belajar mengajar

di kelas. Dalam penyajian materi pembelajaran biasanya guru selalu berusaha

membuat peserta didiknya dapat memahami dan mengerti setiap materi yang

diberikan, akan tetapi keaktifan guru dalam memberikan pengajaran dan inovasi

guru terhadap pemilihan metode yang digunakan dalam mencapai hasil belajar.

Menurut Sanjaya (2006:147), Metode ceramah dapat diartikan sebagai

cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan

langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang

sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain

18
disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan

baik dari guru maupun siswa. Guru biasanya belum puas manakala dalam proses

pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan

siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberi materi pelajaran

melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar

dan tidak ada guru berarti tidak ada proses belajar.

Sanjaya (2006:149-150) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran

konvensional adalah:

Tahap persiapan
a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
b. Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
c. Mempersiapkan alat bantu. Alat bantu sangat diperlukan untuk
menghindari kesalahan persepsi dari siswa.
Tahap pelaksanaan
a. Langkah pembukaan
Yakinkan siswa memahami tujuan yang akan dicapai. Oleh karena
itu, guru perlu mengemukakan terlebih dahulu tujuan yang harus
dicapai oleh siswa.
Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi
pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
b. Langkah penyajian
Menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa. Kontak
mata adalah suatu isyarat dari guru agar siswa mau memerhatikan.
Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa.
Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-
loncat, agar mudah ditangkap oleh siswa.
Tanggapilah respons siswa dengan segera. Artinya, sekecil apapun
respons siswa harus kita tanggapi.
Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar
c. Langkah mengakhiri atau menutup ceramah
Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum
materi pelajaran yang baru saja disampaikan.
Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau member semacam
ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan.
Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa
menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.

19
Sanjaya (2011:148) juga mengemukakan kelebihan dan kelemahan metode

ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Keunggulan:
a. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk
dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak
memerlukan peralatan yang lengkap seperti peragaan dan
demonstrasi. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya
mengandalkan suara guru.
b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya,
materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan
pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu
ditonjolkan. Artinya guru dapat mengatur pokok-pokok materi
yang mana yang perlu ditekankan sesuai kebutuhan dan tujuan
yang ingin dicapai.
d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas.
e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur
menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas
yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang
rumit.
2. Kelemahan:
a. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan
terbatas pada apa yang dikuasai guru.
b. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan
terjadinya verbalisme. Oleh karena itu guru hanya mengandalkan
bahasa verbalnya, dan siswa hanya mengandalkan kemampuan
auditifnya.
c. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik,
ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
d. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh
siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun
ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada
seorangpun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa
seluruhnya sudah paham.

20
Tabel 2.2. Perbedaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan
Pembelajaran Konvensional
No Model Pembelajaran Problem Pembelajaran Konvensional
Based Learning
1. Klarifikasi masalah Klarifikasi masalah
- Menjelaskan masalah actual - Siswa diberikan tumpukan
sesuai dengan materi yang informasi dari guru sampai
diajarkan. saatnya diperlukan.
- Melakukan Tanya jawab. - Kurangnya keterampilan
berkomunikasi yang baik
karena dominasi guru.
2. Pengungkapan pendapat Pengungkapan pendapat
- Siswa mengidentifikasikan - Waktu belajar siswa sebagian
permasalahan besar dipergunakan untuk
- Siswa dibebaskan untuk mengerjakan buku tugas,
mengungkapkan pendapat mendengarkan ceramah, dan
tentang berbagai macam mengisi latihan yang
strategi penyelesaian membosankan.
masalah. - Siswa tidak melakukan
sesuatu yang buruk karena
takut akan hukuman.
3. Evaluasi dan pemilihan Evaluasi dan pemilihan
- Mengolah pikiran sehingga - Hasil belajar di ukur melalui
muncul gagasan orisinil kegiatan akademik dalam
(murni) untuk menentukan bentuk tes/ujian/ulangan.
solusi. - Menyandarkan pada hapalan.
- Memilih jawaban yang
paling tepat.

4. Implementasi Implementasi
- Presentase hasil penyelesaian - Guru sering tidak
masalah secara kelompok. memperhatikan proses
- Diskusi hasil penyelesaian sekelompok yang terjadi
dengan guru yang dalam kelompok belajar.
bersangkutan.
Sumber : Dikelola oleh penulis

21
2.2 Kemampuan memecahkan masalah ( problem solving)

2.2.1 pengertian Kemampuan Memecahkan Masalah

Metode kemampuan memecahan masalah adalah suatu cara menyajikan

pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu

masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.

Dengan demikian, metode pemecahan masalah adalah sebuah metode

pembelajaran yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan

atau jawabannya. Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan masalah

sangat baik bagi pembinaan sikap pada para siswa.

Sebagai prinsip dasar dalam metode ini adalah perlunya aktifitas dalam

mempelajari sesuatu. Timbulnya aktifitas peserta didik kalau sekiranya guru

menjelaskan manfaat bahan pelajaran bagi peserta didik.\

2.2.2 Karakteristik Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah memiliki karakteristik, menurut Rusman

(2012:232) adapun karakteristiknya sebagai berikut:

a) Permasalahan menjadi strating point dalam belajar


b) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstruktur.
c) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple prespective)
d) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,
dankompetensi yang dikemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan
belajar dan bidang baru dalam belajar.
e) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam
kemampuan memcahkan masalah.
g) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
h) Pengembangan keterampilan kemampuan memecahkan masalah sama
pentingnya dalam penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan.

22
i) Keterbukaan proses dalam kemampuan memecahkan masalah meliputi
sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
j) Kemampuan memecahkan masalah melibatkan evaluasi dan review
pengelamaran siswa dan proses belajar.

Kemampuan memecahkan masalah tergantung dari tujuan yang ingin dicapai

apakah berkaitan dengan : 1) penguasaan ini pengetahuan yang bersifat

multidispliner; 2) penguasaan keterampilan proses dan disiplin huristic; 3) belajar

keterampilan memecahkan masalah; 4) belajar keterampilan kolaboratif; dan 4)

belajar ketampilan kehidupan yang lebih luas.

Ketikan tujuan kemampuan memecahkan masalah lebih luas, maka

permasalahan pun, menjadi lebih kompleks dan proses kemampuan memecahkan

masalah membutuhkan siklus yang lebih panjang.

Jenis kemampuan memecahkan masalah yang akan dimasukkan dalam

kurikulum tergantung pada profil dan kematangan siswa, pengalaman masa lalu

siswa, fleksibilitas kurikulum yang ada, tuntutan evaluasi, waktu, dan sumber

yang ada.

2.2.3 Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap

Kemampuan Memecahkan Masalah

Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) merupakan salah satu

dari banyak model pembelajaran inovatif. Model ini menyajikan suatu kondisi

belajar siswa aktif serta melibatkan siswa dalam suatu kemampuan pemecahan

masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Melalui PBL ini diharapkan siswa

dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang

23
disajikan serta dapat memiliki suatu keterampilan dalam kemampuan

memecahkan masalah.

Dengan melakukan model pembelajaran PBL dapat membantu siswa dalam

memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun

pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Hal inilah yang

akan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa di dalam kelas.

Model pembelajaran PBL menyajikan suatu masalah yang nyata dan sesuai

dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa tersebut dapat memecahkan

masalah tersebut berdasarkan kejadian nyata yang telah dialaminya.

2.3 Penelitian yang Relevan

Buang Saryantono(2013) Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah

rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model Problem Based Learning (PBL)

lebih tinggi atau sama dengan rata-rata hasil belajar siswa yang mengunakan

model pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini kelas X SMA

Adiguna Bandar Lampung yang terdiri dari 5 kelas, sedangkan sampel diambil

dua kelas, yaitu kelas X.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.3 sebagai kelas

kontrol. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah Cluster

Random Sampling dengan cara mengundi jumlah kelas yang menjadi populasi.

Teknik mengumpulkan data menggunakan tes yang terlebih dahulu telah diuji

validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis dari penelitian ini adalah rata-rata hasil

belajar yang menggunakan PBL lebih tinggi dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk menganalisis data dalam pengujian

24
hipotesis digunakan rumus t. Berdasarkan hasil perhitungan rumus statistik

t didapat t hitung = 3.76. Sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikan 5% dengan

dk =86 didapat t(0.975)(86) = 1,99. Dengan demikian terdapat perbedaan yang

signifikan pada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran PBL

dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Ini

berarti bahwa hasil rata-rata hasil belajar matematika yang pembelajarannya

menggunakan model PBL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak

menggunakan model PBL.

Ni Nyoman Sri Lestari (2011) Penelitian ini dirancang menggunakan

metode eksperimen dengan desain faktorial 2 2,di mana modelproblem based

learningsebagai variabel independen sedangkan motivasi belajar sebagai variabel

independen moderator atau variabel psikologi, prestasi belajarsebagai variabel

dependen dengan desainPosttest only Control Group Design.Data dianalisis

dengan menggunakan ANAVA dua jalur berbantuanSPSS 13.0 for windows.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)terdapat perbedaan prestasi

belajarfisika antara siswa yang mengikuti modelproblem based learningdengan

siswa yangmengikuti model pembelajaran konvensional dengan nilaiF= 45,372

dan angkasignifikansi 0,001 (p< 0,05), (2)terdapat perbedaan prestasi belajar

fisika antara siswayang memiliki motivasi belajar tinggi dengan yang memiliki

motivasibelajar rendahdengan nilai F= 5,382 dengan angka signifikansi 0,023

(p<0,05), (3)terdapat pengaruhinteraktif antara model pembelajaran dan motivasi

belajar tehadap prestasi belajar fisikadengannilai F=12,206 dengan taraf

signifikansi 0,001 (p<0,05), (4) terdapat perbedaanprestasi belajar fisika antara

25
kelompok PBL dengan kelompok konvensional pada siswayang motivasi

belajarnya tinggi dengan nilai F = 56,211, taraf signifikansi 0,001; (5)terdapat

perbedaan prestasi belajar fisika antara kelompok PBL dengan

kelompokkonvensional pada siswa yang motivasi belajarnya rendah dengan nilai

F = 4,916, tarafsignifikansi 0, 033.2. Berdasarkan temuan tersebut model

pembelajaran berbasis masalah merupakansalah satu model pembelajaran yang

memberikan pengaruhpositif terhadap peningkatanprestasi belajar fisika terutama

bagi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi.Kreativitas siswa meningkat,

karena penyampaian masalah secara terbuka dan siswa bertanggung jawab

terhadap pemecahan masalahnya sendiri melalui penemuan dan percobaan.

2.4 kerangka berpikir

Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan langkah menuju

hasil yang baik. Selama ini pada prakteknya masih banyak guru yang menoton,

hanya menggunakan metode konvensional dalam menyajikan materi dan

menjalankan proses pembelajaran. Jika dilihat dari hasil belajar siswa dalam

memecahkan masalah, menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dengan

demikian dibutuhkan suatu gebrakan baru, salah satunya penerapan model

pembelajaran baru.

Belajar dari pengalaman sepertinya jauh lebih melekat dan bermakna

dibandingkan belajar dengan mendengar. Karena siswa akan merasakan sendiri

apa yang dipelajari, tidak pasif dengan hanya mendengar dan menunggu informasi

saja. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model

26
pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada situasi masalah autentik dan

bermakna. Pembelajaran ini menekankan pada keaktifan siswa yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan peran guru pada pembelajaran ini

hanya mengajukan permasalahan atau pertanyaan, memberikan dorongan,

memotivasi dan menyediakan bahan ajar, dan fasilitas yang diperlukan siswa dan

memberi dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan

intelektual siswa.

Sedangkan dalam pembelajaran konvensional, guru adalah yang

mendominasi kelas dan guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan

pembelajaran sehingga siswa lebih banyak menunggu sajian dari guru dari pada

mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan. Dalam

model inhi guru hanya memberikan ceramah yang membuat siswa menjadi bosan,

memberikan tugas yang banyak. Hal inilah yang membuat proses pembelajaran

ekonomi membosankan dan membuat siswa kurang aktif mengikuti kegiatan

pembelajaran ekonomi di sekolah.

2.5 Paradigma Penelitian

Pada rumusan masalah di atas memuat dua variabel yaitu variabel bebas

dinyatakan dengan (X) dan variabel terikat dinyatakan dengan (Y). Dalam hal ini

peneliti ingin mengetahui model pembelajaran Problem Based Learning (X)

dengan memecahkan masalah pada pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri

3 Pematang Siantar (Y).

27
Variabel Bebas X Variabel Terikat Y

Model Pembelajaran Kemampuan


Memecahkan
Problem Based Learning
masalah

Gambar 2.1. Paradigma Penelitian

2.6 Hipotesis Penelittian

Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis

dalam penilitian ini merumuskan hipotesis Ada pengaruh yang positif dan

signifikan model pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan

memecahkan masalah pada pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 3

Pematang Siantar.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Pematang Siantar.

3.1.2 waktu Peneitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek

penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian seluruh kelas XI

SMA Negeri 3 Pematang Siantar yang berjumlah 4 (empat) kelas sebanyak 133

siswa.

Tabel 3.1 Populasi penelitian

Kelas Jumlah siswa (orang)


XI IPS 1 36
XI IPS 2 33
XI IPS 3 30
XI IPS 4 34
Jumlah 133
Sumber : dikelola peneliti

29
3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.Dalam

pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara Purposive

sampling yang mana setiap siswa memiliki pengetahuan yang sama dan nilai yang

diperoleh tidak jauh berbeda.

Oleh sebab itu yang menjadi sampel dalam penelitian yaitu kelas XI IPS 2

yang berjumlah 33 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 4 yang

berjumlah 34 orang sebagai kelas control.

Tabel 3.2. Sampel penelitian

Kelas Jumlah siswa (orang)


XI IPS 2 33
XI IPS 4 34
Jumlah 67
Sumber : dikelola peneliti

3.3 variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.3.1 Variabel Peneliti

Dimana adapun yang menjadi Variabel dalam Penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas (X)

Dimna yang menjadi variabel bebas (X) adalah : Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL).

b. Variabel terikat (Y)

Dimana yang menjadi Variabel terikat (Y) adalah : kemampuan

memecahkan masalah pada mata pelajaran Ekonomi kelas XI SMA Negeri 3

Pematang Siantar.

30
3.3.2 Defenisi Operasional

Adapun yang menjadi definisi Operasional masing masing variabel

tersebut adalah :

a. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model

pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah nyata

yang dihadapi siswa sehingga siswa terbiasa berfikir kritis, aktif dan

kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada dalam

kehidupannya yang nyata.

b. Metode pembelajaran konvesional adalah metode pembelajaran yang sering

diidentikkan dengan metode ceramah, yang dikarenakan metode

pembelajaran pada umumnya terdiri dari penjelasan (ceramah), Tanya

jawab dan pemberian tugas.

c. Metode kemampuan memecahkan masalah adalah suatu cara menyajikan

pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan

memecahkan suatu masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan

pengajaran.

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan yang

diarahkan pada subjek siswa. Dalam penelitian ini melibatkan dua kelas yang

akan diberi perlakuan pengajaran yang berbeda. Hal ini disebabkan karena semua

kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian sangat bergantung pada metode

31
yang digunakan. Adapun metode yang digunakan adalah metode

eksperimen.Eksperimen dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu

perlakuan. Dalam penelitian ini subjek dibagi atas dua kelompok, yaitu kelompok

eksperimen dan kelas control. Kelompok eksperimen adalah kelas yang diberi

pelajaran mengenai ekonomi dengan model pembelajaran Problem Based

Learning sedangkan kelompok control adalah kelas yang diberi pelajaran

mengenai ekonomi dengan metode konvensional. Untuk mengetahui hasil dari

memecahkan sebuah masalah, maka siswa akan diberi test berupa pre test.

Adapun rancangan penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Rancangan penelitian

Kelas Test Awal Perlakuan Test Akhir


Eksperimen T1 P1 T2
Control T1 P2 T2
Sumber : dikelola peneliti

Keterangan :

1 = Tes awal pada kelas eksperimen kelompok (PBL)

1 = Tes awal pada kelas control (kelompok konvensional)

1 = Pembelajaran menggunakan Model Problem Based Learning

2 = pembelajaran menggunakan metode pembelajaran konvensional

T2 = Tes setelah pemberian perlakuan mengajar pada kelas eksperimen

T2 = Tes setelah pemberian perlakuan mengajar pada kelas kontrol.

32
3.5 Prosedur penelitian

Adapaun langkah langkah yang diginakan untuk melakukan prosedur

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan pretes yakni memberikan tes untuk mengetahui kemampuan

awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan , baik dikelas eksperimen

maupun kelas kontrol dengan tes yang sama.

2. Melakukan perlakuan mengajar, yakni menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning pada kelas XI IPS 2 sebagai kelas Eksperimen

dan metode konvensional pada kelas XI IPS 4 sebagai kelas control.

3. Menggunakan Postest,yakni memberikan test setelah perlakuan mengajar

kepada kedua kelas tersebut. Soal tes yang diberikan sama seperti soal

pretes sehingga terlihat perbedaan kemampuan siswa sebelum dan sesudah

perlakuan mengajar.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

SAMPEL

PRE TEST

ANALISIS DATA
PRE TEST

PBM MENGGUNAKAN PBM MENGGUNAKAN


MODEL PROBLEM METODE
BASED LEARNING KONVENSIONAL
33
POST TEST POST TEST

KEMAMPUAN
MEMECAHKAN
MASALAH

ANALISIS DATA

KESIMPULAN

Gambar 3.1.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian
Sumber : Dikelola oleh peneliti

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data dan

informasi yang berguna bagi penelitian, maka untuk kelancaran penelitian, teknik

pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah :

1. Observasi

Penulis langsung ke tempat penelitian untuk melakukan pengamatan dan

melihat kondisi tempat penelitian.

34
1. Tes

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan Test. Menurut

Arikunto (2014 : 193) Test adalah serentetan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan,

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan test berbentuk pilihan berganda sebanyak 10 soal.

Tes yang diberikan merupakan tes baku yang dikutip oleh peneliti dari buku

paket dan soal-soal kompetensi yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

sehingga validitas dan rebialitasnya telah teruji.

3.7 Tehnik Analisis Data

Langkah-langkah pengorganisasian data adalah sebagai berikut :

1. Menghitung rata-rata skor masing masing kelompok dengan rumus :


= ( Sudjana, 2016: 67)

Keterangan :

: Mean

X : Jumlah Skor

N : Jumlah Sampel

2. Selanjutnya menghitung standar deviasi atau sampingan baku dengan rumus :

1 2
SD = 2 ( 1)

N ( N 1) (Sudjana, 2016:93)

35
3.7.1 Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal. Uji yang

dilakukan adalah uji lilefors (Sudjana, 2016: 466), dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Pengamatan X1, X2, X3.............Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,


Z3....................... Zn dengan menggunakan rumus : =

Keterangan :

: Nilai Rata-Rata

: Simpangan Baku

Untuk Setiap Simpangan Baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F(Z) = P(Z<Zi)

b. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3,.............Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi, jika ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:

1 3,..
S( ) =

c. Menghitung selisih F (Zi) S ( Zi), kemudian menghitung harga mutlaknya.

d. Mengambil harga mutlak yang paling besar diantara harga haraga mutlak

selisish tersebut. Harga mutlak tersebut (Lo). untuk menerima hipotesis nol, kita

bandingkan dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar liliofors untuk taraf

nyata 0,05 dengan criteria :

Jika Lo< L tabel maka berdistribusi normal

Jika Lo> L tabel maka tidak berdistribusikan normal.

36
3.7.2 Uji Homogenitas

Dilakukan uji dua pihak dengan taraf signifikan = 0,05 hipotesis daftar

uji dengan statistik Sudjana, (2016:250) :

2
1
F = Variansi Terbesar / Variansi Terkecil atau F= 2
2

Keterangan :
2
S1 : Variansi dari kelompok terbesar
2
S2 : Variansi dari kelompok terkecil

Dengan Kriteria :

Jika Fhitung< Ftabel maka variansi data bersifat homogen

Jika Fhitung > Ftabel maka variansi data tidak homogeny

3.7.3 Rancangan Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis kesamaan 2 rata rata (uji 2 pihak) dengan menggunakan rumus :

1 2
thitung = 1 1
+
1 2

Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :

2 (11 )12 + (21 )22


S = (1 + 2 ) 2
( Sudjana,2016:239)

Keterangan :

1 : Skor rata rata kelas eksperimen

2 : Skor rata rata kelas kontrol

37
N1 : Jumlah siswa kelas eksperimen

N2 : Jumlah siswa kelas kontrol

S1 : Simpangan baku / standar deviasi kelas eksperimen

S2 : Simpangan baku / standar deviasi kelas kontrol

Selanjutnya criteria pengujian adalah hipotesis diterima jika thitung>

ttabel dengan tingkat kepercayaan 95% pada taraf = 0,05, yaitu ada

pengaruh yang positif dan signifikan model pembelajaran Problem Based

Learning terhadap kemampuan memecahkan masalah pada pelajaran

Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Pematang Siantar. Dan

sebaliknya, hipotesis ditolak jika thitung< ttabel, artinya tidak ada pengaruh

yang positif dan signifikan model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap kemampuan memecahkan masalah pada pelajaran ekonomi kelas

XI IPS SMA Negeri 3 Pematang Siantar.

38

Anda mungkin juga menyukai