Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Maternitas


Dosen Pengampu:

Oleh
Kelompok 3
Ervin Widhiantyas 22020114120035
Diah Ayu Siska Y 22020114130131
Nurul Agustina Wati 22020114130116
Komariyah Fitriya Ilhami 22020114130097
Tiodora Naomi Rianuli A 22020114120004
Kunita Wuragil 22020114120055
Nurul Hidayati 22020114140095
Savitri 22020114120015

A142

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini dibuat
guna memenuhi tugas Mata Kuliah Maternitas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan makalah di masa mendatang.

Semarang, 12 Oktober 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI
MAKALAH...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Konsep 3
B. Pencegahan Anemia 10
C. Penatalaksanaan Anemia pada Ibu Hamil 10
D. Pelayanan Ibu Hamil 13
E. Pemeriksaan Penunjang Kehamilan dengan Anemia 14
F. Konsep Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Anemia 20
BAB III.....................................................................................................................................30
PENUTUP................................................................................................................................30
A. Kesimpulan 30
B. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................32

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa kehamilan merupakan masa yang rentan dimana imun ibu dapat menurun jika
tidak memperoleh asupan yang sesuai sehingga tubuh ibu membutuhkan asupan nutrisi
yang maksimal guna memenuhi kebutuhannya baik secara fisik maupun psikologisnya
(tidak stress) selama masa kehamilan. Wanita hamil biasanya tampak pucat dan mengeluh
tubuhnya lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lalai. Selain itu wanita haml terkadang juga
sering pusing, mata berkunang – kunang , mual muntah pada kehamilan muda dan juga
nafsu makan berkurang. Keluhan tersebut menandakan wanita hamil sedang menderita
anemia pada masa kehamilan.

Penyakit anemia terjadi karena kekurangan darah merah dan menurunnya hemoglobin
kurang dari 11 gr/dl. Di Indonesia angka kejadian anemia masih cukup tinggi berdasarkan
hasil riset kesehatan dasar menurut dinas kesehatan provinsi Jwa Tengah pada tahun
2013 sebanyak 37,1% mengalami anemia. Survei anemia pada ibu hamil di 15 kabupaten
di Jawa Tengah menurut dinas kesehatan Semarang tahun 2007 menunjukkan bahwa
pravalensi anemia di Jawa Tengah adalah 57,7%, angka ini lebih tinggi dari angka
nasional yakni 50,9% . Bahkan Pada tahun 2014, angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten
Semarang mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Bila di tahun 2013 AKI sebesar
120,22 per 100.000 kelahiran hidup (17 kasus), maka di tahun 2014 menjadi 144,31 per
100.000 kelahiran hidup (20 kasus) dan anemia merupakan penyebab utama dari kejadian
tersebut. Anemia selama masa kehamilan dapat mengakibatkan beberapa gangguan
menurut Manuaba, 2002 dalam Siti Asyirah, (2012) salah satunya yaitu partus lama
akibat kontraksi uterus yang tidak kuat oleh karena hipoksia jaringan. Oleh sebab itu
kami menyusun makalah ini untuk mengetahui hal – hal yang berkaitan dengan anemia
pada ibu hamil .

B. Rumusan Masalah
- Apakah definisi anemia pada kehamilan?
- Apa saja jenis – jenis dari anemia
- Apakah tanda dan gejala anemia pada ibu hamil
- Bagaimana epidemiologi anemia pada ibu hamil di Jawa Tengah/ Indonesia?
- Apa saja klasifikasi anemia pada ibu hamil?
- Bagaimana patofisiologi dari anemia?
- Bagaimana pengaruh anemia pada proses kehamilan, persalinan, nifas dan janin?
- Bagaimana cara pencegahan anemia pada ibu hamil?

1
- Bagaimana penatalaksanaan anemia pada ibu hamil?
- Apa saja pemeriksaan penunjang pada ibu hamil?
- Bagaimana asuhan keperawatan anemia pada ibu hamil?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah anemia pada ibu hamil dan mengetahui
cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama kehamilan sehingga dapat
meminimalkan angka kejadian anemia pada ibu hamil dan menekan terjadinya
komplikasi lebih lanjut.
b. Tujuan Khusus :
- Mengetahui definisi anemia pada kehamilan
- Mengetahui jenis – jenis anemia
- Mengetahui tanda dan gejala anemia pada ibu hamil
- Mengetahui epidemiologi anemia pada ibu hamil
- Mengetahui klasifikasi anemia pada ibu hamil
- Mengetahui patofisiologi anemia
- Mengetahui pengaruh anemia pada proses kehamilan, persalinan, nifas dan janin
- Mengetahui cara pencegahan anemia pada ibu hamil
- Mengetahui penatalaksanaan anemia pada ibu hamil
- Mengetahui pemeriksaan penunjang anemia pada ibu hamil
- Mengetahui asuhan keperawatan anemia pada ibu hamil

D. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mahasiswa mengenai anemia pada ibu hamil sehingga dapat
mengaplikasikannya pada asuhan keperawatan.
b. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan upaya pencegahan yang lebih lanjut
dan menangani kasus anemia pada ibu hamil dengan tepat.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep
1. Pengertian
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin
(protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga
pengiriman O2 ke jaringan menurun. Secara fisiologi, harga normal hemoglobin

2
bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal.
Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi kekurangan
darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan
III kadar Hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin kurang
dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi,
defisiensi asam folat. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh
kembang janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin,
meningkatkan risiko berat badan lahir rendah

2. Jenis-jenis Anemia
a. Anemia defiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya
unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsopsi, gangguan pecernaan,
atau karena terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan, misal pada
perdarahan.
b. Anemia megaloblastik
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik, jarang
sekali karena defisiensi B12. Hal itu erat kaitanya dengan defisiensi makanan.
c. Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum tulang kurang mampu
membuat sel – sel darah baru.
d. Anemia hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat dari pada pembuatannya.

3. Tanda dan gejala


Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.
Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya
hemoglobin dan vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ-
organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat
karena dipengaruhi oleh pigmentasi kulit, suhu, kedalaman serta distribusi bantalan
perifer. Bantalan kuku, telapak tangan dan membran mukosa mulut seta konjuntiva
merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat. Jika lipatan tangan tidak
lagi berwarna merah muda, hemoglobin biasanya kurang dari 8 gr%. (Varney, 2002
dalam Siti Asyirah, 2012)
Gejala khas masing-masing anemia adalah sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.

3
b. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tandatanda infeksi.
Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil menurut Sohimah, (2006) dalam Siti
Asyirah (2012) adalah :
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lalai
b. Wajah tampak pucat
c. Sering pusing
d. Mata berkunang-kunang
e. Nafsu makan berkurang
f. Sulit konsentrasi dan mudah lupa
g. Sering sakit
h. Napas pendek (pada anemia berat)
i. Keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda

4. Epidemilogi
Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu
hamil. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah tertinggi bila dibandingkan
dengan Negara ASEAN lainnya. Perempuan yang meninggal karena komplikasi
selama kehamilan dan persalinan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar
289.000 orang. Target penurunan angka kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990
dan 2015 (WHO, 2015). Jika perempuan mengalami anemia akan sangat berbahaya
pada waktu hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan
berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Selain
itu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu
proses persalinan. Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di
Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4%
dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia
pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja
putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19- 45 tahun sebesar 39,5%. Wanita
mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri
(Kemenkes RI, 2013)
Pada tahun 2014, angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Semarang
mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Bila di tahun 2013 AKI sebesar 120,22
per 100.000 kelahiran hidup (17 kasus), maka di tahun 2014 menjadi 144,31 per
100.000 kelahiran hidup (20 kasus) ada beberapa faktor yang menyebabkan
meningkatnya AKI di kabupaten Semarang tahun 2014 antara lain adalah terjadinya
perdarahan serta peningkatan penyakit penyerta dalam kehamilan (Dinkes Kabupaten

4
Semarang, 2014). Perdarahan menjadi penyumbang tertinggi Angka Kematian Ibu
(AKI) di Kabupaten Semarang, faktor penyebab perdarahan ada anemia dan
kekurangan energi kronik (KEK). Anemia menjadi salah satu faktor penyebab Angka
kematian ibu karena perdarahan yaitu ada 8 kasus kematian ibu karena perdarahan di
Kabupaten Semarang. Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia berdasarkan Hasil
Riset Kesehatan Dasar 2013 sebanyak 37,1%. Survei anemia pada ibu hamil di 15
kabupaten di Jawa Tengah tahun 2007 menunjukkan bahwa pravalensi anemia di Jawa
Tengah adalah 57,7%, angka ini lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9% (Dinkes
Prov Jateng, 2009)
Penanggulangan anemia pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90
tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil
mendapat Fe di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2014 yakni sebesar 92,5% lebih
tinggi jika dibandingkan dengan cakupan pemberian tablet Fe 90 tablet di Indonesia
yaitu sebesar 85,1%. Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya anemia melalui pelayanan antenatal care (ANC) secara teratur akan dapat
mengeidentifikasi kehamilan beresiko tinggi dan melakukan pemeriksaan Hb sedini
mungkin akan membantu mengurangi resiko terhadap kejadian anemia. Pelayanan
antenatal minimal 4 kali salama kehamilan, yaitu: 1 kali pada trimester I, 1 kali pada
trimester II dan 2 kali pada trimseter III untuk mendapatkan pelayanan 10T

5. Patofisiologi
Anemia sering ditemukan dalam kehamilan karena selama kehamilan keperlan
akan zat makanan bertambah dengan adanya perubahan dalam darah dan sumsum
tulang. Pertambahan volume darah slama kehamilan disebut dengan hipervolemia.
Akan tetapi bertambahnya sel darah merah lebih sedikit dibandingkan dengan
bertambahnya plasma darah sehingga terjadi pengenceran darah. (Hanifah, 2005
dalam Siti Asyirah, 2012).
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian fisiologis dalam kehamilan
dan bermanfaat bagi ibu karena pengenceran itu meringankan beban kerja jantung
yang harus bekerja lebih berat selama masa kehamilan yang menyebabkan cardiac
output akibat hiervolemia. Kerja jantung akan menjadi ringan apabila viskositas darah
rendah. Resistensi perifer juga berkurang sehingga tekanan darah naik, dan pada
pendarahan selama persalinan banyaknya unsur zat besi lebih sedikit hilang
dibandingkan apabila darah itu tetap kental. (Manuaba, 2007 dalam Siti Asyirah,
2012)

5
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat 800-1000 mg
untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah
membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32
minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang
selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan
berkurang maka pada saat hamil dengan mudah mengalami kekurangan zat besi

6
Pathway

PATHWAYNYA AKU PISAH YAAAA..

7
6. Pengaruh Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Janin (Manuaba, 2002
dalam Siti Asyirah, 2012)
a. Gangguan selama ,hamil dapat berupa :
- Mengurangi rasa yang menyenangkan dalam masa kehamilan karena
kelelahan
- Mengurangi daya tahan ibu sehingga memungkinkan terjadinya infeksi
- Meningkatkan resiko terjadinya persalinan prematur karena kurangnya suplai
darah ke uterus
- Pendarahan antepartum
- Abortus
- Hambatan tumbuh kembang janin
b. Gangguan yang dapat terjadi selama persalinan
- Partus lama akibat kontraksi unterus yang tidak kuat oleh karena hipoksia
jaringan.
- Kurangnya kemampuan dan kekuatan ibu untuk menghadapi persalinan
sehingga menyebabkan maternal distress, selanjutnya dapat terjadi syok
- Dapat mengakibatkan atonia uteri dalam semua kala persalinan dan terjadi
pendarahan post partum
- Mudah terjadi infeksi selama persalinan
- Retensio plasenta
c. Gangguan dalam masa nifas
- Mudah terjadi infeksi karena kondisi yang lemah dan daya tahan menurun
- Terjadinya subinvolusio uteri (Subinvolusi uteri adalah proses
kembalinya uterus ke ukuran dan bentuk seperti sebelum hamil
yang tidak sempurna) menyebabkan pendarahan post partum.
- Pengeluaran ASI berkurang.
- Terjadinya dekompenisasi kordis (gagal jantung) mendadak setelah
persalinan.
- Anemia masa nifas
d. Pengaruh terhadap Janin
- Abortus
- Terjadinya kematian intrauterine
- Persalinan prematuritas tinggi
- Bayi berat lahir rendah
- Kelahiran dengan anemia
- Dapat terjadi cacat bawaan
- Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
- Intelegensia rendah

7. Klasifikasi Anemia pada Ibu Hamil


Berdasarkan klasifikasi WHO tahun 1972 kadar hemoglobin ,pada ibu hamil dapat
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Normal : ≥ 11 gr%

8
b. Anemia Ringan : 8 – 10 gr%
c. Anemia Berat : < 8 gr%
Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut (Prawirohardjo, 2002 dalam Siti
Asyirah, 2012) adalah sebagai berikut :
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam
makanan, gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena
terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pendarahan.
Anemia ini mempunyai ciri yaitu ukuran sel darah merah lebih dari ukuran
normal dan warna coklat, yang disebabkan kekurangan ion Fe komponen
hemoglobin dan disertai penurunan kuantatif pada sintesa hemoglobin.
Patofisiologi simpanan zat besi habis, kadar serum menurun, dengan gejala klinis
timbul karena jumlah hemoglobin tidak adekuat untuk mengangkat oksigen ke
jaringan tubuh. Manifestasi klinik pucat, fertigo, keletihan, sakit kepala, depresi,
dan takhikardi.
b. Anemia Haemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-
kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila
terjadi kelainan pada organ-organ vital. Wanita dengan anemia ini sukar menjadi
hamil, apabila hamil maka anemianya bisa menjadi berat.
c. Anemia Megaloblastik
Anemia yang ditandai oleh adanya eritoblas yang besar yang terjadi akibat
gangguan maturasi inti sel yang dinamakan megaloblas. Anemia ini disebabkan
oleh defisiensi B12, asam folat, gangguan metabolisme B12 dan asam folat,
gangguan sintesis DNA akibat dari defisiensi enzim kongenital dan di dapat
setelah pemberian obat sitostatik tertentu. Patofisiologinya defisiensi asam folat
dan vitamin B12 jelas akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan
maturasi sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas.
d. Anemia Hipoplastik
Anemia ini dalam kehamilan terjadi karena sumsum tulang tidak mampu
membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia ini hingga kini belum diketahui
dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun, dan obat-
obatan.

9
B. Pencegahan Anemia
Pencegahan anemia terutama untuk wanita hamil, wanita pekerja, maupun wanita
yang telah menikah prahamil sudah dilakukan secara Nasional dengan pemberian
suplemen pil zat besi. Ibu hamil sangat disarankan minum pil ini selama 3 bulan dan harus
diminum setiap hari.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah anemia antara lain adalah :
1. Selalu menjaga kebersihan.
2. Istirahat yang cukup.
3. Makan-makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe, misalnya: daun pepaya,
kangkung, daging sapi, hati ayam dan susu.
4. Pada ibu hamil dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama hamil
untuk mendapatkan tablet Fe dan vitamin yang lainnya pada petugas kesehatan, serta
makan-makanan yang bergizi 3 kali sehari dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak.

C. Penatalaksanaan Anemia pada Ibu Hamil


1. Zat besi alamiah
a. Bahan-bahan makanan sumber zat besi
 zat besi heme (5 – 10%) : daging, ikan dan ayam merupakan sumber utama zat
besi heme.
 zat besi non heme : sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-
buahan.
b. Kebutuhan zat besi
Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat saat hamil dan melahirkan karena
harus memenuhi kebutuhan untu janinnya juga. Selain itu perdarahan saat melahirkan
juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat besi sehingga setiap ibu
hamil disarankan mengonsumsi tablet zat besi.
Kebutuhan akan zat besi selama hamil kurang lebih 1000 mg, 500 mg dibutuhkan
untuk meningkatkan massa sel darah merah, 300 mg untuk transportasi ke fetus dalam
kehamilan 12 minggu, dan 300 mg lagi untuk menggantikan cairan yang keluar dari
tubuh.
Kebutuhan zat besi menurut triwulan yaitu:
 Triwulan I : 1 mg/hari yaitu kebutuhan basal 0,8 mg/hari + kebutuhan janin
dan red cell mass 30-40 mg.

10
 Pada Triwulan II : 1 mg/hari yaitu kebutuhan basal 0,8 mg/hari + kebutuhan
janin dan red cell mass 30-40 mg.

 Pada Triwulan III : 5 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari +
kebutuhan red cell mass 150 mg dan conceptus 223 mg

Zat besi dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin, pembentukan placenta,


cadangan zat besi janin, dan sebagainya.

2. Suplemen tablet zat besi


a. Pengertian
Pemberian suplemen tablet zat besi dilakukan karena kebutuhan akan zat besi yang
sangat besar, sedangkan asupan dari makan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan
tersebut.
Tiap tablet zat besi folat 200 mg ferrosulfat dan 0,25 mg asam folat, yang diberikan
oleh pemerintah pada ibu hamil untuk mengatasi masalah anemia gizi besi. Ibu hamil
mendapatkan tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya. Pemberian zat besi
dimulai setelah rasa mual dan muntah hilang yaitu memasuki usia kehamilan 16
minggu, dikonsumsi satu tablet sehari selama minimal 90 hari.
Untuk ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi tablet besi 30-60 mg tiap harinya demi
tidak terkurasnya cadangan besi dalam tubuh, yang dimulai dari usia kehamilan 12
minggu sampai 12 minggu paska persalinan. Dengan konsumsi zat besi diharapkan
terjadi perbaikan nilai Hb yang meningkat paling sedikit 0,3 g/dl/minggu.
b. Penyerapan zat besi
Tablet Fe sebaiknya dikonsumsi pada malam hari sebelum tidur dengan
menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air
jeruk dan menghindari subtansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi dan
susu.
Zat penghambat absorbsi besi sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
mengandung senyawa polifenol seperti teh. Teh dapat menurunkan absorbsi sampai
80% sebagai akibat terbentuknya komplek besi-tanat.
c. Efek samping tablet zat besi

11
Efek samping tablet besi berupa pengaruh yang tidak menyenangkan seperti rasa
tidak enak di ulu hati, mual, muntah, dan diare (terkadang juga konstipasi). Penyulit
ini tidak jarang menyusutkan ketaatan pasien selama pengobatan berlangsung.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi konstipasi sebaiknya makan buah-
buahan/makanan lain yang tinggi serat, serta minum sedikitnya delapan gelas cairan
perhari.

3. Zat Gizi yang berperan dalam proses penyerapan zat besi


a. Vitamin C
Penyerapan besi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah
kecukupan Protein hewani dan vitamin C. Zat besi dengan vitamin C membentuk
askorbat besi kompleks yang larut dan mudah diserap oleh organ-organ pada tubuh
manusia.
Makanan sumber zat besi sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau
buah yang mengandung banyak vit C. Terdapat lima macam fungsi vitamin C yang
utama, yaitu:
1) Pembentukan kolagen dalam jaringan pengikat.
2) Meningkatkan absorbsi zat besi untuk pembentukan hemoglobin
3) Mendorong konversi asam folat menjadi asam folinik.
4) Mempengaruhi sintesis kolesterol dan konversi prolin menjadi hidrosiprolin.
5) Sebagai anti oksidan (menjaga vitamin lain agar tidak mengalami oksidasi).
Peranan vitamin C dalam proses penyerapan zat besi yaitu membantu mereduksi
besi ferri (Fe3+) menjadi ferro (Fe2+) dalam usus halus sehingga mudah diabsorbsi,
proses reduksi tersebut akan semakin besar bila pH didalam lambung semakin asam.
Konsumsi vitamin C dikatakan baik bila konsumsi ≥ 100% Angka Kecukupan Gizi
(AKG), sedang bila 80–90%, kurang bila konsumsi 70-80%, dan defisit bila < 70%.
Vitamin C juga terkandung didalam bahan makanan lainnya selain jambu biji
seperti pada kiwi, kelengkeng, papaya, paprika merah, brokoli, kubis, stroberry,
kembang kol, tomat cabe apel, dan jeruk. Namun kandungan vitamin C nya jauh lebih
tinggi didalam jambu biji.
b. Jambu Biji (Psidium Guajava)
Jambu batu (Psidium guajava) atau sering juga disebut jambu biji, jambu siki dan
jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Brasil, disebarkan ke Indonesia
melalui Thailand. Jambu batu memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging buah
12
berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu batu dikenal
mengandung banyak vitamin C. Kandungan gizi buah jambu biji merah (100 gr)
adalah Kalori 49 kal, Vitamin A 25 SI, Vitamin B1 0,02 mg, Vitamin C 87 mg,
Kalsium 14 mg, Hidrat Arang 12,2 gram, Fosfor 28 mg, Besi 1,1 mg, Protein 0,9 mg,
Lemak 0,3 gram, dan Air 86 gram.

D. Pelayanan Ibu Hamil


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014:
a. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi agar
kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas;
b. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan;
c. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman;
d. perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi;
e. penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan; dan
f. melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu
hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali
selama masa kehamilan yang dilakukan:
a. 1 (Satu) kali pada trimester pertama;
b. 1 (Satu) kali pada trimester kedua; dan
c. 2 (Dua) kali pada trimester ketiga
Pada setiap kunjungan antenatal care akan diketahui perkembangan kondisi ibu dan
janin begitu juga jika terdapat kelainan seperti anemia dengan cara pemeriksaan fisik yang
merujuk pada tanda dan gejala anemia pada ibu hamil dan juga didukung oleh pemeriksaan
haematologi.
E. Pemeriksaan Penunjang Kehamilan dengan Anemia
Menurut PMK No 59 tahun 2013, pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk
ibu hamil, bersalin, dan nifas meliputi:
a. pemeriksaan rutin
pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk ibu hamil, bersalin dan nifas
yang meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
b. pemeriksaan rutin pada daerah/situasi tertentu

13
pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan atau ditawarkan untuk ibu hamil,
bersalin, dan nifas yang meliputi pemeriksaan anti HIV, malaria, dan/atau pemeriksaan
lain tergantung pada kondisi daerah/situasi tertentu tersebut
c. pemeriksaan rutin atas indikasi penyakit.
pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk ibu hamil, bersalin dan nifas
jika ditemukan indikasi penyakit tertentu
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk ibu hamil, bersalin dan nifas
dilaksanakan atas 3 (tiga) tahap:
a. pra analitik
 persiapan pasien
 pengambilan spesimen
 pengolahan spesimen.
b. analitik
 pemeriksaan hematologi;
 pemeriksaan kimia klinik;
 pemeriksaan hemostasis;
 pemeriksaan serologi/imunologi;
 pemeriksaan mikrobiologi/parasitologi
 pemeriksaan urin
c. pasca analitik.
 verifikasi hasil
 validasi hasil
 penulisan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan laboratorium ini dilakukan oleh tenaga teknis laboratorium sehingga
perawat/bidan hanya berwenang untuk merujuk klien melakukan pemeriksaan
haematologi. Namun untuk Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan Pondok Bersalin Desa
(Polindes), pemeriksaan laboratorium ini bisa dilakukan oleh perawat/bidan yang telah
mendapatkan pelatihan pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan oleh institusi
dan/atau organisasi profesi terkait dan di tetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.

14
Perubahan Nilai Laboratorium Akibat Perubahan Fisiologi Perubahan Nilai Laboratorium Pada Kehamilan
Wanita Hamil Perubahan Fisiologis

1. Hematologi

Bertambah 40-45% pada akhir kehamilan. Pertambahan


a. Volume darah dimulai trimester I dan semakin bertambah pada trimester II,
kemudian pertambahan tersebut berkurang pada trimester III
Menurun sedikit akibat hemodilusi
b. Hemoglobin

Menurun sedikit akibat hemodilusi


c. Hematokrit

Menurun 15-40%
d. Eritrosit

Meningkat menjadi 5000-16.000/μL


e. Leukosit

Menurun sedikit akibat hemodilusi


f. Trombosit

Hiperventilasi dan respirasi alkalosis


2. Fungsi Respirasi

3. Fungsi Ginjal

Menurun 30%. 15

a. Kreatinin serum
F. Konsep Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Anemia
1. Pengkajian
a. Usia
Wanita usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor
predisposisi terjadinya anemia selama kehamilan
b. Keluhan utama
Cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka,
kehilangan konsentrasi, nafas pendek (pada anemia parah), mual muntah pada
awal kehamilan, dan palpitasi
c. Aktivitas
- Keletihan
- Kelemahan
- Malaise umum
- Penurunan semangat kerja
- Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
d. Sirkulasi
- Riwayat kehilangan darah kronik
- Palpitasi (kondisi detak jantung yang lebih cepat dari normal dengan
frekuensi dan irama yang tidak teratur)
e. Integritas ego
- Keyakinan akan budaya/agama yang mempengaruhi pilihan pengobatan,
misal: penolakan transfusi darah
- Cemas, gelisah, ketakutan
f. Pola eliminasi
- Diare atau konstipasi
- Penurunan haluaran urine
g. Makanan/cairan
- Penurunan nafsu makan
- Mual/muntah
h. Neurosensori
- Sakit kepala
- Ketidakmampuan berkonsentrasi
- Insomnia
- Penurunan penglihatan
- Keseimbangan buruk
i. Nyeri/kenyamanan
- Nyeri pada abdomen
- Sakit kepala
j. Pernapasan
Napas pedek baik saat istirahat maupun beraktifitas
k. Keamanan
- Riwayat terpajan bahan kimia, radiasi
- Riwayat terapi kanker
l. Seksualitas
- Adanya perdarahan akut sebelumnya
- Hilang libido
- Impoten

16
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
jaringan/sel
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen
d. Resiko cedera terhadap janin

17
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan asuhan Mandiri
kurang dari keperawatan selama ...x24jam 1. Dapatkan riwayat kesehatan; 1. Remaja dapat cenderung
kebutuhan tubuh diharapkan perubahan nutrisi catat usia apakah kurang dari malnutrisi/anemia, dan klien
berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh 25 tahun atau lebih dari 35 lansia mungkin cenderung
mual muntah berhubungan dengan mual tahun obesitas/diabetes gestasional
2. Pastikan tingkat pengetahuan 2. Agar ibu hamil dapat
muntah klien dapat teratasi
berhubungan dengan mengetahui tentang
dengan kriteria hasil:
kebutuhan diet konsumsi makanan dan
1. Berat badan klien dalam
berapa jumlah zat besi yang
batas normal
2. Klien tidak mengalami dibutuhkan selama
mual muntah kehamilan untuk mencegah
3. Klien tidak menunjukkan
nutrisi buruk pada ibu hamil.
penurunan nafsu makan 3. Informasi yang diberikan
3. Berikan informasi yang tepat
akan memotivasi klien untuk
tentang diet pranatal dan
meningkatkan pemenuhan
suplemen vitamin/zat besi
kebutuhan diet yang
tiap hari
seimbang
4. Dapat menunjukkan
4. Tanyakan keyakinan
motivasi untuk mengikuti

18
berkenaan dengan diet sesuai anjuran pemberi layanan
budaya dan hal-hal yang tabu kesehatan
5. Konsumsi buah-buahan atau
selama kehamilan
makanan tertentu dapat
5. Perhatikan adanya ngidam
menurunkan kadar zat besi
kaji pilihan bahan bukan
dalam tubuh dan resiko
makanan dan tingkat motivasi
konstipasi
untuk memakannya 6. Apabila ibu hamil dalam
keadaan obesitas dapat
6. Pantau berat badan klien
meningkatkan resiko berat
badan bayi lahir rendah
7. Mual muntah pada trimester
pertama dapat berdampak
7. Tinjau ulang frekuensi dan
negatif pada status nutrisi
beratnya mual/muntah
pranatal, khususnya pada
fase krisis perkembangan
janin
8. Mengidentifikasi adanya
anemia dan potensial
8. Pantau kadar hemoglobin dan
penurunan kapasitas
hematokrit
pembawa oksigen ibu
9. Malnutrisi pada ibu hamil
berefek negatif terhadap

19
9. Ukur pembesaran uterus perkembangan janin dan
perkembangan sel otak janin
2 Gangguan perfusi Setelah dilakukan asuhan Mandiri
jaringan keperawatan selama ...x24 jam 1. Perhatikan status fisiologis 3. Kejadian perdarahan
berhubungan dengan diharapkan gangguan perfusi ibu, status sirkulasi, dan potensial merusak hasil
penurunan suplai jaringan berhubungan dengan volume darah kehamilan, kemungkinan
oksigen ke penurunan suplai oksigen ke menyebabkan hipovolemia
jaringan/sel jaringan/sel pada klien dapat atau hipoksia ueroplasenta
4. Keadaan CRT yang tidak
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Lakukan pemeriksaan CRT
kembali dalam waktu kurang
1. Tidak terdapat perubahan
dari 2 detik dapat
karakteristik kulit
2. Tiak terdapat kebiruan mengindikasikan anemia
5. Mengkaji berlanjutnya
pada kulit
3. Auskultasi dan laporkan DJJ,
3. CRT dalam batas normal hipoksia janin
catat adanya brakikardi atau
takikardi catat perubahan
aktivitas janin
6. Bila kontraksi uterus disertai
4. Catat kehilangan darah ibu
dilatasi serviks, tirah baring
dan adanya kontraksi uterus
dan medikasi mungkin tidak
efektif untuk
mempertahankan kehamilan.
Kehilangan darah ibu secara
berlebihan menurunkan

20
perfusi plasenta
7. Menghilangkan tekanan
vena kava inferior dan
5. Anjurkan tirah baring pada
meningkatkan sirkulasi
posisi miring kiri
plasenta atau janin dan
pertukaran oksigen

1. Meningkatkan ketersediaan
Kolaborasi: oksigen untuk janin
2. Mempertahankan volume
1. Berikan suplemen oksigen
sirkulasi yang adekuat untuk
pada klien
2. Ganti kehilangan darah/cairan transport oksigen
ibu
3 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan Mandiri:
berhubungan dengan keperawatan selama ...x24jam 1. Mengedukasi klien mengenai 1. Tindakan ini untuk
ketidakseimbangan diharapkan klien dapat pentingnya tirah baring, mempertahankan janin jauh
antara kebutuhan beraktifitas dengan baik dengan penggunaan posisi rekumben dari serviks dan
dan suplai oksigen kriteria hasil: lateral kiri/miring, dan meningkatkan perfusi uterus.
1. Nadi dan tekanan darah penurunan aktivitas Tirah baring dapat
dalam batas normal menurunkan peka rangsang
2. Pasien tidak mengeluh
2. Berikan tindakan kenyaman uterus
lemah dan lelah 2. Menurunkan ketegangan
seperti menggosok punggung,
otot dan meningkatkan
perubahan posisi, atau
kenyamanan klien

21
penurunan stimuli dalam
lingkungan

3. Berikan latihan gerak pada


3. Untuk menghindari artrofi
klien secara bertahap
otot
4. Memberikan klien aktivitas 4. Membantu klien dalam
pengalihan seperti membaca, koping dengan penurunan
mendengarkan radio, aktivitas
menonton televisi, atau
kunjungan keluarga

4 Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan Mandiri:


terhadap janin keperawatan selama ...x24jam 1. Perhatikan kondisi ibu yang 1. Menghindari kondisi
diharapkan resiko cedera berdampak pada sirkulasi asidosis dikarenakan tidak
terhadap janin dapat teratasi janin adekuatnya suplai oksigen
2. Ajari ibu untuk 2. Mewaspadai tidak ada
dengan kriteria hasil;
mengobservasi gerakan janin gerakan janin karena adanya
1. DJJ dalam batas normal
2. Hasil USG tidak cedera pada janin
menunjukkan tanda- dikarenakan kurangnya
tanda abnormalitas nutrisi
3. Tinggi fundus arteri 3. Memajankan perkembangan
3. Kaji mual/muntah yang
sesuai umur kehamilan janin dan menurunkan resiko
berlebih
bayi lahir dengan berat

22
badan rendah
4. Kelainan seperti anemia sel
4. Bantu dalam screening dan
sabit mengharuskan tindakan
kelainan genetik
yang khusus untuk
mencegah efek negatif
terhadap perkembangan
janin
5. Diskusikan efek negatif yang
5. Retardasi pertumbuhan
potensial karena kelainan
intrauterus/pascanatal,
genetik
malformasi, dan retardasi
mental dapat terjadi
6. Lakukan pemeriksaan leofold 6. Tinggi fundus sesuai usia
untuk mengetahui keadaan kehamilan merupakan satu
janin terutama mengukur tanda bahwa pertumbuhan
tinggi fundus janin dalam perut ibu tidak
mengalami gangguan

23
4. Evaluasi
a. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual dan muntah
b. Tidak terdapat perubahan pada karakteristik pada kulit (rambut, kuku,
dan kelembapan)
c. Klien dapat beraktivitas dengan baik serta tidak mengeluh lemah dan
lelah
d. Tidak adanya resiko cedera pada janin dengan tinggi fundus sesuai
dengan usia kehamilan

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Penyebab anemia yaitu kehilangan darah atau perdarahan hebat, berkurangnya
pembentukan sel darah merah, dan gangguan produksi sel darah merah.
Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni: lesu, lemah, letih, lelah, lalai (5L),
pusing dan mata berkunang-kunang, konjungtiva pucat, pada kasus yang lebih parah,
anemia menyebabkan tachikardi, dan pingsan. Batas hematocrit dan hemoglobin
sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan ketinggian tempat tinggal dari
permukaan laut. Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut: Hb <10gr/dl,
Hematokrit <30%, dan Eritrosit <2,8juta.
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi kekurangan
darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan
III kadar Hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin kurang
dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi,
defisiensi asam folat. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh
kembang janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin,
meningkatkan risiko berat badan lahir rendah.

B. Saran
Diperlukannya penangangan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik,
biologis dan sosial ekonomi), terlebih faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa
dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu
hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil
dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan
kecil terjadi anemia.

25
Kebijakan dari pemerintah yang ikut andil dalam pemeliharaan kesehatan calon ibu
dengan menanggulangi anemia ini dengan cara memberikan tablet tambah darah untuk
mengatasi anemia ibu perlu lebih pengaplikasikannya secara terorganisir.

26
DAFTAR PUSTAKA

Asyirah, Siti. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 2012.
SKRIPSI, FKM UI. Depok
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang.
Semarang: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.
Doenges, Marilynn E, dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/11/jtptunimus-gdl-s1-2008-srilestari-517-3
bab2.pdf diakses pada tanggal 10 oktober 2016
http://eprints.undip.ac.id/43154/2/BAB_II.pdf
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. http://www.depkes.go.id
Loowdermilk, dkk.2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Nanda.2009. Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
PMK No 59 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium Untuk
Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas. Diunduh pada 10 Oktober 2016, dari :
http://hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2059%20ttg
%20Laboratorium%20Ibu%20Hamil,%20Bersalin%20dan%20Nifas.pdf
PMK No 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi,
Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Diunduh pada 10 Oktober 2016, dari :
http://hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2059%20ttg
%20Laboratorium%20Ibu%20Hamil,%20Bersalin%20dan%20Nifas.pdf
Prawirohardjo, Sarwono. 2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Taber Ben-zion, M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan
Ginekologi.Jakarta:EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai