Anda di halaman 1dari 2

POLITIK OPORTUNISTIS

Oportunis, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti orang atau kelompok yang mengambil
keuntungan untuk diri sendiri dari suatu kesempatan tanpa berpegang pada prinsip-prinsip tertentu. Bahkan
seringkali melanggar etika atau norma yang berlaku, sehingga dapat merugikan hingga menghancurkan
pihak-pihak yang menjadi target Ada yang melakukannya dengan cara berperan akitf atau langsung, dan
ada pula yang melakukannya secara tidak langsung. Motivasinya beragam, tetapi yang paling sering kali
ditemui adalah motivasi politik dan ekonomi.

Pada awal tahun 2012, Pemerintah berencana membatasi subsidi BBM dengan melakukan konversi BBM
ke gas dan pertamax yang akan diberlakukan mulai 1 April mendatang, banyak kalangan termasuk
pengamat perminyakan seperti Kurtubi, Anggito Abimanyu, dan lainnya mengatakan rencana tersebut tidak
realistis. Argumentasinya Pertamina tidak siap, karena SPBU yang menyediakan BBG baru terdapat di
Jakarta; itupun jumlahnya sedikit sekali - bisa dihitung dengan jari. Lalu dengan waktu kira-kira tiga bulan,
bisakah ketersediaan itu dipenuhi oleh Pemerintah?. Oleh karena itu banyak diantara mereka menyarankan
agar Pemerintah menaikkan harga BBM saja dari pada melakukan konversi semacam itu. Kenaikan
hargapun mereka sarankan dikisaran Rp.1.500,- sehingga kira-kira menjadi Rp.6.000,-. Media pun
nampak antusias memberitakannya, hampir semua surat-kabar dan TV menyambut usulan tersebut.
Masyarakatpun di wawancarai – hampir semua yang ditampilkan dalam pemberitaan rata-rata setuju
dengan kenaikan harga walaupun usulannya sangat bervariasi, tetapi kalau harus di konversi ke BBGas atau
Pertamax hampir semua menolaknya. Pembahasan dan perdebatan atas rencana Pemerintah dan usulan
banyak kalangan itupun kemudian marak dilakukan oleh media. Dan nampaknya Pemerintah kemudian
ragu juga dengan rencana semula. Tetapi niat untuk melakukan pembatasan subsidi BBM terus digulirkan,
karena Pemerintah khawatir dengan perkembangan harga minyak mentah dunia belakangan ini. Apa lagi
kawasan Timur Tengah, khususnya masalah Iran terus memanas. Oleh karenanya Pemerintah membawa
usulan tersebut ke DPR, dengan beberapa opsi – termasuk didalamnya opsi kenaikan BBM dan mematok
jumlah subsidi BBM dalam jumlah tertentu dalam APBN P tahun 2012.

Disinilah intrik politik mulai terasa. Awalnya didalam DPR hanya PDIP saja yang jelas menolak,
sedangkan partai lainnya belum mengambil keputusan. Beberapa waktu kemudian gaung penolakan mulai
disuarakan sebagian elemen masyarakat dan mahasiswa walau intensitasnya masih rendah dan dalam
jumlah yang tidak banyak. Sementara pembahasan baru berjalan, sudah ada berita mengejutkan, salah
seorang kader Demokrat Ramadan Pohan menuduh Partai Hanura - sebagaimana ditayangkan dalam Metro
TV - ingin menghancurkan Partai Demokrat serta akan “mengkudeta” SBY ditengah jalan jika harga BBM
dinaikkan. Tuduhan Ramadhan Pohan pun diamini oleh rekannya Ruhut Sitompul. Argumenpun
dibeberkan, berawal dari BBM kader Hanura Faisal Akbar yang mengatakan telah terjadi perpecahan
dalam tubuh Pimpinan KPK dengan menunjuk informasi yang katanya didapat dari internal KPK yang
dapat dipercaya bahwa salah seorang Pimpinan menggebrak meja sehingga pecah. Perpecahan timbul
akibat perbedaan sikap tentang penahanan atas Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Berita
itupun akhirnya dibantah oleh 5 Pimpinan KPK, namun berita tersebut bukannya mereda, melainkan terus
berkembang terutama di kalangan Politisi dan Media yang tetap meyakini bahwa perpecahan itu memang
ada. Argumentasi lainnya adalah kasus Nazarudin yang dicurigai ditunggangi oleh Hanura, dimana selama
ini Nazarudin selalu menyebut keterlibatan kader-kader Demokrat: Anas Urbaningrum, Andi
Malarangeng, Mirwan Amir, Angelina Sondakh dan lain-lain. Disebutkannya pula bahwa duduknya Elza
Syarif yang juga sebagai salah satu Ketua Partai Hanura sebagai pengacara Nazaruddin menunjukkan
gejala yang cukup jelas. Ditambah lagi ucapan Wiranto didepan para kadernya yang tegas menolak issue
kenaikan harga BBM dan bahkan akan menghentikan pemerintahan SBY ditengah jalan.

Anda mungkin juga menyukai