BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit Tuberkulosis (TB) paru dapat menyerang siapa saja (tua, muda,
laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Di Indonesia TB paru
merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan teratas
setelah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Indonesia menduduki urutan ketiga
setelah India dan China dalam jumlah penderita TB paru di dunia. Jumlah
penderita TB paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini
setiap menit muncul satu penderita baru TB paru, dan setiap dua menit muncul
satu penderita baru TB paru yang menular. Setiap empat menit sekali satu orang
yang dikeluarkan oleh WHO (World Health Organization) terdapat 90 juta kasus
Tuberkulosis baru selama 10 tahun terakhir atau terjadi peningkatan jumlah kasus
Tuberkulosis baru setiap tahun dari 7,5 juta pada tahun 1990 menjadi 10,2 juta
pada tahun 2000,. Dan pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 11,9 juta kasus.
(WHO, 2000)
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TB paru pada tahun
1
2
yang diobati di Sidoarjo 2015 sebesar 2.292 orang. Prevalensi TB paru yang
dengan usia penderita diatas 15 tahun, tidak ada penderita berusia 0-14 tahun.
Insiden TB Paru tahun 2015 BTA positif per 100.000 penduduk mencapai 0,36%
dibandingkan tahun 2014 sebesar 0,34%. Angka ini masih cukup tinggi dan tidak
kemungkinan tinggi untuk menjadi pasien TB Multi Drug Resisten yang sangat
Medaeng, 2015)
dan genetik. Faktor yang paling besar berperan adalah faktor perilaku, diikuti
2007).
merupakan kondisi fisik, kimia, dan biologik di lingkungan rumah dan perumahan
berlangsung cepat (Sudoyo, 2009). Hal ini disebabkan lingkungan yang padat
akan menyebabkan kontak dengan penderita TB makin sering dan mudah terjadi
bila dapat memenuhi persyaratan penyediaan air bersih,pembuangan tinja dan air
limbah rumah tangga, bebas dari vektor penyakit dan tikus,kepadatan hunian yang
(Kepmenkes, 1999)
risiko kependudukan (jenis kelamin, umur, status gizi, kondisi sosial ekonomi)
rumah, kepadatan penghuni rumah, luas ventilasi rumah dan pencahayaan rumah
rumah, status gizi dan sumber penularan dengan kejadian penyakit tuberkulosis
paru di kabupaten Agam Sumatera Barat (Wajdi dkk, 2005). Penelitian pada tahun
keberadaan jendela ruang tidur, jenis lantai, pembagian ruang tidur, jenis dinding,
kelembaban luar rumah, suhu luar rumah, kontak penderita dan status gizi.
(Subagyo, 2007)
antara kondisi rumah berupa kepadatan hunian rumah, ventilasi, dan jenis lantai
Apakah ada hubungan antara kondisi rumah dengan penderita Tuberkulosis Paru
hunian, ventilasi dan jenis lantai pada penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah