Anda di halaman 1dari 3

Patofisiologi

Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis yang menyertakan kerja otot-otot
polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang
baik dan kemampuan fisis untuk mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari
konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme yang terlibat pada proses BAB normal (Dorongan
untuk defekasi secara normal dirangsang oleh distensi rektal melalui empat tahap kerja, antara lain:
rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal, relaksasi otot sfingter
external dan otot dalam region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-abdomen). Gangguan dari
salah satu mekanisme ini dapat berakibat konstipasi. Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus
besar yang menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan meregangkan
ampula dari rektum diikuti relaksasi dari sfingter anus interna. Untuk meghindarkan pengeluaran
feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar
pelvis yang depersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB dan
sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum mengeluarkan isinya dengan
bantuan kontraksi otot dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi
sfingter dan otot elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses
BAB.
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multipel, mencakup beberapa faktor yang
tumpang tindih. Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut, motilitas
kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak mengakibatkan
perlambatan dari perjalanan saluran cerna. Perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi
bukanlah karena bertambahnya usia tapi memang khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi.
Penelitian dengan petanda radioopak yang ditelan oleh orang usia lanjut yang sehat tidak
mendapatkan adanya perubahan dari total waktu gerakan usus, termasuk aktivitas motorik dari
kolon. Tentang waktu pergerakan usus dengan mengikuti petanda radioopak yang ditelan,
normalnya kurang dari 3 hari sudah dikeluarkan. Sebaliknya, penelitian pada orang usia lanjut yang
menderita konstipasi menunjukkan perpanjangan waktu gerakan usus dari 4-9 hari. Pada mereka
yang dirawat atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih panjang lagi sampai 14 hari. Petanda
radioaktif yang dipakai terutama lambat jalannya pada kolon sebelah kiri dan paling lambat saat
pengeluaran dari kolon sigmoid. Pemeriksaan elektrofisiologis untuk mengukur aktivitas motorik dari
kolon pasien dengan konstipasi menunjukkan berkurangnya respons motorik dari sigmoid akibat
berkurangnya inervasi intrinsic karena degenerasi plexus mienterikus. Ditemukan juga berkurangnya
rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang dapat menyebabkan memanjangnya waktu gerakan
usus.
Individu di atas usia 60 tahun juga terbukti mempunyai kadar plasma beta-endorfin yang meningkat,
disertai peningkatan ikatan pada reseptor opiate endogen di usus. Hal ini dibuktikan dengan efek
konstipatif dari sediaan opiate yang dapat menyebabkan relaksasi tonus kolon, motilitas berkurang,
dan menghambat refleks gaster-kolon.
Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan otot-otot polos
berkaitan dengan usia, khususnya pada perempuan. Pasien dengan konstipasi mempunyai kesulitan
lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan keras sehingga upaya mengejan lebih keras dan
lebih lama. Hal ini dapat berakibat penekanan pada saraf pudendus sehingga menimbulkan
kelemahan lebih lanjut.
Seorang kakek bernama Ikhwan yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah.
Kakek mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari sekali.
Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya karena kurang nafsu
makan. Setelah dikaji inspeksi terdapat pembesaran abdomen dan saat dipalpasi ada impaksi feses.
1. Pengkajian
Nama : Ikhwan
Tanggal lahir : 5 November 1945
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 30 November 2010
Alamat : Surabaya
Diagnosa Medis : Konstipasi
Sumber Informasi : Klien, pemeriksaan fisik, kolonoskopi
Keluhan utama : nyeri di bagian bawah abdomen
Riwayat penyakit sekarang : Ikhwan yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah. Kakek mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari
sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya. Selain itu, kakek
mengaku mudah lelah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Riwayat kesehatan keluarga : -
Review of system :
B1 (Breath) : RR meningkat
B2 (Blood) : denyut jantung meningkat, TD meningkat
B3 (Brain) : nyeri pada abdomen bawah
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun
B6 (Bone): -
Hasil pemeriksaan fisik umum :
keadaan umum : lemah
TTV : tekanan darah 130/95 mmHg, nadi : 90x/mnt, RR 23x/mnt
Pemeriksaan fisik
Keadaan Fisik
Difokuskan sesuai dengan kasus / sistem yang mengalami gangguan.

Kepala dan leher : bentuk oval, warna rambut kehitaman berminyak, nyeri tekan (-) mata :
simetris,tanpa kaca mata,tampak ada lingkaran hitam pada mata,konjungtiva normal (merah muda).
Dada : gerak nafas simetris
Paru – paru : Retraksi dada normal.Whesing(-),ronchi(-)

Jantung : Suara jantung I+II normal.

Payudara dan ketiak : payudara simetris tidak ada benjolan ariola menonjol. Ketiak ada rambut dan
tidak ada hiperpigmentasi.
Abdomen : terdengar bising usus 16 x/mnt, teraba massa(skibala),pada perut bagian tengah kanan,
dan kembung (+) platus(+). Tidak terdapat hemoroid.
Hepar : Normal

Lien : Normal

Genetalia : Tidak dikaji..


Integumen : turgor kulit normal, kulit keriput (+) terdapat hiperpigmentasi pada lengan dan kulit
wajah.
Ekstremitas
Atas : bentuknya simetris, edema (-), teraba hangat dan bisa berfungsi dengan baik dan pergerakan
terkontrol terpasang infus pada tangan kiri Nacl 0,9% 20 tetes/mnt.
Bawah : bentuk simetris, edema (-) , fraktur pada femur kaki kiri, terbalut dengan elastic bendage
dan terpasang skin traksi (± 5kg)
abdomen
Inspeksi : pembesaran abdomen
Palpasi : perut terasa keras, ada impaksi feses
Perkusi : redup
Auskultasi : bising usus tidak terdengar
Analisi data :
Data etiology masalah
DO : nyeri PQRST Nafsu makan menurun. konstipasi
Tidak BAB selama satu minggu

Kurangnya asupan nutrisi.

kebutuhan serat bagi tubuh


berkurang.

Pola BAB tidak teratur


Eliminasi feses tidak lancar.
Feses mengeras

Diagnosa keperawatan : Pola BAB tidak teratur Eliminasi feses tidak lancar. Feses mengeras
berhubungan dengan konstipasi

Intervensi

Anda mungkin juga menyukai