Anda di halaman 1dari 12

APLIKASI SELF CARE DALAM PROSES KEPERAWATAN

Model konsep Dorothea Orem terfokus pada selfcare dan kebutuhan perawatan diri
klienuntuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan. Ada 3
prinsip dalam keperawatan diri sendiri yaitu:

1. Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhanoksigen, air, nutrisi, eliminasi,
aktivitas dan istirahat.
2. Perawatan mandiri yang harus dilakukan sesuai dengan tumbuh kembang manusia.
3. Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau
penyakit.

Dalam teori Orem (1991) ada 5 area aktifitas keperawatan yaitu:

1. Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan pasien dengan
individu , keluarga, kelompok, sampai pasien dapat melegitimasi rencana
keperawatan.
2. Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan.
3. Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk kontak
dan dibantu perawat.
4. Menjelaskan,memberikan dan melindungi pasien secara langsung dalam bentuk
keperawatan.
5. Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari pasien
atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasi
yang dibutuhkan atau yang akan diterima.

1. Teori Self Care

Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu memahami konsep self care,
selfcare agency, basic conditioning factor dan kebutuhan self care therapeutik. Self care
adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk berinisiatif dan membentuk perilaku
mereka dalam memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk
denganefektif maka hal tersebut akan membantu membentuk integritas struktur dan fungsi
manusiadan erat kaitannya dengan perkembangan manusia.

Self care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk melakukan self care.
Kemampuan individu untuk melakukan self care dipengaruhi oleh basic conditioning factor
sseperti; umur, jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosialbudaya,
sistem perawatan kesehatan (diagnostik, penatalaksanaan, modalitas), sistem keluarga,
polakehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber.

Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self care demand) adalah merupakantotalitas
dari tindakan self care yang diinisiatifdan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan self
caredengan menggunakan metode yang valid yangberhubungan dengan tindakan yang akan
dilakukan.

Konsep lain yang berhubungan denganteori self care adalah self care requisite. Orem
mengidentifikasikan tiga katagori self carerequisite :
a. Universal meliputi: udara, air, makanan daneliminasi, aktifitas dan istirahat, privasi,
sosialisi daninteraksi sosial, pencegahan resiko, peningkatan kesehatan, kesejahteraan dan
potensi diri.

b. Developmental, lebih khusus dari universaldihubungkan dengan kondisi


yangmeningkatkan proses pengembangan sikluskehidupan seperti; pekerjaan baru,
perubahanstruktur tubuh dan kehilangan rambut.

c. Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat


terjadinyaperubahan struktur normal dan kerusakanintegritas individu untuk melakukan self
careakibat suatu penyakit atau injury.

2. Teori Self Care Deficit

Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem. Dalam teori ini
keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan) tidak mampu
atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan diberikan jika
kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan.
Orem mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam membantu self care:

a. Tindakan untuk atau lakukan untuk oranglain.

b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.

c. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.

d. Memberikan dan memelihara lingkunganyang mendukung pengembangan personal.

e. Pendidikan.Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau semua


metode tersebut dalam memenuhi self care.

3. Teory Nursing System

Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self care dan kemampuan
pasien melakukan self care. Jikaada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care
therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing agencyadalah suatu properti atau
atribut yanglengkap diberikan untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat
yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan kebutuhan
selfcare terapeutik mereka, melalui pelatihan dan pengembangan self care agency.Orem
mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu:

a. Wholly Compensatory system

Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan tindakan self care, dan menerima
selfcare secara langsung serta ambulasi harus dikontrol dan pergerakan dimanipulatif atau
adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada tig akondisi yang termasuk dalam kategori ini
yaitu: tidak dapat melakukan tindakan self care misalnya koma, dapat membuat keputusan,
observasi atau pilihan tentang self care tetapi tidak dapat melakukan ambulasi dan pergerakan
manipulatif, tidak mampu membuat keputusan yang tepat tentang self carenya.

b. Partly compensatory nursing system

Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan perawatan atau tindakan lain
danperawat atau pasien mempunyai peran yang besar untuk mengukur kemampuan
melakukan selfcare.

c. Supportive educative system

Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar membentuk internal atau
externalself care tetapi tidak dapat melakukannya tanpa bantuan. Hal ini juga dikenal dengan
supportive developmental sistem.

2.2 Aplikasi Self Care: Pengkajian

1. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status perkembangan, orientasi
sosio-kultural, riwayat diagnostik dan pengobatan, faktor sistem keluarga); Pola hidup;
Faktor lingkungan.

2. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah keperawatan berdasarkan


self-care defisit, maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada klien melalui observasi
berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang terdiri dari Minimal Care, Partial
Care, Total Care

3. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis yang terdiri dari pemenuhan
kebutuhan oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,, gangguan mengunyah,
gangguan menelan, pemenuhan kebutuhan eliminasi /pergerakan bowel, urinary, excrements,
menstruasi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat. Secara rinci pengembangan teori
Orem dengan masalah fisiologis adalah sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan Oksigen/Udara

A. Saluaran Pernafasan

1. Sumbatan pada saluran pernafasan oleh benda asing.

2. Kelaianan pada saluran pernafasan daaan peningkatan resistensi jalan pernafasan.

B. Pengembanagan kapasitas vital paru

1. Restriksi paru

2. Penurunan pengembangan paru

3. Perubahan jaringan paru terhadap pemenuhan kapasitas vital paru

4. Keterbatasan ekspansi dada


5. Pengaruh muskuler dan neuro terhadap pengembangan paru

C. Ventilasi alveolar optimal

1. Alveoli yang terganggu

2. Penurunan jumlah alveolus

3. Kehilangan alveolus dan kapiler pulmonal

D. Mempertahankan keseimbangan gas diantara alveolus dan paru

1. Hipoventilasi elveolar

2. Penebalan alveolar dan membran kapiler

3. Rendahnya aliran darah paru terhadap ventilasi

4. Penurunan kapsitas oksigen

E. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap saraf sentral

1. Aktifitas ritme otomatis di medula oblongata

2. Reseptor regulasi kimia (kemoreseptor)

F. Terhentinya pernafsan sementara

1. Kekejangan umum

2. Tangis anak-anak

G. Tidak ada respirasi

1. Apneu yang muncul pada bayi normal

2. Apneu dengan pasien preterm

3. Apneu pada 24 jam pertama

4. Apneu pada penyakit kardiorespiratori

5. Apneu akibat gangguan metabolik

H. Distres respiratori

1. Ansietas

2. Histeria dan gangguan emosional


3. Patologi pada jantung dan paru

4. Pernafasan periodik pada bayi preterm

5. Dispneu dan sianosis pada bayi baru lahir

I. Penurunan respiratory rate dan kapasitas vital

1. Kaheksia

2. Malnutrisi

J. Peningkatan kerja pernafasan

1. Injuri

2. Pemenuhan kebutuhan air/cairan dan makanan/nutrisi

A. Keadaan yang berkaitan dengan kebutuhan cairan

1. Kemampuan / ketidak mampuan

2. Kegagalan mengkomunikasikan kebutuhannya

3. Kondisi pemasukan / input asupan nutrisi

B. Jenis makanan dan cairan yang tidak disukai dan mempengaruhi

1. Yang berbeda dengan kebiasaan

2. Yang berbeda dari standar

3. Yang bnertentangan dengan kondisi individu

C. Kondisi internal dan eksternal pemasukan makanan dan cairan

1. Hal-hal yang perlu diperhatiakan

a. Kondisi fisik

b. Stimulasi fisik

c. Perilaku yang tidak biasa

d. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi asupan

2. Manfaat asupan cairan makanan

D. Kondisi natural terkait dengan asupan cairan dan makanan ke dalam mulut
1. Satus / tingkat perkembangan

2. Abnormalitas pada mulut dan wajah

3. Obstruksi-inflamasi dan lesi pada mulut

4. Pengeluaran sekresi dari mulut dan hidung

5. Kesul;itan untuk membuka dan menutup mulut

6. Prosedur pembedahan pada mulut, rahang dan lidah yang mempengaruhi pemasukan
cairan dan nutrisi

7. Pertukaran jaringan lunak di mulut

a. Efek dari kekurangan nutrisi dan adanya pembatasan asupan

b. Atropi mukosa mulut pada orang tua sehingga kemampuan merasakan menurun dan
adanya sensasi terbakar pada mulut

8. Posisi tubuh yang terganggu pada saat makan dan minum tidak mampu membuka mulut

9. Kondisi gangguan mengunyah

1. Kondisi gigi dan rahang

2. Kondisi otot untuk mengunyah

3. Nyeri saatmengunyah akibat lesi pada jaringan lunak dan tulang

4. Berurangnya jumlah saliva

5. Kebiasaan toidak mengunyah makanan

10. Kondisi dan keadaan gangguan mengunyah

a. Kondisi yang berhubungan dengan berkurangnya jumlah saliva

1. Berkurangnya atau tertahannya sekresi saliva

2. Adanya peradangan, tumor atau gangguan pada kelenjar yang memproduksi saliva.

b. Kondisi otot lidah dan pipi / wajah yang terganggu

c. Kurang dalam mengunyah makanan

3. Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan ekskresi

A. Perubahan pergerakan bowel dan feces


1. Konstipasi-diare

2. Perubahan kepadatan, warna dan karakteristik faeces

3. Perubahan intregitas bowel, fungsi, dan perubahan struktur

B. Perubahan pola urinary, urin dan integritas organ

1. Perubahan pola urinary

2. Perubahan kualitas dan kuantitas urine

3. Perubahan struktur dan fungsi integritas organ

C. Perubahan pola keringat

1. Keringat berkurang

2. Keringat meningkat

D. Perasaan dan emosi yang mempengaruhi

1. Ketidaknyamanan atau nyeri

2. Kecemasan atau ansietas akibat gangguan

E. Tingkah laku selama perawatan

1. Pergerakan yang sulit

2. Tidak nyaman atau nyeri pada saat pergerakan

F. Lingkungan

1. Jamban

2. Sanitari lingkungan

3. Privasi pada saat BAB dan BAK

4. Berbeda setiap individu

4. Aktivitas dan istirahat

A. Tingkat aktivitas sehari-hari

1. Pola aktivitas sehari-hari

2. jenis,frekuensi dan lamanya latihan fisik


B. Tingkat kelelahan

1. Aktivitas yang membuat lelah

2. Riwayat sesak nafas

C. Gangguan pergerakan

1. Penyabab ngangguan pergerakan

2. Tanda dan gejala

3. Efek dan gangguan pergerakan

D. Pemeriksaan fisik

1. Tingkat kesadaran

2. Postur atau bentuk tubuh.

3. Ekstremitas

5. Keselamatan dan keamanan

A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti adanya
perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi,

1. Halusinasi

2. Gangguan proses pikir

3. Kelesuan

4. Ilusi

5. Kebosanan dan tidak bergairah

6. Perasaan terasing

7. Kurangnya konsentrasi

8. Kurangnya koordinasi dan keseimbangan

B. Faktor resiko yang berhubungan dengan keadaan pasien.

1. Kesadaran menurun

2. Kelemahan fisik

3. Imobillisasi
4. Penggunaan alat bantu.

2.2 Aplikasi Self Care: Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien. Mengacu pada
diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan. Teori Orem masih lebih
berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat dikembangkan ke masalah lain
sesuai hirarki kebutuhan dasar yang dikembangkan Maslow.

2.3 Aplikasi Self Care: Intervensi

Dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand danmeningkatkan
kemampuan self care. Membuat nursing system : Wholly compensatory,
Partly compensatory, atau supportive-educative. Membuat metode yang sesuai untuk
membantu klien.

2.4 Aplikasi Self Care: Implementasi

Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari yang
dibutuhkan untuk memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui. Teori Orem
mengidentifikasi beberapa metode bantuan, yaitu:

1. Merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan orang-orang
terdekat dalam bantuan keperawatan.

2. Membimbing dan mengarahkan.

3. Memberi dukungan fisik dan psikologis

4. Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan individu

5. Pendidikan

6. Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak bantuan
keperawatan.

7. Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.

8. Melibatkan anggota masyarakat.

9. Lingkungan

2.5 Aplikasi Self Care: Evaluasi


Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang telah
dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau
belum.

Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam: meningkatkan kemampuan self care,


memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya.

Tahap Pertama, pengumpulan data pada 6 area yaitu : status kesehatan individu; persepsi
dokter tentang status kesehatan individu; persepsi individu tentang kesehatannya sendiri;
tujuan kesehatan dalam konteks latarbelakang kehidupan individu, gaya hidup, dan status
kesehatannya; kebutuhan individu terhadap perawatan diri/self care:
kapasitasindividuuntukmelakukan self care.

Tahap kedua perawat menentukan tingkat ketergantungan individu, dimana perawat dapat
menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu individu/klien.

Tahap ketiga melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pada komponen diagnosa.

2.2 Proses Keperawatan

Dalam melaksanakan proses keperawatan seorang perawat profesional dituntut


mampu menjalin komunikasi terapeutik dalam setiap tahap proses keperawatan. Berikut
merupakan tahap komunikasi terapeutik:

1. Pre Interaksi / Persiapan


2. Mengeksplorasi perasaan dan kesiapan diri perawat.
3. Mengumpulkan data pasien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.

1. Orientasi
2. Memberikan salam pada pasien
3. Memperkenalkan diri
4. Melakukan validasi data
5. Menjelaskan peran perawat dan pasien
6. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
7. Menjelaskan tujuan
8. Melakukan kontrak waktu, topik dan tempat
9. Mempersiapkan pasien

1. Tahap Kerja
2. Melakukan aplikasi proses keperawatan dengan tepat
3. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
4. Terminasi
5. Melakukan evaluasi tujuan
6. Memberikan reinforcement positif
7. Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
8. Melakukan kontrak berikutnya
9. Mengakhiri kegiatan dengan baik
10. Berpamitan
Adapun proses keperawatan menurut Dorothea Orem yaitu:

1. 1. Tahap Pengkajian

a. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status perkembangan, orientasi
sosio-kultural, riwayat diagnostik dan pengobatan, faktor sistem keluarga), Pola hidup, Faktor
lingkungan.

b. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah keperawatan berdasarkan


self-care defisit,maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada klien melalui observasi
berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang terdiri dari Minimal Care, Partial
Care, Total Care.

c. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis. Secara rinci pengembangan teori
Orem mengenai kebutuhan dasar adalah sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan udara/oksigen.

2. Pemeliharaan kebutuhan air/cairan.

3. Pemeliharaan kebutuhan makanan/nutrisi.

4. Perawatan proses eliminasi dan ekskresi.

5. Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan istirahat.

6. Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi sosial.

7. Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan.

8. Peningkatan kesehatan dan pengembangan potensi dalam hubungan sosial.

1. 2. Tahap Diagnosa

Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien. Mengacu
pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan. Teori Orem masih
lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat dikembangkan ke masalah lain
sesuai hirarki kebutuhan dasar yang dikembangkan Maslow.

1. 3. Tahap Intervensi

Dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand dan meningkatkan
kemampuan self care. Membuat nursing system : Wholly compensatory,
Partly compensatory, atau supportive-educative.Membuat metode yang sesuai untuk
membantu klien.

1. 4. Tahap Implementasi
1. Merumuskan,memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan
orang-orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
2. Membimbing dan mengarahkan.
3. Memberi dukungan fisik dan psikologis
4. Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu
5. Pendidikan
6. Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak
bantuan keperawatan.
7. Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.
8. Melibatkan anggota masyarakat.
9. Lingkungan

1. 5. Tahap Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang telah
dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau
belum. Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam: meningkatkan kemampuan self care,
memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya.

Anda mungkin juga menyukai