Anda di halaman 1dari 5

8.

Jelaskan pemeriksaan CCP (Cardiac Chest Pain)


Pemeriksaan angina umumnya meliputi pemeriksaan EKG, test exercise, radionuklid scanning,
ehokardiografi dan arteriografi koroner.
Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa, lipid dan EKG waktu istirahat perlu dilakukan. Hasilnya
meungkin saja normal walaupun ada penyakit jantung koroner yang berat. EKG bisa didapatkan
gambaran iskemik dengan infark miokard lama atau depresi ST dan T yang terbalik pada penyakit
yang lanjut.
Test exercise selanjutnya perlu dipertimbangkan dengan indikasi sebagai berikut:
- Untuk menyokong diagnosa angina yang dirangsang akibat nyeri dengan perubahan iskemik pada
EKG
- Untuk menilai penderita dengan resiko tinggi serta prognosa penyakit
- Untuk menilai kapasitas fungsional dan menentukan kemampuan exercise
- Untuk evaluasi nyeri dada yang atipik

Jenis test exercise bermacam-macam antara lain test treadmill, protokol Bruce, test Master dan Sepeda
ergometri. Test exercise tidak perlu dilakukan untuk diagnostik pada wanita dengan nyeri dada non
anginal karena kemungkinan penyakit jantung koroner sangat rendah, sedangkan pada laki-laki
dengan angina tipikal perlu dilakukan untuk menentukan penderita dengan resiko tinggi dimana
sebaliknya perlu dibuat arteriografi koroner. Penderita dengan angina atau perubahan iskemik dalam
EKG pada tingkat exercise yang rendah biasanya penderita yang mencapai beban kamsimum yang
rendah biasanya menderita kelainan pembuluh darah yang multipel dan bermanfaat bila dilakukan
bedah koroner. Bila tekanan darah turun waktu exercise perlu dicurigai adanya obstruksi pada
pembuluh darah utama kiri yang juga merupakan indikasi untuk pembedahan. Penderita dengan
angina atipikal terutama wanita sering memberi hasil false positif yang tinggi. Sedangkan hasil test
yang negatif pada angina atipikal dan non-angina besar kemungkinannya tidak ada kelainan koroner.
Bila hasil exercise test meragukan perlu dilakukan pemeriksaan radionuklir karena jarang sekali
didapatkan hasil false positif. Thallium scintigrafi menggambarkan perfusi miokard saat istirahat
maupun exercise ataupun gangguan fungsi ventrikel kiri yang timbul akibt exercise.
Pemeriksaan arteriografi koroner sangat akurat untuk menentukan luas dan beratnya penyakit jantung
koroner. Angiografi koroner dilakukan dengan keteterisasi arterial di bawah anastesi lokal, biasanya
pada a. femoralis atau pad a. rakialis. Kateter dimaksudkan di bawah kontrol radiologis ke ventrikel
kiri dan a. koronaria kiri dan kanan, kemudian dimasukkan kontras media. Lesi yang sering tampak
pada angiogram koroner adalah stenosis atau oklusi oleh ateroma yang bervariasi derajat luas dan
beratnya.
Tidak semua penderita angina harus dilakukan test exercise dan angiografi koroner. Indikasi penderita
angina yang harus dikirim ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
- angina yang menyebabkan terbatasnya aktifitas walaupun dengan pemakaian obat-obatan.
- Angina progresif dan tak stabil
- Angina baru yang timbul terutama bila tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
- Angina dengan kapasitas exercise yang buruk dibandingan dengan penderita pada umur dan jenis
kelamin yang sama.
- Angina dengan gagal jantung
- Angina atipikal pada laki-laki dan wanita di atas 40 tahun.
- Angina post-infark
- Nyeri dada non-anginal yang menetapkan dan tidak dapat didiagnosa pada penderita usia tua
terutama bila ada risiko yang multipel
- Keadaan lainnya seperti keadaan non-kardial yang serius dan umur tua.

9. Jelaskan pengertian dari STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) dan Non STEMI ,
serta bagaimana penanganan
* STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen
akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak
faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada
pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat
total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat
nutrisi-oksigen dan mati.
* Non STEMI adalah I n f a r k miokardium akut tanpa elevasi ST
merupakan suatu kondisi k e m a t i a n ( nekrosis ) jaringanmiokard (otot
jantung) akibat dari penurunan suplai oksigen dan a t a u peningkatan
k e b u t u h a n o k s i g e n y a n g m e l e b i h i k a p a s i t a s s u p l a i o k s i g e n o l e h pembuluh
darah yang diperberatoleh obstruksi koroner.
Penanganan :
 STEMI (ST Elevasi Miokard Infark)
Untuk kasus dengan gambaran kilinis STEMI dengan mula terjadi(onset) < 12 jam dan pada
EKG terlihat ST elevasi persisten ataudiduga ada LBBB baru maka harus segera
dilakukan reperfusibaik mekanik maupun farmakologik. Reperfusi mekanik
dengan percutaneous coronary translumnal angioplasty (PTCA) adalah terapi
pilihan bila sarana memungkinkan.
S e b e l u m t e r a p i r e p e r f u s i , t e r a p i a w a l y a n g d i b e r i k a n a d a l a h penghilang
nyeri (analgetik) golongan opiates seperti morphine( I V 4 - 8 m g d e n g a n d o s i s
tambahan 2 mg setiap 15 menit). Inipenting untuk menghilangkan
nyeri dan menenangkan pasie k a r e n a bila pasien kesakitan dan
c e m a s m a k a a k a n t e r j a d i takikardia yang dapat meningkatkan beban kerja jantung.
Terapiawal lain adalah pemberian oksigen.
A.Reperfusi Farmakologik
Diberikan pada pasien STEMI yang tidak mungkin atau tidakada fasilitas
untuk reperfusi mekanik (primary PTCA). Obat -obat trombolitik yang dapat
diberikan:
1. Streptokinase : 1,5 juta unit intravena dalam 30 -60 menit
2.Alteplase (t-PA): 15 mg bolus intravena dan
d i l a n j u t k a n 0,75 mg/kgBB dalam 30 menit, lalu 0,5 mg/kgBB dalam 60menit
Kontraindikasi absolut pemberian trombolitik adalah stroke hemoragik,
stroke iskemik dalam 6 bulan terakhir, neoplasmadan trauma intrakranial, operasi besar
dalam 3 bulan terakhir,riwayat perdarahn lambung dalam 1 bulan terkahir,
diseksia o r t a , dan gangguan koagulasi. Sedangkan
kontraindikasirelatif adalah terapi oral antikoagulan, TIA dalam 6
b u l a n terakhir, kehamilan atau post partum 1 minggu, hipertensi refrakter
(TD sistolik >180 mmHg, diastolik > 110 mmHg), dan endokarditis infektif.
B. Reperfusi Mekanik
Reperfusi mekanik dengan PTCA lebih unggul
dalamk e b e r h a s i l a n m e l n a c a r k a n k e m b a l i
a l i r a n k o r o n e r dibandingkan dengan reperfusi farmakologik. Ada
tiga jenisreperfusi mekanik:
1.PTCA primer
P e l e b a r a n a r t e r i k o r o n e r d g n P T C A p a d a S T E M I d e n g a n mula
terjadi < 12 jam dengan rentang waktu antara pasiendatang ke rumahsakit sampai balon
koroner dikembangkan(door to balloon time) < 2 jam. Biasanya diindikasikan padapasien dengan
renjatan (syok) atau kontraindikasi terhadaptrombolitik.
2.Rescue PTCA
Bila trombolitik gagal pada pasien dengan infark luas dan o n s e t < 1 2
j a m . P a r a m e t e r k l i n i k k e g a g a l a n t r o m b o l i t i k adalah turunnya elevasi segment
ST <50% dalam 60-90menit pasca pemberian trombolitik.
3.Facilitated PTCA
U n t u k m e n g u r a n g i e f e k k e t e r l a m b a t a n t i n d a k a n P T C A , diberikan
trombolitik dosis penuh sebelum dilakukan PTCA terencana.

Obat-obat tambahan lain yang harus diberikan untuk


m e n c e g a h remodelling ventrikel dan serangan ulang antara lain adalah ACE
inhibitors, Angiotensin receptor blockers, beta
b l o c k e r s , antikolesterol, dan antidiabetes. Pengendalian faktor risiko
jugaamat penting untuk ditangani secara baik

 Non STEMI
Harus Istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG guna pemantauan segmen ST
dan irama jantung.
Empat komponen utama terapi yang harus dipertimbangkan pada setiap pasien
NSTEMI yaitu :
 Terapi antiiskemia
 Terapi anti platelet/antikoagulan
 Terapi invasive (kateterisasi dini/revaskularisasi),
 Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sudah perawatan RS.

Terapi

a. Terapi Antiiskemia

o Nitrat ( ISDN )

o Penyekat Beta

Obat Selektivitas Aktivitas Agonis Dosis umum untuk


Parsial Angina

Propranolol Tidak Tidak 20-80mg 2 kali sehari


Metoprolol Beta 1 Tidak 50-200mg 2 kali sehari
Atenolol Beta 1 Tidak 50-200mg/hari
Nadolol Tidak Tidak 40-80mg/hari
Timolol Tidak Tidak 10mg 2 kali sehari
Asebutolol Beta 1 Ya 200-600mg 2 kali sehari
Betaksolol Beta 1 Tidak 10-20mg/hari
Bisoprolol Beta 1 Tidak 10mg/hari
Esmolol (intravena) Beta 1 Tidak 50-300mcg/kg/menit
Labetalol Tidak Ya 200-600mg 2 kali sehari
Pindolol Tidak Ya 2,5-7,5mg 3 kali sehari

b. Terapi Antitrombotik

o Antitrombotik (Streptokinase, Urokinase, rt-PA)


c. Terapi Antiplatelet

o Antiplatelet (Aspirin, Klopidogrel, Antagonis Platelet GP IIb/IIIa)

d. Terapi Antikoagulan

o LMWH (low Molekuler weight Heparin)

e. Strategi Invasif dini vs Konservasif dini

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membandingkan strategi invasif


dini (arteriografi koroner dini dilanjutkan dengan revaskularisasi sebagaimana
diindikasikan oleh temuan arteriografi) dengan strategi konservatif dini
(kateterisasi dan jika diindikasikan revaskulaisasi, hanya pada yang
mengalami kegagalan terhadap terapi oral/obat-obatan).

Anda mungkin juga menyukai