LAPORAN KASUS
GANGGUAN AFEKTIF EPISODE DEPRESI
SEDANG DENGAN GANGGUAN SOMATIK
DISUSUN OLEH:
Riski Nyamin P.
N 111 16 040
PEMBIMBING:
dr. Andi Soraya, Sp.KJ
1
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
Nama : Ny. B
Umur : 59 tahun
Alamat : Ds Masaingi
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SD
2
Wawancara Psikiatri
DM: Dokter Muda
P: Pasien
DM Selamat pagi bu, saya dokter muda Riski, Dengan ibu siapa?
P Buami
DM Ibu Buami umurnya berapa bu?
P 59 tahun
DM Alamatnya di mana bu?
P Dari desa Masaingi
DM Desa Masaingi? Dimana itu bu?
P Daerah Pantai Barat Kesana
DM Ibu sudah menikah bu?
P Iya sudah, tapi suami sudah meninggal jadi sendiri urus anak
DM Boleh tau anaknya berapa bu?
P 4 orang, 3 laki-laki 1 perempuan
DM Oh iya bu, apa keluhanya bu?
P Ini saya susah tidur, trus sering juga perasaan saya tidak tenang begitu
DM Sudah berapa lama ibu rasa keluhan ini?
P Kurang lebih 1 bulan
DM Ibu rasa kayak gelisah begitu ya?
P Iya
DM Waktu tidur ibu sehari itu biasa paling lama berapa jam?
P Tidak menentu, karna biasanya saya tidur, tiba-tiba bangun lagi, malahan
pernah tidak tidur sama sekali.
DM Ibu sudah pernah kemari sebelumnya ya?
P Iya
DM Obatnya sudah habis?
P Iya
DM Ibu rasa cocok dengan obatnya?, tidak ada keluhan yang ibu rasakan kan?
P Iya, kalau minum obat lebih tenang saya rasa
3
DM Boleh tau apa yang ibu lagi pikirkan, jadinya ibu susah tidur trus sering
gelisah begitu?
P Ini, saya punya anak, setiap hari dia marah-marah saya, saya tidak tahan
sekali dengan tingkahnya dia itu, dia teriak-teriaki saya, dia bikin saya
kayak bukan mamanya. Saya tidak tau mau bagaimana, jadi kepikiran terus
susah tidur, tidak ada orang saya tempati cerita makanya saya datang
kemari (bersedih)
DM Dari sejak kapan ibu?
P Kalo baru-baru ini dari tahun 2015
DM Anak keberapa itu ibu?
P Anak ketiga, yang perempuan satu-satunya, huuuh pernah kita baku marah
sampai dia teriak-teriaki saya bicara kotor ke saya. Dia itu sudah menikah,
terus saya tidak ada lalu wantu acaranya, saya suruh tunggu tapi tetap
dijalankan. (meneteskan air mata)
DM Oh sudah nikah, anaknya dia berapa ibu?
P Nda ada, dia kan pernah operasi 2 kali, kista begitu, trus dia punya rahim
sudah diangkat
DM Oh begitu, jadi supaya tenang apa ibu lakukan?
P Saya Cuma bisa berdoa terus, kalopun juga kalau saya kepikiran saya pergi
jalan-jalan
DM Wah, jalan-jalan kemana ibu?, sekitaran rumah?
P (senyum tipis), ah tidak, ke Buol, ada keluarga disana
DM Oh iya bu ya, bagus juga ibu daripada stress di rumah ya hehehe
P (*tersenyum)
DM Kalau anak yang lainnya bagaimana ibu?
P Yang paling baik sama saya itu yang terakir, pernah itu yang pertama juga
banyak bikin ulah, tapi waktu dia sma, dia pergi mabuk-mabuk, berkelahi,
mungkin obt-obat juga, jadi dirumah sering kita baku marah, dia marah-
marah saya, bikin saya sampai menangis kalau diakasih ingat dia langsung
prig, jarang dirumah juga, bikin saya pusing susah tidur juga.
4
DM Oh iya bu?, sekarang dimana sudah? Masih sering bikin ulah?
P Iya, dia sudah menikah, anaknya 1 orang, sudah tidak lagi, tinggal ini
perempuan saja. Lalu itu tahun 2002 saya pernah dirawat agak lama di
madani, gara-gara itu, sering dimarah anak ku yang laki-laki tapi untung
habis itu sudah tidak, ini juga anak perempuan saya tidak habis piker begitu
sekali perlakukan saya baru papanya sudah meninggal kasian, tinggal saya
sendiri yang urus mereka, dia begini semenjak dia habis menikah sama itu
suaminya, kan saya juga agak tidak setuju sama suaminya itu, tapi mau di
apa tidak mungkin mau dilarang
DM Oh iya bu, ibu tidak adaji keluhan lain yang ibu rasakan, mungkin kayak
liat-liat baying-banyangan, ato dengar bisik-bisikan begitu
P Oh kalau yang begitu Alhamdulillah tidak, Cuma biasa susah makan juga,
trus nyeri lambungku, kadang pusing begitu
DM Tapi kalau sehari tetap ji juga ada makan toh ibu? Biar Cuma sedikit?
P Iyah ada
DM Mohon maaf ibu, ibu ada merokok atau minum alkohol begitu? Maaf ya bu
P (tersenyum) klo itu tidaklah
DM Oh iya bu, boleh tau bu ibu pendidikan terakhirnya kapan?
P Cuma sampai SD saja (senyum)
DM Berapa bersaudara ibu?
P 6 orang, saya yang terakhir
DM Dimana semua itu bu?
P Sudah ada yang meninggal, ada juga di Desa masaingi, Buol
DM Ibu habis selesai SD itu apa ibu lakukan?
P Cuma bantu orang tua saja berkebun begitu
DM Ibu tanggal lahirnya berapa?
P Tahun 58, saya lupa tanggalnya, maklum sudah tua begini, ada di KTP tapi
ada di rumah.
DM Waktu ibu lahir lalu cukup bulan?
P Saya kurang tau ya, mungkin cukup (tertawa tipis)
5
DM Pekerjaannya apa bu
P Selama ini Cuma Ibu Rumah Tangga saja
DM Oh iya bu, waktu ibu bayi lalu, dikasih ASI sampai umur berapa?
P Kalau itu saya lupa, mungkin seperti bayi pada umumnnya, kalau sudah
besar tidak dikasih ASI lagi (tertawa)
DM Waktu SD ibu sering ji main-main sama teman-temannya ibu?
P Iya
DM Ibu di Palu tinggal dimana?
P Tidak, saya langsung pulang
DM Ke Desa Masaingi?, beraapa jam kesana ibu?
P Iya, 2 jam lebih begitu
DM Oh iya bu, nanti kalau ada yang mau saya tanyakan lagi saya telpon ya bu!
P Iya, tolong simpankan nomormu di hp ku, tulis juga namamu, saya kurang
tau caranya simpan nomor
DM Oh iya bu, ( mengambil hp), Ibu saya taro namaku disini Dokter Muda
Riski nah
P Iya nak
DM Baiklah ibu, tetap kuat ya ibu, jangan terlalu dipikirkan kalo ada masalah,
kasian juga ibu kalau kepikiran terus sampai susah makan, tidur begitu bu
P Iya nak, trima kasih
DM Iya bu, saya pamit ya bu, kembali dinas lagi, trima kasih banyak ibu
P Iya nak, sama-sama
6
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Susah tidur
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang perempuan 59 tahun datang ke poli dengan keluhan susah
tidur. Keluhan lain yang dialami adalah gelisah, susah makan, kawatir.
Keluhan dialami sejak kurag lebih 1 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan bila pasien bertengkar dengan anaknya dirumah.
Pertengkaran dengan anaknya sudah dari tahun 2015 sejak anaknya
sudah menikah. Pasien mengatakan kadang juga merasa pusing dan
nyeri lambung. Pasien datang untuk mengambil obat yang sudah habis.
Untuk menenangkan diri, pasien hanya berdoa dan kadang keluar kota
mengunjungi keluarganya. Pasien menyangkal jika melihat bayang-
bayang dan mendengar bisikan. Pasien tidak pernah merokok dan
minum alkohol. Tidak ada orang disekitar pasien yang mengalami
keluhan yang sama.
Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (-)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya penggunaan waktu senggang (-)
Faktor Stressor Psikososial
Anak perempuan pasien
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit
sebelumnya.
Tidak ada
7
Riwayat penggunaan zat psikoaktif
- Pasien pernah mengkonsumsi zat psikoaktif.
a. NAPZA (-)
b. Merokok (-)
c. Alkohol (-)
d. Obat-obatan lainnya (-)
Riwayat Perkerjaan
Pasien bekerja Ibu Rumah Tangga
8
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien anak keenam dari enam bersaudara. Hubungan dengan ayah dan
ibu baik. Hubungan dengan saudara baik. Tidak ada riwayat menderita penyakit yang
sama dalam keluarga .
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama dua anak perempuan dan laki-laki
B. Keadaan afektif
Mood : eutimia
Afek : luas
Empati : dapat dirabarasakan
9
Daya konsentrasi : cukup baik
Orientasi : Baik
Daya ingat
Jangka Pendek : Baik
Jangka sedang : Baik
Jangka Panjang : Baik
Bakat kreatif : belum diketahui
Kemampuan menolong diri sendiri : baik
D. Gangguan persepsi
Halusinasi : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
Arus pikiran :
A.Produktivitas : banyak ide
B. Kontinuitas : Relevan
C. Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi Pikiran
A. preokupasi : suaminya yang sudah meninggal
dan anak perempuannya
B. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian impuls
Baik
G. Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
10
Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan (insight)
Derajat VI: Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh pengobatan
dari dokter
11
pembicaraan spontan, intonasi biasa, kecepatan sedang sikap terhadap
pemeriksa kooperatif. Mood eutimia, Afek luas, Empati dapat
dirabarasakan. Derajat tilikan VI.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I :
Berdasarkan autoanamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna berupa perasaan gelisah dan khwatir sehingga
membuat pasien menderita dan sulit tidur juga makan
dan menyebabkan hendaya dalam melakukan aktivitas
sehingga dapat digolonngkan sbagai Gangguan Jiwa.
Pada pasien tidak hendaya berat dalam menilai realita, tidak
terdapat halusinasi ataupun waham dll, sehingga pasien didiagnosa
sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna
tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan
medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini,sehingga
diagnose Gangguan mental dapat disingkirkan dan didiagnosa
Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik.
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami gangguan suasana perasaan (gangguan
afektif/mood). Pasien pada kasus ini merupakan pasien dengan
gangguan afektif episode depresi sedang yang di sertai dengan
adanya gejala somatisasi seperti sakit kepala dan lambung. Adapun
gejala utama pada episode depresif yaitu: depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan, berkurangnya energi. Gejala lainnya pada
episode depresi yaitu konsetrasi dan perhatian berkurang; harga
diri dan kepercayaan berkurang; rasa bersalah dan tidak berguna;
pandangan masa depan suram dan pesimistis; gagasan/perbuatan
yang membahanyakan diri; tidur terganggu dan nafsu makan
12
berkurang. Kriteria gangguan afektif episode depresi sedang dapat
ditegakkan sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama, ditambah 3
gejala lain; lamanya seluruh episode sekurang-kurangnya 2
minggu, dan menghadapi kesulitan nyata dalam pekerjaan dan
kegiatan social yang dilakukannya. Pada pasien ini ditemukan 2
gejala utama dan 3 gejala lain yaitu gejala depresif dan
berkurangnya energy, tidur terganggu, nafsu makan berkurang,
serta rasa bersalah dan tidak berguna.. Berdasarkan PPDGJ III,
pasien dapat digolongkan dalam Gangguan Afektif Episode
Depresi Sedang Dengan Gejala Somatik (F32.11).
Aksis II
Ciri kepribadian tidak khas.
Aksis III
Tidak ditemukan diagnosis karena tidak ada ditemukan gangguan
organic.
Aksis IV
Stressor psikososial yaitu masalah dalam keluarga
Aksis V
GAF scale 70-61 ( mood deprif dan insomnia ringan. Beberapa
kesulitan dalam fungsi sosial).
13
Psikologik
Ditemukan adanya masalah/ stressor psikososial sehingga pasien
memerlukan psikoterapi.
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Faktor pendukung :
a . Keinginan yang jelas dari pasien untuk sembuh
b .Tidak ada kelainan organobiologik
c . derajat tilikan VI
Faktor penghambat:
Masih ada stresor
Psikoterapi suportif
Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati
dan keinginannya sehingga pasien merasa lega
14
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang sekitarnya
sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan
kunjungan berkala.
IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit
serta menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan
munculnya efek samping obat yang diberikan.
X. PEMBAHASAN
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiaraan
- Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja) dan menurunnya aktivitas.
15
Gejala lainnya:1
16
- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan social , pekerjaan
dan urusan rumah tangga
17
Ketiga,suatu rencana pengobatan harus dimulai yang menjawab bukan hanya
gejala sementara tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya. Dokter harus
mengintegrasikan farmakoterapi dengan intervensi psikoterapeutik. Jika dokter
memandang gangguan mood pada dasarnya berkembang dari masalah
psikodinamika, ambivalensi mengenai kegunaan obat dapat menyebabkan
respons yang buruk, ketidakpatuhan, dan kemungkinan dosis yang tidak
adekuat untuk jangka waktu yang singkat. Sebaliknya, jika dokter
mengabaikan kebutuhan psikososial pasien, hasil dari farmakoterapi mungkin
terganggu.
1. Terapi Farmakologis
Antidepresan yang tersedia sekarang cukup bervariasi di dalam efek
farmakologisnya. Variasi tersebut merupakan dasar untuk pengamatan bahwa
pasien individual mungkin berespons terhadap antidepresan lainnya. Variasi
tersebut juga merupakan dasar untuk membedakan efek samping yang terlihat
pada antidepresan. Pembedaan yang paling dasar diantara antidepresan adalah
pada proses farmakologis yang terjadi, dimana ada antidepresan yang memiliki
efek farmakodinamika jangka pendek utamanya pada tempat ambilan kembali
(reuptake sites) atau pada tingkat inhibisi enzim monoamine oksidasi bekerja
untuk menormalkan neurotransmitter yang abnormal di otak khususnya epinefrin dan
norepinefrin. Antidepresan lain bekerja pada dopamin. Hal ini sesuai dengan
etiologi dari depresi yang kemungkinan diakibatkan dari abnormalitas dari
sistem neurotransmitter di otak . Obat antidepresan yang akan dibahas adalah
antidepresi generasi pertama (Trisiklik dan MAOIs), tetrasiklik, (SSRIs) dan
antidepresi golongan ketiga (SRNIs) .
a. Trisiklik
Trisiklik merupakan antidepresan yang paling umum digunakan sebagai
pengobatan lini pertama untuk gangguan depresif berat . Golongan obat trisiklik
bekerja dengan menghambat reuptake neurotransmitter di otak. Secara biokimia,
obat amin sekunder diduga bekerja sebagai penghambat reuptake norepinefrin,
18
sedangkan amin tersier menghambat reuptake serotonin pada sinaps neuron.
Hal ini mempunyai implikasi bahwa depresi akibat kekurangan norepinefrin
lebih responsif terhadap amin sekunder, sedangkan depresi akibat kekurangan
serotonin akan lebih responsif terhadap amin tersier.
b. Tetrasiklik
Terdapat tetrasiklik amin sekunder (nortriptyline, desipramine) dan tetrasiklik
tersier (imipramine, amitriptlyne). Yang paling sering digunakan adalah
tetrasiklik amin sekunder karena mempunyai efek samping yang lebih minimal.
Obat golongan tetrasiklik sering dipilih karena tingkat kepuasan klinisi
dikarenakan harganya yang murah karena sebagian besar golongan dari obat ini tersedia
dalam formulasi generik .
19
memperlihatkan pengaruh terhadap sistem
kolinergik, adrenergic dan histaminergik. Interaksi farmakodinamik yang
berbahaya akan terjadi bila SSRIs dikombinasikan dengan MAOIs, karena akan
terjadi peningkatan efek serotonin secara berlebihan yang disebut sindrom
serotonin dengan gejala hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular dan
gangguan tanda vital.
20
Gambar 2.1.10.1 Pilihan obat-obatan antidepresan pada lini pertama
21
Terapi kognitif dikembangkan oleh Aaron Beck yang memusatkan pada
distorsi kognitif yang didalilkan ada pada gangguan depresi berat. Tujuan
terapi ini untuk menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya
dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif. Terapi interpersonal
dikembangkan oleh Gerald Klerman,memusatkan pada satu atau dua masalah
interpersonal pasien yang sedang dialami sekarang, dengan menggunakan dua
anggapan: pertama, masalah interpersonal sekarang kemungkinan memiliki
akar pada hubungan awal yang disfungsional. Kedua, masalah interpersonal
sekarang kemungkinan terlibat di dalam mencetuskan atau memperberat gejala
depresif sekarang .
22
DAFTAR PUSTAKA
23