Anda di halaman 1dari 7

Apakah kenaikan harga rokok solusi

efektif?
Pijar AnugerahWartawan BBC Indonesia

23 Agustus 2016

 Tautan eksternal dan akan terbuka di layar baru


 ᄃᄃ Bagikan artikel ini dengan Facebook ᄃ
 ᄃᄃ Bagikan artikel ini dengan Twitter ᄃ
 ᄃᄃ Bagikan artikel ini dengan Messenger ᄃ
 ᄃᄃ Bagikan artikel ini dengan Email ᄃ
 ᄃ Kirim ᄃ
Hak atas foto AP Image caption Wacana kenaikan harga rokok ramai
diperbincangkan selama sepekan belakangan. Pemerintah Indonesia
membantah kenaikan harga rokok akan mencapai Rp50.000 per bungkus, meski
berencana menaikkan cukai rokok tahun depan.

Wacana kenaikan harga rokok hingga Rp50.000 ramai diperbincangkan di


media sosial selama sepekan belakangan.

Direktur Jenderal Bea Cukai, Heru Pambudi, mengatakan, pemerintah masih


mengkaji kenaikan tarif cukai rokok demi memenuhi target penerimaan
cukai pada RAPBN 2017 sebesar Rp149 triliun.

Namun sampai saat ini besarannya belum ditetapkan.

 RUU Pertembakauan dinilai untungkan industri tembakau ᄃ


 Kemasan rokok Inggris harus polos tanpa merek ᄃ
 Video musik membuat remaja terpapar kebiasaan merokok ᄃ

Hak atas foto Getty Image caption Penelitian menunjukkan kenaikan harga
rokok hingga dua kali lipat dapat menurunkan konsumsi hingga 30%. Heru
memastikan bahwa pemerintah berkomitmen mengurangi konsumsi rokok di
kalangan masyarakat, salah satunya dengan menaikkan cukai rokok. Akan
tetapi, kenaikan selalu dilakukan secara bertahap.

“Kalau harga Rp50.000, berarti terjadi kenaikan sebesar 300%, sementara


dalam sejarahnya kisaran kenaikan harga itu puluhan saja,” kata Heru
kepada BBC Indonesia.

Ia menilai, peningkatan harga secara drastis dapat menyebabkan penurunan


produksi, dan ujungnya berdampak pada kesejahteraan tenaga kerja di
pabrik serta petani tembakau dan cengkeh yang menjadi pemasok industri
rokok.

Efek samping lainnya yang bisa terjadi, kata Heru, ialah merebaknya
rokok ilegal.

Dengan menaikkan harga dua kali lipat, jumlah rokok yang dikonsumsi akan
turun tetapi jumlah uang yang beredar untuk rokok tetap naik.Hasbullah
Thabrany

“Salah satu instrumen penetapan harga itu kan cukai, yang merupakan
bentuk pajak. Secara teori, ketika pajak terlalu tinggi, akan ada dampak
berupa produk ilegal,” jelasnya.
Berawal dari penelitian
Wacana kenaikan harga rokok hingga Rp50.000 per bungkus berawal dari
penelitian studi Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Studi yang diterbitkan di Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia ᄃ itu mengkaji


dukungan publik terhadap kenaikan harga rokok dan cukai untuk mendanai
jaminan kesehatan nasional (JKN) – yang biasa dikenal sebagai BPJS.

Berdasarkan survei terhadap 1.000 orang dari 22 provinsi dengan tingkat


penghasilan di bawah Rp1 juta sampai di atas Rp20 juta, sebanyak 82%
responden setuju jika harga rokok dinaikkan untuk mendanai JKN.

Peserta kemudian ditanyakan berapa harga rokok maksimal yang sanggup


dibeli dan sebanyak 72% menyatakan akan berhenti merokok jika harga satu
bungkus rokok di atas Rp50.000.

Hak atas foto Getty Image caption Kenaikan harga rokok diakui tak akan
berdampak besar bagi para perokok berat. “Dengan menaikkan harga dua
kali lipat, jumlah rokok yang dikonsumsi akan turun tetapi jumlah uang
yang beredar untuk rokok tetap naik. Maka pemerintah menerima tambahan
uang cukai sebesar Rp70 triliun, itu cukup untuk menutup defisit JKN,”
tutur penulis utama laporan itu, Hasbullah Thabrany.

Hasbullah juga mengatakan bahwa hasil tersebut konsisten dengan studi di


negara-negara lain.

“Penelitian sebelumnya di Malaysia, Singapura, Inggris, Australia


menunjukkan kalau orang dihadapkan dengan kenaikan harga rokok dua kali
lipat maka konsumsinya turun 30%. Dalam ilmu ekonomi ini disebut
elastisitas demand,” jelas Hasbullah.

Kebijakan pendukung
Kebijakan kenaikan cukai rokok akan lebih efektif jika pada saat yang
sama ada larangan menjual rokok secara ketengan dan isi kemasan bungkus
rokok dibatasi minimal 20 batang.Sudaryatmo

Meski demikian, Wakil Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia,


Sudaryatmo, menilai sekadar menaikkan harga rokok tak cukup untuk
menurunkan jumlah perokok.

Kebijakan itu, menurutnya, perlu dibarengi rangkaian kebijakan


pendukung; antara lain menyediakan terapi bagi masyarakat yang ingin
berhenti merokok.

“Di satu sisi harga rokok dinaikkan, di sisi lain pemerintah juga
menyediakan alternatif bagi masyarakat yang mau berhenti merokok berupa
terapi gratis di klinik kesehatan. Selama ini sudah ada, tapi jumlahnya
terbatas,” kata Sudaryatmo.

Sudaryatmo mengakui bahwa kenaikan harga rokok tak akan berdampak besar
pada para perokok yang sudah ketagihan. Meski demikian, ia berharap
langkah itu dapat menekan angka pertumbuhan perokok pemula.

“Kebijakan kenaikan cukai rokok akan lebih efektif jika pada saat yang
sama ada larangan menjual rokok secara ketengan dan isi kemasan bungkus
rokok dibatasi minimal 20 batang,” tambah Sudaryatmo.

Survei Organisasi Kesehatan Dunia ᄃ (WHO) pada 2014 terhadap siswa sekolah
usia 13-15 tahun di Indonesia mengungkap 36,2% laki-laki dan 4,3%
perempuan mengonsumsi tembakau.

Umumnya, siswa mulai merokok pada usia 12-13 tahun.


Kesehatan sebagai Isu Utama
Pembangunan Ekonomi
Pagi ini (24/9), Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH,
membuka acara The Third APEC High Level Meeting on Health and the
Economy, di Nusa dua Bali. Hadir pada acara tersebut, Menteri Kesehatan
dari China Taipei, Malaysia, Brunai Darussalam, Jepang (diwakili oleh
Assisstant Minister), Amerika Serikat dan Filipina (diwakili oleh Senior
Officials). Peserta lainnya ialah perwakilan Pemerintah (Sektor
Kesehatan), Akademisi, Industri, Mitra Internasional terkait (World
Health Organization, World Bank, Asian Development Bank), dan lain-lain.

Dalam sambutannya Menkes menyampaikan tema pada pertemuan APEC ke-3 ini
ialah Model untuk Pelayanan Kesehatan Berkelanjutan (A Model for
Sustainable Health Care). Hal ini perlu diapresiasi karena untuk yang
pertama kalinya kesehatan menjadi isu prioritas dalam agenda APEC, yang
selama ini banyak menitik beratkan pada pembangunan Ekonomi.

Dengan tema tersebut medorong kita untuk mengidentifikasi strategi yang


diperlukan untuk sistem kesehatan berkelanjutan yang menyeluruh, mudah
di akses, tepat guna dan efisien. Dalam menentukan strategi kita harus
menekankan pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dan kecacatan.
Selain itu, upaya promosi kesehatan selain berkoordinasi dengan lintas
sektor harus terintegrasi dengan baik ke layanan rujukan, dengan
pelayanan sekunder dan tersier lanjut Menkes.

Hasil yang diharapkan pada pertemuan HLM ini adalah rekomendasi untuk
membantu mencapai sistem kesehatan berkelanjutan di seluruh ekonomi
APEC, guna meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas. Rekomendasi
tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi dan menurunkan biaya kesehatan individu, nasional dan antar
ekonomi APEC

Saya berharap kita dapat bersama-sama mencapai tujuan penting ini,


bekerja bersama menuju prestasi, dengan cara bekontribusi pada
kesejahteraan rakyat serta terus membangun kekuatan ekonomi dan sosial
masyarakat APEC, kata Menkes.

Agar individu mendapatkan derajat kesehatan tertinggi, isu kesehatan


harus menjadi tujuan penting dari ekonomi. Upaya ini membutuhkan
investasi signifikan dan upaya terorganisir dalam menghasilkan status
kesehatan masyarakat, berkualitas tinggi dan adanya tenaga kerja yang
produktif. Hal ini bisa dicapai melalui penyediaan pelayanan kesehatan
yang adil dan merata, berkelanjutan dengan penuh kepedulian. Hal
tersebut akan menghasilkan manfaat besar bagi masyarakat dan menambah
daya saing di pasar global.

Pemerintah Indonesia telah memilih isu Kesehatan sebagai salah satu


prioritas utama dalam kepemimpinan APEC yaitu mencapai pertumbuhan
berkelanjutan berkeadilan. Isu utama kesehatan dalam agenda APEC tahun
ini mencerminkan pengakuan kita akan tumbuhnya ekonomi diantara anggota
APEC. Mari kita memanfaatkan dua hari pertemuan untuk memutuskan
rencana-rencana terbaik untuk menformulasikan atas kepentingan ekonomi
rakyat kita, jelas Menkes.

Menkes menegaskan, pertemuan ini penting untuk menghasilkan rekomendasi


yang dapat memajukan kesehatan bangsa dan memperkuat ekonomi kita ke
depan. Rekomendasi ini akan disampaikan kepada Menteri APEC dan pemimpin
dunia untuk dipertimbangkan dan disepakati pada Pertemuan Tingkat
Menteri APEC dan Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC pada bulan Oktober
mendatang.

Sebelum menutup sambutannya, Menkes mengajak semua delegasi dalam


pertemuan untuk berpartisipasi aktif berbagi pengalaman dan memperluas
pengetahuan melalui interaksi dengan delegasi lain dan para panelis.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal


Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Halo Kemkes melalui nomor hotline 500-567; SMS 081281562620, faksimili:
(021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat e-mail
kontak@depkes.go.id ᄃ.

sumber: www.depkes.go.id ᄃ

Anda mungkin juga menyukai