Anda di halaman 1dari 8

Diagnosis Banding Mata Merah

DISUSUN OLEH:
dr. Maria T.

PEMBIMBING:
dr. Heni Wijayanti, Sp. M

SMF MATA
RUMAH SAKIT TK. III BALADHIKA HUSADA JEMBER
2017
Differential Diagnosis Mata Merah

Mata merah dapat disebabkan oleh berbagai kelainan pada mata. Namun secara garis
besar mata merah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar penyakit, yaitu mata
merah dengan penglihatan normal dan mata merah dengan penglihatan turun mendadak.
Tulisan ini akan membahas beberapa diagnosis banding yang dapat menyebabkan mata
merah.

KONJUNGTIVITIS
a. Definisi:
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit
mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak
mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu1. Penyakit ini bervariasi
mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak
sekret purulen kental.
b. Etiologi:
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti2:
Infeksi oleh virus atau bakteri, jamur
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
Iritasi oleh bahan kimia angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet.
Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang.

Tabel Diagnosis Banding Etiologi Konjungtivitis


Klinik dan Sitologi Virus Bakteri Alergi
Gatal Minimal Minimal Hebat
Hiperemia Umum Umum Umum
Eksudat Minimal Mengucur Minimal

Adenopati Lazim Jarang Tak ada


Preurikular

Pewarnaan kerokan Monosit Bakteri, PMN Eosinofil

Sakit tenggorakan, Kadang Kadang Tak pernah


panas yang
menyertai

c. Gejala:
Subyektif : Mata ngeres (sandy feeling), gatal, panas, kemeng, berair, mata merah 2
Pemeriksaan : Hiperemi konjungtiva (CVI), Kornea jernih, pupi normal, BMD dalam
& jernih, TIO normal, visus normal, Sekret (+), Epifora, hipertrofi papiler, folikel,
khemosis, membran/pseudomembran, adenopati preaurikuler2
d. Terapi : Tergantung etiologi, bila ada sekret dibersihkan3
Bakteri : Antibiotik (gentamycin 0,3%, Chloramphenicol 0,5%, Polimixin)
Virus : Suportif (Air mata buatan, kompres dingin)
Jamur: Antijamur (Amphotericin B 0,1%)
Alergi : Antihistamin (Anthazoline 0,5%, Naphazoline 0,005%)
Steroid (Dexamethasone 1%)
Bahan kimia iritatif: Irigasi dengan NaCl 0,9%, antibiotik, anestetik lokal4

KERATITIS
a. Definisi:
Keradangan kornea yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau iritasi bahan-bahan
kimia.1 Gejala patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat
ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis
b. Etiologi : bakteri, virus, jamur , bahan kimia iritatif2
c. Gejala3 :
o Subyektif: Mata merah, nyeri, kabur, berair, silau
o Pemeriksaan : Hiperemi perikornea (PCVI), kornea keruh (ada ulkus
menggaung bila sudah terjadi ulkus kornea), pupil normal, BMD dalam dan
jernih, infiltrat (+/-), TIO normal, Sekret (+/-), Epifora, Blepharospasme,
fotofobia, visus menurun
d. Terapi3 : Tergantung etiologi + Midriatikum/ sikloplegik (Atropin 1%)
Bakteri : Antibiotik (gentamycin 0,3%, Chloramphenicol 0,5%, Polimixin)
Virus : Antivirus (Acyclovir)
Jamur: Antijamur (Amphotericin B 0,1%)
Bahan kimia iritatif: Irigasi dengan NaCl 0,9%, antibiotik, anestetik lokal

ULKUS KORNEA
a. Definisi:
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma1
b. Etiologi:1,3,5
Infeksi
e. Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan
penyebab paling sering. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang
keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa
f. Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan
spesies mikosis fungoides.
g. Virus : Virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti
oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian
sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola.
h. Acanthamoeba: Infeksi oleh protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal
pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan
sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang
terpapar air atau tanah yang tercemar.
Noninfeksi
i. Bahan kimia, bersifat asam atau basa. Bahan asam yang dapat merusak mata terutama
bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka
akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak
tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial
saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung
kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen
kornea.
j. Faktor fisik : radiasi atau suhu, trauma
k. Sindrom Sjorgen
l. Obat-obatan: yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU
(Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
c. Gejala:3
m. Subyektif : Mata merah, keluar kotoran, merasa ada benda asing di mata, pandangan
kabur, mata berair, bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus, silau, nyeri
n. Pemeriksaan : Injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea, adanya infiltrat,
hipopion
d. Terapi:1,3,5
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus,
anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat
bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat
dan perlunya obat sistemik.
Pengobatan lokal : benda asing dan bahan yang merangsang harus segera
dihilangkan, Sulfas atropine, analgetik seperti pantokain atau tetrakain, antibiotik
yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan
sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva, anti jamur/ anti viral (sesuai
penyebab). Pengobatan pilhan terakhiradalah keratoplasti

SUBKONJUNGTIVA BLEEDING
a. Definisi : Perdarahan yang terjadi di bawah konjungtiva3
b. Etiologi: Usia tua, hipertensi, pertusis, pemakaian antikoagulan,trauma3
c. Gejala : Mata merah bukan PCVI atau CVI tetapi tampak perdarahan, tidak ada nyeri3
d. Terapi : tidak ada terapi spesifik3

UVEITIS ANTERIOR
a. Definisi : Radang akut pada jaringan iris, badan silier, atau keduanya2
b. Etiologi : Penyakit sistemik (dm, reumatik, TB, sinusitis, karies)2
c. Gejala:
- Subyektif : Mata ngeres (sandy feeling), gatal, panas, kemeng, berair, mata merah,
nyeri, silau, kabur 2
- Pemeriksaan : Hiperemi perikornea (PCVI), kornea keruh & odem, ada keratik
presipitat, flare, hipopion, BMD keruh dan dangkal, Pupil Miosis (ireguler bila ada
sinekia), TIO normal, penglihatan agak kabur, sekret (-), reflex cahaya menurun 3
d. Terapi : Midriatikum/ sikloplegik (Atropin 1%, Scopolamin 0,2%), Anti inflamasi,
Antibiotik (bila ada indikasi)2

GLAUKOMA AKUT
a. Definisi : Kelainan mata yang terjadi karena kenaikan TIO secara cepat akibat
tertutupnya BMD secara total dan mendadak akibat blok pupil.
b. Etiologi : Terjadinya blok aliran aquos humour akibat adanya aposisi iris lensa maksimal
bisa diakibatkan oleh segmen anterior yang kecil atau sumbu aksial pendek dengan BMD
yang dangkal 6
c. Gejala :
- Subyektif : Nyeri periokuler, penglihatan sangat menurun, melihat halo, mual,
muntah, sangat nyeri 2
- Pemeriksaan : Hiperemi konjungtiva dan perikornea (CVI dan PCVI), odem kornea,
BMD sangat dangkal, pupil midriasis, TIO tinggi, papil nervus optik hiperemi, visus
turun, refleks cahaya negatif 3
d. Terapi2: Turunkan TIO segera Hiperosmotik (Mannitol/Gliserin), Acetazolamide
- Miotikum Pilocarpine 2%
- Meningkatkan pembuangan uvea sklera latanoprost, travoprost,
- Menghambat produksi humor aquos betaxolol, timolol

SKLERITIS
a. Definisi : Reaksi radang pada sklera7
b. Etiologi : penyakit sistemik7
c. Gejala : Rasa sakit, mata merah, berair, fotofobi, penglihatan menurun, konjungtiva
kemotik, sklera bisa berwarna kebiruan, sekret (-), tidak mengecil bila diberikan fenil
efrin 2,5 % topikal.3
d. Terapi : Anti inflamasi steroid atau obat imunosupresif lain3
EPISKLERITIS
a. Definisi : Reaksi radang jaringan ikat vaskuler diantara konjungtiva dan permukaan
sklera1
b. Etiologi: Idiopatik, reaksi alergi infeksi, hipersensitif terhadap penyakit sistemik 7
c. Gejala: Mata merah, terasa kering, mengganjal, sakit ringan, konjungtiva kemotik,
sekret (-)
- Pemeriksaan : benjolan setempat batas tegas, warna merah ungu di bawah
konjungtiva mengecil bila diberikan fenil efrin 2,5 % topikal.3
d. Terapi : Vasokonstriktor, bila berat bisa kortikosteroid 3
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Taylor A., and Paul RE. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta.
2000.
2. SMF Ilmu Penyakit Mata RSU Dr. Soetomo Surabaya. Pedoman Diagnosis dan
Terapi. 2006.
3. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
4. Randeman, JB Bansal, AS. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.
5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit
Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2, Penerbit Sagung
Seto, Jakarta,2002
6. American Academy of Opthalmology. Basic and Clinical Science Course, Section 10:
Glaukoma. 2012.
7. Kanski, JJ. Clinical Ophthalmology. Edisi Keenam. Philadelphia: Elsevier Limited.
2011.

Anda mungkin juga menyukai