1 Latar Belakang
Besi adalah unsur fundamental bagi manusia dan hewan. Besi terdapat dalam tubuh sebagai
feritin dan hemosiderin yang dianggap sebagai protein yang mengandung zat besi (Saito,
2014). Besi berperan penting dalam berbagai macam proses metabolisme, termasuk
transportasi oksigen, sintesis DNA, dan transpor elektron. Sekitar 70% besi tubuh terikat
pada hemoglobin dalam sel darah merah (Gupta, 2014). Kekurangan zat besi adalah salah
satu faktor risiko utama kecacatan dan kematian di seluruh dunia, yang mempengaruhi
perkiraan dua miliar orang (WHO, 2001) Anemia dan anemia defisiensi besi harus selalu
dipertimbangkan karena dampaknya jelas terhadap kualitas hidup pasien dan hal itu dapat
menjadi konsekuensi dari penyakit parah (Tawfik et al, 2015).
Literatur menunjukkan berbagai metode penentuan zat besi dalam darah dan hemoglobin. Di
antara metode ini penentuan kolorimetri besi dan hemoglobin dalam darah yang didasarkan
pada perbandingan warna besi yang direaksikan dengan sulfosianat (Wong, 1923) atau
menggunakan o-phenanthroline (Katsumata, 1982). Spektrofotometri dengan menggunakan
larutan natrium hipoklorit (Connerty and Briggs, 1962). Besi dalam tubuh dapat diperkirakan
secara kuantitatif dengan metode yang didasarkan pada rasio reseptor transferin serum
terhadap feritin serum (Cook et al 2003). Besi dalam hemoglobin juga ditentukan dengan
menggunakan spektroskopi serapan atom Zettner and Mensch, 1967). Dalam penelitian ini,
metode spektrofotometri merupakan metode yang handal untuk pengujian kadar besi dalam
hemoglobin dalam darah manusia, menggunakan tiosianat sebagai agen derivat setelah
sampel dicerna basah oleh asam nitrat dan hidrogen peroksida.
2.4 Hemoglobin
Definisi Hemoglobin
Hemoglobin berfungsi mengangkut O2 dari paru-paru menuju sel-sel pada jaringan di
dalam tubuh (Sediaoetama, 2006). Molekul ini merupakan suatu molekul protein yang terdiri
dari empat rantai globin yang mengikat oksigen melalui gugus hemenya yang
mengandung besi sebagai Fe(II)-porphyrin (Mutschler, 1996). Hemoglobin merupakan
salah satu contoh protein globuler dengan struktur kuartener (Campbell et al, 2000).
Hemoglobin memiliki berat molekul 64.450 dalton (Barret et al, 1976).
Pada molekul hemoglobin, oksigen dapat berikatan dengan zat besi pada kondisi
tekanan parsial yang tinggi. Agar dapat berikatan dengan zat besi yang terkonjugasi dengan
hemoglobin, oksigen memberikan lone pair-nya pada ion Fe2+ yang berada dalam keadaan
low spin (Winter, 1994)
2.4.1 Struktur Hemoglobin
Suatu molekul hemoglobin terdiri dari protein globuler, yang tersusun dari empat rantai
polipeptida (dua buah rantai alfa dan rantai beta). Setiap rantai polipeptida ini memiliki suatu
kompunen nonpolipeptida yang disebut sebagai gugus heme (Cambell et al, 2000) Pada
i eterdapat sebuat ion besi (Fe2+) yang dapat mengikat satu molekul oksigen
tengah gugus hienm
(gambar 2.5) (Tortora and Derrickson, 2009).
Dalam darah, daya ikat antara hemoglobin dan O2 dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain pH, temperatur, dan konsentrasi dari 2,3-bisphosphoglycerate (2,3-BPG) pada sel
darah merah (Barret et al, 1976). Total molekul oksigen yang dapat diikat oleh masing-
masing molekul hemoglobin adalah empat molekul oksigen (terdiri atas delapan atom
oksigen). Hal tersebut terjadi karena masing-masing molekul hemoglobin memiliki empat
rantai globin, sehingga dengan empat rantai globin yang terdapat dalam sebuah molekul
hemoglobin. Dengan demikian, setiap molekul dapat mentransportasikan empat molekul
oksigen sekaligus (Guyton and Hall, 2006)
Besi
Besi adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadan bebas,
untuk mendapatkan unsur bes, campuran lain harus dipisahkan melalui penguaian kimia.
Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi
dalam bentuk alloy yaitu campuran bebrapa logam dan bukan logm, terutama karbon. Besi
memiliki simbol (Fe) dan merupakan logam berwarna putih keperakan. Fe di dalam susunan
unsurberkala termasuk logam golongan VIII, dengan berat atom 55,85 g.mol-1, nomor atom
26, berat jenis 7.86 g.cm-3 dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). (Eaton
et al, 2005)
Salah satu metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar Fe (II) adalah metode
spektrofotometri UVVis. Metode ini memerlukan pengompleksan sehingga dapat
membentuk warna yang spesifik yang dapat terukur dalam spektrofotometer UV-Vis.
Spektrofotometri ultraviolet-visibel (UV-Vis) adalah salah satu teknik analisis
fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi
elektromagnetik pada daerah panjang gelombang 190-380 nm (UV) atau 380- 780 nm (Vis)
molekul atau atom dari suatu zat kimia pada Panjang gelombang (λ) 190-380 nm
elektromagnetik dengan atom, ion, atau molekul. Serapan atom menyebabkan peralihan atau
transisi elektronik, yaitu peningkatan energi elektron dari keadaan dasar (ground state) ke
satu atau lebih tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi (excited state). Transisi terjadi
jika energi yang dihasilkan oleh radiasi sama dengan energi yang diperlukan untuk
antara radiasi elektromagnetik dengan materi. Materi dapat berupa atom, ion atau molekul,
sedangkan radiasi elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi yang ditransmisikan
dalam ruang kecepatan tinggi (Khopkar, 1990). Interaksi radiasi elektromagnetik dengan
bahan yaitu bila cahaya jatuh pada senyawa maka sebagian dari cahaya diserap oleh
molekul-molekul sesuai struktur dari molekul. Setiap senyawa mempunyai tingkatan tenaga
yang spesifik.
memiliki elektron sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Sementara panjang gelombang yang menunjukkan terjadinya serapan
tergantung pada kuat lemahnya ikatan elektron dalam molekul (Day and Underwood, 1986).
single beam.
Spektrofotometer double beam memiliki dua sinar yang dibentuk oleh potongan
cermin yang digunakan untuk memecah sinar. Sinar pertama melewati larutan blanko dan
sinar kedua melewati sampel. Dengan dilakukannya sistem ini maka spektrofotometer
double beam dapat mengkoreksi perubahan respon absorbansi akibat perbedaan intensitas
cahaya, fluktuasi pada kelistrikan instrumen dan absorbansi blanko (Haven et al., 1994).
Penyerapan (absorpsi) sinar UV dan sinar tampak umumnya dihasilkan oleh
eksitasi elektron-elektron ikatan, sehingga panjang gelombang pita yang menyerap dapat
dihubungkan dengan ikatan yang ada dalam suatu molekul. Dalam spektrofotometer UV-
Vis, suatu radiasi dikenakan pada larutan (sampel) dan intensitas sinar radiasi yang
diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh sampel ditentukan dengan
membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan yang diserap. Serapan terjadi jika
radiasi/foton yang mengenai sampel memiliki energi yang sama dengan energi yang
diperlukan untuk perubahan tenaga. Kekuatan radiasi dapat mengalami penurunan dengan