Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan
 Memenuhi tugas Mata Kuliah Patologi
 Mengetahui bagaimana proses penuaan
 Mengetahui teori-teori penuaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Proses Penuaan (Aging process)

Proses penuaan (Aging process) pada seseorang adalah fenomena alamiah sebagai akibat
bertambahnya umur, oleh karena itu fenomena ini bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu
keadaan yang wajar yang bersifat universal dan bila tidak diantisipasi dengan baik akan
menimbulkan berbagi masalah.

Usia lanjut merupakan masa yang cendrung penuh dengan berbagai gangguan kesehatan .
Sedikitnya, banyak orang diusia lanjut yang mengeluhkan kondisi fisik dan mental tidak
sebugar ketika masih muda dahulu. Padahal , hidup diusia lanjut tidak selalu harus
diidentikkan dengan berbagia gangguan kesehatan . Ada keadaan atau batas-batas tertentu
masih dianggap normal sebagai perubahan perubahan akibat bertambahnya umur.

Seperti dilaporkan bahwa populasi usia lanjut didunia akan bertambah dengan cepat
dibanding pertambahnya penduduk dunia seluruhnya , malahan relatif akan lebih besar
dinegara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Populasi usia lanjut di Indonesia
diproyeksikan antara tahun 1990 – 2025 akan naik 414% , suatu angka tertinggi diseluruh
dunia ( united state bureau of census 1993). Lagi pula Indonesia tahun 2000 akan merupakan
negara urutan ke 4 dengan jumlah usia lanjut paling banyak sesudah China, India & USA.

Secara hakiki tidak diketahui apa sebenarnya proses menua itu, mengapa tejadi dan kapan
mulai, sebagai mana halnya belum diketahui pula dengan jelas apa sebenarnya kehidupan itu
sendiri.

Dibawah ini dijelaskan secara singkat Proses Penuaan dan konsekwensinya, fenomena
Neuropsikogeriatri yang sering ditemui pada usia lanjut serta termasuk penanganannya.
Menurut Strehler : “Ageing processes are the changes related to time , which are universal ,
intrinsic,detrimental and progressive and which lead to a decreased adaptability to the
enviroment and thus to diminished change for survival of organism”

Dalam arti luas ageing process didefinisikan sebagai : Seluruh perubahan yang terjadi pada
salah satu organ tubuh dari saat konsepsi sampai saat kematian, jadi berhubungan dengan
perubahan-perubahan positip seperti pertumbuhan dan penyusaian yang merupakan bagian
dari proses “ageing”

Menurut WHO usia lanjut : – Elderly ( 64 – 74 th)


- Old (75 – 90 th ).
- Very old ( > 90 th)

Indonesia usia lanjut : – Menjelang lanjut usia ( 45 – 54 th )


- Presenile senile ( 55 – 64 th )
- Senile ( > 65 th )

Menurut Dr. Maria Sulindro

Proses penuaan tidak terjadi serta merta melainkan secara bertahap dan secara garis besar
dapat dibagi menjadi 3 fase.

Fase 1

Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormone mulai berkurang dan
mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan. Tubuh pun masih
bugar terus.

Fase 2
Pada usia 35-45 tahun, produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%. Tubuh pun mulai
mengalami penuaan. Pada masa ini, mata mulai mengalami rabun dekat sehingga perlu
menggunakan kacamata berlensa plus, rambut mulai beruban, stamina tubuh pun berkurang.
Bila pada masa ini dan sebelumnya, anda melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa
berisiko terkena kanker.

Fase 3
Terjadi pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa ini produksi hormon sudah berkurang hingga
akhirnya berhenti sama sekali. Kaum perempuan mengalami masa yang disebut menopause
sedangkan kaum proa mengalami masa andropause. Pada masa ini kulit pun menjadi kerung
karena mengalami dehidrasi, tubuh menjadi cepat capek. Berbagai penyakit degeneratif
seperti diabetes, osteoporosis, hipertensi dan penyakit jantung koroner mulai
menyerang.Proses Penuaan Dan konsekuensinya .

Menurut Vincent J. Cristofalo (1990)

dalam Hardywinoto (2005), beberapa karakteristik tentang proses penuaan yang terjadipada
hewan menyusui dan manusia adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia.


b. Terjadinya perubahan kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh mengakibatkan massa
tubuh berkurang, peningkatan lemak dan lipofuscin yang dikenal sebagai age pigment,
serta perubahan di serat kolagen yang dikenal dengan cross-linking.
c. Terjadinya perubahan progresif dan merusak.
d. Menurunnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan di lingkungannya.
e. Meningkatnya kerentanan terhadap bebagai penyakit tertentu.

Proses penuaan pada seseorang sebenarnya sudah berlangsung sejak pembuahan/konsepsi


sampai pada saat kematian. Kemudian dalam perjalanannya akan dipengaruhi oleh variabel-
variabel:
- Kultural dan Etnik

- Polesan genetik dan warisan

- Kondisi fisiologis pada waktu konsepsi dan kelahiran

- Pertumbuhan dan maturasi

- lingkungan sistem famili dan hubungan kemaknaan lainnya

Secara selektif yang banyak dianut dan didiskusikan adalah manifestasi dari “ Biopsikososial
“ dikemudian hari.
Teori biologis tentang proses menua dapat di bagi menjadi teori intrinsic dan ekstrinsik.
Intrinsic berarti perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab di dalam sel
sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan
oleh pengaruh lingkungan. Teori biologis dapat dibagi dalam :

1. Teori Genetik

Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam
biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses penuaan. Setiap spesies
mempunyai jam biologis sendiri dan masing-masing spesies mempunyai batas usianya.
Teori genetic mengakui adanya mutasi somatic (somatic mutation), yang mengakibatkan
kegagalan atau kesalahan di dalam penggandaan deoxyribonucleic acid atau DNA. Sel
tubuh sendiri membagi diri maksimal 50 kali (Hayflick limit) (Hardywinoto, 2005).

2. Teori Non Genetik

Teori ini merupakan teori ekstrinsik dan terdiri dari berbagai teori seperti :

a. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor dan rokok, zat
pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen
dan kolagen pada proses penuaan. Radikal bebas merupakan molekul, fragmen molekul atau
atom dengan electron bebas tak berpasangan. Rasikal bebas ini terjadi dengan system
metabolic, akibat polusi asap industri atau kendaraan bermotor, radiasi, pestisida, zat
pengawet makanan, kerusakan sel atau sel mati pada penyakit seperti hepatitis dan kanker.
Radikal bebas sangat aktif, sehingga zat ini mudah terikat dengan molekul lain dan fungsi
molekul berubah. Radikal bebas dapat terikat pada DNA dan RNA pada inti sel, sehingga
terbentuk protein yang abnormal dan menimbulkan gangguan fungsi sel. Radikal bebas cepat
dirusak oleh enzyme di dalam tubuh seperti superoxide dismutase, catalase dan glutathione
peroxidase. Radikal bebas yang terikat merusak sel dan mengganggu fungsi sel dan dapat
menimbulkan penyakit, degenerasi sel serta mempercepat proses penuaan. Radikal bebas
terdapat dalam bentuk peroxydase dan molekul yang terjadi akibat reaksinya dengan sel di
dalam sel.
b. Teori Cross-link (Cross-link Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa molekul kolagen dan zat kimia mengubah fungsi jaringan,
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku pada proses penuaan.

c. Teori Kekebalan (Immunologic Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa perubahan pada jaringan limfoid mengakibatkan tidak adanya
keseimbangan dalam sel T sehingga produksi antibodi dan kekebalan menurun. Pada lanjut
usia fungsi kekebalan dan mekanisme pertahanan tubuh menurun sejalan dengan
bertambahnya usia dan hal ini terkait dengan meningkatnya angka kesakitan dan angka
kematian akibat penyakit infeksi tertentu seperti meningitis, tuberculosis, pneumonia
pneumokokus, influenza, AIDS dan bakteriaemia. Sistem kekebalan terlaksana berkat
berfungsi dengan baik jaringan kelenjar limfa, limpa, sumsum tulang, tonsil, kelenjar thymus
dan kelenjar limfa yang terletak dekat saluran pencernaan makanan dan saluran pernafsan.
Jaringan ini terdiri dari sekumpulan sel yang berfungsi mengatur kekebalan tubuh dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma, granulosit dan limfosit, yang terdiri dari sel B pembentuk
immunoglobulin dan sel T (Thymus derived) yang berada di reticulo endothelial system. Sel
T juga mempengaruhi sel-sel lainya seperti monocyte, makrophag untuk membunuh antigen
dan sel NK (Natural Killer) yang berfungsi menghancurkan sel tumor dan mematikan kuman.
Sel B membentuk immunoglobulin, yang terbagi dalam IgM, IgA, IgD, IgE, IgG1, IgG2,
IgG3, dan IgG4.

d. Teori Fisiologis

Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri dari teori oksidasi stress (oxidative
stress theory) dan teori dipakai aus (wear-and-tear theory) (Hardywinoto, 2005). Penyebab
terjadinya stress oksidasi adalah penyakit seperti parkinson dan degenerasi basal ganglion
lainnya, penyakit Alzheimer dan penyakit motoneuron, keadaan ini menimbulkan terjadinya
toksin dan keracunan, seperti keracunan MPP 5-OHDA, nitric oxide dan amyloid toxicity.
Mekanisme dipakai dan aus merupakan hal yang dialami oleh organisme. Proses perbaikan
dan pergantian sel dimungkinkan bila pada lanjut usia tersedia daya dan sarana yang memang
ada pada saat itu atau telah disiapkan jauh sebelumnya. Perbaikan juga dimungkinkan oleh
reaktivasi stem cell untuk mengembalikan fungsi sel yang berkurang atau rusak
(Hardywinoto, 2005).
Teori Psikobiologi :

1. Teori Biologycal Programing, menjelaskan bahwa memori dan Kapasitas untuk


mengakhiri kehidupan sel, tersimpang dalam sel itu sendiri. Studi Laboratorium dari
Hayflick dkk, menjelaskan bahwa normal human fibroblast manusia bila dikultur, maka
sifat penggangdaannya terbatas kemudian mati sering disebut “ a human biologycal
clock”.
2. Teori Wear & Tear , menjelaskan bahwa perubahan fungsional dan struktural yang
muncul dipecepat oleh abuse dan diperlambat oleh care.
3. Teori Stress-adaptasi , meninjau efek positip dan negatip dalam perkembangan fisik dan
psikis, stress tidak selalu memberi efek negatip pada setiap individu, bahkan dapat
menstimulasi individu untuk mencoba cara-cara baru dalam beradaptasi. Ada pendapat
bahwa stress sebenarnya mempercepat proses penuaan, namun sedikit bukti yang
substantif tentang kesimpulan tersebut.

Teori Psikososial :

1. Teori pelepasan, menjelaskan bahwa orang tua dan masyarakat bersama-sama menarik
diri dari interaksi aktif dalam proses penuaan. Penarikan ini dianggap sebagai
karakteristik efek psikologis dan penyesuaian dari usia lanjut.
2. Teori aktivitas muncul akibat reaksi perspektif negatip dari pada teori pelepasan .
3. Teori kehidupan/pengalaman masa lalu ( life review theory) kembalinya secara
progressif hal-hal yang disadari pada pengalaman masa lalu dan bangkitnya kembali
konflik-konfik yang tak terselesaikan dimana dicoba untuk diintegrasikan kembali.

Teori Personality

Refleksi kehidupan dan pencapaian integritas Ego atau keputusasaan (despair) (Erikson
theory).
Teori- Teori Proses Penuaan

1. Biologi

a. Teori “Genetic Clock”;

Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik
didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah
habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan
oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu
dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur
spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan
dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan
yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa
radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut.

b. Teori “Error”

Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis
“Error Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua
diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia.
Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan
kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

c. Teori “Autoimun”

Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self
recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel,
maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami
perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari
Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada
lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain
sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses
menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis
meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)

d. Teori “Free Radical”

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia.
Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida
Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat
bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif
dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel
makin banyak akhirnya sel mati.

e. Wear &Tear Teori

Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.

f. Teori kolagen

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan
melambatnya perbaikan sel jaringan.

2. Teori Sosiologi

a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.

b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu
pola prilaku yang meningkatkan stress.

c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain.

d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat
proses penuaan.

3. Teori Psikologis

a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut
penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.

c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.

d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan


sesuai dengan usianya

Penanganan.

l. Life review theraphy.

Befungsi sebagai psikotherapi yang positip, sarana kesempatan individu untuk


mengrefleksikan kehidupannya, menyelesaikan , reorganisasi dan reintegrasi persoalan dan
penekanan persoalan-persoalan. Ini dapat dilakukan baik individu maupun kelompok.
Menempatkan setiap individu dalam keadaan tentram, nyaman dan aman.

2. Reminiscing groups.

Menyerupai life review, dimana difokuskan dengan mengulangi pengalaman-pengalamn


dan kejadian-kejadian diawal kehidupan. Reminiscing mengcakup 2 cara yaitu masa lalu
dan masa yang sedang berlangsuhng .

3. Orientasi realitas.

Telah berkembang sebgai suatu program terapi spesifik pada usia lanjut dalam suatu
institusi. Baik dalam waktu 24 jam maupuin ruangan dalam kelas. Orintasi realitas
mempunyai potensi mencegah konfuse.

4. Kognitif treining.

Banyak penelitian sementara berjalan dengan menggunakan kognitif treining dan stimulasi .
Probleme solving , memori treining dan exercise mempunyai bukti efektif dalam
meningkatkan jangka waktu perhatian, efisien mengingat dan kemampuan mempelajari hal
yang baru .
5. Terapi relaksasi.

Dalam meningkatkan perasaan fisik yang nyaman , relaksasi mempunyai potensi dalam
pengeluaran ketegangan dan mengurangi stress.

6. Support & counseling groups.

Groups ini menyiapkan therapeutic outlets untuk pasien dan famili.

7. Pengguanaan Humor.

Kemampuan untuk ketawa seorang diri dan melihat ironi dalam kejadian-kejadian sehari-
hari dapat sebagai sarana efektif lepas dari frustrsi, marah , kecemasan dan stress.
Menggalakkan humor lewat joke, joke telling, story telling dan kartoon dapat sebagai
terapi.

8. Pendidikan keluarga dan pasien.

Pasien & Keluarga sebagai konsumer yang lebih tahu tentang pelayanan kesehatan ,
memerlukan pendidikan yang akan memberi dampak dalam penanganan masalah usia
lanjut.

9. Pengikatan/Pembatasan keleluasaan.

Mengurangi dan menghentikan aktivitas yang dapat membahayakan diri sendiri dan orng
lain.

10. Penggunaan psikofarmaka.

Selain efek yang menguntungkan, juga efek sampaing yang tidak diharapkan . Ini akibat
perubahan organ dan jaringan tubuh sehingga sulit di distribusi, absorpsi, metabolisme dan
ekskresi. Homeostasis yang kurang responsif sehingga menimbulkan efek samping.
Perubahan Sistem Tubuh Lansia

Perubahan sistem tubuh lansia (Nugroho, 2000)

Perubahan fisik.

1.Sel.
Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit, dan ukurannya akan lebih besar, cairan tubuh
dan cairan intraseluler akan berkurang, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
darah dan hati. Jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, dan otak
menjadi atrofi beratnya berkurang 5-10%.

2.Sistem Persyarafan.

Berat otak menurun 10-20%, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan
waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indera, dan kurang
sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran

.Presbiakusis (gangguan pada pendengaran), membrana timpani menjadi atrofi, terjadi


pengumpulan serumen dan mengeras karena peningkatan keratin, pendengaran menurun pada
manula yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

4. Sistem Penglihatan.

Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih
berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak, meningkatnya
ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat
dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan
menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
5. Sistem Kardiovaskuler.

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembluh darah,
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural
hipotensi, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer

.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.

Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat metabolisme
yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7. Sistem Respirasi.

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia,
paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun. Alveoli
ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O2 pada arteri menurun menjadi 75
mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang, penurunan kekuatan otot pernafasan.

8. Sistem Gastrointestinal.

Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, sensitifitas lapar menurun,
asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun. Paristaltik lemah dan biasanya
timbul konstipasi. Fungsi Absorbsi menurun. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, serta berkurangnya aliran darah.

9. Sistem Genitourinaria
.Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%,
fungsi tubulus berkurang (akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis
urin menurun, proteinria biasanya +1), BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21
mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Vesika urinaria otot-ototnya
melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil
meningkat, VU sulit dikosongkan sehingga meningkatnya retensi urin. Pembesaran prostat
±75% pada pria usia 65 tahun keatas.

10. Sistem Endokrin

Produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH menurun, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya
BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran gas, menurunnya produksi
aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, esterogen, dan
testosteron.

11. Sistem Integumen.

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik,
menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan
rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya
elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat,
kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk,
kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya

.
12. Sistem Muskuloskeletal.

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis, persendian membesar dan
menjadi kaku, tendon mengkerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak
seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor.
BAB 111

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR ISI

http://indonesiannursing.com/2008/05/perubahan-sistem-tubuh-lansia/

http://www.irwanashari.com/713/proses-penuaan-aging-process.html

Anda mungkin juga menyukai