Anda di halaman 1dari 21

REFARAT

TEKNIK DAN FARMAKOLOGI ANESTESIA

Pembimbing:

dr. Ahmad Helmi Prasetyo, Sp. An

Disusun oleh:

Azlin Nur Suliany S.

Putry Nurul Fitriya

Lidia Dwi Putri

KEPANITRAAN KLINIK STASE ANESTESI


RSIJ PONDOK KOPI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Refarat “Farmakologi Obat Anestesi” untuk tugas Kepaniteraan
stase anestesi
Terima kasih saya ucapkan kepada dr. Ahmad Helmi Prasetyo, Sp. An selaku dosen, yang
telah mendukung dan membimbing kami sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Terima kasih kami
ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi Dokter Fakultas Kedokteran angkatan 2012
yang selalu memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
laporan ini.
Saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam menyelesaikan laporan referat
ini.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat
menjadi lebih baik lagi.Penulis mengharapkan semoga laporan referat dapat memberikan manfaat
demi kemashlahatan umat dan memberikan sumbangsih bagi perkembangan dunia kedokteran.

Jakarta , November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................................. 20
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup. Farmakologi adalah ilmu
yang sangat luas cakupannya, karena itu bidang kesehatan manusia hanya membatasi ilmu
farmakologi klinik yang hanya mempelajari efek obat terhadap manusia dan farmakologi
eksperimental yang hanya mempelajari efek obat terhadap binatang.

Secara umum, obat-obatan anestesi terdiri dari obat pre-medikasi, obat induksi anestesi, obat
anestesi inhalasi, obat anestesi intravena, obat anestesi lokal/regional, obat pelumpuh otot,
analgesia opioid dan analgesia non-opioid.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan cara penggunaanya, obat anestesi dapat dibagi dalam sepuluh kelompok, yaitu :
1. Anastetika Inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran, scuofluran. Obat – obat
ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas. Keuntungannya adalah resepsi yang
cepat melalui paru – paru seperti juga ekskresinya melalui gelembung paru (alveoli)
yang biasanya dalam keadaan utuh. Obat ini terutama digunakan untuk memelihara
anastesi.
2. Anastetika Intravena : thiopental, diazepam dan midazolam, ketamin, dan propofol.
Obat–obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara rectal, tetapi
resorpsinyakurang teratur. Terutama digunakan untuk mendahului (induksi)
anastesi total, ataumemeliharanya, juga sebagai anastesi pada pembedahan singkat.
3. Anestetika intramuskular : sangat populer dalam praktek anestesi, karena teknis
mudah,relatif aman karena kadar plasma tidak mendadak tinggi. Keburukannya ialah
absorpsikadang diluar perkiraan, menimbulkan nyeri dibenci anak-anak, dan beberapa
bersifatiritan
4. Subkutan : sekarang sudah jarang digunakan
5. Spinal : dimasukkan kedalam ruang subarakhnoid (intratekal) seperti pada
bupivacaine.
6. Lidah dan mukosa pipi : absorpsi lewat lidah dan mukosa pipi dapat menghindari
efeksirkulasi portal, bersifat larut lemak, contohnya fentanil lolipop untuk
anak danbuprenorfin.
7. Rektal : sering diberikan pada anak yang sulit secara oral dan takut disuntik
8. Transdermal : contoh krem EMLA (eutectic mixture of local anesthetic),
campuranlidokain-prokain masing-masing 2,5%. Krem ini dioleskan ke kulit intakdan
setelah 1-2jam baru dilakukan tusuk jarum atau tindakan lain.
9. Epidural: dimasukkan kedalam ruang epidural yaitu antara duramater dan
ligamentumflavum. Cara ini banyak pada anestesia regional.
10. Oral : paling mudah, tidak nyeri, dapat diandalkan. Kadang harus diberikan obat
praanestesia, seperti obat anti hipertensi, obat penurun gula darah, dan sebagainya.
Sebagianbesar diabsorpsi usus halus bagian atas. Beberapa obat dihancurkan asam

5
lambung.Pengosongan lambung yang terlambat menyebabkan terkumpulnya obat di
lambung.Sebelum obat masuk sistemik, harus melewati sirkulasi portal. Maka dosis
oral haruslebih besar dari intramuskular, contohnya petidin, dopamin, isoprenalin, dan
propanolol.

OBAT-OBATAN DALAM ANESTESI


a. Obat-Obatan Anestesi Umum
 Sulfas Atropin
 Pethidin
 Propofol/ Recofol
 Succinil Cholin
 Tramus
 Efedrin
b. Obat untuk Anestesi Spinal:
 Buvanest atau Bunascan
 Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk menambah efek
buvanest)
c. Obat-obatan emergency yang harus ada dalam kotak emergency
 Atropin
 Efedrin
 Ranitidin
 Ketorolac
 Metoklorpamid
 Aminofilin
 Asam Traneksamat
 Adrenalin
 Kalmethason
 furosemid (harus ada untuk pasien urologi)
 lidocain
 Gentamicyn salep mata
 Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)
 Methergin (untuk pasien obsgyn)
 Adrenalin

6
A. PENGGOLONGAN OBAT PRE-MEDIKASI
1. Golongan Narkotika
 Analgetika sangat kuat.
 Jenisnya : petidin, fentanyl, dan morfin.
 Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.
 Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-muntah, Vasodilatasi
pembuluh darah → hipotensi.
 Pethidin diinjeksikan pelan untuk:
 mengurangi kecemasan dan ketegangan
 menekan TD dan nafas
 merangsang otot polo
 Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan :
 Mengurangi kecemasan dan ketegangan
 Menekan TD dan nafas
 Merangsang otot polos
 Depresan SSP
 Pulih pasca bedah lebih lama
 Penyempitan bronkus
 Mual muntah (+)
2. Golongan Sedativa & Transquilizer
 Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi
mengantuk.
 Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan sedative; diazepam
dan DHBF(Dihidrobensferidol) untuk golongan transquilizer.
 Efek samping: depresi nafas, depresi sirkulasi
 Diberikan apabila pasien memiliki rasa sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien
tampak lebihgelisah.
 Barbiturat
 Menimbulkan sedasi dan menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi
 Depresan lemah nafas dan silkulasi
 Mual muntah jarang
 Midazolam
 Midazolam sering digunakan sebagai premedikasi pada pasien pediatrik
sebagai sedasi dan induksi anestesia.
7
 Pre-medikasi, induksi, rumatan, sedasi post operasi.
 Memiliki efek antikonvulsan sehingga dapat digunakan untuk mengatasi
kejang grandmal
 Dianjurkan sebelum pemberian ketamin karena pasca anestesi ketamin dosis
1-2mg/kgBB
 Menimbulkan halusinasi.
 Diazepam
 Induksi, premedikasi, sedasi
 Menghilangkan halusinasi karena ketamin
 Mengendalikan kejang
 Menguntungkan untuk usia tua
 Jarang terjadi depresi nafas, batuk, disritmia
 Premedikasi 1m 10 mg, oral 5-10 mg

Obat-obatan Anestesia
Obat Sediaan Jumlah Dosis Dalam 1cc Onset Durasi
sediaan spuit
Pethidin Ampul 100 mg/ 2 0,5 – 1 10mg/ml 10-25 90-120
cc menit menit
Fentanyl Ampul 100 mcg/ 1 – 3 Mcg 50 mcg/ml 1-2 menit 20-30
2cc menit
Recofol Ampul 200 mg/ 2 – 2,5 10 mcg/ml 20-40
(propofol) 20cc detik
Ketamin Vial 100 mg/cc 1-2 10 mg/cc 30 detik 15-20
menit
Atrakurium Ampul 50 mg/5cc 0,5 - 0,6 10 mg/cc 2-3 menit 15-35
besilat (Tramus) menit
Efedrin HCL Ampul 50 mg/ cc 0,2 5 mg/ cc
Sulfat Atropin Ampul 0,25 mg/cc 0,01 – 0,25 mg/cc 1-2 menit
0,02
Ondansentron Ampul 4 mg/ 2cc 8 mg 2 mg/ cc
HCL (dewasa)
5 mg

8
(anak)
Aminofilin Ampul 25 mg/ cc 5 24 mg/cc
Dexamethason Ampul 5 mg/ cc 1 5 mg/cc
Adrenalin Ampul 1 mg/ cc 0,25 – 0,3
Succinilcholin Vial 200 mg/10 1-2 20 mg/cc 1-2 menit 3-5 menit
cc
Neostigmin Ampul 0,5 mg/ cc 2 amp 0,5 mg
(prostigmin) prostigmin
+ 1 amp
SA
Midazolam Ampul 5 mg/ 5 cc 0,07 – 0,1 1 mg
(sedacum)
Ketorolac Ampul 60 mg / 2 30 mg
cc
Difrnhidramin Ampul 5 mg/ cc 5 mg
HCL

B. Obat induksi intravena


1) Ketamin/ketalar
 Efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tp tidak utk nyeri
visceral
 Efek hipnotik kurang
 Efek relaksasi tidak ada
 Refleks pharynx & larynx masih ckp baik → batuk saat anestesi →refleks
vagal
 disosiasi → mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi,
gaduh gelisah,tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi
 Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat
diperkecildengan pemberian thiopental sebelumnya)
 TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat
peningkatanaktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan
premedikasi opiat, hiosin.
 dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik
untuk penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada
anesthesia umum yang masih ringan
 Dosis berlebihan scr iv → depresi napas
 Pd anak dpt timbulkan kejang, nistagmus

9
 Meningkatkan kdr glukosa darah + 15%
 Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit
 Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh
melalui urin
 Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd
pusat retikularotak
 Indikasi:
 Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada
koreksi jaringan sikatrikpada daerah leher, disini untuk melakukan
intubasi kadang sukar.
 Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
 Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
 Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital.
Dapat dipakai untukinduksi pada pasien syok.
 Untuk tindakan operasi kecil.
 Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.
 Pasien asma
 Kontra Indikasi :
 Hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
 Riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
 Dekompensasi kordis

1) Propofol (diprifan, rekofol)


 Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn pelarut tdd
minyak kedelai & postasida telur yang dimurnikan.
 Terasa nyeri pada penyuntikan, dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc
propolol. Jarang pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian
 Analgetik tdk kuat
 Dapat dipakai sbg obat induksi dan obat maintenance
 Obat setelah diberikan, didistribusi dgn cepat ke seluruh tubuh. Metabolisme
di liver & metabolit tdk aktif dikeluarkan lewat ginjal.
 utuk induksi dapat terjadi hipotensi karena vasodilatasi dan apnea sejenak
 Efek Samping :
 Bradikardi.
 Nausea
 Sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
 Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan
 Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung dan pernapasan
 Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ganggun jalan
napas, ginjal, liver, syok hipovolemik

10
2) Thiopental
 Ultra short acting barbiturat
 Dipakai sejak lama (1934)
 Tidak larut dalam air, tapi dalam bentuk natrium (sodium thiopental) mudah
larut dalam air

3) Pentotal
 Zat dr sodium thiopental. Bentuk bubuk kuning dalam amp 0,5 gr(biru), 1
gr(merah) dan 5 gr. Dipakai dilarutkan dengan aquades
 Larutan pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
 Larutan tidak begitu stabil, hanya bisa disimpan 1-2 hari (dalam kulkas lebih
lama, efek menurun)
 Pemakaian dibuat larutan 2,5%-5%, tetapi dipakai 2,5% untuk menghindari
overdosis, komplikasi lebih kecil, hitungan pemberian lebih mudah
 Obat mengalir dalam aliran darah (aliran ke otak ) ↑
 Efek sedasi dan hipnosis cepat terjadi, tapi sifat analgesik sangat kurang
 TIK ↓
 Mendepresi pusat pernapasan
 Membuat saluran napas lebih sensitif terhadap rangsangan
 Depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah
 Hipotensi, dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal
 Tidak berefek pada kontraksi uterus, dapat melewati barier plasenta
 Dapat melewati ASI
 Menyebabkan relaksasi otot ringan
 Reaksi anafilaktik syok
 Gula darah sedikit meningkat.
 Metabolisme di hepar
 Cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
 Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
 Kontraindikasi :
 syok berat
 Anemia berat
 Asma bronkiale → menyebabkan konstriksi bronkus → Obstruksi
saluran napas atas
 Penyakit jantung dan liver
 Kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)

C. Obat induksi inhalasi


1) Nitrogen Oksida (N2O)
 Gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan
relatif tidak larutdalam darah.
 Efek samping :
 Analgesik sangat kuat setara morfin

11
 Hipnotik sangat lemah
 Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
 Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.
 Bila murni N2O =depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
 Jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan
anestetik lain sepertihalotan dan sebagainya.
2) Enfluran
 isomer isofluran
 tidakmudah terbakar, namun berbau.
 Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti
kejang (padaEEG).
 Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan
enfluran lebihiritatif dibanding halotan.
3) Isofluran
 cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
 menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap
penyimpanan sampaidengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
 Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran
4) Sevofluran
 Tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga
banyak dipilih untukinduksi melalui sungkup wajah pada anak dan
orang dewasa.
 Tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatiti

D. Obat pelumpuh otot


 Bekerja pada otot bergaris
 Terjadi kelumpuhan otot napas dan otot-otot mandibula, otot intercostalis, otot-
otot abdominalis dan relaksasi otot-otot ekstremitas.
 Bekerja pertama:
 kelumpuhan otot mata
 ekstremitas
 mandibula
 intercostalis
 abdominal
 diafragma.
 Pada pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.
 Obat ini membantu pada operasi khusus spt operasi perut agar organ abdominal
tdk keluar dan terjadi relaksasi
 Terbagi dua jenis Non depolarisasi, dan depolarisasi

12
Jenis obat Dosis awal Dosis Durasi Efek
(mg/ kgBB) rumatan (Menit) samping
(mg/ kgBB)
Non depol long- acting
1. D-tubokurarin 0,40-0,60 0,10 30-60 Hipotensi
2. Pankuronium 0,08-0,12 0,15-0,02 30-60 Takikardi
3. Metakurin 0,20-0,40 0,05 40-60 Hipotensi
4. Pipekuronium 0,05-0,12 0,01-0,015 40-60 KV stabil
5. Doksakurium 0,02-0,08 0,005-0,01 45-60 KV stabil
6. Alkurium 0,15-0,30 0,5 40-60 Takikardi
Non depol intermediate acting
1. Gallamin 4-6 0,5 30-60 Hipotensi
2. Atrakurium 0,5-0,6 0,1 20-45 Takikardi
3. Vekuronium 0,1-0,2 0,015-0,02 25-45
4. Rokuronium 0,6-1 0,1-0,15 30-60
5. Cistacuronium 0,15-0,2 0,02 30-45 Isomer
artakurium
Non depol short acting
1. Mivakurium 0,2-0,25 0,05 10-15 ↑ histamin,
2. ropacuronium 1,5-2 0,3-0,5 15-30 hipotensi
Depol short acting
1. Suksinilkolin 1 3-10
2. dekametonium 1 3-10

 Durasi
 Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
 Short (10-15 menit) : mivakurium
 Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
 Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium,
doksakurium, galamin
 Efek terhadap kardiovaskuler
 tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi pelepasan
histamin dan (penghambatan ganglion)
 pankuronium : menaikkan tekanan darah
 suksinilkolin : aritmia jantung

13
E. Anestesi Lokal
 Blokade reversibel konduksi saraf
 Mencegah depolarisasi dengan blokade ion Na ke chanel Na (blokade induksi) →
mencegah permeabilitas membran saraf terhadap ion Na

 Bupivacaine
 Konsentrasi 0,5% tanpa adrenalin, analgesianya sampai 8 jam.
 Volume yang digunakan <20ml.
 Lidokain (Xylocaine, Lidonest)
 Umumnya digunakan 1-2%, dengan mula kerja 10 menit dan relasasi otot
baik.
 0,8% blokade sensorik baik tanpa blokade motorik.
 1,5% lazim digunakan untuk pembedahan.
 2% untuk relaksasi pasien berotot.

Short act Medium act Long act


Prototipe Prokain Lidokain Bupirokain
Golongan Ester Amida Amida
Onset 2’ 5’ 15’
Durasi 30-45’ 60-90’ 2-4 jam
Potensi 1 3 15
Toksisitas 1 2 10
Dosis max 12 mg/ kgBB 6 mg/ KgBB 2 mg/ KgBB
Metabolisme Plasma Liver Liver

14
F. Analgetik opioid dan non-opioid
a. Opioid
 Opioid yang sering digunakan dalam anastesi antara lain adalah morfin,
petidin, fentanil.
 Opioid adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan
reseptormorfin. Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang
sering digunakan dalamanastesia untuk mengendalikan nyeri saat
pembedahan dan nyeri pasca pembedahan
 Klasifikasi Opioid
Penggolongan opioid antara lain:
1. opioid natural (morfin, kodein, pavaperin, dan tebain)
2. semisintetik (heroin, dihidro morfin/morfinon, derivate tebain)
3. sintetik (petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil dan remifentanil)

a) Morfin
 Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang
mengandung otot polos.Efek morfin pada sistem syaraf pusat mempunyai
dua sifat yaitu depresi dan stimulasi.Digolongkan depresi yaitu analgesia,
sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar.Stimulasi termasuk
stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif reflek
spinal,konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH)
 Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit
yang luka.Morfinjuga dapat menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi
usus, tetapi efek analgesik setelahpemberian oral jauh lebih rendah
daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberianparenteral dengan
dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan
mempengaharuijanin.Eksresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian
kecil morfin bebas ditemukandalam tinja dan keringat
 Indikasi
Morfin dan opioid lain terutama diindikasikan untuk meredakan atau
menghilangkannyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-
opioid.Apabila nyerinyamakin besar dosis yang diperlukan juga semakin
besar. Morfin sering digunakan untukmeredakan nyeri yang timbul pada
infark miokard, neoplasma, kolik renal atau kolikempedu, oklusi akut
pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner, perikarditis akut,pleuritis
dan pneumotorak spontan, nyeri akibat trauma misalnya luka bakar,
fraktur dannyeri pasca bedah.
 Efek samping
Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi
pernafasan,nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia,
pruritus, konstipasi kenaikkantekanan pada traktus bilier, retensi urin,
dan hipotensi.

15
 Dosis dan sediaan
Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam
bentuk larutandiberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk
menghilangkan atau menguranginyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB.
Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravenadan dapat diulang sesuai
yang diperlukan.
b) PETIDIN
 Farmakodinamik
Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor
µ.Seperti halnyamorfin, meperidin (petidin) menimbulkan efek analgesia,
sedasi, euforia, depresi nafasdan efek sentral lainnya.Waktu paruh petidin
adalah 5 jam.Efektivitasnya lebih rendahdibanding morfin, tetapi lebih
tinggi dari kodein. Durasi analgesinya pada penggunaanklinis 3-5 jam.
Dibandingkan dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap
nyerineuropatik.
 Perbedaan antara petidin (meperidin) dengan morfin sebagai berikut
 Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang
larut dalam air.
 Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan
normeperidin, asammeperidinat dan asam normeperidinat.
Normeperidin adalah metabolit yang masihaktif memiliki sifat
konvulsi dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudahberkurang
50%. Kurang dari 10% petidin bentuk asli ditemukan dalam urin.
 Petidin bersifat atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan
pandangan dantakikardia.
 Petidin menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi
lebih ringan.
 Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah
yang tidak adahubungannya dengan hipotermi dengan dosis 20-25 mg
i.v pada dewasa.
 Lama kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin
 Farmakokinetik
Absorbsi meperidin dengan cara pemberian apapun berlangsung
baik. Akan tetapikecepatan absorbsi mungkin tidak teratur setelah
suntikan IM. Kadar puncak dalamplasma biasanya dicapai dalam 45 menit
dan kadar yang dicapai antar individu sangatbervariasi. Setelah pemberian
meperidin IV, kadarnya dalam plasma menurun secaracepat dalam 1-2 jam
pertama, kemudian penurunan berlangsung lebih lambat. Kurang

16
lebih 60% meperidin dalam plasma terikat protein. Metabolisme
meperidin terutamadalam hati.Pada manusia meperidin mengalami
hidrolisis menjadi asam meperidinatyang kemudian sebagian mengalami
konjugasi.Meperidin dalam bentuk utuh sangatsedikit ditemukan dalam
urin.Sebanyak 1/3 dari satu dosis meperidin ditemukan dalamurin dalam
bentuk derivat N-demitilasi.Meperidin dapat menurunkan aliran darah
otak, kecepatan metabolik otak, dan tekananintra kranial. Berbeda dengan
morfin, petidin tidak menunda persalinan, akan tetapi dapatmasuk ke fetus
dan menimbulkan depresi respirasi pada kelahiran
 Indikasi
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa
keadaan klinis,meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang
lebih pendek daripada morfin.Meperidin digunakan juga untuk
menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obatpreanestetik.
 Dosis dan sediaan
 Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25
mg/ml, 50mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian
besar pasien tertolongdengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi
dan anak ; 1-1,8 mg/kg BB.
 Efek samping
Efek samping meperidin dan derivat fenilpiperidin yang ringan
berupa pusing,berkeringat, euforia, mulut kering, mual-muntah, perasaan
lemah, gangguan penglihatan,palpitasi, disforia, sinkop dan sedasi.
c) FENTANIL
 Farmakodinamik
Turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Sebagai
suatu analgesik,fentanil 75-125 kali lebih poten dibandingkan dengan
morfin. Awitan yang cepat danlama aksi yang singkat mencerminkan
kelarutan lipid yang lebih besar dari fentanildibandingkan dengan morfin.
Fentanil (dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik lokalpada blok
saraf tepi. Keadaan itu sebagian disebabkan oleh sifat anestetsi lokal
yamglemah (dosis yang tinggi menekan hantara saraf) dan efeknya
terhadap reseptor opioidpada terminal saraf tepi. Fentanil dikombinasikan
dengan droperidol untuk menimbulkanneureptanalgesia
 Farmakokinetik
Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara
kualitatif hampir samadengan dengan morfin, tetapi fraksi terbesar
dirusak paru ketika pertama kalimelewatinya. Fentanil dimetabolisir
oleh hati dengan N-dealkilase dan hidrosilasidan,sedangkan sisa
metabolismenya dikeluarkan lewat urin.
 Indikasi
Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya.Dosis
1-3 mg /kg BBanalgesianya hanya berlangsung 30 menit, karena itu

17
hanya dipergunakan untuk anastesiapembedahan dan tidak untuk pasca
bedah.
 Dosis besar 50-150 mg/kg BB digunakanuntuk induksi anastesia dan
pemeliharaan anastesia dengan kombinasi bensodioazepamdan inhalasi
dosis rendah, pada bedah jantung. Sediaan yang tersedia adalah suntikan
50mg/ml.
 Efek sampingEfek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang
sebenarnya dapat dicegahdengan pelumpuh otot. Dosis besar dapat
mencegah peningkatan kadar gula, katekolaminplasma, ADH, renin,
aldosteron dan kortisol.

b. ANALGETIKA NON OPIOID (NSAID)


a) Ketorolak
 Diberikan secara oral, intramuskular, intravena.
 Efek analgesia dicapai dalam 30 menit, maksimal setelah 1-2 jam. Lama
kerja 4-6 jam.
 Dosis awal 10-30mg/hari dosis maks. 90mg/hari, pada manula, gangguan
faal ginjal, dan BB<50kg dibatasi maks. 60mg/hari.
 30mg ketorolak=12mg morfin=100mg petidin, dapat digunakan bersama
opioid.
 Cara kerja menghambat sintesis prostaglandin di perifer tanpa
mengganggu reseptor opioid disistem saraf pusat.
 Tidak untuk wanita hamil, menghilangkan nyeri persalinan, wanita
menyusui, usia lanjut,anak usia <4th, gangguan perdarahan, tonsilektomi.
b) Ketoprofen
 Diberikan secara oral, kapsul, tablet 100-200 mg/hari.
 Per-rektal 1-2 suppositoria.
 Suntikan intarmuskuler 100-300mg/hari.
 Intravena per-infus dihabiskan dalam 20 menit
c) Piroksikam
Oral, kapsul, tablet, flash, suppositoria, ampul 10-20mg/hari.
d) Tenoksikam
 Suntikan itramuskuler, intravena ampul 20mg/hari dilanjutkan oral.
 Hasil metabolisme dibuang lewat ginjal dan sebagian lewat empedu.
e) Meloksikam
 Inhibitor selektif Cox-2 dengan efektifitas=diklofenak atau piroksikam
tetapi efek sampinglebih minimal.
 Dosis satu tablet 7,5mg atau 15mg/hari
f) Asetaminofen
 Tak punya sifat anti inflamasi dan sifat inhibitor terhadap sintesis
prostaglandin sangat lemah,karena itu tak digolongkan NSAID.
 Biasa untuk nyeri ringan dan dikombinasi analgetik lain- Dosis oral 500-
1000mg/4-6jam, dosis maksimal 4000mg/hari.

18
 Dosis toksis dapat menyebabkan nekrosis hati karena dirusak oleh enzim
mikrosomal hati.
 Lebih disukai dari aspirin karena efek samping terhadap lambung dan
gangguan pembekuanminimal

Efek samping golongan NSAID

 Gangguan saluran cerna: nyeri lambung, panas, kembung, mual-muntah,


konstipasi, diare,dispepsia, perdarahan tukak lambung, ulserasi mukosa
lambung.
 Hipersensitivitas kulit: gatal, pruritus, erupsi, urtikaria, sindroma Steven-
Johnson
 Gangguan fungsi ginjal: penurunan aliran darah ginjal, penurunan laju
filtrasi glomerulus,retensi natrium, hiperkalemia, peningkatan ureum-
kreatinin, pererenal azotemia, nekrosispapil ginjal, nefritis, sindroma
nefrotik.
 Gangguan fungsi hepar: peningkatan SGOT, SGPT, gamma
globulin, bilirubin, ikterushepatoseluler.
 Gangguan sistem darah: trombositopenia, leukimia, anemia aplastik.-
Gangguan kardiovaskuler: akibat retensi air menyebabkan edema,
hipertensi, gagal jantung.
 Gangguan respirasi: tonus bronkus meningkat, asma.
 Keamanan belum terbukti pada wanita hamil, menyusui, proses
persalinan, anak kecil,manula.

19
BAB III

KESIMPULAN

a. Obat-obatan anestesi terdiri dari obat-obatan pre-medikasi, obat induksi anestesi, obat
anestesi inhalasi, obat anestesi intravena, obat pelumpuh otot (muslce relaxant), obat
anestesi lokal/regional, dan analgesia (opioid dan non-opioid).
b. Metode pemberian obat anestesi terdiri dari oral, lidah dan mukosa pipi,
intramuskular, subkutan, intravena, rektal, transdermal, inhalasi, epidural, dan spinal.
c. Anamnesis riwayat kemungkinan alergi obat sebelumnya penting untuk selalu
dilakukan walaupun harus dinilai dengan kritis untuk menghindari tindakan
berlebihan.
d. Pengobatan alergi obat terdiri dari antihistamin, steroid, bila terjadi reaksi anafilaksis
beri adrenalin 1/1000 sc dan pengobatan sesuai seperti reaksi anafilaksis karena sebab
lain, menghindari alergen penyebab, dan cara desensitisasi

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Prakis Anestesiologi Edisi Kedua.

Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2002.

2. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi. Jakarta:

Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.

3. Omoigui, Sota. Buku saku : Obat –obatan Anestesia edisi ke 2. Jakarta,EGC ;

2012.

21

Anda mungkin juga menyukai