Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS BESAR

SEORANG PRIA 58 TAHUN DENGAN KRISIS HIPERTENSI,


HEMIPARESIS SINISTRA, DAN DISLIPIDEMIA

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Ignatius Eka Perwira W.
22010116220256

Pembimbing :
dr. Arwedi Arwanto, Sp.PD-KGH

Residen Pembimbing :
dr. Stepanus Agung Laksono

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Ignatius Eka Perwira W.


NIM : 22010116220256
Bagian : Ilmu Penyakit Dalam FK UNDIP
Judul Kasus Besar : Seorang Pria 58 Tahun dengan
Hemiparesis Sinistra, Krisis Hipertensi, dan
Dislipidemia

Pembimbing : dr. Arwedi Arwanto, Sp.PD-KGH


Residen Pembimbing : dr. Stepanus Agung Laksono

Semarang, 5 Januari 2017

Residen Pembimbing, Pembimbing,

dr. Stepanus Agung Laksono dr. Arwedi Arwanto, Sp.PD-KGH

ii
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS
Nama Pasien : Tn.D
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur : 58 tahun
Alamat : Grobogan
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Supir
Status pernikahan : Sudah menikah
Masuk RS : 12 Desember 2017
Ruang : Rajawali 6B RSDK
No CM : C6693XX
Pembiayaan : JKN NPBI

1.2 DAFTAR MASALAH


No Masalah Aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal
1. Hemiparesis sinistra 12 Desember 2017
 stroke infark 13 Desember 2017
2. Krisis hipertensi 12 Desember 2017
 hipertensi emergensi 13 Desember 2017
(perbaikan)
3. Dislipidemia 15 Desember 2017

1
1.3 DATA DASAR
ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien dilakukan pada 12 Desember 2017 pukul 16.00WIB
di ruang Rajawali 6B RSDK
Keluhan utama : nyeri kepala
Riwayat Penyakit Sekarang:
±1 bulan SMRS, pasien mengeluh nyeri kepala. Nyeri kepala cekot-cekot
dirasakan hilang timbul. Nyeri terasa seperti terikat (-), nyeri kepala sebelah (-).
Nyeri kepala muncul apabila dipicu stress dan berkurang dengan istirahat. Nyeri
kepala yang dirasakan hingga mengganggu pekerjaan pasien. Oleh karena itu
pasien berobat ke bidan dan diberikan obat nyeri. Pegal pada daerah tengkuk (+),
demam (-), muka perot (-), pelo (-), pandangan kabur (-), riwayat trauma (-), BAB
dan BAK tidak ada kelainan.
±2 minggu SMRS, nyeri kepala masih kadang-kadang dirasakan oleh pasien.
Nyeri kepala yang dirasakan sama seperti nyeri yang dirasakan sebelumnya. Muka
perot (+) kiri, pelo (+) kiri, pandangan kabur (-), tangan kiri dan kaki kiri terasa
lemah, namun maish dapat berjalan. Riwayat penurunan kesadaran (-), berdebar-
debar (-), muntah (-), BAK nyeri (-), BAK berwarna merah (-), nyeri pinggang (-),
BAB tidak ada kelainan
± 2 hari SMRS, pasien mengeluh nyeri kepala yang sangat hebat tiba-tiba. Nyeri
kepala terasa cekot-cekot di seluruh kepala. Nyeri terasa seperti terikat (-), nyeri
kepala sebelah (-). Nyeri kepala yang dirasakan pasien hingga membuat pasien
tidak dapat menjalani aktivitasnya seperti biasa. Nyeri kepala tidak diperberat
ataupun diperingan dengan apapun. Pandangan kabur (+), kelemahan anggota
gerak sebelah kiri (+), penurunan kesadaran (-), berdebar-debar (-), muntah (-),
BAK nyeri (-), BAK berwarna merah (-), nyeri pinggang (-), BAB tidak ada
kelainan. Lalu pasien berobat ke bidan, dikatakan tekanan darahnya sangat tinggi
mencapai 220/140 mmHg dan disarankan untuk pergi ke rumah sakit.

2
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat tekanan darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu, tidak terkontrol
 Riwayat merokok sejak usia 30 tahun, setiap hari dapat menghabiskan ±12
batang
 Riwayat sakit ginjal disangkal
 Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat kencing manis disangkal
 Riwayat trauma disangkal
 Riwayat stroke disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat keluarga dengan darah tinggi (+) pada ayah dan ketiga saudara
 Riwayat keluarga dengan kencing manis (-)
 Riwayat keluarga dengan sakit ginjal (-)
 Riwayat keluarga dengan penyakit jantun (-)

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien bekerja sebagai supir, memiliki 2 orang anak, 2 sudah mandiri. Pembiayaan
dengan JKN Non PBI. Kesan sosial ekonomi cukup

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 12 Desember 2017 pukul 16.00 WIB di
Rajawali 6B RSDK
Keadaan Umum : tampak lemas
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan Darah : 190/100 mmHg
Nadi : 103/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Respiratory Rate : 20x/menit, reguler

3
Suhu : 36,60 C (axiller)
Nyeri : VAS 5

Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 20,5 kg/m2 (normoweight)
Kulit : Turgor kulit cukup, ikterik (-), rash (-)
Kepala : Rambut mudah rontok (-), alopesia (-)
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Telinga : Discharge (-/-), edem (-), fistula (-), nyeri tekan tragus (-/-)
Hidung : Nafas cuping (-), epistaksis (-), discharge (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), pursed lip breathing (-), mukosa kering (-),
perdarahan gusi (-), atrofi papil lidah (-), karies gigi (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : JVP R+0 cm, deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar getah bening
leher (-/-), pembesaran tiroid (-)
Dada : Simetris, bentuk normal, retraksi intercosta (-), retraksi
supraclavicula (-), retraksi suprasternalis (-), sela iga tidak
melebar (-), atrofi m. pectoralis (-), spider naevi (-)

Thoraks
Paru-paru
Paru depan
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus hemithoraks dekstra = sinistra
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Paru belakang

4
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus hemithoraks dekstra = sinistra
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD vesikuler (+/+),suara tambahan (-/-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 1 cm LMCS, melebar (-), kuat angkat
(-), pulsasi parasternal (-), pulsasi epigastrial (-), sternal lift (-),
thrill (-)
Perkusi : Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : linea parasternalis dextra
Batas kiri : SIC IV linea midclavicularis sinistra
Pinggang jantung cekung
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, bising (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, bekas luka (-), venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal, bruit hepar (-)
Perkusi : Timpani, area traube timpani, pekak sisi (+), pekak alih (-), liver
span 10 cm
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-),lien dan hepar tidak teraba

Ekstremitas : Superior Inferior


Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Ikterik -/- -/-
Nyeri sendi -/- -/-

5
Vaskulitis -/- -/-
Cappilary refill time <2”/<2” <2”/<2”
Muscle wasting -/- -/-
Tonus N/N N/N
Trofi E/E E/E
Kekuatan 555/444 555/444
Sensibilitas +/+ +/+

Pemeriksaan Nervus Kranialis


Nervus Olfaktorius : Sulit dinilai
Nervus Opticus : refleks cahaya +/+, pupil isokor 3mm/3mm
Nervus Ocullomotorius : pergerakan mata normal, ptosis (-/-)
Nervus Troklearis : pergerakan mata ke medial bawah normal
Nervus Trigeminus : reflek kornea +N/+N, reflek bulu mata +N/+N
Nervus Abdusen : pergerakan mata ke lateral normal
Nervus Fasialis : bibir merot ke arah kiri (+), lagoftalmus (-/-)
Nervus Vestibulokoklear : sulit dinilai
Nervus Glosofaringeus : sulit dinilai
Nervus Vagus : sulit dinilai
Nervus Assessorius : kekuatan otot bahu kanan dan kiri sama
Nervus Hipoglosus : lidah pelo ke arah kiri

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Darah Rutin (12 Desember 2017)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
HEMATOLOGI PAKET

6
Hemoglobin 13,8 g/dL 13,00-16,00
Hematokrit 42 % 40-54
Eritrosit 5,91 10^6/uL 4,4-5,9 H
MCH 23,4 pg 27,00-32,00 L
MCV 71,1 fL 76-96 L
MCHC 32,9 g/dL 29,00-36,00
Leukosit 11,9 10^3/uL 3,8-10,6 H
Trombosit 617 10^3/uL 150-400 H
RDW 13,4 % 11,60-14,80
MPV 8,8 fL 4,00-11,00

KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 107 mg/dL 80-160
Ureum 34 mg/dL 15-39
Kreatinin 1,2 mg/dL 0,60-1,30
Elektrolit
Natrium 134 mg/dL 136-145 L
Kalium 4,4 mg/dL 3,5-5,1
Klorida 96 mg/dL 98-107 L

7
Pemeriksaan X-foto Thoraks AP-Erect (12 Desember 2017)

Klinis: Hipertensi emergensi


Cor : CTR=50%
Apeks jantung bergeser ke laterocaudal
Pulmo : Corakan bronkovaskuler tampak normal
Tak tampak bercak pada kedua lapangan paru
Hemidiafragma kana setinggi costa 9 posterior, tampak scalloping
Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
Kesan:
 Suspek kardiomegali
 Pulmo tak tampak kelainan

8
1.4 DAFTAR ABNORMALITAS
1. Nyeri kepala bagian belakang
2. Kelemahan anggota gerak bawah sebelah kiri
3. Pelo
4. Merot
5. Pandangan kabur
6. Riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu tidak terkontrol
7. Tekanan darah saat masuk RS 208/140 mmHg
8. Hipertensi (Tekanan darah 190/100 mmHg)
9. Trombositosis (Trombosit 617.000)
10. X-foto thoraks AP-erect: Suspek kardiomegali

1.5 ANALISIS SINTESIS


1, 2, 3, 4, 5, 9  hemiparesis sinistra
6, 7, 8, 10  krisis hipertensi

1.6 RENCANA PEMECAHAN MASALAH


Problem 1. Hemiparesis Sinistra
Assesment : Stroke non hemoragik
Stroke hemoragik
Massa intrakranial
Ip Dx : MSCT kepala tanpa kontras
Ip Rx : O2 nasal kanul 3 lpm
Ip Mx : Motorik, kesadaran, keadaan umum, dan tanda vital
IpEx :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa kondisi yang dialami
pasien dapat dikarenakan oleh berbagai hal. Yang paling mendekati adalah

9
stroke. Namun belum dapat dipastikan stroke yang dialami pasien dikarenakan
tekanan darah pasien yang sangat tinggi atau oleh karena hal lain.
- Oleh sebab itu, diperlukan pemeriksaan berupa MSCT Kepala tanpa kontras
untuk melihat keadaan otak pasien, apakah terjadi perdarahan di otak atau
kematian sel otak karena hambatan pada pembuluh darah.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang prognosis pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien akan
dikonsulkan ke bagian neurologi untuk mendapatkan terapi dan tindakan yang
sesuai.

Problem 2. Krisis Hipertensi


Assesment : Hipertensi emergensi, hipertensi urgensi
Etiologi : primer, sekunder
Komplikasi : organ target (retinopati, intracranial)
Faktor risiko : penyakit jantung iskemik, dislipidemia, diabetes
mellitus
Ip Dx : EKG, funduskopi, cek GDS, GD I, Ureum/kreatinin, PTT, APTT
Ip Rx : Inf RL 15 tpm
SP Nicardipin 4 mg/jam
Ip Mx : keadaan umum, tanda vital
IP Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa terjadi peningkatan
tekanan darah yang mencapai suatu keadaan dimana dapat mengancam nyawa
disebut krisis hipertensi.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang pemeriksaan
penunjang yang akan dilakukan terhadap pasien untuk menegakkan diagnosis,
dan mencari komplikasi yang terjadi pada organ-organ tertentu, seperti mata,
hati, dan jantung.

10
- Menjelaskan kepada pasien dan kelarga pasien tentang terapi yang akan
diberikan kepada pasien berupa obat untuk menurunkan tekanan darah secara
cepat sehingga dapat mencegah perburukan kondisi pasien.

11
BAB II
CATATAN KEMAJUAN PASIEN

13 Desember 2017
Problem 1. Hemiparesis sinistra
S : sakit kepala berkurang, kelemahan anggota gerak kiri (+)
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : baik, lemas
TD : 160/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 C
Pemeriksaan MSCT Kepala tanpa Kontras (12 Desember 2017)

12
Kesan:
 Infark pada centrum semiovale kanan, crus anterior-genu-crus posterior capsula
interna kanan, thalamus kanan dan crus anterior capsula interna kiri
 Tak tampak tanda perdarahan intracranial
 Gambaran aging atrofi
 Tak tampak tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial
 Sphenoiditis dan ethmoiditis kanan kiri

Pemeriksaan ekstremitas: Superior Inferior


Tonus N/N N/N
Trofi E/E E/E
Kekuatan 555/444 555/444
Sensibilitas +/+ +/+

A : Hemiparesis sinistra  stroke infark


P : Ass : -
IpDx : -
IpRx : O2 kanul 3 lpm
Aspilet 80 mg/24 jam
Konsul neurologi
IpMx : Motorik, kesadaran, keadaan umum, tanda vital
IpEx :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien
mengalami stroke. Stroke yang dialami pasien berupa stroke
karena kemungkinan ada hambatan dalam pembuluh darah
sehingga tidak dapat memyalurkan nutrisi ke sel otak.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
dikarenakan trombosit pasien yang tinggi, hal tersebut yang

13
membuat terjadinya hambatan dalam pembuluh darah otak.
Oleh karena itu, akan diberikan obat untuk mengencerkan dan
mengurangi trombosit pada pasien sehingga dapat mencegah
perburukan kondisi.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien akan
dikonsulkan ke dokter neurologi untuk mendapatkan tindakan
dan tatalaksana yang tepat

Problem 2. Krisis Hipertensi


S : nyeri kepala berkurang, pandangan kabur (-)
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : baik, lemas
TD : 160/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 C
Hasil pemeriksaan funduskopi:
VOD : 3/60 (saat berbaring)
VOS : 3/60 (saat berbaring)
ODS : Segmen anterior tenang
Pupil : bulat, sentral, regular, diameter 6 mm (post midriatik)
Lensa : keruh tidak rata
FR : (+) kurang cemerlang
Funduskopi ODS:
Papil : bulat, batas tegas, kuning kemerahan, CDR 0,3
Vasa : AVR ⅓, spasme (+), crossing phenomenon (+), copper wire (+),
silver wire (+)
Retina : edema (-), perdarahan (+), cotton wall spot (+), abaltio (-)
Makula : refleks fovea (+) cemerlang

14
Kesimpulan :
ODS retinopati hipertensi grade III dengan arteriosclerosis

Gambarran EKG (12 Desember 2017)

PEMERIKSAAN HASIL
Irama Sinus
Frekuensi 73x/menit
Axis Normoaxis
Gelombang P 0,08 detik
PR interval 0,12 detik
QRS complex 0,08 detik
Q patologis -
Segmen ST Isoelektrik
Gelombang T T Inverted (-) V1 – V4 Tall T(-)
R/S di V1 <1, S di V1/V2 + R di V5/V6 >35
Kesan Normosinus ritme, hipertofi ventrikel kiri

15
A : Krisis hipertensi  Hipertensi emergensi (perbaikan)
P : Assesment : Etiologi : primer, sekunder
Faktor risiko : dislipidemia, diabetes mellitus
Ip Dx : cek GDS, GD2PP, Ureum/kreatinin, PTT, APTT
Ip Rx : Inf RL 15 tpm
SP Nicardipin 3 mg/jam  tapering off 2 mg/jam
Candesartan 16 mg/24 jam
Ip Mx : keadaan umum, tanda vital
Ip Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa saat ini
sudah terjadi perbaikan dari tekanan darah, sehingga tidak ada
lagi kegawatan yang mengancam pasien karena tekanan darah.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa tekanan darah
pasien masih tinggi, sehingga masih diperlukan obat untuk
mengontrol tekanan darah pasien untuk mencegah perburukan
kondisi.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa akan
dilakukan beberapa pemeriksaan untuk melihat adakah faktor
risiko yang terdapat pada pasien sehingga dapat dilakukan
penanganan secara holistik.

15 Desember 2017
Problem 2. Krisis hipertensi  Hipertensi emergensi (perbaikan)
S : sakit kepala (-)
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : baik
TD : 160/90 mmHg
N : 82 x/menit

16
RR : 20 x/menit
T : 36,7 o C
Hasil pemeriksaan laboratorium darah tanggal 14 Desember 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
KOAGULASI
Plasma prothrombin time
(PPT)
Waktu prothrombin 13,4 detik 11.0-14.5
PPT control 13,9 Detik
Partial Thromboplastin
time (PTTK)
Waktu thromboplastin 29,0 Detik 24.0-36.0
APTT kontrol 35,0 Detik

KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu 95 mg/dL 80-109
Glukosa 2PP 84 Mg/dl 80-140
Total kolesterol 151 Mg/dl <200
Trigliseride 113 Mg/dl <150
HDL kolesterol 27 Mg/dL 40-60 L
LDL direk 130 Mg/dL 0-100 H
Asam urat 4,9 Mg/dL 3,5-7,2

A : Hipertensi st. I
P : Assesment : -
Ip Dx : -
Ip Rx : Inf RL 15 tpm
SP Nicardipin 1 mg/jam  habis stop

17
Candesartan 16 mg/24 jam
Ip Mx : keadaan umum, tanda vital
IP Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa tekanan darah
pasien masih tinggi, sehingga masih diperlukan obat untuk
mengontrol tekanan darah pasien untuk mencegah perburukan
kondisi.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa kadar
lemak dalamd darah pasien tinggi, yang merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi. Hal tersebut juga dapat memicu masalah
kesehatan lain sehingga perlu dilakukan penanganan.

Problem 3. Dislipidemia
S : -
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : baik
TD : 160/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7 o C
A : dislipidemia
P : Assesment : -
Ip Dx :-
Ip Rx : Simvastatin 20 mg/24 jam
Ip Mx : kolesterol, trigliserida, LDL, HDL post terapi, keadaan umum,
tanda vital
IP Ex :

18
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
kolesterol dalam darah pasien tinggi yang apabila tidak
ditangani atau dibiarkan, akan dapat menimbulkan berbagai
masalah kesehatan lainnya di kemudian hari
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pola hidup
sehat mulai dari konsumsi makanan yang berlemak dibatasi
dan mulai rutin untuk menjalankan olahraga untuk mengontrol
kadar kolesterol
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien, selain pola
hidup sehat yang harus dijalani pasien, pasien harus
mengonsumsi obat untuk membantu menurunkan kadar
kolesterol darah pasien.

19 Desember 2017
Problem 2. Krisis Hipertensi  Hipertensi emergensi (perbaikan)
S : sakit kepala (-), demam (-)
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : Baik
TD : 160/100 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7 o C
A : Hipertensi gr. II
P : Assesment : -
Ip Dx : -
Ip Rx : Inf RL 15 tpm
Amlodipin 10 mg/24 jam
Candesartan 16 mg/24 jam

19
Bisoprolol 2,5 mg/24 jam
Ip Mx : keadaan umum, tanda vital
IP Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa tekanan darah
pasien masih tinggi, sehingga masih diperlukan obat untuk
mengontrol tekanan darah pasien untuk mencegah perburukan
kondisi.
- Menjelaskan juga kepada pasien bahwa terapi selain obat untuk
mengontrol tekanan darah adalah dengan merubah gaya hidup,
mulai dengan mengonsumsi makanan sehat dan rutin
berolahraga. Sehingga akan didapatkan hasil yang optimal dari
tekanan darah.

22 Desember 2017
Problem 2. Krisis Hipertensi  Hipertensi emergensi (perbaikan)
S : -
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : baik
TD : 150/80 mmHg
N : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,6 o C
A : Hipertensi gr. I
P : Assesment : -
Ip Dx : -
Ip Rx : Amlodipin 10 mg/24 jam
Candesartan 16 mg/24 jam
Bisoprolol 2,5 mg/24 jam
BLPL

20
Ip Mx : keadaan umum, tanda vital
IP Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa tekanan darah
pasien masih tinggi, sehingga masih diperlukan obat untuk
mengontrol tekanan darah pasien untuk mencegah perburukan
kondisi.
- Menjelaskan juga kepada pasien bahwa terapi selain obat untuk
mengontrol tekanan darah adalah dengan merubah gaya hidup,
mulai dengan mengonsumsi makanan sehat dan rutin
berolahraga. Sehingga akan didapatkan hasil yang optimal dari
tekanan darah.

23 Desember 2017
Pasien pulang dengan membawa obat:
 Candesartan 16 mg no. VII (1x1 tab)
 Amlodipin 10 mg no. VII (1x1 tab)
 Bisoprolol 2,5 mg no. VII (1x1 tab)
 Simvastatin 20 mg no. VII (1x1 tab)

21
BAB III
PEMBAHASAN

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, terdapat keluhan-keluhan yang mengarah


kepada gejala-gejala krisis hipertensi. Pasien datang dengan tekanan darah 208/140
mmHg. Sesuai dengan definisi krisis hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik
lebih dari 180 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg yang
merupakan suatu kegawatan medik. Keluhan dari pasien berupa nyeri kepala hebat,
kelemahan anggota gerak kiri, dan pandangan yang kabur. Gejala yang dikeluhkan
pasien merupakan tanda adanya gangguan atau kerusakan pada organ target akibat
tekanan darah yang tinggi. Didapatkan juga adanya riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol sejak 5 tahun yang lalu. Gejala-gejala dan tekanan darah yang sangat tinggi
tersebut mengarah pada adanya krisis hipertensi.1–3
Untuk menunjang diagnosis, maka dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
MSCT kepala tanpa kontras dan darah rutin pada tangga 12 Desember 2017. Dari hasil
pemeriksaan MSCT kepala tanpa kontras didapatkan adanya infark pada beberapa
bagian otak, tanpa disertai adanya gambaran perdarahan dan peningkatan tekanan
intracranial. Maka dari sinilah, dapat ditegakkan diagnosa yaitu stroke infark, karena
pasien mengeluhkan kelemahan anggota gerak kiri dan nyeri kepala. Sedangkan pada
hasil lab darah rutin, didapatkan hasil trombositosis sebesar 617.000.
Krisis hipertensi diklasifikasikan menjadi:1,2,4
 Hipertensi emergensi
Ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg,
dan/atau diastolic >120 mmHg disertai dengan kerusakan berat dari organ
target yang disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut
 Hipertensi urgensi

22
Ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg,
dan/atau diastolic >120 mmHg dan dengan tanpa disertai adanya kerusakan
organ target yang progresif
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah, gejala, dan keterlibatan
organ target. Maka dari itu, pada pasien ini merupakan krisis hipertensi yang berupa
hipertensi emergensi. Karena pada hasil pemeriksaan MSCT kepala tanpa kontras,
didapatkan adanya kerusakan dari organ target yaitu otak, berupa stroke infark. Serta
pada hasil konsulan mata, dari hasil funduskopi dinyatakan sebagai retinopati
hipertensi grade III dengan arteriosclerosis yang menunjukkan adanya komplikasi
organ target pada mata.1
Tatalaksana yang diberikan berupa obat antihipertensi yang bekerja dengan cepat
sehingga dapat menurunkan tekanan darah dalam beberapa jam. Pada pasien ini
diberikan nicardipin IV 4 mg/jam. Adapun beberapa obat yang direkomendasikan
antara lain:1,4

Oral Parenteral
Nifedipin 5-10 mg diulang 15 menit Klonidin IV 150 ug, 6 ampul per 250 cc
glukosa 5% mikrodrip
Kaptopril 12,5-25 mt diulang 1/2 jam Nitrogliserin IV 10-50 ug 100 ug/cc per
500 cc
Klonidin 75-150 ug diulang setiap jam Nikardipin IV 0,5-6 ug/kg/menit
Propanolol 10-40 mg diulang setiap 1/2 Diltiazem IV 5-15 ug/kg/menit
jam
Nitroprusid IV 0,25 ug/kg/menit

Pemilihan nicardipin didasari karena onset kerja yang cepat yaitu sekitar 1-5 menit
dengan durasi yang lebih lama dibandingkan obat yang lain, yaitu 15-30 menit. Dalam

23
beberapa jam, tekanan darah berhasil diturunkan, dan didapatkan tekanan darah yang
konstan pada angka 160/90 mmHg.1
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan atau
diastole >90 mmHg.1,5,6 Sehingga pada pasien ini, walaupun setelah pemberian terapi
krisis hipertensi, namun pasien masih mengalami hipertensi, karena tekanan darah
pasien berkisar 160/90 mmHg.1,2,4
Pada anamnesis didapatkan adanya riwayat hipertensi pada keluarga, riwayat
merokok lama, stres, dan kurangnya aktivitas fisik. Hal-hal tersebut merupakan faktor
risiko terjadinya hipertensi. Faktor risiko lain antara lain: riwayat diabetes mellitus,
pola makan yang tidak sehat, obesitas.1,7
Pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar
dalam penentuan tatalaksana yang akan diberikan:2,3,6

Berdasarkan pembagian derajat keparahan hipertensi di atas, maka hipertensi yang


terjadi pada pasien ini, merupakan hipertensi derajat II dikarenakan tekanan darah
sistole pasien berada >160 mmHg.

24
Pasien berada pada hipertensi derajat II, yang mana dengan perubahan pola hidup
saja tidak cukup untuk mengendalikan tekanan darahnya. Sehingga diperlukan
pemberian terapi farmakologis berupa obat-obat antihipertensi. Pada hipertensi derajat
II, dimulai dengan 2 obat, pada pasien ini diberikan candesartan 16 mg/24 jam dan
amlodipin 10 mg/24 jam. Sehingga pada pasien ini menggunakan kombinasi 2 obat
yaitu golongan ARB dan CCB.1,6

25
Pada pasien menggunakan kombinasi obat golongan ARB dan CCB. Selain karena
tidak adanya reaksi obat yang berbahaya antara kedua obat tersebut, kedua obat
tersebut dikatakan bermanfaat pada pasien dengan abnormalitas lipid. Sedangkan pada
pasien ini terdapat kondisi dislipidemia.
Selama perawatan di RSDK, ditemukan masalah baru pada pasien, yaitu adanya
dislipidemia. Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida, disertai
penurunan dari HDL. Pada pasien ini, ditemukan adanya penurunan kadar kolesterol
HDL hingga 27 mg/dL (normal: 40-60 mg/dL) dan peningkatan kadar kolesterol LDL
mencapai 130 mg/dL (normal: 0-100 mg/dL). Sedangkan kadar total kolesterol dan
trigliserid pasien masih dalam batas normal.1,8,9
Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat merokok yang menahun dengan disertai
hipertensi yang tidak terkontrol. Kedua hal tersebut merupakan faktor risiko terjadi
dislipidemia. Faktor risiko lain terjadinya dislipidemia antara lain: kolesterol HDL-C

26
<40 mg/dL, riwayat keluarga dengan PJK dini, dan usia (pria <45 tahun, perempuan
>55 tahun).5
Skrining seharusnya dilakukan sejak dini, semenjak usia 20 tahun. Pada pasien
dengan dislipidemia, dibagi menjadi dalam 3 kategori berdasarkan faktor risiko. Dari
kategori ini, dapat membantu untuk menentukan kapan diberikannya terapi
medikamentosa dan edukasi yang tepat untuk skrining.5

Kategori risiko Target LDL Kadar LDL pertimbangan terapi


medikamentosa
A Penyakit jantung <100 mg/dL >100 mg/dL  pertimbangkan
koroner >130 mg/dL  mulai statin
B >2 faktor risiko <130 mg/dL >130 mg/dL  pertimbangkan
>160 mg/dL  mulai statin
C 0-1 faktor risiko >160 mg/dL >160 mg/dL  pertimbangkan
>190 mg/dL  mulai statin

Pada pasien ini dengan faktor risiko >2 (riwayat merokok, hipertensi, HDL <40
mg/dL) maka masuk dalam golongan B. Pada pasien dengan golongan B, maka target
LDL yang dicapai adalah <130 mg/dL, pada pasien ini memiliki kadar LDL 130 mg/dL
yang merupakan suatu kondisi dimana, penatalaksanaan diet dan life style menjadi
terapi yang utama, sedangkan terapi farmakologis masih dipertimbangkan.5
Sedangkan menurut PERKI tahun 2013, faktor risiko pada dislipidemia dibagi
menjadi 4 golongan, yaitu:10
 Sangat tinggi
Penyakit jantung koroner, Diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus tipe 1
dengan mikroalbuminemia, gagak ginjal kronik, penyakit arteri karotis (TIA,
stroke), dan penyakit perifer
Nilai SCORE >10%

27
 Tinggi
Faktor risiko tunggal berat (dislipidemia familial, hipertensi berat), sindrom
metabolik
Nilai SCORE 5-10%
 Menengah
PJK dini dalam keluarga, obesitas abdominal, HDL rendah, Trigliserid tinggi
SCORE 1-5%
 Rendah
SCORE <1%
Dan pada pasien ini, termasuk dalam golongan risiko tinggi, karena memiliki
hipertensi berat. Pada pasien dengan golongan risiko tinggi, target terapi adalah <100
mg/dL atau penurunan >30% dari konsentrasi LDL awal. Maka dari itu, pemberian
terapi farmakologis dapat dimulai.
Untuk mengatasi dislipidemia yang ada pada pasien, diberikan simvastatin 20
mg/24 jam. Beberapa obat yang digunakan sebagai tatalaksana dislipidemia, antara
lain:1
Jenis Dosis Efek samping
Bile acid-sequestran Kolestiramin 8-12 g (2- Obstipasi
3x) Mual
Kolestipol 10-15 g (2-3x)
HMG-CoA reductase Lovastatin 10-80 mg/dL Gangguan fungsi hati
inhibitor Pravastatin 10-40 mg/dL Myositis
Simvastatin 5-40 mg/dL
Derivate asam fibrat Fenofibrat 160 mg Mual
Gemfibrozil 600-1200 mg Gangguan fungsi hati
Myositis
Asam nikotinik Niasin 50-100 mg (3x) Flushing
Takikardi

28
Hiperurisemia
Intoleransi glukosa
Ezetimibe 10 mg/hari Cefalgia
Nyeri perut
Asam lemak omega 3 Mual

Menurut AHA 2013, obat hipolipidemia golongan statin dapat dibagi menjadi 3
golongan berdasarkan intensitasnya, yaitu:5

Intesitas tinggi Intenstias sedang Intensitas rendah


(target penurunan LDL (target penurunan LDL (target penurunan LDL
>50% nilai awal) 30-50% nilai awal) <30% nilai awal)
Atorvastatin 40-80 mg Atrovastatin 10 mg Pravastatin 10-20 mg
Rosuvastatin 20 mg Rosuvastatin 10 mg Lovastatin 20 mg
Simvastatin 20-40 mg
Pravastatin 40 mg
Lovastatin 20 mg

Pada pasien ini, diberikan terapi dengan intensitas sedang, karena hanya
dibutuhkan sekitar 30-50% penurunan kadar LDL untuk mecapai nilai normal.
Sedangkan terapi yang diberikan adalah simvastatin, dengan dosis 20 mg. Pemilihan
dosis yang minimal tersebut didasari karena menghindari efek samping dari obat
golongan HMG-CoA reductase inhibitor.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya kelemahan anggota gerak sebelah kiri,
merot sebelah kiri, dan pelo ke arah kiri. Gejala-gejala tersebut mengarah ke diagnosis
stroke, karena terjadi secara tiba-tiba. Stroke merupakan sebuah sindrom yang
memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global yang

29
berkembang dengan cepat, dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam atau
menimbulkan kematian tanpa terdapat penyebab selain yang berasal dari vascular.
Adanya riwayat hipertensi yang tidak terkontrol, krisis hipertensi, riwayat merokok
sejak + 20 tahun, dan adanya dislipidemia yang tegak dari pemeriksaan lab di RSDK,
merupakan beberapa faktor risiko terjadinya stroke. Faktor risiko lainnya antara lain
genetik, riwayat penyakit kardiovaskular, obesitas, dan dalam terapi sulih hormon.5
Stroke diklasifikasikan menjadi 2, yaitu stroke iskemik (70-80%) dan stroke
hemoragik (20-30%). Stroke iskemik terjadi akibat oklusi arteri di otak, yang dapat
disebabkan thrombosis maupun emboli. Sedangkan stroke hemoragik disebabkan oleh
rupture arteri, baik intraserebral maupun subaraknoid. Perdarahan intraserebral
merupakan penyebab tersering dimana dinding pembuluh darah kecil yang sudah rusak
akibat hipertensi kronik menjadi robek.5
Dari pemeriksaan penunjang MSCT Kepala tanpa kontras, didapatkan adanya
infark pada beberapa bagian otak, tanpa adanya tanda-tanda perdarahan. Sehingga pada
kasus ini, dapat dikatakan stroke infark (iskemik). Stroke iskemik yang terjadi di sini,
merupakan kemungkinan akibat dari trombositosis yang terjadi pada pasien. Pasien
dengan trombosit mencapai 600.000, semakin besar terjadi trombosis, yang mana
apabila terjadi di otak, akan menyebabkan manifestasi stroke infark. Terapi yang
diberikan pada pasien, berupa aspilet, untuk mengatasi trombositosis yang terjadi.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo A, Simadibrata M, Fahrial A, Seityohadi B. Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
2. Medley T, Arnolda L, Anderson C, Cowley D, Dowden J, Wilson J. Guideline
for the diagnosis and management of hypertension in adults. Australia:
National Heart Fondation; 2016.
3. Guideline HC. Health Care Guideline : Complete initial assessment :
2014;(November).
4. Association AH. Hypertension Highlights 2017. 2017;1–2.
5. Tanto C, Liwang F, Hanifan S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran II. IV.
Jakarta: Media Aesculapius; 2014. 975-976 p.
6. Dokter P, Kardiovaskular S, Pertama E. Pedoman tatalaksana hipertensi pada
penyakit kardiovaskular. 2015;
7. Kementrian Kesehatan RI. Infodatin Hipertensi. 2014;
8. Catapano AL, Chairperson EAS, Ireland IG, France MJC, Uk PD, Uk JH, et al.
ESC / EAS Guidelines for the management of dyslipidaemias The Task Force
for the management of dyslipidaemias of the European Society of Cardiology (
ESC ) and the European. 2012;(2011):1769–818.
9. Report F. An International Atherosclerosis Society Position Paper : Global
Recommendations for the Management of Dyslipidemia.
10. Dokter P, Kardiovaskular S. Pedoman tatalaksana dislipidemia. 2013;

31

Anda mungkin juga menyukai