Anda di halaman 1dari 6

BAB X

KEMENTRIAN NEGARA

• Pengertian Kementrian Negara


Kementerian Negara) adalah lembaga Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan. Kementerian berkedudukan di ibukota negara yaitu Jakarta dan berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.
• Landasan Hukum
Landasan hukum kementerian adalah Bab V Pasal 17 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa:
1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
2. Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.
3. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang.
Lebih lanjut, kementerian diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara tahun
2015
• Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran
Pembentukan kementerian dilakukan paling lama 14 hari kerja sejak presiden mengucapkan
sumpah/janji. Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan
dalam UUD 1945 harus dibentuk dalam satu kementerian tersendiri. Untuk kepentingan sinkronisasi
dan koordinasi urusan kementerian, presiden juga dapat membentuk kementerian koordinasi.
Jumlah seluruh kementerian maksimal 34 kementerian.
Kementerian yang membidangi urusan pemerintahan selain yang nomenklatur kementeriannya
secara tegas disebutkan dalam UUD 1945 dapat diubah oleh presiden. Pemisahan, penggabungan,
dan pembubaran kementerian tersebut dilakukan dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), kecuali untuk pembubaran kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keamanan,
dan keuangan harus dengan persetujuan DPR.
• Susunan Organisasi
Kementerian dipimpin oleh menteri yang tergabung dalam sebuah kabinet. Presiden juga dapat
mengangkat wakil menteri pada kementerian tertentu apabila terdapat beban kerja yang
membutuhkan penanganan secara khusus. Susunan organisasi kementerian adalah sebagai berikut:
1.Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya dan/atau
ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD 1945:
o unsur pemimpin: Menteri;
o unsur pembantu pemimpin: Sekretariat Jenderal;
o unsur pelaksana: Direktorat Jenderal;
o unsur pengawas: Inspektorat Jenderal;
o unsur pendukung: Badan dan/atau Pusat; dan
o unsur pelaksana tugas pokok di daerah atau Instansi Vertikal (khusus Kementerian yang
menangani urusan agama, hukum, dan keuangan.
2.Kementerian yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan
sinkronisasi program pemerintah
o Pemimpin: Menteri;
o Pembantu pemimpin: Sekretariat Kementerian;
o Pelaksana: Deputi;
o Pengawas: Inspektorat; dan
3.Kementerian koordinator:
o Pemimpin: Menteri koordinator;
o Pembantu pemimpin: Sekretariat Kementerian Koordinator;
o Pelaksana: Deputi; dan
o Pengawas: Inspektorat
BAB XI
LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTRIAN DAN LEMBAGA NEGARA LAIN

• Pengertian Lembaga Pemerintah NonKementrian


Lembaga Pemerintah Nonkementerian disingkat (LPNK), dahulu bernama Lembaga Pemerintah
Nondepartemen (LPND) adalah lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk melaksanakan
tugas pemerintahan tertentu dari presiden. Kepala LPNK berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang mengoordinasikan.
• Landasan Hukum

Keberadaan LNPK diatur dalam Perpres (Peraturan Presiden) RI yaitu Keputusan Presiden RI Nomor
103 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja
Lembaga Pemerintah Non-Departemen.

• Daftar Lembaga Nonkementerian


Saat ini terdapat 30 LPNK yakni :
1. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)
2. Badan Ekonomi Kreatif (BEK)
3. Badan Informasi Geospasial (BIG)
4. Badan Intelijen Negara (BIN)
5. Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla)[3]
6. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
7. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
8. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
9. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
10. Badan Narkotika Nasional (BNN)
11. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
12. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
13. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
14. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
15. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)
16. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
17. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
18. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
19. Badan Pertanahan Nasional (BPN)
20. Badan Pusat Statistik (BPS)
21. Badan SAR Nasional (Basarnas)
22. Badan Standardisasi Nasional (BSN)
23. Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan)
24. Lembaga Administrasi Negara (LAN)
25. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
26. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
27. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas)
28. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)
29. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)
30. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusn
BAB XII
PEMERINTAHAN DAERAH
• Pengertian Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah adalah penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah
adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi
lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah
kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Gubernur, Bupati dan Wali Kota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota dipilih secara demokratis. Pemerintah daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat.
• Kepala Daerah
Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah. Kepala daerah
untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan untuk kota adalah wali kota.
Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil Gubernur,
untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil wali kota. Kepala dan wakil
kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan.
• Perangkat Daerah

Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan
lembaga teknis daerah. Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat
DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.

• Tugas Dan Wewenang


- Pemerintah daerah bersama-sama DPRD mengatur (regelling) urusan pemerintahan daerah yang
menjadi kewenangannya.
- Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah
- Pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai
investasi yang menghasilkan penerimaan daerah.
- Pemerintah daerah dapat membentuk badan pengelola pembangunan di kawasan perdesaan yang
direncanakan dan dibangun menjadi kawasan perkotaan.
BAB XIII
HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

• Hubungan Pusat dan Daerah


Hubungan Pusat-Daerah dapat diartikan sebagai hubungan kekuasaan pemerintah pusat dan daerah
sebagai konsekuensi dianutnya asas desentralisasi dalam pemerintahan negara. Denga adanya
kekuasaan yang terdesentralisasi, diharapkan semua stake holder yang terlibat dapat bersinergi dan
mendapatkan hak dan kewajiban sebagaimana seharusnya. Secara umum hubungan antara pusat
dan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang dituangkan
dalam peraturan perundangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Namun dalam pengaturan
hubungan tersebut haruslah memperhatikan aspirasi daerah sehingga tercipta sinerji antara
kepentingan pusat dan daerah
2. Tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan
kepada daerah adalah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat karena dampak akhir dari
penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara
3. Peran pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan
makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan sehingga daerah
dapat menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan lebih banyak bersifat
pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam melaksanakan otonominya, daerah berwenang membuat
kebijakan daerah. Kebijakan yang diambil daerah adalah dalam batas-batas otonomi yang
diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih
tinggi.
• Model-Model Hubungan Pusat – Daerah
A. Hubungan kedudukan pemerintah daerah terhadap pusat menurut Dennis Kavanagh:
1. Agency Model : pemerintah daerah dianggap sebagai pelaksana belaka
2. Partnership Model : pemerintah daerah memiliki kebebasan untuk melakukan local choice
B. Sistem Hubungan Pusat dan Daerah menurut Nimrod Raphaeli:
1. Comprehensive Local Government System : pemerintah pusat banyak sekali menyerahkan
urusan dan wewenangnya kepada pemerintah daerah. Pemerintah Daerah memiliki kekuasaan yang
besar.
2. Partnership System : beberapa urusan yang jumlahnya cukup memadai diserahkan oleh
pusat kepada daerah, wewenang lain tetap di pusat.
3. Dual System : imbangan kekuasaan pusat dan daerah.
4. Integrated Administrative System : Pusat mengatur secara langsung daerah bersangkutan
mengenai segala pelayanan teknis melalui koordinatornya yang berada di daerah/wilayah.

Lingkup hubungan pusat dan daerah antara lain meliputi


1. Hubungan kewenangan

2. Hubungan kelembagaan
Hubungan Pusat-Daerah Bidang Kelembagaan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2007
Dengan perubahan terminologi pembagian urusan pemerintah yang bersifat konkuren berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka dalam implementasi kelembagaan setidaknya
terwadahi fungsi-fungsi pemerintahan pada masing-masing tingkatan pemerintahan.
3. hubungan keuangan
Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Pemerintahan Daerah ditegaskan bahwa penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi
terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan. Pendapatan Daerah bersumber dari Pendapatan
Asli Daerah; Dana Perimbangan; dan Lain-lain Pendapatan.
4. hubungan pelayanan public
5. hubungan pembangunan
6. dan hubungan pengawasan.
Hubungan Pusat-Daerah Bidang Pengawasan Menurut UU No.32 Tahun 2004
1. A. Pembinaan
Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah
meliputi:
1. Koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan yang dilaksanakan secara berkala
pada tingkat nasional, regional atau provinsi.
2. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan.

2. B. Pengawasan
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah meliputi :
1. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah. Pengawasan ini dilaksanakan
oleh aparat pengawas intern pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2. Pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.

BAB XIV
PEMERINTAHAN DESA
• Pemerintahan Desa
Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa (yang meliputi
Kepala Desa dan Perangkat Desa) danBadan Permusyawaratan Desa (BPD)
• Kepala Desa
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun,
dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang
menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa
setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005
sbb:
1. Bertakwa kepada Tuhan YME
2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta Pemerintah
3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat
4. Berusia paling rendah 25 tahun
5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
6. Penduduk desa setempat
7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling
singkat 5 tahun
8. Tidak dicabut hak pilihnya
9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan
10. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota
• Perangkat Desa
Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris
Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.

• Badan Permusyawaratan Desa


Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan
berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat,
golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota
BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan
Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
• Keuangan desa
Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah.
Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai
dari APBD. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa
Sumber pendapatan desa terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa (seperti
tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong
2. Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota
3. Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
4. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;
5. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
6. Pinjaman desa
APB Desa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APB Desa
dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD
menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.
• Lembaga kemasyarakatan
Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan, yakni lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan
masyarakat. Lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi
lembaga kemasyarakatan adalah sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam
pembangunan. Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa
bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.

Anda mungkin juga menyukai