Anda di halaman 1dari 8

PORTOFOLIO RAWAT INAP

HIPERTENSI URGENSI
Disusun Oleh :
dr. Pinondang Gabriella

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CICALENGKA
KABUPATEN BANDUNG
2014
PORTOFOLIO 3
No. ID dan Nama Peserta
: Pinondang Gabriella
No. ID dan Nama Wahana
: RSUD Cicalengka
Topik : Hipertensi Urgensi
Nama Pasien : Ny. W (40 tahun)
No. RM : 061158
Tanggal Presentasi :
No. dan Nama Pendamping :
05 November 2014
dr. Evi Sukmawati
Tempat Presentasi : Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : OS merupakan pasien rawat inap yang dibawa oleh keluarganya sebelumnya ke IGD
RSUD Cicalengka karena pusing dan rasa mual. Tidak terdapat keluhan pandangan kabur, sesak napas

dan nyeri dada. Riwayat hipertensi ada sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu.
Bahan bahasan :
T
injauan Pustaka
Riset
Kasus

Audit
Cara membahas :
Diskusi
Presentasi dan diskusi
Email
Pos

Data pasien :
Nama RS : RSUD Cicalengka
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/ gambaran klinis :

Nama : Ny. W
Telp :

No. register : 061158


Terdaftar sejak :

Hipertensi Urgensi
2. Riwayat pengobatan :
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dengan TD paling tinggi 160/100 mmHg
dan tidak kontrol teratur. Riwayat kencing manis dan penyakit jantung disangkal. Riwayat
merokok disangkal.
4. Riwayat keluarga :
Ibu keluarga juga menderita hipertensi
5. Riwayat pekerjaan :
Ibu rumah tangga
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :

7. Riwayat imunisasi :
8. Lain lain :
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Kesadaran

: Compos mentis

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Tanda vital

:T

Kepala

: 190/140 mmHg

: 88 x/menit, reguler, equal, isi cukup

: 20 x/menit

: 36,5oC

: Simetris, konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik,


pupil bulat, isokor, 3 mm, RC +/+

Leher

: JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar

Dada

: Bentuk dan gerak simetris

Paru

: Sonor, VBS kiri = kanan, Rh -/-, wh -/-

Jantung

: BJ murni reguler, S1S2 (+), S3S4 ()

Perut

: Datar lembut, BU (+) N


H/L tidak teraba
(lain-lain: pada status lokalis)

Ekstremitas

: Edema -, akral hangat, capilary refill < 2

Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Ureum
Kreatinin

13.1 gr%
37 %
5000 /UI
165.000/UI
25 mg/dl
1 mg/dl

GDS

100 mg/dl

Daftar Pustaka :
1. David LS, Sharon EF, Colgan R. Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care
Clin Office Pract 2006:33:613-23
2. Vaidya CK, Oulette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
2007:43-50.
Hasil Pembelajaran :
1. Definisi hipertrensi urgensi dan hipertensi emergensi
2. Diagnosis hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi

3. Penanganan hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi


1. Subyektif :
Pasien datang dengan keluhan pusing dan rasa mual. Tidak terdapat keluhan pandangan
kabur, sesak nafas dan nyeri dada. Riwayat hipertensi ada sejak kurang lebih 10 tahun
yang lalu.
2. Obyektif :
Hasil pemeriksaan fisik :
a. GCS : 15
b. Tanda vital : TD 190/140 mmHg
c. Lain-lain dalam batas normal
3. Assessment :
Definisi
Hipertensi emergensi (krisis) dikarakteristikan dengan peningkatan tekanan darah
mencapai > 180/120 dengan disertai adanya keterlibatan kerusakan organ. Contoh organ
yang terlibat diantaranya otal, mata, jantung dan ginjal. Sedangkan hipertensi urgensi
adalah peningkatan tekanan darah mencapai > 180/120 namun tanpa disertai adanya
keterlibatan kerusakan organ.
Diagnosis
Pada anamnesis harus didapatkan keterangan riwayat hipertensinya; kapan pasien
pertama kali mengalami tekanan darah tinggi; rata-rata tekanan darah; ada tidaknya
tanda-tanda kerusakan organ semisal renal dan cerebrovaskuler; obat anti hipertensi yang
diminum dan kepatuhannya; konsumsi obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan
darah (simpatomimetik, NSAID, herbal, cocaine, methamphetamine, ephedra).
Dalam melacak adanya keterlibatan kerusakan organ dapat ditanyakan nyeri dada
(MI, aorta diseksi), sesak napas (edema pulmo akut), nyeri punggung (diseksi aorta),
nyeri kepala (cerebrovaskuler), pandangan yang kabut (papiloedema) dan tanda tanda
stroke seperti kelemahan anggota gerak atau penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan fisik pengukuran tensi dilakukan pada kedua lengan dengan posisi
pasien supinasi dan berdiri. Perbedaan tekanan darah lengan kiri dan kanan >20 mmHg
dapat dicurigai diseksi aorta. Pemeriksaan mata dengan pemeriksaan funduskopi.
Pemeriksaan cardiovaskuler dengan mendengar adanya murmur. Diastolik murmur yang
mengarah pada insufisiensi aorta mendukung untuk kecurigaan diseksi aorta. Mitral
regurgitasi dapat muncul akibat ruptur dari musculus papilari. Lihat juga tanda-tanda
gagal jantung. Rhonki basah pada pemeriksaan pulmo mengarah pada edema pulmo.
Delirium atau flapping tremor mengarah pada hipertensi encephalopathy.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah rutin;
kimia darah (profil ginjal, lipid), ECG, foto thoraks, urin rutin dan CT scan.
Penanganan
Dalam penanganan pasien datang dengan hipertensi emergensi atau urgensi adalah
seberapa cepat dan target tekanan darah berapa yang akan dilakukan.
I.
Hipertensi Urgensi
Prinsipnya, hipertensi urgensi dapat ditangani dengan anti-hipertensi oral dengan
perawatan rawat jalan. Namun keadaan ini sulit untuk memonitor tekanan darah
setelah pemberian obat. Obat yang diberikan dimulai dari dosis yang rendah untuk
menghindari terjadinya hipotensi mendadak terutama pada pasien dengan resiko
komplikasi hipotensi tinggi seperti geriatri, penyakit vaskuler perifer dan
atherosclerosis cardiovaskuler dan penyakit intrakranial. Target inisal penurunan
tekanan darah 160/110 dalam jam atau hari dengan konvensional terapi oral.
Beberapa pilihan obat :
a.
ACE inhibitor (Captopril), dengan pemberian dosis oral inisial 25 mg, onset
aksi mulai dalam 15 - 30 menit dan maksimum aksi antara 30 - 90 menit.
Kemudian jika tekanan darah belum turun dosis dilanjutkan 50 mg 100
b.

mg pada 90 120 menit kemudian.


Calcium-channel blocker (Nicardipine), dosis oral awal pemberian 30 mg,
dan dapat diulangi setiap 8 jam sampai target tekanan darah tercapai. Onset

c.

aksi dimulai - 2 jam.


Beta blocker (Labetalol), non selektif beta blocker, dosis oral awal 200 mg,

d.

dan diulang 3-4 jam. Onset kerja dimulai pada 1 2 jam.


Simpatolitik (Clonidine), dengan dosis oral awal 0,1 0,2 mg dosis loading
dilanjutkan 0,05 0,1 mg setiap jam sampai target tekanan darah tercapai.

II.

Dosis maksimum 0,7 mg.


Hipertensi Emergensi
Prinsip penanganan hipertensi emergensi ditentukan pada organ mana yang
terlibat. Penanganan dilakukan dengan pemberian obat-obatan secara parenteral.
Ideal rate penurunan tekanan darah masih belum jelas. Penurunan mean arterial
pressure 10% pada 1 jam awal dan 15% dalam 2 -3 jam berikutnya
direkomendasikan.

4. Plan :
Diagnosis
Hipertensi urgensi
Penatalaksanaan
Advis dr. Amelia, SpPD

Umum
- Observasi kesadaran dan tanda tanda vital
Khusus
- Infus RL 20 gtt/menit
- Captopril 3 x 25 mg (PO)
- Amlodipine 1 x 10 mg (PO)
- Alprazolam 1 x 0.5 mg (PO) (0-0-1)
- Antalgin 3 x 1 (PO)
- Ondansentron 2 x 1 amp (IV)
- Ranitidin 2 x 1 amp (IV)
- Observasi s/d TD target 170/90 mmHg

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO


Pada hari ini tanggal
Nama Peserta
Dengan judul/topik
Nama Pendamping
Nama Wahana:

:
:
:
:

telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama Peserta Presentasi

No.

10

10

11

11

Tanda Tangan

12

12

13

13

14

14

15

15

Anda mungkin juga menyukai