Anda di halaman 1dari 4

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Promosi kesehatan di Puskesmas Air Putih telah berjalan dengan baik. Namun
beberapa upaya promkes tidak dijalani dengan rutin, yaitu penyuluhan. Pihak
puskesmas menekankan promkes secara individual. Upaya dengan membentuk
kelompok pembina ASI juga sudah terbentuk tetapi belum berjalan maksimal.
2. Faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif, yaitu:
a. Kondisi ibu & bayi:
 Paritas ibu (menyangkut produksi ASI dan pengalaman ibu
dalam memberikan ASI)
 Pekerjaan ibu
 ASI tidak segera keluar setelah melahirkan
 Kemampuan & kemauan bayi untuk menghisap puting susu ibu
b. Kesadaran ibu:
 Rasa percaya diri untuk menyusui yang kurang
 Pengetahuan/pendidikan ibu tentang ASI eksklusif yang rendah
 Kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan
 Kurangnya kunjungan bayi di bawah usia 6 bulan ke posyandu
balita
c. Tenaga kesehatan & kader:
 Pemahaman kader posyandu mengenai program ASI eksklusif
masih kurang
 Kuantitas tenaga kesehatan program gizi masih kurang
 Tidak adanya SOP metode pencatatan & pelaporan ASI
eksklusif
 Kohort tidak lengkap karena tidak mencakup data ASI
eksklusif

43
B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka saran yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan di Puskesmas sehingga


program gizi, posyandu, KIA maupun KIE-ASI dapat lebih maksimal
2. Meningkatkan motivasi dan peran serta kader dalam mendukung program ASI
eksklusif, jika perlu dengan pemberian reward
3. Memaksimalkan kegiatan Forum Komunikasi Kader Posyandu sebagai sarana
diskusi dalam kegiatan promosi ASI eksklusif
4. Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan (penyuluhan,
konseling/KIE, pembagian leaflet, pemasangan poster di puskesmas, posyandu
atau tempat sarana kesehatan lainnya).

44
Daftar Pustaka

1. Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012


tentang Pemberian air susu ibu eksklusif. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012, No. 58. Kementerian Hukum dan HAM RI. Jakarta.

2. Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2015. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI; 2016. hlm.144-5.

3. Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2013. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI; 2014. hlm.95-7.

4. Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2014. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI; 2015. hlm.113-4.

5. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Profil kesehatan Provinsi


Kalimantan Timur tahun 2011. Samarinda: Dinkes Prov. Kaltim, 2012.

6. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Profil kesehatan Provinsi


Kalimantan Timur tahun 2013. Samarinda: Dinkes Prov. Kaltim, 2014.

7. Puskesmas Air Putih. Penilaian kinerja puskesmas tahun 2015. Samarinda:


Puskesmas Air Putih; 2016.

8. Widodo Y. Cakupan pemberian asi eksklusif: akurasi dan interpretasi data


survei dan laporan program. Gizi Indon 2011;34(2):101-8.

9. Muchtadi D. Gizi untuk bayi: air susu ibu, susu formula dan makanan
tambahan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 1990.

10. Roesli. Mengenal asi eksklusif. Jakarta: Pustaka Pengembangan Swadaya


Nusantara; 2000.

11. Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan analisis asi eksklusif. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2014.

12. Yuliarti. Keajaiban ASI. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2010.

13. Lucas A, Morley R, Cole TJ, Lister G, Leeson-Payne C. Breast milk and
subsequent intelligence quotient in children born preterm. Lancet
1992;339:261-4.

14. Riva E. Earlu breastfeeding is linked to higher intellegence quotient scores in


dietary treated phenylketonuric children. Acta Paediatr 1997;85:56-8.

15. Suraatmaja S. Aspek gizi air susu ibu. Dalam: ASI petunjuk untuk tenaga
kesehatan. Editor: Soetjiningsih. Jakarta: EGC; 1997.

16. Lawrence R.A. Breastfeeding: a guide for the medical profession 3rd edition.
USA: Mosby Company; 1989.

45
17. Worthington-Robert BS. Nutrition in pregnancy and lactation 5th edition.
William C Brown Pub; 1993.

18. Solihin P. Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka; 2000.

19. Soetjiningsih. ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: EGC; 1997.

20. Mardeyanti. Pengaruh karakteristik dan dukungan keluarga terhadap


pemberian ASI eksklusif di Tangerang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
2007;1(2).

21. Notoatmojo S. Ilmu kesehatan masyarakat. Edisi Kedua. Jakarta: PT Rineka


Cipta; 2003.

22. Mardiana N. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI di Kota


Balikpapan. Tesis. Jakarta: FKM UI.

23. Ramadani M. Hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di


wilayah kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Sumatera Barat tahun 2009.
Tesis. Jakarta: FKM UI.

24. Kaneko A, Kaneita Y, Yokoyama E, Miyake T, Harano S et al. Factors


associated with exclusive breast-feeding in Japan: for activities to support
childrearing with breast-feeding. J Epidemiol 2006;16(2):57-63.

25. Departemen Kesehatan RI. Indikator Indonesia sehat 2010. Jakarta: Depkes
RI; 2003.

26. Rumangun D, Nugraheni SA, Kartasurya MI. Analisis implementasi program


pemberian asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Remu Kota Sorong.
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia 2013;1(03):168-77.

27. Ariani W. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif


pada ibu pengunjung Poliklinik Anak di RS Islam Jakarta tahun 2002. Jakarta:
FKM UI; 2002.

28. Afifah. Faktor yang berperan dalam kegagalan pemberian ASI eksklusif.
Diakses tanggal 13 September 2016; http://magi.undip.ac.id/penelitian/31-
versi-indonesia/83-faktor-yang-berperan-dalam-kegagalan-praktik-pemberian-
asi-eksklusif

29. Fahriani R, Rohsiswatmo R, Hendarto A. Faktor yang memengaruhi


pemberian ASI eksklusif pada bayi cukup bulan yang dilakukan inisiasi
menyusu dini (IMD). Sari Pediatri 2014;15(6):394-402.

30. World Health Organization. Global strategy for infant and young child
feeding. WHA 55/2002/REC/I, annex 2. Geneva: World Health Organization;
2002.

46

Anda mungkin juga menyukai