OLEH :
1. Nurul Ain Binti Rojmi C111 13 849
2. Diana Natasha Bt Zailani C111 13 850
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Nila Mayasari, Sp. KFR
i
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada bagian Ilmu
Penguji, Supervisor,
2
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………….. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………… 3
BAB I: PENDAHULUAN………………………………………….… 4
BAB II: TINJAUAN KEPUSTAKAAN….…………..…………….. 5
2.1 Definisi ..............................…….………………………… 5
2.2 Patogenesis..........………………………………………… 5
2.3 Patofisiologi……......…………………………………….. 6
2.4 Faktor Resiko……………………..…………………..… 6
2.5 Klasifikasi……………………………………………….. 8
2.6 Diagnosis………………………………………………… 9
2.7 Differential Diagnosis…………………………………… 13
2.8 Penatalaksanaan………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA…………………............................................ 18
BAB III: LAPORAN KASUS……………………………………….. 21
3.1 Identitas Pasien…………………………………………… 21
3.2 Anamnesis………………………………………………. 21
3.3 Pemeriksaan fisis....…………………………………….. 21
3.4 Diagnosis… ……………………………….………….... 22
3.5 Planning… ……………………………….…………….. 23
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Osteoarthritis
5
inflamasi disebut juga OA erosif, yang merupakan bentuk lanjut dari OA,
biasanya mengenai sendi distal phalang atau proksimal phalang, dimana pada
pemeriksaan faktor Rematoid negatif.8
6
prevalensi OA tinggi pada wanita yang telah menopause. Ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA itu sendiri.
3) Suku Bangsa
Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat
perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartritis. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaaan
pada kelainan kongenital dan pertumbuhan.
4) Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. Adanya
mutase dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-
unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
5) Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan
osteoarthritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
osteoarthritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan
osteoarthritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang
berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung
koroner, diabetes mellitus dan hipertensi.
6) Cedera Sendi (trauma), Pekerjaan dan Olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-
menerus, berkaitan dengan peningkatan resiko osteoarthritis tertentu.
Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7
2.5 Klasifikasi Osteoarthritis
8
2.6 Diagnosis Osteoarthritis1
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan sudah
berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.
a) Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisis1
- Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang saat istirahat. Nyeri pada OA
dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati, misalnya pada OA
servikal dan lumbal.
- Hambatan Gerak
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya nyeri. Hambatan gerak dapat konsentris
(seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan
saja).
- Kaku Pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah
imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu kurang
lebih 30 menit atau bahkan setelah bangun tidur.
- Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit. Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut.
Awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat
terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini timbul karena gesekan
kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara
pasif dimanipulasi.
- Pembesaran Sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali
terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi
9
yang biasanya tidak banyak (<100 cc), selain itu osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi.
- Perubahan Gaya Berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir
semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut atau pinggul
berkembang menjadi pincang.
b) Pemeriksaan radiologi11
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena osteoartritis
sudah cukup memberikan gambaran diagnostik.
Gambaran Radiologi:
- Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
- Kista periartikuler
- Osteofit pada pinggir sendi
- Perubahan struktur anatomi sendi
10
Gambar 2. Osteoarthritis pada manus tampak penyempitan celah sendi pada
distal dan proximal interphalangeal, permukaan articular sclerosis dan
pembentukan ostofit11
.
Gambar 3. Osteoartritis pada sendi panggul12
- Osteoartritis pada lutut, merupakan kejadian yang tersering dan
terbanyak. Bisa terjadi pada salah satu lutut maupun keduanya
sehingga menyebabkan terjadinya deformitas. Biasa terjadi valgus
dan varus derfomitas. Gambaran radiologinya penyempitan celah
11
sendi, permukaan artikular sclerosis, pembentukan kista
subkondral, pembentukan osteofit
12
c) Pemeriksaan Laboratorium1
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Darah tepi (hemoglobin, leukosit, Laju Endap Darah) dalam batas normal.
Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rheumatoid, dan komplemen) juga
normal. Pada OA yang disertai dengan peradangan mungkin didapatkan
penurunan viskositas, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m), dan
peningkatan protein.
Gout Arthritis
Arthritis gout merupakan penyakit yang diakibatkan oleh deposisi
Kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat
di dalam cairan ekstraseluler. Manifestasi klinis arthritis gout berupa
akumulasi Kristal pada jaringan yang merusak tulang sehingga membentuk
tofus disertai adanya peninggian kadar asam urat (hiperurisemia).(8)
13
Arthritis Psoriatik
Psoriasis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh autoimun sel-
T. penyakit ini biasa didapatkan pada daerah yang hangat atau panas.
Gambaran penyakit ini utamanya terdapat kelainan pada kulit dengan
gambaran plaque yang tebal dengan permukaan yang bersisik. Penyakit ini
dapat menyerang bagian lain pada fase kronik (sendi). Predileksi sendi
yang terkena biasa pada sendi DIP, lutut dan pergelangan tangan atau kaki.
Gejala khas arthritis psoriatik yaitu sendi yang membengkak disertai nyeri,
kuku yang pecah-pecah dan permukaan kulit yang bersisik.(11)
14
timbul subluksasi.
-Punch out lesion (tofus).
-Penyempitan MTP 1.
-Terdapat gambaran
Gout Arthritis
osteolitik pada phalanges.
2.7 Penatalaksanaan
1) Terapi non farmakologis:
a. Edukasi: menjelaskan kepada penderita tentang seluk beluk
penyakitnya, bagaimana menjaganya agar tidak bertambah parah
b. Terapi fisik dan rehabilitasi: melatih pasien agar persendiannya agar
tetap dapat dipakai, evaluasi pola kerja dan aktivitas sehari- hari
c. Penurunan berat badan: karena merupakan salah satu faktor
resiko, penderita disarankan untuk menurunkan berat badan hingga
bila mungkin mendekati ideal.
d. Terapi listrik
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah
penggunaan arus listrik yang dihasilkan oleh perangkat untuk
merangsang saraf untuk mengurangi rasa sakit. Unit ini biasanya
dilengkapi dengan elektroda untuk menyalurkan arus listrik yang akan
merangsang saraf pada daerah yang mengalami nyeri. Rasa geli sangat
terasa dibawah kulit dan otot yang diaplikasikan elektroda tersebut.
TENS memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan
50mA dengan frekuensi 10-250Hz, banyak digunakan untuk terapi
15
pengurangan rasa sakit. Frekuensi tinggi (> 50 Hz) dengan intensitas
di bawah kontraksi motor (intensitas sensorik). Pada frekuensi tinggi,
secara selektif merangsang syaraf tertentu 'non-sakit' serat untuk
mengirim sinyal ke otak yang menghalangi sinyal saraf lainnya
membawa pesan rasa sakit. Frekuensi rendah (<10 Hz) dengan
intensitas yang menghasilkan kontraksi motor. Pada frekuensi rendah,
dengan merangsang produksi endorfin, alami menghilangkan rasa
sakit-hormon.
Perangsangan listrik dengan menggunakan Neuromuscular Electrical
Stimulation (NMES) dengan intensitas tinggi pada saraf-saraf otot
yang diberikan ke ototquadriceps dapat berhasil memperbaiki
kekuatan otot quadriceps dan aktivasinya pada para pasien yang telah
mengalami rekonstruksi ligament krusiat anterior dan arthroplasty
lutut total. Namun keberhasilan NMES dalam memperbaiki fungsi
otot quadriceps pada pasien yang menderita osteoarthritis tingkat awal
adalah kurang. Dalam penelitian ini, saya mengevaluasi apakah
NMES dan exercise dapat memperbaiki aktivasi dan kekuatan otot
quadriceps pada orang yang menerima interverensi NMES dan
exercise akan menunjukan perbaikan-perbaikan dalam fungsi dan
peningkatan kekuatan otot quadriceps dibandingkan dengan para
orang yang tidak menerima perlakuan. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui, (1) pengaruh pemberian NMES dan exercise dalam
meningkatkan kekuatan otot quadriceps pada penderita Osteoarthritis,
(2) pengaruh pemberian exercise dalam meningkatkan kekuatan otot
pada penderita Osteoarthritis.
e. Therapeutic exercise (Hydrotherapy exercise)
Merujuk kepada penggunaan kolam atau tempat yang lebih besar yang
dapat digunakan oleh pasien berbagai intervensi terapi termasuk
diantaranya stretching, penguatan, mobilisasi sendi dan latihan
ketahanan.
16
Hal-hal penting dalam air yang memberi efekfisiologis adalah
buyoncy, tekanan hidrostatik, temperature.
17
Latihan statis adalah latihan yang dilakukan dengan mempertahankan
sikap tanpa bergerak (static) untuk beberapa saat. Latihan statis pada
prinsipnya sama dengan latihan dinamis untuk melatih kebebasan
gerakan, dan mempertahankan gerakan sampai hitungan tertentu,
dapat dilakukan dengan fokus pergerakan pada kepala, tangan, kaki,
atau sekitar pinggang. Contoh metode latihan statis di antaranya:
berdiri dengan posisi kaki lebih lebar dibanding lebar bahu dan posisi
tangan di pinggang. Tundukkan kepala ke arah depan dan
menahannya sampai hitungan tertentu, lakukan juga ke arah belakang.
Menengokkan kepala ke arah kanan dan menahannya sampai hitungan
tertentu, lakukan juga ke arah kiri. Miringkan kepala ke arah samping
kanan sampai menyentuh bahu kanan dan menahannya sampai
hitungan tertentu, lakukan juga ke arah kiri. Perlu diperhatikan agar
jumlah hitungannya sama.
g. Latihan aerobic:
Latihan aerobik penting untuk penderita OA lutut karena pada
penderita OA lutut sering terjadi penurunan kapasitas aerobik sebagai
akibat kurangnya aktivitas. Manfaat latihan aerobik antara lain
meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan otot, daya tahan, serta
pengurangan berat badan. Selain itu, latihan aerobik juga dapat
menyebabkan pelepasan opioid endogen, serta memperbaiki gejala
depresi dan kecemasan. Latihan aerobik bisa dilakukan di darat dan di
air (aquaterapi). Bentuk latihan aerobik yang dianjurkan adalah
berjalan, bersepeda, berenang, senam aerobik, dan senam aerobik di
kolam. Berenang dan latihan di kolam menghasilkan stres sendi yang
lebih ringan dibandingkan bentuk latihan aerobik lain. Setiap sesi
latihan aerobik harus diawali oleh latihan pemanasan yang terdiri dari
latihan ROM diikuti pendinginan dan peregangan. Jika latihan jalan
kaki atau jogging memperberat gejala, intensitas latihan harus
dikurangi atau bentuk latihan diubah. Alas kaki yang baik sangat
18
penting dan latihan lebih baik di permukaan lunak. Peningkatkan
kapasitas aerobik heart rate yang harus dicapai adalah 60%-85%
denyut jantung maksimal, denyut jantung maksimum dihitung
menggunakan rumus 220-Usia1,4 untuk latihan selama 20-30 menit,
3-4 kali seminggu. Naik turun tangga juga merupakan bentuk latihan
aerobik yang baik, tetapi menyebabkan joint loading maksimal pada
panggul dan lutut, sehingga tidak dianjurkan untuk pasien OA lutut
dan panggul. Latihan dengan sepeda statik dilakukan dengan setting
lutut ekstensi saat pedal sepeda berada di bawah. Tingkat beban diatur
bertahap mulai minimal sampai sedang. Latihan dilakukan 5 menit
dengan beban ringan selama 2 hari, kemudian beban dinaikkan dan
waktu ditambah 5 menit. Setiap peningkatan dilatih selama 3 hari
sampai waktu latihan 20-30 menit.
2) Terapi farmakologis:
a. Analgetik oral non opiad: asetaminofen, aspirin dan ibuprofen untuk
menghilangkan nyeri.
b. Analgetik topical: krim kapsaisin mengurangi nyeri pada ujung saraf
local.
c. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS): analgetik-
antiinflamasi. Namun, penggunaaannya harus dikontrol sebab banyak
menyebabkan efek samping berupa gastritis hingga ulkus peptikum.
d. Chondroprotective agent : obat- obat yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan tulang rawan sendi. Sebagian peneliti
menggolongkannya dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs
(SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs
(DMOADs):
i) Tetrasiklin: menghambat kerja enzim MMP
ii) Asam hialuronat (viscosupplement): memperbaiki viskositas
cairan synovial, diberika intraarthrikuler. Asam hialuronat
19
ternyata memegang peranan penting dalam pembentukan matriks
tulang rawan melalui agregasi dengan proteoglikan.
iii) Glikosaminoglikan: menghambat sejumlah enzim degradasi
tuang rawan., seperti hialuronidase, protease, elastase, dan
katepsin.
iv) Kondroitin sulfat: salah satu jaringan yang mengandung
kondroitin sulfat adalah kartilago dan zat ini merupakan bagian
dari proteoglikan. Kondroitin sulfat memiliki efek: antiinflamasi,
efek metabolic terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan, dan
anti degradatif melalui hambatan enzim proteolitik
v) Vitamin C: menghambat enzim lisozim.
vi) Superoxide Dismutase: menghilangkan superoxide dan hydroxyl
radikal yang merusak asam hialuronat, kolagen, dan proteoglikan.
vii) Steroid Intra-artrikuler: kejadian inflamasi kadang terjadi pada
OA sehingga mampu mengurangi rasa sakit, tetapi
penggunaannya masih controversial.
3) Terapi bedah: jika terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.
20
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
* Nama : Ibu SK
* Jantina : Perempuan
* Tanggal lahir : 27/5/1972
* Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
* Alamat : BTN Pebapri, Makassar
* Tanggal masuk : 2/2/2017
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri lutut kanan
* Anamnesis terpimpin : nyeri pada sendi lutut kanan dirasakan saat
beraktifitas dan pada saat bangun di pagi hari. Riwayat mengkonsumsi
obat anti nyeri tidak diketahui nama obat. Nyeri dirasakan berkurang
setelah mengkonsumsi obat.
* Tidak ada riwayat trauma, operasi.
* Riwayat penyakit kolesterol ada.
* Tidak ada riwayat DM, asam urat.
* Riwayat keluarga mempunyai keluhan yang sama terutama setelah
menopause.
21
* Pernapasan : 18x/menit
* Pain Score (VAS) : 5/10 (durasi 15 menit), ada krepitasi
Radiologi
22
b) Disability : gangguan pada saat berjalan
c) Handicapped : kesulitan melakukan pekerjaan dan aktivitas sehari-
hari (memasak, mencuci dan lain lain)
Problem list
Gangguan ambulasi - Normal
ADL - Lutut kaku dan berasa nyeri selepas duduk atau
berdiri lama dan fungsi menurun
Komunikasi - Normal
Psikologis - Normal
Vokasional - Normal
Sosioekonomi - Normal
Others - Normal
3.5 Planning
Medis:
* Pemeriksaan laboratorium : LED, faktor rheumatoid, asam urat
* Pemeriksaan radiologi : foto rontgen/MRI
* Terapi : 7,5mg 1 kali sehari
Rehabilitasi Medik :
* Terapi listrik
* Therapeutic exercise (Hydrotherapy exercise)
* Strenghthening exercise (static : isometric dan dinamik)
* Aerobic
Edukasi:
* Mempertahankan berat badan dengan diet seimbang dan olahraga
* Memilih alas kaki yang tepat dan nyaman
* Hindari gerakan yang meregangkan sendi
* Pencegahan penyakit berulang - minum obat secara teratur
* Menggunakan pelindung lutut untuk mencegah cedera sendi
23
24