TADULAKO UNIVERSITY
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ( )
DAFTAR ISI ( )
BAB I. TINJAUAN PUSTAKA ( )
1.1 Definisi Survey dan Pemetaan ( )
1.2 Tujuan Praktikum Survey dan Pemetaan ( )
1. Tujuan Instruksional Umum ( )
2. Tujuan Instruksional Khusus ( )
1.3 Prinsip Dasar Pengukuran ( )
1.4 Peta ( )
1. Definisi Peta ( )
2. Jenis-Jenis Peta ( )
1.5 Peta Situasi ( )
1. Definisi ( )
2. Skala ( )
3. Garis Kontur ( )
1.6 Skala ( )
b. Metode AutoCad ( )
2. THEODOLIT ( )
1. Data Ukur Polygon ( )
2. Peta Situasi (Keseluruhan) ( )
3. Perhitungan Theodolit ( )
A. Perhitungan Patok Utama ( )
B. Perhitungan Patok Detail ( )
4. Peta Situasi ( )
3. GPS ( )
1. Peta Lokasi ( )
2. Koordinat GPS ( )
3. Peta Situasi ( )
4. MORFOMETRI ( )
4. Peta Lokasi ( )
5. Perhitungan Morfometri ( )
6. Sketsa Morfometri ( )
DAFTAR PUSTAKA ( )
LAMPIRAN ( )
LEMBAR ASISTENSI ( )
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.4 PETA
1. Definisi Peta
dan kertas pada peta itu rata, maka tidak ada bagian dari muka bumi yang
dapat digambarkan tanpa penyimpangan dari bentuk aslinya, namun
demikian untuk areal yang kecil permukaan bumi dapat dianggap sebagai
bidang datar, karena itu peta yang dibuat dengan proyeksi vertikal dapat
dianggap benar (tanpa kesalahan).
2. Jenis-jenis Peta
2. Skala
Skala adalah perbandingan antara suatu jarak di atas peta dan jarak yang
sama di atas permukaan bumi. Skala besar akan menyatakan suatu daerah
besar pula, sedang skala kecil daerah itu digambar kecil pula. Menurut
skalanya, peta dapat dibagi dalam:
Garis kontur adalah garis potong bidang tinggi garis bidik atau suatu
bidang horizontal lain dengan lapangan yang miring. Garis kontur dapat
juga diartikan sebagai garis penghubung titik pada ketinggian yang sama,
yang diperoleh dengan cara interpolasi antara dua titik. Jarak mendatar
antara dua buah kontur disebut jarak horizontal (BC). Kemiringan tanah
untuk titik A dan C adalah AB/AC.
50 60 70
50 60 70
70 60
90
80
70
60
1.6 SKALA
Skala merupakan perbandingan antara jarak yang mewakili sebagian
permukaan bumi yang ditunjukkan oleh sebuah kertas gambar dengan jarak
yang ada di lapangan. Skala diberikan dalam istilah jarak pada peta dalam
sejumlah satuan tertentu yang bersesuaian dengan suatu jarak tertentu di
lapangan.Skala dapat dinyatakan dengan persamaan langsung atau dengan
suatu perbandingan.
Jarak dari dua buah tempat yang diperlihatkan di peta harus diketahui
dengan suatu perbandingan yang tertentu dengan keadaan yang sesungguhnya.
Perbandingan jarak di lapangan dengan jarak di atas peta inilah yang
dinamakan dengan skala, misalnya :
BAB II
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN WATERPASS
2.3 PERALATAN
1. Pesawat Waterpass dan kelengkapan
2. Statif
3. Unting-unting
4. Rambu ukur
5. Pita ukur/ Roll meter
6. Patok/paku
7. Alat-alat tulis
8. Payung
a. Teropong Jurusan
b. Nivo
Cara grafis
Alat ukur menyipat datar ditempatkan antara titk A dan B,
sedang diantara titik A dan B di tempat 2 mistar. Jarak dari alat
ukur menyipat datar kedua mistar, ambilah kira-kira sama, sedang
alat ukur penyipat datar tidaklah perlu terletak di garis lurus yang
menghubungkan dua titk A dan B. Arahkan garis bidik dengan
Cara Analitis
Pesawat waterpass diletakkan antara dua mistar yang
memberi hasil paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih
ada pada pengukuran dapat saling memperkecil, apalagi bila jarak
antara pesawat waterpass kedua mistar dibuat sama. Jadi untuk
mendapatkan beda tinggi antara dua titk selalu diambil pembacaan
Metode Pengukuran
a. Metode pembacaan muka dan belakang (loncat)
Metode ini biasanya digunakan pada pengukuran
jaringan irigasi atau pengukuran memanjang tanpa diselingi
potongan melintang, karena metode loncat, pesawat waterpass
berada di tengah-tengah antara patok 1 dan 2 atau berada pada
patok genap sedangkan rambu berada pada patok ganjil. Untuk
5) Jika titik target tersebut tidak berimpit dengan ujung kanan benang
mendatar diafragma, berarti ada kesalahan (benang mendatar
diafragma tidak tegak lurus sumbu I).
6) Untuk mengoreksinya hilangkan setengah dengan mengatur sekrup
koreksi diafragma, maka benang mendatar diafragma akan tegak
lurus sumbu I.
7) Ulangi pekerjaaan ini dari awal sehingga pada pemutaran teropong
dengan sumbu I sebagai sumbu putar titik target tetap berhimpit
dengan benang mendatar diafragma.
c. Memeriksa/mengatur garis bidik sejajar dengan garis arah nivo
1) Tentukan titik A, B, C dan D yang terletak pada satu garis lurus
dan buat jarak AC – CB = BD.
2) Letakkan pesawat dititik C, steel sehingga memenuhi syarat guna
mengadakan pengukuran.
3) Letakkan rambu ukur pada titik A dan B.
4) Baca rambu ukur di A & B dan catat hasil pemacaannya.
Misal : Pembacaan rambu ukur di A = a
Pembacaan ramb ukur di B = b
5) Pindahkan pesawat di D, steel sehingga memenuhi syarat
pengukuran.
6) Baca rambu ukur di A & B.
Misal : Pembacaan rambu ukur di A = C
7) Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan pertama : (a - b) = h1.
8) Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan kedua : (c – d) = h2.
9) Jika h1 = h2 berarti garis bidik // garis arah nivo.
10) Jika h1 = h2 berarti garis titik tidak sejajar garis arah nivo dan harus
dikoreksi. (Seperti terlihat pada gambar, jika garis bidik tidak
sejajar dengan garis arah nivo, maka garis bidik akan membentuk
sudut α terhadap garis nivo).
P0 P1 P2 P3 P4
D1 D2 D3 D4
Gambar 2.5
dimana :
BA+BB
BT = 2
d c P0 a b
P0 a = √(P1a)2 – (P1P0)2
P0 b = √(P1b)2 – (P1P0)2
Dimana :
Gambar 2.6
B B
A
BT A
BT
B B
B B
P0 D1 P1 D2 P2
Gambar 2.7
(BT di P0 – TA di P1)
Dan :
(TA di P1 – BT di P2)
a a a
P0 P2
P1
b b b
D1 D2
Gambar 2.8
Dan :
a. Tempatkan dan steel pesawat pada titik travers yang akan diukur
profilnya sedemikian rupa sehingga sumbu I tepat di atas titik
tersebut. Misal titik P1
b. Bidik teropong ke titik P2, kemudian putar alhidade horizontal
sehingga index lingkaran tepat pada angka nol dari skala lingkaran.
c. Putar teropong, ke kiri atau ke kanan, tergantung dari posisi profil
yang diinginkan, maka buat sudut terhadap P 1 P2. Misal 90°.
Kemudian pasang patok pembantu pada ujung profil tersebut, misal
titik a.
d. Putar teropong 180° untuk menentukan ujung lain dari profil tersebut
misal titik b.
Dalam hal ini penentuan posisi dari profil, selain dilakukan seperti
langkah no.1 yang bisa dicaca dan dicatat dengan jarak optis dan beda
tinggi. Penentuan posisi dari profil ini dapat juga ditentukan dengan
perkiraan, tergantung kebutuhan.
Tempatkan dan steel pesawat pada suatu titik di luar garis profil,
sedemikian rupa sehingga dari titik tersebut dapat membidik sepanjang
profil yang akan diukur (metode tinggi garis bidik).
Pasang rambu ukur P1 bidikkan teropong pada rambu ukur tersebut dan
lakukan pembacaan BT, BA dan BB yang tercatat pada rambu ukur.
Pasang rambu ukur pada titik a (dalam hal ini rambu ukur diletakkan di
atas tanah) dan lakukan pembacaan langkah 4.
Lakukan pembacaan pada setiap perubahan kemiringan tanah sepanjang
garis profil, misal titik b, c, d, ... dan seterusnya sampai ke ujung profil
yang telah ditentukan.
Ukur jarak ab, bc,cd, ... dan seterusnya dengan pita ukur atau rantai ukur
Pengukuran dilanjutkan pada profil berikutnya (P2,P3,... dan seterusnya)
Hitung dan gambar hasil pengukuran tersebut.
BAB III
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN THEODOLITH
3.3 PERALATAN
1. Pesawat Theodolith
2. Statif
3. Rambu ukur
4. Kompas
5. Baterai (bagi pesawat theodolith digital)
6. Unting-unting
7. Patok kayu
8. Meteran
9. Alat tulis-menulis
bentuk topografi muka bumi dalam suatu peta dengan segala sesuatu yang
ada pada permukaan bumi seperti kota, jalan, sungai, bangunan, dll
Dengan skala lingkaran tertentu sehingga dengan mempelajari peta kita
dapat mengetahui jarak, arah, dan posisi tempat yang kita inginkan
mempelajari Survey dan Pemetaan :
a. Membuat peta
b. Menentukan elevasi dan arah
c. Mengontrol elevasi dan arah Tujuan
d. Dan lain-lain.
2. Dimensi-Dimensi Yang Akan Diukur
a. Jarak : Adalah garis hubung terpendek antara 2 titik yang dapat di
ukurdengan menggunakan alat ukur misal: mistar, pita
ukur, theodolith, waterpass, dan lain-lain.
b. Sudut : Adalah besaran antara 2 arah yang bertemu pada satu titik
(untuk menentukan azimuth dan arah).
c. Ketinggian: Adalah jarak tegak diatas atau dibawah bidang reviners
yang akan diukur dengan waterpass dan rambu ukur.
3. Prinsip Dasar Pengukuran
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin saja terjadi, maka
tugas pengukuran harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu :
BA
BT
γ
BB
Gambar 3.1
BA = Benang Atas
BT = Benang Tengah
BB = Benang Bawah
= D1 sin V
Poligon Tertutup
Pada polygon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu
yang sama. Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus
diatas maka harus di ratakan sehingga memenuhi syarat diatas:
ß
B ß
C
A
D
E ß
ß
Gambar 3.2
U U
U
AB
B
AB
C
D
B
A C
Gambar 3.3
d. Menghitung Koordinat
Setelah azimuth dan jarak datar telah dihitung, maka kita
dapat menghitung koordinat titik-titik poligon. Perhitungan
dimulai dengan mencari selisih koordinat (X dan Y):
Rumus perhitungan selisih koordinat:
D. sin untuk X
D. cos untuk Y
Dimana:
D = jarak datar
= azimuth
Yi
yi = K1Yi = K1 =
Y
4) Memutar nivo 900 dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan gelembung
nivo ditengahkan dengan memutar sekrup penyetel C, maka sumbu I
tegak lurus pada dua garis jurusan yang mendatar dan akan letak
vertikal.
5) Mengulangi pekerjaan hingga bila nivo diputar kesemua jurusan
gelembung tetap ditengah-tengah.
Bila ada nivo yang biasanya dipasang pada kaki penyangga sumbu II (nivo
B) dan tegak lurus terhadap nivo yang terletak diatas akhidade horizontal
(nivo A) maka langkah pekerjaan sebagai berikut:
1. Menempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B dengan
sendirinya kearah sekrup penyetel C.
2. Menempatkan gelembung kedua nivo ditengah-tengah dengan sekrup
penyetel A, B dan C.
3. Memutar nivo 1800 dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila
gelembung kedua nivo tetap ditengah-tengah dengan sekrup berarti
pesawat sudah baiok (sumbu satu telahvertikal).
4. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari
langkah
kesatu. Dan bila beberapa kali diulangi gelembung tidak juga di tengah-
tengah, setengahnya dengan sekrup koreksi nivo masing-masing, maka
sumbu II akan tegak lurus pada garis arah kedua nivo.
5. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan sekrup
penyetel A & B dan nivo sekrup penyetel C.
6. Mengulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembungnivo
selalu ditengah-tengah yang berarti sumbu I telah vertikal.
Memeriksa sumbu II, sumbu I dan garis bidik sumbu II
1. Menempatkan dan menyetel pesawat + 5 m dimuka suatu dinding
(tembok) yang terang. Sumbu I dianggap sudah baik. Dengan garis
bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada dinding dibuat suatu titik
II telah sumbu I.
1) Membidik teropong C
2) Dengan sekrup koreksi diafragma, garis bidik digeser hingga
berimpit dengan Titik P.
3) Mengulangi pekerjaan hingga bila teropong diputar dari atas
kebawah atausebaliknya garis bidik akan melukiskan PTQ.
d. Sewaktu teropong dibidik ketitk P, garis bidik akan menunjuk ke titik
G sebelah kanan atau kiri titik P dan sewaktu teropong dibidik ketitik
Q garis bidik akan menunjuk ke titik H, sebelah kanan atau kiri titik
Q. tapi PQ = a QH = b. maka hal ini menunjukkan adanya kesalahan
kombinasi, yaitu sumbu II tidak tegak lurus sumbu I dan garis bidik
tidak tegak lurus sumbu II.
1) Menghitung besarnya x dan y
1
a=x+y x= (a – b)
2
1
b=x–y y= (a +b)
2
2) Membidik teropong keskala atas (titik G)
3) Memutar sekrup koreksi sumbu II sedemikian rupa hingga
pembacaan skala =Y(Y= pengaruh tidak tegak lurusnya garis
bidik terhadap sumbu II).Mengulangi pekerjaan hingga bila
teropong dibidikkan kesegala arah maupun bawah pembacaan
dama dengan y dan terletak pada belahan yang sama
terhadapgaris PTQ yang bearti sumbu II telah tegak lurus sumbu
I.
4) Membidik kembali teropong keskala atas.
5) Memutar sekrup koreksi diafragma sedemikian rupa hingga garis
bidik menunjuk skala nol (berimpit dengan titik P).
6) Mengulangi pekerjaan hingga bila teropong diarahkan dari atas
5) Juga melakukan pekerjaan tersebut pada titik D dan titik yang lain
(N), misal AD = 120030’ dan AN = x0.
6) Besar sudut BAC = AC-AB = 450 45’ – 300 15’ = 15030’
7)Besar sudut BAD = AD-AB = 1200 30’ – 300 15’ = 90015’
8) Besar sudut BAN = AN-AB = x0 – 30015’ = y0
9)Besar sudut CAN = AN-AB = x0 – 30015’ = z0
5. Pengukuran Sudut Vertikal
1. Menempatkan pesawat pada titik A yang sudah ditentukan 4dan
menyetel hingga siap untuk melakukan pengukuran.
2. Membidik titik B yang akan diukur secara kasar dengan memutar
teropong kearah horizontal dan vertikal.
3. Setelah titk B kelihatan, menempatkan titik B ersebut dengan titk
potong benang silang (sekrup penggerak halus).
4. * Dengan alat ukur yang menggunakan zenith
1. Membaca sudut vertikal titik B.
2. Berarti sudut miring B = 900 – 88030’ = +01030’ atau B= 900-
93015’ = -03015’.
* Dengan alat ukur yang tidak menggunakan zenith.
1. Membaca sudut vertikal titk B.bila teropong bergerak keatas,
maka sudut miringnya negatif, misal = -02015’.
1
2. Bila teropong bergerak kebawah maka sudut miring Positif,
2
misal =+01030’.
X2 = R sin 2Q
Titik 2 (X2, Y2)
X2 = 2R sin2 Q
X3 = R sin 3Q
Titik 3 (X3, Y3)
X3 = 2R sin2 3/2Q
Xn = R sin n.Q
Titik n (Xn, Yn)
4. Membuat garis lurus dilapangan dan mendirikan patok dititik T dan
titik P.
5. Menentukan titik A ada garis TP sejauh X
6. Menentukan titk 1 sejauh Y dari A tegak lurus TP, kemudian didirikan
patok pada titk 1.
7. Dengan cara yang sama, menentukan koordinat-koordinat titk-titik 2,
3, …, n.
8. Lengkungan yang dimaksud adalah garis yang menghubungkan titik-
titk T, 1, 2, 3, …, n.
b. Dengan pesawat theodolith yang tidak dilengkapi kompas.
a. Mengovalkan skala lingkaran mendatar dititik B dan kunci sekrup K2
Polygon tertutup
Untuk polygon tertutup ini pada prinsipnya langkah kerja dalam pengukuran
sama dengan langkah kerja polygon terbuka. Hanya bedanya:
a. Untuk Polygon Terbuka:
1. Pada ujung awal polygon diperlukan suatu titik K yang tentu dan
sudut jurusan yang tentupula.
2. Supaya keadaan menjadi simetris, maka pada ujung akhir dibuat titik
yang tentu pula dan ikatan pada jurusan yang tentu pula.
b. Untuk polygon tertutup
1. Pada pengukuran cukup diperlukan suatu titik tertentu saja atau
beberapa titik tertentu dan sudut jurusan yang tentu pula pada awal
pengukuran.
2. Pengukuran akhir harus kembali (menutup) ke titik awal.
c. Dalam hal ini dapat dilihat pada contoh dibawah ini dimana pengukuran
awal dimulai dari titk P yang kemudian diakhiri ketitik P lagi.
b. Jenis-Jenis Poligon
1) Poligon Terbuka
Pada poligon terbuka, keadaanya adalah terikat sebagian
atau terikat sepihak. Poligon terbuka terdiri dari dua sistem yaitu
poligon bebas dan poligon terikat. Dikatakan poligon terikat karena
diikat oleh azimuth dan koordinat titik dan poligon bebas karena
tidak ada titik yang mengikat. Kesalahan dalam pengukuran sudut
dan jarak tidak dapat dikontrol. Kontrol dapat dilakukan dengan
melakukan pengukuran ulang untuk keseluruhan poligon, atau
melakukan pengukuran dari arah yang berlawanan.
ß ß
α B C
Dß
A
F E
ß
ß
2) Poligon Tertutup
Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu titik yang
sama. Sistem pengukuran pada poligon tertutup ini ada dua macam,
antara lain :
ß
α B ß
C
A
D
E ß
ß
BAB IV
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN GPS
digunakan sejak tahun 1980, namun pemakaian secara umum oleh publik
baru sekira tahun 1990-an.
Sistem GPS
Waktu tersebut dihitung sebagai jarak dari beberapa Satelit GPS untuk
hitung posisi di bumi & permukaannya, termasuk exosphere
Tidak ada alat khusus atau biaya extra untuk mendapatkan signal
WAAS, selama negara tersebut memasang WAAS ground / koresi
satelit.
Untuk koreksi ini GPS kita harus memiliki differential beacon receiver
and antenna, seperti pada GPS295 dimana kita dapat menyetel
frequensi dari beacon tersebut.
Sumber
Kesalahan
Error dari Pantulan signal: hal ini terjadi jika signal GPS berpantul
melalui objek spt bangunan atau gunung sebelum dia diterima unit
kita.
Kesalahan Waktu dari unit kita: Ketepatan waktu / jam dari unit kita
tidak setepat jam Atom di GPS satelit (GPS memakai Atomic Clock).
Untuk itu ada sedikit error waktu.
Orbital errors - dikenal sebagai ephemeris errors, hal ini terjadi jika
ada pergeseran dari orbit / laporan dari satelit untuk posisinya.
Posisi relative dari Satelit / gangguan sisi miring: hal ini terjadi jika
posisi satelit terletak pada sudut yang sangat lebar atau sangat dekat
atau hamper berhimpitan satu sama lain sehingga perhitungan
ketepatan berkurang.
jaring titik kontrol, survey deformasi, dan geodinamika. Harga receiver tipe
geodetik cukup mahal, mencapai ratusan juta rupiah untuk 1 unitnya.
BAB V
PENGUKURAN LUAS
5.3 PERALATAN
1. Planimeter Manual Tipe Roller KP-46
2. Planimeter Digital KP-90N
3. Planimeter Digital KP-92N
4. Kertas Milimeter
5. Alat-alat Tulis
Perhitungan luas pada metode ini yaitu dengan menggunakan media bantu
berupa kertas millimeter untuk meletakkan bidang bangun yang akan
diukur luas, sesuai skala gambar yang digunakan.
AREAL A
Skala 1: 1.000
Gambar 5.1
Areal A berskala 1 : 1.000 akan diukur dengan cara grafis dengan
menghitung jumlah otak-kotak/kubus yang terdapat pada bangun tersebut.
- Areal/Kotak dihitung jumlahnya.
- Luas 1 kotak dihitung sesuai skala gambar.
- Jumlah luas kotak merupakan total enjumlahan luas bentuk kubus
tersebut.
- Bagian tepi dengan batas tidak beraturan diestimasi secara grafis,
kemudian dihitung jumlah kotak-koak batas tersebut.
- Luas total merupakan jumlah luas kotak persegi dengan bangun di
batas yang tidak beraturan.
2. Metode Geometris
AREAL A
Skala 1: 1.000
Segmen 1
Segmen 2
Segmen 3
Gambar 5.2
Pada metode ini, juga dengan media kertas millimeter, gambar/areal yang
akan diukur dibagi kedalam bentuk/bangun yang secara geografis dapat
dihitung dengan rumus luas bangun yang ada, misalnya segitiga dan
trapezium. Masing-masing segmen dihitung menurut rumus
bangun/geometrisnya. Luas dihitung menurut skala gambar. Total luas
merupakan jumlah luas seluruh segmen.
3. Metode Trapesium
P
AREAL A
Q
Skala 1: 1.000
Strip
Gambar 5.3
Pada metode ini, juga dengan media kertas millimeter, areal A dibagi
kedalam 4 sub areal (4 Strip) sehingga akan terdapat 5 garis potong
(offset).
Perhitungan luas dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Luas = Lebar Strip*(rata-rata offset awal dan akhir + jumlah offset
lainnya
Sebagai catatan, lebar strip dan panjang offset tergantung hasil ukur
gambar sesuai skala.
4. Metode Sympson
AREAL A
P Q
Skala 1: 1.000
Strip
Gambar 5.4
Pada metode ini, areal harus dibagi kedalam segmen-segmen dengan
jumlah offset harus ganjil. P dan Q merupakan titik-titik terluar.
Rumus perhitungan luas :
Luas = 1/3 lebar strip*[offset pertama + offset terakhir + 2(jumlah offset
ganjil) + 4(jumlah offset genap)]
Luas = 1/3 lebar strip* [y0 + y4 + 2(y2) + 4(y1 + y3)]
5. Metode Koordinat
Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk bangun
ukur/bidang dengan batas garis/sudut sehingga membentuk segi banyak
(polygon) tertutup, yang sama titik-titiknya memiliki koordinat masing-
masing. D
C
B
Gambar 5.5
Titik start
A A
B
Skala 1 : 1.000
Gambar 5.6
Pada gambar diatas penjejakan dimulai dari titik A searah jarum jam
(kekanan) dan kembali ketitik A. pencatatan pembacaan dilakukan
setelah penjejakan kembali ke titik awal.
Revolution dial
6 5
6 4
7 3
8 2
5
9 1
0
Angka resolusi : antara 1 dan 2
Gambar 5.7
Unit Area : 10 m2
b. Planimeter Digital
- Nomor planimeter dicatat : KP 90N atau KP 92N
- Catat skala gambar
- Untuk planimeter KP 90N luasan areal akan terlihat langsung dari
bacaan pada display alat (sesuai skala) dan unit yang dipilih pada
alat.
- Untuk planimeter KP 92N luas areal diperoleh dari perkalian luas
pembacaan di alat (cm2) atau (m2) dengan skala gambar.
- Pengukuran dilakukan minimal 3 kali, diambil nilai rata-rata serta
dihitung nilai standar deviasi.
BAB VI
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Plotting Lokasi
• Pada tiap grid yang baru, hitunglah beda tinggi dan kemiringan lereng.
• Menentukan beda tinggi dengan menghitung banyaknya garis kontur yang
ada dalam 1 grid. Misalnya pada gambar disamping terdapat 13 buah garis
kontur yang berimpit dengan garis warna biru maka beda tinggi = (13-1)x
interval kontur = 12 x 12.5 =150 m
Menentukan kemiringan dengan cara membandingkan antara beda tinggi dan jarak
(jarak ditentukan dari panjang garis x skala peta). Misalnya panjang garis = 0,9 cm
maka jarak = 0.9 x 250 = 225 m sehingga kemiringan = Tan-1 (150/225) = 33,7⁰
Pada gambar dibawah terdapat 7 buah garis kontur yang berimpit dengan garis
warna biru maka beda tinggi = (7-1) x interval kontur = 6 x 12.5 =75 m
Menentukan kemiringan dengan cara membandingkan antara beda tinggi dan jarak
(jarak ditentukan dari panjang garis x skala peta). Mis panjang garis = 0,9 cm maka
jarak = 0.9 x 250 = 225 m sehingga kemiringan = Tan-1 (75/225) = 18⁰
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan pesawat waterpass dan
theodolith kita dapat mengetahui perbedaan elevasi suatu daerah dan
mengukur luasnya, kemudian kita dapat mengetahui berapa jumlah volume
timbunan dan galian yang kita butuhkan sehingga kita dapat membuat
perencanaan disuatu tempat.
Dalam pengukuran dengan menggunakan pesawat waterpass,
digunakan tiga metode yaitu metode loncat, metode garis bidik, dan metode
gabungan yang merupakan gabungan dari metode loncat dan garis bidik,
karena lebih mempermudah pengukuran dan lebih mengefisienkan waktu jika
dibandingkan dengan metode lainnya.
Dalam pengukuran menggunakan theodolith kita dapat mengetahui
perbedaan ketinggian sebidang tanah, dan membuat kontur tanah tersebut.
B. SARAN
Agar diperoleh hasil pengukuran yang akurat, baik dalam pengukuran
dengan menggunakan waterpass maupun theodolith, diperlukan ketelitian
dan kesabaran dalam pembacaan rambu ukur dan juga dalam penyetelan alat,
serta berhati-hatilah dalam menggunakan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun, ‘Penuntun Praktikum Ukur Tanah 2009’. Fakultas Teknik
Universitas Tadulako, Palu.
Arsip Laporan SURVEY DAN PEMETAAN (IUT).
SURVEY DAN PEMETAAN, Diklat. Fakultas Teknik Universitas Tadulako,
Palu Sulawesi Tengah
http://1.bp.blogspot.com/-
pahkCSHFMHE/URvDBJLrwrI/AAAAAAAABY0/UCAeUb7Sn1k/s1600
/Komponen+kompas+bidik.JPG
http://moeidzahid.site90.net/hisab/arah_qiblat/119_theodolite02.jpg
http://3.bp.blogspot.com/_zjKTrdtvmv0/TOICwYF4VNI/AAAAAAAAABg/TS
CKGD-SsVQ/s1600/Screenshot+%252817h+16m+04s%2529.jpg
http://3.bp.blogspot.com/-
zMGb1Ubksxk/TwiFrNCpsyI/AAAAAAAAAGg/i8Xn_2esezM/s400/Statif
.jpg
http://1.bp.blogspot.com/-
pahkCSHFMHE/URvDBJLrwrI/AAAAAAAABY0/UCAeUb7Sn1k/s1600
/Komponen+kompas+bidik.JPG
http://www.mediafire.com/conv/fbd995c91de0ef9c93995d047b8eb18eb7497
300f3ad84b71d03a303969dadc54g.jpg
http://www.mediafire.com/conv/fbd995c91de0ef9c93995d047b8eb18eb7497
300f3ad84b71d03a303969dadc54g.jpg
http://1.bp.blogspot.com/-
YqQYeSgv8sM/T10ivxLByDI/AAAAAAAAAas/iHiDfHsjxKI/s1600/Pita
+Ukur.jpg
http://2.bp.blogspot.com/-
oPnnFC1xbh0/T98nlmjDI2I/AAAAAAAAAGA/VXr_u3Cyim0/s1600/Ne
w+Picture+(16).png
http://media.dinomarket.com/docs/imgusr/2013-
02/RAMBU_UKUR_270213090248_ll.jpg.jpg
http://www.usc.com.sg/images/ManualPlanimeter.jpg
http://www.guntara.com/2012/12/alat-planimeter-beserta-keterangan.html
LAMPIRAN