Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
RIWAYAT MEDIS

1.1 Identitas
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 106 tahun
Alamat : Kanggraksan Utara RT 03 Cirebon
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
1.2 Waktu Pelaksanaan Home Visit
Hari : Selasa
Tanggal : 12 April 2016
Waktu : 09.00 – 10.00
Alamat : Kanggraksan Utara RT 03 Cirebon
1.3 Deskripsi Kondisi Geriatri
1. Keluhan Utama : nyeri pada lengan kanan atas dan tungkai kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
- Tidak dapat berjalan dan melakukan aktivitas (imobilitas).
- Nyeri pada kaki sebelah kanan dan lengan kanan sejak 1 minggu lalu setelah
terjatuh tiba-tiba ketika hendak keluar rumah.
- Setelah jatuh belum ada penanganan dan belum pernah diobati ke dokter
(karena keluarga menganggap pasien sudah terlalu tua).
- Terdapat luka pada bagian bokong akibat pemakaian popok terlalu lama
(dekubitus)
- Pasien sudah tidak mampu menahan ketika ingin BAK.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Asam urat : tidak ada
- Kolesterol : tidak ada
- Gula darah : tidak ada
- Hipertensi : ada
- Adanya tumor pada payudara kanan sejak 16 tahun yang lalu dan belum
pernah diperiksakan.
4. Riwayat Penyakit di Keluarga:
- Tidak diketahui
5. Riwayat Pribadi dan Sosial :
- Sering melakukan aktivitas didalam maupun diluar rumah kecuali memasak,
mencuci dan menyapu
- Suka mengkonsumsi minuman dingin
- Sering mengkonsumsi sayuran
2

- Tidak merokok
6. Pemeriksaan fisik secara umum:
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : somnolen
Vital Sign
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Frekuensi Nafas : 12x/menit
Suhu : normal
Status Generalis
1.) Pemeriksaan Kepala
Rambut : tampak beruban, jarang, rontok
Mata
Palpebra : tidak anemis, tidak ada peradangan
Konjungtiva : tidak ada peradangan
Sclera : tidak ikterik
Pupil : isokor
Telinga : tidak ada peradangan, mebran timpani intak
Hidung : tidak ada peradangan dan sumbatan
Mulut : gigi sudah mulai berkurang (ompong)
2.) Pemeriksaan Leher : tidak ada pembesaran KGB
3.) Pemeriksaan Dada
Inspeksi : terlihat adanya benjolan pada payudara kanan
Palpasi : teraba adanya benjolan sebesar bola tenis pada
payudara kanan dengan konsistensi lunak, permukaan
rata dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suara pernapasan vesikular
4.) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat adanya benjolan maupun tanda-tanda
peradangan
Auskultasi : terdengar bunyi bising usus pada keempat kuadran
15x/ menit
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
10) Pemeriksaan ekstremitas
Superior : nyeri pada lengan kanan, kekuatan otot lengan kanan
dan kiri = 3,
Inferior : nyeri pada tungkai kanan

7. pemeriksaan penunjang yang dilakukan : -


3

1.4 Penilaian ADL dan IADL


1. Activities of Daily Living (ADL)

Tabel 1 status fungsional Ny. S


GERIATRIC ASSESSMENT CENTRACTIVITIES OF DAILY LIVIN
PHYSICAL SELF-MAINTENANCE SCALE
Value
No Activity
No
1 TOILET
4 Cares for self at toilet completely, no incontinence
3 Needs to be reminded, or needs help in cleaning self, or has rare
(weekly at most) accidents 0
2 Soiling or wetting while asleep, more than once a week
1 Soiling or wetting while awake, more than once a week
0 No control of bowels or bladder
2 FEEDING
4 Eats without assistance
3 Eats with minor assistance at meal times, with help preparing food or
with help in cleaning up after meals 0
2 Feeds self with moderate assistance and is untidy
1 Requires extensive assistance for all meals
0 Does not feed self at all and resists efforts of others to feed him
3 DRESSING
4 Dresses, undressed and selects clothes from own wardrobe
3 Dresses and undresses self, with minor assistance
2 Needs moderate assistance in dressing or selection of clothes 1
1 Needs major assistance in dressing but cooperated with
efforts of other to help
0 Completely unable to dress self and resists efforts of others to help
4 GROOMING
4 Always neatly dressed and well-groomed, without assistance
3 Grooms self adequately, with occasional minor assistance
2 Needs moderate and regular assistance or supervision in grooming 1
1 Needs major assistance in dressing but cooperates with efforts of
others to help
0 Actively negates all efforts to others to maintain grooming
4

5 PHYSICAL AMBULATION
4 Goes about .grounds or city
3 Ambulates within residence or about one block distant
2 Ambulates with assistance of (check one):another 0
person,railing,cane,walker,orwheelchair:gets in and outwithout
helpneeds help in getting in and out
1 Sits unsupported in chair or wheelchair, but cannot propel self
without help
0 Bedridden more than half the time
6 BATHING
4 Bathes self (tub, shower, sponge bath) without help
3 Bathes self, with help in getting in and out of tub
2 Washes face and hands only, but cannot bathe rest of body 1
1 Does not wash self but is cooperative with those who bathe him
0 Does not travel at all
7 RESPONSIBILITY FOR OWN MEDICATION
2 Is responsible for taking medication in correct dosage at correct time
1 Takes responsibility if medication is prepared in advancein separate 1
dosages
0 Does not try to wash self, and resists efforts to keep him clean
SCORE 4

2. Instrumental Activities of Daily Living (IADL)

GERIATRIC ASSESSMENT CENTERSCALE FOR INSTRUMENTAL


ACTIVITIES OF DAILY LIVING
No Acitvity Value
1 ABILITY TO USE TELEPHONE
3 Operates telephone on own initiative; looks up and dials
numbers, etc. 0
2 Dials a few well known numbers
1 Answers telephone but does not dial
0 Does not use telephone at all
2 SHOPPING
3 Takes care of all shopping needs independently
2 Shops independently for small purchases 0
1 Needs to be accompanied on any shopping trip
0 Needs to have meals prepared and served
3 FOOD PREPARATION
3 Plans, prepares and serves adequate meals independently
2 Prepares adequate meals if supplied with ingredients
5

1 Heats and serves prepared meals, or prepares meals but does 0


not maintain adequate diet
0 Needs to have meals prepared and served
4 HOUSE KEEPING
4 Maintains house alone or with occasional assistance
(e.g., heavy-work domestic help)`
0
3 Performs light daily tasks such as dish-washing and bed-making
2 Performs light daily tasks but cannot maintain acceptable \ level
of cleanliness
1 Needs help with all home maintenance tasks
0 Does not participate in any housekeeping tasks
5 LAUNDRY
2 Does personal laundry completely
1 Launders small items; rinses socks, stockings, etc. 0
0 All laundry must be done by others

6 MODE OF TRANSPORTATION
4 Travels independently on public transportation or drives own car
3 Arranges own travel via taxi, but does not otherwise use public
transportation
2 Travels on public transportation when assisted or accompanied by 0
another
1 Travel limited to taxi or automobile, with assistance of another
0 Does not travel at all
7 RESPONSIBILITY OF OWN MEDICATION
2 Is responsible for taking medication in correct dosages at correct
Time 1
1 Takes responsibility ifmedication is prepared in advance
in separate dosages
0 Is not capable of dispensing own medication
8 ABILITY TO HANDLE FINANCE
2 Manages financial matters independently
(budgets, write checks, pays rent and bills, goes to Bank)
collects and keeps track of income 0
1 Manages day-to-day purchases, but needs help with banking,
major purchases, etc.
0 Incapable of handling money
SCORE 1
6

Skor 0-6 untuk ADL dan 0-8 untuk IADL menunjukan penilaian low function
artinya pasien tidak dapat mandiri dan harus membutuhkan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya

1.5 Penilaian lingkungan tempat tinggal


Keadaan rumah tampak bersih . Kamar mandi terlihat bersih dan tampak licin.
Keadaan rumah tampak sedikit berantakan. Ventilasi dikamar mandi terlihat baik,
cahaya matahari dapat menembus bagian ruangan.. Lampu rumah sudah tidak
menggunakan lampu neon sehingga cahayanya akan lebih terang. Sumber air
rumah tersebut berasal dari sumber air PDAM. Hanya terdapat 1 kamar tidur dan
hanya terdiri dari 1 kasur saja yang dipakai bersamaan oleh Ny. S dan keluarganya
dengan sprai yang jarang diganti. Terdapat tong sampah didepan rumah Ny. S.

BAB II
ANALISIS MASALAH

2.1 Permasalahan Medis


2.1.1 Asupan nutrisi yang tidak adekuat
Pada saat heteroanamnesis dengan anak pasien, Ny. S belum ada
asupan makanan yang masuk dan hanya minum air putih setelah jatuh
seminggu yang lalu. Dari keluarga pasien sudah mencoba memberi makanan
kepada Ny. S namun selalu menolaknya.
Nafsu makan yang turun juga bisa diakibatkan nyeri yang dialami oleh
Ny. S. Ketika nyeri tentunya akan merasa tidak enak ketika melakukan
sesuatu.
Pengetahuan Ny. S mengenai fungsi asupan nutrisi juga dirasa kurang,
sehingga tidak adanya usaha untuk memperbaiki asupan nutrisi untuk dirinya.
Untuk asupan nutrisi, disini kami memberi edukasi kepada keluarga Ny.
s untuk makan meski sedikit namun sering. Motivasi pun kami berikan karena
asupan nutrisi yang baik akan membawa dampak yang baik pula. Karena
7

sebenarnya asupan nutrisi sendiri dapat memperbaiki keadaan medis secara


umum
2.1.2 Nyeri pada lengan dan tungkai sebelah kanan
Ny. S mengeluhkan nyeri pada lengan dan tungkai sebelah kanan. Dan
oleh keluarga pasien tidak dibawa ke rumah sakit dikarenakan sudah
menerima keadaan pasien tersebut di usia yang sudah sangat tua, tindakan
yang dilakukan keluarga kepada pasien hanya memanggil petugas kesehatan
kerumah pasien dan diberi pengobatan seadanya.
2.1.3 Dekubitus
Nyeri karena jatuh tersebut mengakibatkan pasien imobilitas, sehingga
keseharian pasien hanya berbaring ditempat tidur dan beresiko dekubitus pada
pasien. Dari keterangan keluarga, Ny. S terdapat kemerahan pada bokong dan
keluarga pasien menganggap hal tersebut akibat iritasi pemakaian popok.
kami memberi informasi kepada keluarga pasien agar pasien sering berganti
posisi tidur untuk menghindari adanya dekubitus dan keluarga pasien
menyatakan terkadang membantu pasien berganti posisi tidur dengan cara
mendudukkan atau bergantian membaringkan tubuh arah sebaliknya.
2.1.4 Inkontinensia
Sebelum Ny. S terjatuh, masih bisa ketoilet walaupun kadang tidak
bisa menahan buang air kecil. Namun sejak Ny. S imobilitas akibat jatuh,
untuk buang air kecil Ny. S menggunakan popok. Dan penggantian popok
yaitu dua kali sehari. Umtuk penilaian ADL, tidak diketahui apakah pasien
masih dapat mengkontrol kandung kemihnya atau pasien menjadi inkotinensia
akibat dari imobilitas sehingga tidak bisa ke toilet.

2.2 Permasalahan non medis


2.2.1 Masalah Lingkungan
Dirumah Ny. S hanya terdapat 1 kamar tidur, kamar mandi serta dapur.
Dirumah ditinggali oleh 5 orang. Dari pengamatan kami yang kami nilai
adalah :
8

1. Daerah dalam dan luar rumah cukup bersih


2. Ada beberapa barang yang sedikit tidak tertata rapi terutama ditempat
dekat Ny. S terjatuh
3. Jarak kamar mandi dengan kamar tidur cukup dekat
4. Jumlah kamar tidak sesuai dengan jumlah orang yang tinggal
5. Jalan untuk ke bak mandi harus melewati tempat cuci piring dan cuci baju
sehingga resiko jatuh tinggi jika kebersihan pada tempat cuci piring dan
baju tidak segera dibersihkan
6. Ventilasi dikamar mandi terlihat baik, cahaya matahari dapat menembus
bagian ruangan
7. Jamban yang digunakan adalah jamban jongkok

2.2.2 Masalah keluarga


Keluarga Ny. S yang tidak serumah dengan Ny.S banyak yang datang
untuk menjenguknya. Kami kurang menggali bagaimana kondisi finansial
untuk perawatan Ny.S dan bagaimana kepedulian keluarga pada kesehatan
atupun perawatan Ny.S. Dari keterangan yang didapat bahwa Ny. S sendiri
jatuh tidak diketahui penyebab pastinya oleh orang yang tinggal dirumah
tersebut, ini kemungkinan kesibukan dari keluarga yang tinggal bersama Ny. S
tidak dapat sepenuhnya menjaganya.
Keluarga disarankan untuk sering memantau kondisi kesehatan pasien,
sering berkumpul dan mengajak bekomunikasi Ny. S. jangan membiarkan
pasien terlihat sendiri, dan bantu pasien ketika pasien hendak melakukan
aktivitas hidupnya sehari-hari jangan didiamkan terus menerus karena bisa
memperparah nyeri yang dialami

Bagan 1. Analisis masalah yang terjadi pada pasien dengan imobilitas


9

BAB III
10

PEMBAHASAN

3.1 Jatuh
3.1.1 Faktor Resiko dan Penyebab Jatuh pada Lansia
Kejadian Jatuh Pada Lanjut Usia

Pengertian

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi


mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2011).

Faktor Resiko

a. Faktor instrinsik
Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal
misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas
bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala
lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing (Darmojo, 2011)

b. Faktor ekstrinsik
Faktor-faktor ekstrinsik tersebut antara lain lingkungan yang tidak
mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,
tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah,
tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang diminum
dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2011).

c. Sistem sensorik

Yang berperan di dalamnya adalah: visus ( penglihatan ), pendengaran,


fungsi vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada
mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan
11

menimbulkan gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada


lansia yang diduga karpena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses
manua. Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu
fungsi proprioseptif. Gangguan sensorik tersebut menyebabkan hampir
sepertiga penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji
klinik.(Darmojo, 2011).

d. Sistem saraf pusat ( SSP )

SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input


sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal,
sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga
berespon tidak baik terhadap input sensorik. Faktor risiko terjatuh akan
meningkat (Darmojo, 2011).

e. Kognitif

Pada beberapa penelitian, dementia, delirium diasosiasikan dengan


meningkatkan risiko jatuh.Dikarenakan ada gangguan kesadaran dan
keseimbangan pengontrolan pada tubuh (Darmojo, 2011).

f. Muskuloskeletal

Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang


benar – benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya
jatuh. Gangguan muskuloskeletal. Menyebabkan gangguan gaya berjalan
(gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. (Darmojo,
2011).

Faktor situasional yang menyebabkan lansia terjatuh antara lain :

1. Aktivitas
12

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa
seperti berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit
sekali ( 5% ), jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya
seperti mendaki gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada
lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh
kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering
terjadi pada lansia yang imobil ( jarang bergerak ) ketika tiba – tiba dia
ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan. (Stanley,
2007).
2. Lingkungan
Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga,
dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik,
yang lainnya terjadi karena tersandung / menabrak benda perlengkapan
rumah tangga, lantai yang licin atau tak rata, penerangan ruang yang
kurang (Stanley, 2007).

Faktor lingkungan yang menyebabkan lansia terjatuh antara lain :

1. Alat – alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil,
atau tergeletak di bawah.
2. Tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok.
3. Tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang.
4. Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun.
5. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk
pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser.
6. Lantai yang licin atau basah.
7. Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan).
8. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya. (Stanley, 2007)

Semua faktor resiko tersebut memungkinkan Ny. S terjatuh. Dari hasil


heteroanamnesa didapatkan bahwa sebelum Ny. S jatuh beliau sudah kesulitan
dalam berjalan dan harus menggunakan alat bantu atau berpegangan pada
dinding-dinding rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat adanya
gangguan fisiologis pada otot dan tulangnya. Serta tidak koperatifnya Ny. S
13

ketika diajak berbicara menunjukkan bahwa pasien telah memiliki gangguan


kognitif dan sensorik dimana keduanya merupakan faktor pencetus jatuh pada
lansia. Begitupun dengan keadaan lingkungan rumahnya dimana cukup
dekatnya jarak antara toilet dengan kamar Ny. S serta tidak terdapatnya keset
didepan pintu kamar mandi. Tentu saja hal ini dapat mengakibatkan lantai
licin sehingga dapat menyebabkan Ny. S terjatuh.

Menurut analisa permasalahan dari kasus ini adalah karena sudah


terlalu tuanya pasien sehingga keluarga pasien enggan membawa pasien ke
pelayanan kesehatan primer. Padahal perlakuan tersebut dapat memperburuk
keadaan pasien sebagaimana dijelaskan oleh (Darmojo, 2011) jatuh pada
lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti:

1. Perlukaan (injury)
A. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau
tertariknya jaringan otot, robeknya arteri / vena
B. Patah tulang (fraktur) :

a) Pelvis

b) Femur (terutama kollum)

c) Humerus

d) Lengan bawah

e) Tungkai bawah

f) Kista

C. Hematom subdural

2. Perawatan rumah sakit


A. Komplikasi akibat tidak dapat bergerak (imobilisasi)
B. Risiko penyakit-penyakit iatrogenik
3. Disabilitas
14

A. Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik


B. Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan
pembatasan gerak
4. Risiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan (nursing home)
5. Mati. (Darmojo, 2011)

3.2 Imobilitas
Imobilisasi didefinisikan sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3
hari atau lebih, dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologis. Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan
imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri,
lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.Beberapa
informasi penting meliputi lamanya menderita disabilitas yang menyebabkan
imobilisasi, penyakit yang mempengaruhi kemampuan mobilisasi, dan pemakaian
obat-obatan untuk mengeliminasi masalah iatrogenesis yang menyebabkan
imobilisasi (Darmojo, 2011).
Karakteristik imobilitas :
a. Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan,
termasuk mobilitas di tempat tidurm berpindah dan ambulasi
b. Keengganan untuk melakukan pergerakan
c. Keterbatasan rentang gerak
d. Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot
e. Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol mekanis dan
medis
f. Gangguan koordinasi
(Darmojo, 2011)

Dari hasil heteroanamnesa dengan keluarga Ny. S didapatkan bahwa


setelah Ny. S terjatuh beliau kehilangan kemampuan untuk berpindah posisi
dari tempat tidur ke toilet. Bahkan beliau tidak mampu untuk mengubah
posisi tidur terlentangnya sehingga pasien hanya bisa diam dan sangat
bergantung pada keluarga yang merawatnya.

Dampak yang dapat ditimbulkan akibat imobilitas :


15

a) Dekubitus
Pada pasien ini telah ditemukan adanya dekubitus pada daerah sekitar
bokong.Hal ini dikarenakan karena pemakaian popok yang terlalu lama
pada pasien sehingga menyebabkan meningatnya gesekan antara kulit
pasien dengan benda sekitarnya.Menurut (darmojo, 2011) tekanan daerah
pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh
karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih berkisar pada
batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita
immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring
diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70
mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg. Tekanan akan
menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan
kulit (Darmojo, 2011).

b) Inkontinensia
Inkontinensia adalah pengeluaran urin atau feses tanpa disadari, dalam
jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga dapat menyebabkan
masalah gangguan kesehatan dan sosial.
Penyebab inkontinensia dapat berasal dari :
1) Kelainan urologik : misalnya radang, batu, tumor, divertikel
2) Kelainan neurologik : misalnya stroke, trauma pada medula
spinalis, demensia dll
3) Lain-lain : mmisalnya hambatan mobilitas, situasi tempat
berkemih yang tidak memadai/jauh atau sebagainya
(Darmojo, 2011)

Dikarenakan terdapatnya imobilitas pada Ny. S sehingga


menyebabkan beliau mengalami inkontinensia urin.
3.3 Inanition

Kebutuhan protein lansia sekitar 1-1,25 gr/kgBB/hari. Pada lansia yang


sedang sakit, kebutuhan dapat meninngkat menjadi 1,5 gr/kgBB/hari untuk
16

dapat mempertahankan keseimbangan nitrogen. Keadaan ini diterangkan


dengan adanya peningkatan kebutuhan protein karena terjadi katabolisme
jaringan ( penurunan masa otot ) serta adanya penyakit baik akut maupun
kronik (Darmojo, 2011).

Pada lansia asupan lemak yang dianjurkan adalah menyumbang 20-25%


energi yang dibutuhkan dalam sehari. Kondisi kekurangan gizi pada lansia
dapat terbentuk KKP (kurang kalori protein) kronik, baik ringan sedang
maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah melalui penampilan
umum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya BB seorang lansia dibanding
dengan baku yang ada. Kekurangan zat gizi lain yang banyak muncul adalah
defisiensi besi dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12 (Darmojo,
2011).

Masalah yang ada pada Ny. S adalah ketidakmauan Ny. S untuk makan.
Hal ini dapat menyebabkan kekurangan gizi sehingga dapat menyebabkan
sarkopenia.

3.4 Lingkungan

Menurut Darmojo, 2011 lingkungan rumah yang aman untuk lanjut usia adalah
lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah. Lingkungan di dalam rumah meliputi
kamar mandi yaitu terdapat pegangan di daerah kamar mandi dan mudah dicapai bila
diperlukan, permukaan lantai pancuran di kamar mandi tidak licin, belakang kesed
berlapis karet yang tidak bisa licin, pembuangan air baik sehingga mencegah lantai
licin setelah dipakai. Kamar tidur yaitu keset tidak merupakan hambatan yang
memungkinkan terpeleset atau tergelincir, terdapat meja di samping tempat tidur
untuk meletakkan kacamata atau barang lain. Dapur yaitu lantai terbuat dari bahan
yang tidak licin, tumpahan-tumpahan cepat dibersihkan untuk mencegah terpeleset,
tempat penyimpanan dapat dijangkau dengan mudah, tersedia tempat pijakan yang
stabil untuk mencapai barang yang letaknya tinggi. Ruang tamu yaitu keset-keset
tidak terletak di atas karpet, perabotan diletakkan sedemikian rupa sehingga jalan lalu
17

lebar, tinggi kursi dan sofa cukup sehingga mudah bagi lanjut usia ( Darmojo, 2011) .
Pada lingkungan rumah pasien, masih belum terdapat keset didepan toiletnya
sehingga dapat menyebabkan lantai menjadi licin maka dari itu perlu ada
penambahan keset agar lantai tidak licin. Begitu juga kasur dengan seprai yang jarang
diganti dapat menyebabkan gatal-gatal dan infeksi pada kulit pasien.

BAB IV
Simpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan dan pembahasan mengenai
Ny.S saat Home Visit dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut :
1. Pasien sudah 1 minggu tidak dapat berjalan diakibatkan oleh terjatuh
sendiri di depan rumahnya.
2. Keluhan nyeri pasien dirasakan pada bagian ekstremitas inferior dan
superior sebelah kanan.
3. Pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum
pasien terjatuh dan pasien hanya mampu berbaring ditempat tidur.
4. Hasil pemeriksaan ADL maupun IADL pasien menunjukkan Dependent
atau pasien sudah tidak mandiri.
5. Faktor keluarga, social dan lingkungan sangat mempengaruhi baik
kesehatan fisik maupun kesehatan psikis pasien.

4.2 Saran
1. Dekubitus :
18

Menyarankan kepada keluarga pasien untuk selalu mengganti-ganti posisi


tidur pasien setiaap 1 jam supaya tidak terjadi perlukaan yang lebih parah.
2. Imobilitas :
Menyarankan kepada keluarga pasien untuk membawa pasien ke Rumah
Sakit dengan tujuan supaya mampu meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Inanition :
Menyarankan kepada keluarga pasien untuk tetap memberikan asupan
nutrisi yang sehat kepada pasien walaupun dengan porsi yang sedikit
tetapi teratur dan sering.

4. Lingkungan :
a) Menyarankan kepada keluarga pasien untuk tetap menjaga
kebersihan pasien selama pasien sakit dengan megganti popok dan
sprei secara rutin.
b) Menyarankan kepada keluarga pasien untuk melakukan penataan
tata ruang rumah dan pencahayaan yang cukup supaya nyaman
bagi pasien lansia.
c) Menyarankan kepada keluarga psien untuk membeli keset dan
membuat pegangan dinding dekat kloset agar tidak terjatuh ketika
hendak buang air.
19

DAFTAR PUSTAKA

Miller, Carol A. 2004. Nursing Care of Older Adults: Theory and Practice.
Philadepia: Lippincott

Martono. H. Hadi, Darmojo, 2011, Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI (Ilmu


Kesehatan Usia Lanjut), Edisi-4, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, ed 2. Jakarta: EGC.
20

Lampiran gambar :

Gambar 1 : Pasien sedang


dilakukan pemeriksaan
fisik
21

Gambar 2 : Pasien sedang


dilakukan pemeriksaan
tekanan darah

Gambar 3 : keadaan rumah pasien


22

Gambar 4 : keadaan kamar mandi pasien

Anda mungkin juga menyukai