Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
Ignatius Eka Perwira W.
22010116220256
Pembimbing :
dr. Arwedi Arwanto, Sp.PD-KGH
Residen Pembimbing :
dr. Stepanus Agung Laksono
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
Nama Pasien : Tn.D
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur : 58 tahun
Alamat : Grobogan
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Supir
Status pernikahan : Sudah menikah
Masuk RS : 12 Desember 2017
Ruang : Rajawali 6B RSDK
No CM : C6693XX
Pembiayaan : JKN NPBI
1
1.3 DATA DASAR
ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien dilakukan pada 12 Desember 2017 pukul 16.00WIB
di ruang Rajawali 6B RSDK
Keluhan utama : nyeri kepala
Riwayat Penyakit Sekarang:
±1 bulan SMRS, pasien mengeluh nyeri kepala. Nyeri kepala cekot-cekot
dirasakan hilang timbul. Nyeri terasa seperti terikat (-), nyeri kepala sebelah (-).
Nyeri kepala muncul apabila dipicu stress dan berkurang dengan istirahat. Nyeri
kepala yang dirasakan hingga mengganggu pekerjaan pasien. Oleh karena itu
pasien berobat ke bidan dan diberikan obat nyeri. Pegal pada daerah tengkuk (+),
demam (-), muka perot (-), pelo (-), pandangan kabur (-), riwayat trauma (-), BAB
dan BAK tidak ada kelainan.
±2 minggu SMRS, nyeri kepala masih kadang-kadang dirasakan oleh pasien.
Nyeri kepala yang dirasakan sama seperti nyeri yang dirasakan sebelumnya. Muka
perot (+) kiri, pelo (+) kiri, pandangan kabur (-), tangan kiri dan kaki kiri terasa
lemah, namun maish dapat berjalan. Riwayat penurunan kesadaran (-), berdebar-
debar (-), muntah (-), BAK nyeri (-), BAK berwarna merah (-), nyeri pinggang (-),
BAB tidak ada kelainan
± 2 hari SMRS, pasien mengeluh nyeri kepala yang sangat hebat tiba-tiba. Nyeri
kepala terasa cekot-cekot di seluruh kepala. Nyeri terasa seperti terikat (-), nyeri
kepala sebelah (-). Nyeri kepala yang dirasakan pasien hingga membuat pasien
tidak dapat menjalani aktivitasnya seperti biasa. Nyeri kepala tidak diperberat
ataupun diperingan dengan apapun. Pandangan kabur (+), kelemahan anggota
gerak sebelah kiri (+), penurunan kesadaran (-), berdebar-debar (-), muntah (-),
BAK nyeri (-), BAK berwarna merah (-), nyeri pinggang (-), BAB tidak ada
kelainan. Lalu pasien berobat ke bidan, dikatakan tekanan darahnya sangat tinggi
mencapai 220/140 mmHg dan disarankan untuk pergi ke rumah sakit.
2
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat tekanan darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu, tidak terkontrol
Riwayat merokok sejak usia 30 tahun, setiap hari dapat menghabiskan ±12
batang
Riwayat sakit ginjal disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat trauma disangkal
Riwayat stroke disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 12 Desember 2017 pukul 16.00 WIB di
Rajawali 6B RSDK
Keadaan Umum : tampak lemas
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan Darah : 190/100 mmHg
Nadi : 103/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Respiratory Rate : 20x/menit, reguler
3
Suhu : 36,60 C (axiller)
Nyeri : VAS 5
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 20,5 kg/m2 (normoweight)
Kulit : Turgor kulit cukup, ikterik (-), rash (-)
Kepala : Rambut mudah rontok (-), alopesia (-)
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Telinga : Discharge (-/-), edem (-), fistula (-), nyeri tekan tragus (-/-)
Hidung : Nafas cuping (-), epistaksis (-), discharge (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), pursed lip breathing (-), mukosa kering (-),
perdarahan gusi (-), atrofi papil lidah (-), karies gigi (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : JVP R+0 cm, deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar getah bening
leher (-/-), pembesaran tiroid (-)
Dada : Simetris, bentuk normal, retraksi intercosta (-), retraksi
supraclavicula (-), retraksi suprasternalis (-), sela iga tidak
melebar (-), atrofi m. pectoralis (-), spider naevi (-)
Thoraks
Paru-paru
Paru depan
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus hemithoraks dekstra = sinistra
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Paru belakang
4
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus hemithoraks dekstra = sinistra
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD vesikuler (+/+),suara tambahan (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 1 cm LMCS, melebar (-), kuat angkat
(-), pulsasi parasternal (-), pulsasi epigastrial (-), sternal lift (-),
thrill (-)
Perkusi : Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : linea parasternalis dextra
Batas kiri : SIC IV linea midclavicularis sinistra
Pinggang jantung cekung
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, bekas luka (-), venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal, bruit hepar (-)
Perkusi : Timpani, area traube timpani, pekak sisi (+), pekak alih (-), liver
span 10 cm
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-),lien dan hepar tidak teraba
5
Vaskulitis -/- -/-
Cappilary refill time <2”/<2” <2”/<2”
Muscle wasting -/- -/-
Tonus N/N N/N
Trofi E/E E/E
Kekuatan 555/444 555/444
Sensibilitas +/+ +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Darah Rutin (12 Desember 2017)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
HEMATOLOGI PAKET
6
Hemoglobin 13,8 g/dL 13,00-16,00
Hematokrit 42 % 40-54
Eritrosit 5,91 10^6/uL 4,4-5,9 H
MCH 23,4 pg 27,00-32,00 L
MCV 71,1 fL 76-96 L
MCHC 32,9 g/dL 29,00-36,00
Leukosit 11,9 10^3/uL 3,8-10,6 H
Trombosit 617 10^3/uL 150-400 H
RDW 13,4 % 11,60-14,80
MPV 8,8 fL 4,00-11,00
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 107 mg/dL 80-160
Ureum 34 mg/dL 15-39
Kreatinin 1,2 mg/dL 0,60-1,30
Elektrolit
Natrium 134 mg/dL 136-145 L
Kalium 4,4 mg/dL 3,5-5,1
Klorida 96 mg/dL 98-107 L
7
Pemeriksaan X-foto Thoraks AP-Erect (12 Desember 2017)
8
1.4 DAFTAR ABNORMALITAS
1. Nyeri kepala bagian belakang
2. Kelemahan anggota gerak bawah sebelah kiri
3. Pelo
4. Merot
5. Pandangan kabur
6. Riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu tidak terkontrol
7. Tekanan darah saat masuk RS 208/140 mmHg
8. Hipertensi (Tekanan darah 190/100 mmHg)
9. Trombositosis (Trombosit 617.000)
10. X-foto thoraks AP-erect: Suspek kardiomegali
9
stroke. Namun belum dapat dipastikan stroke yang dialami pasien dikarenakan
tekanan darah pasien yang sangat tinggi atau oleh karena hal lain.
- Oleh sebab itu, diperlukan pemeriksaan berupa MSCT Kepala tanpa kontras
untuk melihat keadaan otak pasien, apakah terjadi perdarahan di otak atau
kematian sel otak karena hambatan pada pembuluh darah.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang prognosis pasien
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien akan
dikonsulkan ke bagian neurologi untuk mendapatkan terapi dan tindakan yang
sesuai.
10
- Menjelaskan kepada pasien dan kelarga pasien tentang terapi yang akan
diberikan kepada pasien berupa obat untuk menurunkan tekanan darah secara
cepat sehingga dapat mencegah perburukan kondisi pasien.
11
BAB II
CATATAN KEMAJUAN PASIEN
13 Desember 2017
Problem 1. Hemiparesis sinistra
S : sakit kepala berkurang, kelemahan anggota gerak kiri (+)
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : baik, lemas
TD : 160/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5 C
Pemeriksaan MSCT Kepala tanpa Kontras (12 Desember 2017)
12
Kesan:
Infark pada centrum semiovale kanan, crus anterior-genu-crus posterior capsula
interna kanan, thalamus kanan dan crus anterior capsula interna kiri
Tak tampak tanda perdarahan intracranial
Gambaran aging atrofi
Tak tampak tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial
Sphenoiditis dan ethmoiditis kanan kiri
13
membuat terjadinya hambatan dalam pembuluh darah otak.
Oleh karena itu, akan diberikan obat untuk mengencerkan dan
mengurangi trombosit pada pasien sehingga dapat mencegah
perburukan kondisi.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien akan
dikonsulkan ke dokter neurologi untuk mendapatkan tindakan
dan tatalaksana yang tepat
14
Kesimpulan :
ODS retinopati hipertensi grade III dengan arteriosclerosis
PEMERIKSAAN HASIL
Irama Sinus
Frekuensi 73x/menit
Axis Normoaxis
Gelombang P 0,08 detik
PR interval 0,12 detik
QRS complex 0,08 detik
Q patologis -
Segmen ST Isoelektrik
Gelombang T T Inverted (-) V1 – V4 Tall T(-)
R/S di V1 <1, S di V1/V2 + R di V5/V6 >35
Kesan Normosinus ritme, hipertofi ventrikel kiri
15
A : Krisis hipertensi Hipertensi emergensi (perbaikan)
P : Assesment : Etiologi : primer, sekunder
Faktor risiko : dislipidemia, diabetes mellitus
Ip Dx : cek GDS, GD2PP, Ureum/kreatinin, PTT, APTT
Ip Rx : Inf RL 15 tpm
SP Nicardipin 3 mg/jam tapering off 2 mg/jam
Candesartan 16 mg/24 jam
Ip Mx : keadaan umum, tanda vital
Ip Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa saat ini
sudah terjadi perbaikan dari tekanan darah, sehingga tidak ada
lagi kegawatan yang mengancam pasien karena tekanan darah.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa tekanan darah
pasien masih tinggi, sehingga masih diperlukan obat untuk
mengontrol tekanan darah pasien untuk mencegah perburukan
kondisi.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa akan
dilakukan beberapa pemeriksaan untuk melihat adakah faktor
risiko yang terdapat pada pasien sehingga dapat dilakukan
penanganan secara holistik.
15 Desember 2017
Problem 2. Krisis hipertensi Hipertensi emergensi (perbaikan)
S : sakit kepala (-)
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : baik
TD : 160/90 mmHg
N : 82 x/menit
16
RR : 20 x/menit
T : 36,7 o C
Hasil pemeriksaan laboratorium darah tanggal 14 Desember 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
KOAGULASI
Plasma prothrombin time
(PPT)
Waktu prothrombin 13,4 detik 11.0-14.5
PPT control 13,9 Detik
Partial Thromboplastin
time (PTTK)
Waktu thromboplastin 29,0 Detik 24.0-36.0
APTT kontrol 35,0 Detik
KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu 95 mg/dL 80-109
Glukosa 2PP 84 Mg/dl 80-140
Total kolesterol 151 Mg/dl <200
Trigliseride 113 Mg/dl <150
HDL kolesterol 27 Mg/dL 40-60 L
LDL direk 130 Mg/dL 0-100 H
Asam urat 4,9 Mg/dL 3,5-7,2
A : Hipertensi st. I
P : Assesment : -
Ip Dx : -
Ip Rx : Inf RL 15 tpm
SP Nicardipin 1 mg/jam habis stop
17
Candesartan 16 mg/24 jam
Ip Mx : keadaan umum, tanda vital
IP Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa tekanan darah
pasien masih tinggi, sehingga masih diperlukan obat untuk
mengontrol tekanan darah pasien untuk mencegah perburukan
kondisi.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa kadar
lemak dalamd darah pasien tinggi, yang merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi. Hal tersebut juga dapat memicu masalah
kesehatan lain sehingga perlu dilakukan penanganan.
Problem 3. Dislipidemia
S : -
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : baik
TD : 160/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7 o C
A : dislipidemia
P : Assesment : -
Ip Dx :-
Ip Rx : Simvastatin 20 mg/24 jam
Ip Mx : kolesterol, trigliserida, LDL, HDL post terapi, keadaan umum,
tanda vital
IP Ex :
18
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
kolesterol dalam darah pasien tinggi yang apabila tidak
ditangani atau dibiarkan, akan dapat menimbulkan berbagai
masalah kesehatan lainnya di kemudian hari
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pola hidup
sehat mulai dari konsumsi makanan yang berlemak dibatasi
dan mulai rutin untuk menjalankan olahraga untuk mengontrol
kadar kolesterol
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien, selain pola
hidup sehat yang harus dijalani pasien, pasien harus
mengonsumsi obat untuk membantu menurunkan kadar
kolesterol darah pasien.
19 Desember 2017
Problem 2. Krisis Hipertensi Hipertensi emergensi (perbaikan)
S : sakit kepala (-), demam (-)
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : Baik
TD : 160/100 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7 o C
A : Hipertensi gr. II
P : Assesment : -
Ip Dx : -
Ip Rx : Inf RL 15 tpm
Amlodipin 10 mg/24 jam
Candesartan 16 mg/24 jam
19
Bisoprolol 2,5 mg/24 jam
Ip Mx : keadaan umum, tanda vital
IP Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa tekanan darah
pasien masih tinggi, sehingga masih diperlukan obat untuk
mengontrol tekanan darah pasien untuk mencegah perburukan
kondisi.
- Menjelaskan juga kepada pasien bahwa terapi selain obat untuk
mengontrol tekanan darah adalah dengan merubah gaya hidup,
mulai dengan mengonsumsi makanan sehat dan rutin
berolahraga. Sehingga akan didapatkan hasil yang optimal dari
tekanan darah.
22 Desember 2017
Problem 2. Krisis Hipertensi Hipertensi emergensi (perbaikan)
S : -
O : Kesadaran : komposmentis GCS 15 (E4M6V5)
KU : baik
TD : 150/80 mmHg
N : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,6 o C
A : Hipertensi gr. I
P : Assesment : -
Ip Dx : -
Ip Rx : Amlodipin 10 mg/24 jam
Candesartan 16 mg/24 jam
Bisoprolol 2,5 mg/24 jam
BLPL
20
Ip Mx : keadaan umum, tanda vital
IP Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa tekanan darah
pasien masih tinggi, sehingga masih diperlukan obat untuk
mengontrol tekanan darah pasien untuk mencegah perburukan
kondisi.
- Menjelaskan juga kepada pasien bahwa terapi selain obat untuk
mengontrol tekanan darah adalah dengan merubah gaya hidup,
mulai dengan mengonsumsi makanan sehat dan rutin
berolahraga. Sehingga akan didapatkan hasil yang optimal dari
tekanan darah.
23 Desember 2017
Pasien pulang dengan membawa obat:
Candesartan 16 mg no. VII (1x1 tab)
Amlodipin 10 mg no. VII (1x1 tab)
Bisoprolol 2,5 mg no. VII (1x1 tab)
Simvastatin 20 mg no. VII (1x1 tab)
21
BAB III
PEMBAHASAN
22
Ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg,
dan/atau diastolic >120 mmHg dan dengan tanpa disertai adanya kerusakan
organ target yang progresif
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah, gejala, dan keterlibatan
organ target. Maka dari itu, pada pasien ini merupakan krisis hipertensi yang berupa
hipertensi emergensi. Karena pada hasil pemeriksaan MSCT kepala tanpa kontras,
didapatkan adanya kerusakan dari organ target yaitu otak, berupa stroke infark. Serta
pada hasil konsulan mata, dari hasil funduskopi dinyatakan sebagai retinopati
hipertensi grade III dengan arteriosclerosis yang menunjukkan adanya komplikasi
organ target pada mata.1
Tatalaksana yang diberikan berupa obat antihipertensi yang bekerja dengan cepat
sehingga dapat menurunkan tekanan darah dalam beberapa jam. Pada pasien ini
diberikan nicardipin IV 4 mg/jam. Adapun beberapa obat yang direkomendasikan
antara lain:1,4
Oral Parenteral
Nifedipin 5-10 mg diulang 15 menit Klonidin IV 150 ug, 6 ampul per 250 cc
glukosa 5% mikrodrip
Kaptopril 12,5-25 mt diulang 1/2 jam Nitrogliserin IV 10-50 ug 100 ug/cc per
500 cc
Klonidin 75-150 ug diulang setiap jam Nikardipin IV 0,5-6 ug/kg/menit
Propanolol 10-40 mg diulang setiap 1/2 Diltiazem IV 5-15 ug/kg/menit
jam
Nitroprusid IV 0,25 ug/kg/menit
Pemilihan nicardipin didasari karena onset kerja yang cepat yaitu sekitar 1-5 menit
dengan durasi yang lebih lama dibandingkan obat yang lain, yaitu 15-30 menit. Dalam
23
beberapa jam, tekanan darah berhasil diturunkan, dan didapatkan tekanan darah yang
konstan pada angka 160/90 mmHg.1
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan atau
diastole >90 mmHg.1,5,6 Sehingga pada pasien ini, walaupun setelah pemberian terapi
krisis hipertensi, namun pasien masih mengalami hipertensi, karena tekanan darah
pasien berkisar 160/90 mmHg.1,2,4
Pada anamnesis didapatkan adanya riwayat hipertensi pada keluarga, riwayat
merokok lama, stres, dan kurangnya aktivitas fisik. Hal-hal tersebut merupakan faktor
risiko terjadinya hipertensi. Faktor risiko lain antara lain: riwayat diabetes mellitus,
pola makan yang tidak sehat, obesitas.1,7
Pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar
dalam penentuan tatalaksana yang akan diberikan:2,3,6
24
Pasien berada pada hipertensi derajat II, yang mana dengan perubahan pola hidup
saja tidak cukup untuk mengendalikan tekanan darahnya. Sehingga diperlukan
pemberian terapi farmakologis berupa obat-obat antihipertensi. Pada hipertensi derajat
II, dimulai dengan 2 obat, pada pasien ini diberikan candesartan 16 mg/24 jam dan
amlodipin 10 mg/24 jam. Sehingga pada pasien ini menggunakan kombinasi 2 obat
yaitu golongan ARB dan CCB.1,6
25
Pada pasien menggunakan kombinasi obat golongan ARB dan CCB. Selain karena
tidak adanya reaksi obat yang berbahaya antara kedua obat tersebut, kedua obat
tersebut dikatakan bermanfaat pada pasien dengan abnormalitas lipid. Sedangkan pada
pasien ini terdapat kondisi dislipidemia.
Selama perawatan di RSDK, ditemukan masalah baru pada pasien, yaitu adanya
dislipidemia. Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida, disertai
penurunan dari HDL. Pada pasien ini, ditemukan adanya penurunan kadar kolesterol
HDL hingga 27 mg/dL (normal: 40-60 mg/dL) dan peningkatan kadar kolesterol LDL
mencapai 130 mg/dL (normal: 0-100 mg/dL). Sedangkan kadar total kolesterol dan
trigliserid pasien masih dalam batas normal.1,8,9
Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat merokok yang menahun dengan disertai
hipertensi yang tidak terkontrol. Kedua hal tersebut merupakan faktor risiko terjadi
dislipidemia. Faktor risiko lain terjadinya dislipidemia antara lain: kolesterol HDL-C
26
<40 mg/dL, riwayat keluarga dengan PJK dini, dan usia (pria <45 tahun, perempuan
>55 tahun).5
Skrining seharusnya dilakukan sejak dini, semenjak usia 20 tahun. Pada pasien
dengan dislipidemia, dibagi menjadi dalam 3 kategori berdasarkan faktor risiko. Dari
kategori ini, dapat membantu untuk menentukan kapan diberikannya terapi
medikamentosa dan edukasi yang tepat untuk skrining.5
Pada pasien ini dengan faktor risiko >2 (riwayat merokok, hipertensi, HDL <40
mg/dL) maka masuk dalam golongan B. Pada pasien dengan golongan B, maka target
LDL yang dicapai adalah <130 mg/dL, pada pasien ini memiliki kadar LDL 130 mg/dL
yang merupakan suatu kondisi dimana, penatalaksanaan diet dan life style menjadi
terapi yang utama, sedangkan terapi farmakologis masih dipertimbangkan.5
Sedangkan menurut PERKI tahun 2013, faktor risiko pada dislipidemia dibagi
menjadi 4 golongan, yaitu:10
Sangat tinggi
Penyakit jantung koroner, Diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus tipe 1
dengan mikroalbuminemia, gagak ginjal kronik, penyakit arteri karotis (TIA,
stroke), dan penyakit perifer
Nilai SCORE >10%
27
Tinggi
Faktor risiko tunggal berat (dislipidemia familial, hipertensi berat), sindrom
metabolik
Nilai SCORE 5-10%
Menengah
PJK dini dalam keluarga, obesitas abdominal, HDL rendah, Trigliserid tinggi
SCORE 1-5%
Rendah
SCORE <1%
Dan pada pasien ini, termasuk dalam golongan risiko tinggi, karena memiliki
hipertensi berat. Pada pasien dengan golongan risiko tinggi, target terapi adalah <100
mg/dL atau penurunan >30% dari konsentrasi LDL awal. Maka dari itu, pemberian
terapi farmakologis dapat dimulai.
Untuk mengatasi dislipidemia yang ada pada pasien, diberikan simvastatin 20
mg/24 jam. Beberapa obat yang digunakan sebagai tatalaksana dislipidemia, antara
lain:1
Jenis Dosis Efek samping
Bile acid-sequestran Kolestiramin 8-12 g (2- Obstipasi
3x) Mual
Kolestipol 10-15 g (2-3x)
HMG-CoA reductase Lovastatin 10-80 mg/dL Gangguan fungsi hati
inhibitor Pravastatin 10-40 mg/dL Myositis
Simvastatin 5-40 mg/dL
Derivate asam fibrat Fenofibrat 160 mg Mual
Gemfibrozil 600-1200 mg Gangguan fungsi hati
Myositis
Asam nikotinik Niasin 50-100 mg (3x) Flushing
Takikardi
28
Hiperurisemia
Intoleransi glukosa
Ezetimibe 10 mg/hari Cefalgia
Nyeri perut
Asam lemak omega 3 Mual
Menurut AHA 2013, obat hipolipidemia golongan statin dapat dibagi menjadi 3
golongan berdasarkan intensitasnya, yaitu:5
Pada pasien ini, diberikan terapi dengan intensitas sedang, karena hanya
dibutuhkan sekitar 30-50% penurunan kadar LDL untuk mecapai nilai normal.
Sedangkan terapi yang diberikan adalah simvastatin, dengan dosis 20 mg. Pemilihan
dosis yang minimal tersebut didasari karena menghindari efek samping dari obat
golongan HMG-CoA reductase inhibitor.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya kelemahan anggota gerak sebelah kiri,
merot sebelah kiri, dan pelo ke arah kiri. Gejala-gejala tersebut mengarah ke diagnosis
stroke, karena terjadi secara tiba-tiba. Stroke merupakan sebuah sindrom yang
memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global yang
29
berkembang dengan cepat, dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam atau
menimbulkan kematian tanpa terdapat penyebab selain yang berasal dari vascular.
Adanya riwayat hipertensi yang tidak terkontrol, krisis hipertensi, riwayat merokok
sejak + 20 tahun, dan adanya dislipidemia yang tegak dari pemeriksaan lab di RSDK,
merupakan beberapa faktor risiko terjadinya stroke. Faktor risiko lainnya antara lain
genetik, riwayat penyakit kardiovaskular, obesitas, dan dalam terapi sulih hormon.5
Stroke diklasifikasikan menjadi 2, yaitu stroke iskemik (70-80%) dan stroke
hemoragik (20-30%). Stroke iskemik terjadi akibat oklusi arteri di otak, yang dapat
disebabkan thrombosis maupun emboli. Sedangkan stroke hemoragik disebabkan oleh
rupture arteri, baik intraserebral maupun subaraknoid. Perdarahan intraserebral
merupakan penyebab tersering dimana dinding pembuluh darah kecil yang sudah rusak
akibat hipertensi kronik menjadi robek.5
Dari pemeriksaan penunjang MSCT Kepala tanpa kontras, didapatkan adanya
infark pada beberapa bagian otak, tanpa adanya tanda-tanda perdarahan. Sehingga pada
kasus ini, dapat dikatakan stroke infark (iskemik). Stroke iskemik yang terjadi di sini,
merupakan kemungkinan akibat dari trombositosis yang terjadi pada pasien. Pasien
dengan trombosit mencapai 600.000, semakin besar terjadi trombosis, yang mana
apabila terjadi di otak, akan menyebabkan manifestasi stroke infark. Terapi yang
diberikan pada pasien, berupa aspilet, untuk mengatasi trombositosis yang terjadi.
30
DAFTAR PUSTAKA
31