Anda di halaman 1dari 16

Kasus 1

Topik: Benign Prostat Hyperplasia


Tanggal (kasus) : 14/12/2015 Presenter: dr. Setya Girindra Wardana
Tanggal presentasi : Pendamping: dr. Nur Fitriasari
Tempat presentasi : RST TK IV Samarinda
Objektif presentasi :
 Keilmuan  Ketrampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi: laki-laki, 72 tahun, buang air kecil tidak lancar sejak 1 bulan yang lalu.
 Tujuan : Mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan pada benign prostat hyperplasia
Bahan bahasan:  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
 Presentasi dan
Cara membahas:  Diskusi  Email  Pos
diskusi

1
Data Pasien: Nama : Tn. M Nomor Registrasi :
Nama Wahana : RST TK IV Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi: Benign Prostat Hyperplasia
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Benign Prostat Hyperplasia, Laki-laki, 72 tahun, buang air kecil tidak lancasr sejak 1 bulan yang lalu, sering
terbangun malam hari untuk BAK lebih dari 1 kali, selalu terburu-buru bila mau BAK, mengedan dan tidak lampias
serta celana dalam sering basah setelah BAK karena sisa kencing.
2. Riwayat pengobatan:
Tidak ada
3. Riwayat kesehatan/ penyakit:
Tidak ada.
4. Riwayat keluarga:
Orang tua laki-laki mengeluhkan hal yang serupa.
5. Riwayat pekerjaan:
Petani
6. Lain-lain:
Tidak ada 2
Daftar Pustaka:
1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2007. 69-85
2. Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. 782
3. Kim & Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery, 8thEdition, Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill
Medical Publishing Division. 2006. 1036-1060
4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-
145
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis benign prostat hyperplasia
2. Tatalaksana benign prostat hyperplasia

3
dr. Setya Girindra Wardana
Nama : Tn. M
Umur : 72 tahun

Subjektif
Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa
susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air
kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba
berhenti dan lancar kembali. Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi sekarang
menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan
hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan
merasa kurang puas, serta celana dalam sering basah setelah BAK karena sisa kencing, selain itu
pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil.
Kemudian pasien memeriksakan diri ke puskesmas dan dipasang kateter. Jika kateter dilepas,
pasien tidak bisa BAK. pasien tidak merasakan demam, pusing, mual, muntah, dan BAB dalam
batas normal.
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang. tidak ada
riwayat kencing keluar batu ataupun pasir. Riwayat Diabetes Melitus, Hipertensi, Alergi
disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat sakit denga gejala serupa dialami oleh orang tua laki-laki pasien, sedangkan
riwayat seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan Alergi disangkal oleh pasien
Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan jarang minum air putih dan jarang olahraga, selain itu pasien
merokok.

4
IPSS (International Prostate Symptom Score)
Kurang
dari Kadang-
Kurang Lebih
Tidak sekali kadang Hampir
Dalam 1 bulan terakhir dari dari Skor
pernah dalam (sekitar selalu
setengah setengah
lima 50%)
hari

1. Seberapa sering anda


5
merasa masih ada sisa 0 1 2 3 4 5
selesai kencing?

2. Seberapa sering Anda


harus kembali kencing
dalam waktu kurang 0 1 2 3 4 5 3
dari 2 jam setelah
selesai kencing?
3. Seberapa sering Anda
mendapatkan bahwa
0 1 2 3 4 5
Anda kencing terputus- 4
putus?
4. Seberapa sering tidak
bisa menahan
0 1 2 3 4 5
keinginan untuk 4
kencing?
5. Seberapa sering
pancaran kencing Anda 0 1 2 3 4 5 4
lemah?

6. Seberapa sering Anda


4
harusmengejan untuk 0 1 2 3 4 5
mulai kencing?

5
7. Seberapa sering Anda
harus bangun untuk
3
kencing, sejak mulai
0 1 2 3 4 5
tidur pada malam hari
hingga bangun di pagi
hari?

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27

Pada
Pada
Senang umumnya Tidak Buruk
Senang umumnya Biasa saja
sekali tidak bahagia sekali
Puas
puas
Seandainya Anda harus
enghabiskan sisa hidup
dengan fungsi kencing √
seperti saat ini, agaimana
perasaan Anda?

Objektif
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Komposmentis, GCS E4V5M6.
Berat Badan : 70 kg.
Tanda vital :
 Nadi : 84 kali/menit, reguler, kuat angkat.
 Tekanan darah : 120/70 mmHg.
 Frekuensi nafas : 20 kali/menit.
 Suhu : 36,4 oc.

6
Kepala/leher : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (-/-), sianosis (-)
Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Tidak ditemukan adanya kelainan.
Abdomen : Tidak ditemukan adanya kelainan
Ekstremitas : Akral hangat, Oedem (-)
Status Urologikus
R. CVA kanan : - I : Bulging (-)
- P: Nyeri ketok (-)
R. CVA kiri : - I : Bulging (-)
- P: Nyeri ketok (-)
R. Suprapubic : - I : Bulging (-)
- P : Tidak redup

Status lokalisata
Pemeriksaan dalam (digital rectal examina-tion) : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin,
ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri simetris, tidak berbenjol
benjol, nyeri tekan (-), sulcus medianus teraba datar.
Pemeriksaan Penunjang
Lab darah lengkap :
Hb : 14,2 g/dl
Hct : 43,1 %
Eritrosit : 5,120 juta/cmm
Leukosit : 5.760
LED : 15 mm/jam
Trombosit : 165.000 sel/cmm
Masa perdarahan : 1’00’’ menit
Masa pembekuan : 9’00’’ menit
GDS : 144 mg/dl
SGOT : 18 U/L
SGPT : 12 U/L
Ureum : 24 mg/dl
Kreatinin : 0,76 mg/dl
Kesimpulan : Dalam batas normal

7
Urinalisis : 12 april 2012
Makroskopis
Warna Kuning
Kejernihan jernih
Kimiawi
Berat jenis 1,025
pH 5,0
albumin NEG
Glukose/reduksi NEG
Urobilinogen NEG
Bilirubin NEG
Darah samar NEG
Keton NEG
Nitrit NEG
Sedimen
Eritrosit (dismorfik 10%) NEG
Leukosit 0-1/LPB
Epitel
Squamus NEG
Silinder NEG
Kristal
Ca.oksalat NEG
Bakteri -
Lain-lain NEG
Kesan : Normal.

USG Abdomen
Hepar : dbn
Lien : dbn
Ren Dx : ukuran dan bentuk dalam batas normal
Ren Sin : ukuran dan bentuk dalam batas normal

8
VU : ukuran normal, dinding tak menebal
Prostat : ukuran 4,1 x 3,9 x 4,4 cm. Echoparencym homogen, indentasi dasar buli-
buli (+)
Kesan : BPH

Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang sangat mendukung untuk
menegakkan diagnosis benign prostat hiperplasia :
1. Pasien mengeluhkan buang air kecil tidak lancasr sejak 1 bulan yang lalu, sering terbangun
malam hari untuk BAK lebih dari 1 kali, selalu terburu-buru bila mau BAK, mengedan dan
tidak lampias serta celana dalam sering basah setelah BAK karena sisa kencing.
2. Pada pemeriksaan fisik yaitu (digital rectal examina-tion) : sfingter ani mencengkeram kuat,
mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri simetris,
tidak berbenjol benjol, nyeri tekan (-), sulcus medianus teraba datar.
3. Pada pemeriksaan USG didapatkan Prostat dengan ukuran 4,1 x 3,9 x 4,4 cm.
Echoparencym homogen, indentasi dasar buli-buli (+)

Assessment
Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior bulibuli dan
membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami pembesaran, baik jinak maupun ganas.2
Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra pars prostatika dan menghambat aliran
urin keluar dari buli-buli.1 Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat
Jinak (PPJ) yang menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran ukuran prostat ini akibat
adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra.3,4

9
Gambar 1. Perbedaan aliran urin dari buli-buli pada prostat normal dan prostat yang
mengalami pembesaran. Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari dengan berat normal
pada orang dewasa ± 20 gram. Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa
zona, antara lain: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler
anterior dan zona periurethra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona
transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.1,4

Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara pasti,tetapi
beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prostat1,2
1. Teori dihidrotestosteron
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testosteron.
Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif
dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduktase. DHT inilah yang secara
langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein
growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat.1
2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif meningkat.
Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat
dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon
androgen,meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-
sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan testosteron yang menurun merangsang
terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang
lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar.1
3. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel epitel
prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator
(growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel

10
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel stroma itu
sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.1
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis kelenjar
prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan
kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah
sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga mengakibatkan
pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat
proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas
kematian sel kelenjar prostat.1
5. Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel
baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada hormon
androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi), menyebabkan
terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH diduga sebagai
ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma
maupun sel epitel.1
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars prostatika
dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat
mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan
terjadinya perubahan anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut
dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract
Symptoms(LUTS). Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini menimbulkan aliran
balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks vesikoureter. Jika berlangsung terus akan
mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.1
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada akhirnya dapat
menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun manifestasi dan beratnya penyakit
bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang berobat, yakni adanya

11
LUTS. Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruksi antara
lain: hesitansi, pancaran miksi melemah, intermitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi.
Sedangkan gejala iritatif terdiri dari: frekuensi, nokturia, urgensi dan disuri.1
Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi urologi membuat
skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang
dianjurkan oleh WHO adalah international Prostatic Symptom Score (IPSS). Sistem skoring
IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang
berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS
dalam 3 derajat, yaitu dengan IPSS (International Prostate Symptom Score)
Ringan : skor 0-7
Sedang : skor 8-19
Berat : skor 20-35
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba massa kistik
si daerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal
Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada BPH, karena dapat menilai
tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti
nodul atau perabaan yang keras. Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi,
cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul.1,3,4,
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba ujung
hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada karsinoma
prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak
simetri.1
Pada pemeriksaan laboratorium Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan
adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih.1 Obstruksi uretra menyebabkan
bendungan saluran kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti
hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis. Pemeriksaan kultur urin berguna untuk
mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitivitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.1,4
Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-sel
uroteliumyang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi adanya

12
diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli. Jika dicurigai
adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda tumor prostat (PSA).1
Pada pemeriksaan dengan menggunakan Foto polos perut berguna untuk mencari adanya
batu opak di saluran kemih, batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang
penuh terisi urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan
adanya :
• kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)
• memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan indentasi
prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter bagian distal yang
berbentuk seperti mata kail (hooked fish)
• penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau sakulasi
buli-buli
Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH.1 Pemeriksaan USG secara Trans
Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui besar dan volume prostat , adanya
kemungkinan pembesaran prostat maligna sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi
prostat, menentukan jumlah residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan
Trans Abdominal Ultra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun
kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.4
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur:1,9 residual
urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah
miksi. pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi
berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.1

Plan
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan mulai dari anamnesis dengan adanya gejala LUTS. Keluhan LUTS
terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruksi antara lain: hesitansi, pancaran
miksi melemah, intermitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif
terdiri dari: frekuensi, nokturia, urgensi dan disuri Pasien memiliki keluhan buang air kecil tidak
lancasr sejak 1 bulan yang lalu, sering terbangun malam hari untuk BAK lebih dari 1 kali, selalu
terburu-buru bila mau BAK, mengedan dan tidak lampias serta celana dalam sering basah setelah

13
BAK karena sisa kencing. Dengan menggunakan IPSS (International Prostate Symptom Score)
didapatkan skore 27.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba massa kistik
si daerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal
Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada BPH, karena dapat menilai
tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti
nodul atau perabaan yang keras. Pada pasien tidak didapatkan buli-buli yang penuh tetapi pada
rectal toucher didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak
kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri simetris, tidak berbenjol benjol, nyeri tekan (-),
sulcus medianus teraba datar.
Pada pemeriksaan penunjang seharusnya dilakukan pemeriksaan gula darah untuk
mendeteksi adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-
buli. Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda tumor prostat (PSA). Pada
pemeriksaan USG pasien didapatkan Prostat dengan ukuran 4,1 x 3,9 x 4,4 cm. Echoparencym
homogen, indentasi dasar buli-buli (+).
Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnose Pembesaran prostat jinak (BPH)
kategori berat. Diagnosis banding dari kasus ini adalah karsinoma prostat, karsinoma buli bui
dan Acute prostatitis. Karsinoma prostat dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa
dari pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan
terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa
melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, dan
disingkirkan dikarenakan pada rectal touser karsinoma prostatharusnya didapatkan konsistensi
prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri. Acute prostatitis
dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa dari pasien yang menceritakan bahwa
dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat
di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien
mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil, akan
tetapi Acute prostatitis disingkirkan dikarenakan pada acute prostatitis sering sering menggigil,
demam, sakit di punggung bawah dan daerah kelamin, nyeri tubuh, dan dibuktikan dengan
adanya infeksi saluran kemih (sebagaimana dibuktikan oleh keberadaan sel-sel darah putih dan
bakteri dalam urin).

14
Pengobatan
Tujuan terapi adalah memperbaiki keluhan miksi, meningkatkan kualitas hidup,
mengurangi obstruksi infravesika, mengembalikan fungsi ginjal, mengurangi volume residu urin
setelah miksi, dan mencegah progressivitas penyakit
Watchful waiting Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu
keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan edukasi
mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :1 Jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol,
Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat), Kurangi makanan
pedas atau asin, dan Jangan menahan kencing terlalu lama
Medikamentosa dengan tujuan mengurangi resistensi otot polos prostat dengan
adrenergik α blocker dan mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon
testosterone melalui penghambat 5α-reduktase. Selain itu, masih ada terapi fitofarmaka yang
masih belum jelas mekanisme kerjanya.1,2
Operasi pada pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan: Tidak menunjukkan
pebaikan setelah terapi medikamentosa, Mengalami retensi urin, Infeksi Saluran Kemih
berulang, Hematuri, Gagal ginjal, dan Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat
obstruksi saluran kemih bagian bawah. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan yaitu
Transurethral reseksi prostat (TURP). TURP telah menjadi prosedur umum untuk
pembesaran prostat selama bertahun-tahun, dan merupakan operasi yang dibandingkan perlakuan
lainnya. Dengan TURP, dokter bedah tempat lingkup yang menyala khusus (resectoscope) ke
dalam uretra Anda dan menggunakan alat pemotong kecil untuk menghapus semua kecuali
bagian luar prostat (reseksi prostat. TURP umumnya mengurangi gejala cepat; kebanyakan pria
memiliki aliran urin kuat dalam beberapa hari. Setelah TURP, ada risiko pendarahan, infeksi,
dan Anda mungkin memerlukan kateter untuk menguras kandung kemih Anda selama tiga
sampai lima hari setelah prosedur. Anda akan bisa hanya melakukan kegiatan ringan sampai
Anda sembuh. Prosedur ini umumnya digunakan untuk mengobati prostat lebih kecil. Namun,
lebih baru dan kurang perawatan invasif (terapi minimal invasif) menjadi lebih umum. Operasi
minimal invasif pada umumnya memiliki risiko yang lebih rendah dari efek samping atau
komplikasi, dan memerlukan waktu pemulihan kurang dari tidak TURP atau jenis operasi

15
invasive.Meskipun demikian, TURP masih merupakan pilihan pengobatan terbaik untuk
beberapa orang.1,3,4

Pendidikan
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu proses penyembuhan dan
pemulihan. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya mengandung rendah purin karena akan mudah
terbentuk vesicolithiasis. : Pengaturan gaya hidup yang meliputi, Jangan mengkonsumsi kopi
atau alcohol Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat), Kurangi
makanan pedas atau asin, Jangan menahan kencing terlalu lama.

Konsultasi
Pada kasus yang berat dengan pemasangan kateter tidak dapat dilakukan maka dilakuakn
kateterisasi suprapubic.

16

Anda mungkin juga menyukai