Anda di halaman 1dari 20

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Mei 2017

FKIK Universitas Tadulako


RS Anutapura

“SKIZOFRENIA YTT’’

LAPORAN KASUS

Yuliana Litha

N 111 16 089

Pembimbing Klinik

dr. Patmawati, M.Kes, Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : Tn. S

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki.

Alamat : Jl. Bulagi Kab. Bangkep

Pekerjaan : IRT

Agama : Kristen

Status perkawinan : Sudah menikah

Pendidikan : S1

Tanggal pemeriksaan : 20-05-2017

I. Riwayat Penyakit
Anamnesis:
a. Keluhan Utama : Gelisah
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan dan gejala:
- Seorang laki-laki berusia 53 tahun datang ke RSD Madani dengan
keluhan gelisah yang dirasakan sejak ± 1 minggu yang lalu. Selain
merasa gelisah, pasien juga merasakan cemas dan susah tidur ± 1
minggu yang lalu. Selain itu, pasien mengatakan dirinya sering
mendengarkan bisikan-bisikan yang terdengar terkadang suara laki-
laki dan juga terkadang suara perempuan. Bisikan itu seolah
memerintah pasien untuk mengambil pisau dan menusukkannya
keperut pasien. Namun, pasien mengaku sering melawan bisikan itu
dengan cara berdoa kepada Tuhan serta berteriak mengatakan “saya
tidak percaya padamu, jika benar kau ada tampakkan dirimu agar
saya percaya”. Suara bisikan ini menurut pasien sudah sering
terdengar di telinganhya sejak pasien berusia 7 tahun.
- Saat pasien merasa cemas pasien juga mengeluhkan jantungnya
berdebar-debar, sering BAK, keringat dan perasaan dingin pada kaki
dan tangan, kepala terasa sakit dan tidak bisa tidur. pasien mengaku
bahwa Hp pasien disita oleh ayahnya. Hal ini disebabkan karena
pasien selalu menelpon suaminya bahkan setiap beberapa menit.
Pasien mengatakan bahwa ia takut suaminya menikah lagi.
- Hubungan pasien dengan suaminya kurang harmonis karena mereka
belum memiliki seorang anak selama 16 tahun pernikahannya. Pasien
sudah melakukan pemeriksaan di dr kandungan dan keadaannya
normal. Pasien mengatakan suaminya menolak diajak melakukan
cek-up dengan alasan dia tidak mandul. Sementara disisi lain
suaminya selalu mengatakan ingin memiliki anak. Hal inilah yang
selalu dipikirkan oleh pasien.
Hendaya/disfungsi :
 Hendaya Sosial (+)
 Hendaya Pekerjaan (+)
 Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)

Faktor stresor psikososial :


Adanya bisikan-bisikan yang didengar oleh pasien.

Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan


psikis sebelumnya.
- Tidak ada

c. Riwayat Kehidupan Sebelumnya


Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien tidak pernah mengalami gangguan kejang, trauma dan infeksi
berat sebelumnya.
- Pasien memiliki riwayat maag dan DM

Riwayat gangguan psikiatri


- Pasien pernah mengalami gangguan psikiatri sejak tahun 1992. Pasien
terakhir dirawat di RSD Madani bulan Februari 2017.

Riwayat penggunaan zat psikoaktif


- Pasien mengonsumsi alkohol (captikus dan saguer) dan rokok sejak
SMA.

d. Riwayat Kehidupan pribadi


Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ke-4 dari 8 bersaudara. Pasien dilahirkan
dalam kondisi normal dan sehat dibantu oleh dukun di kampungnya. Tidak
ada gangguan atau penyakit yang diderita oleh ibunya saat mengandung
hingga melahirkan pasien. Pasien lahir cukup bulan, saat lahir pasien
langsung menangis.

Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)


Pasien mendapatkan ASI dari ibunya, pertumbuhan dan
perkembangan sesuai umur, tidak ada riwayat kejang, trauma atau infeksi
pada masa ini. Pasien mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.

Riwayat Masa Pertengahan (4-11 tahun)


Pasien tumbuh normal dan bergaul seperti anak-anak biasa. Pasien
tidak bersekolah TK. Umur 6 tahun pasien masuk SD dan bisa tamat SD
tepat waktu. Pada saat umur 7 tahun kedua orang tua pasien bercerai dan
menurut pasien semenjak saat itu pasien sering mendengarkan bisikan-
bisikan tersebut.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Saat di Sekolah
pasien tidak menemukan masalah dalam pendidikan maupun dalam
beragul dengan teman-temannya. Kemudian setelah lulus SMP, pasien
melanjutkan ke SMA. Saat duduk dibangku kelas 2 pasien pernah
mengikuti tawuran dan saat tawuran terjadi pasien sempat dipukul pada
kepala bagian belakangnya dengan sangat keras. Menurut pasien pukulan
itu sempat membuatnya tidak sadar. Dan saat SMA pasien dikenalkan
alcohol dan rokok oleh teman-temannya.

Masa Dewasa
Pasien melanjutkan studi di Universitas Tadulako mengambil
jurusan FKIP. Pasien mengatakan saat kuliah ia disenagi oleh teman-
temannya karena dirinya yang sangat humoris. Pasien sangat senang
melucu untuk membuat teman-temannya tertawa. Dalam pelajaran di
kampus menurut pasien ia merupakan mahaiswa yang biasa-biasa saja.
Pasien tidak pernah membuat masalah ataupun mendapatkan masalah.
Pasien menyelesaikan studinya tepat waktu.

e. Riwayat kehidupan keluarga


Hubungan pasien dengan saudara-saudaranya baik. Begitu juga
dengan kedua orang tua pasien. Tidak ada anggota keluarga yang
mengalami keluhan yang sama dengan pasien.

f. Situasi Sekarang
Pasien sekarang tinggal dirumah bersama istri dan keluarganya.

g. Persepsi Pasien Tentang Diri Dan Kehidupannya


Pasien merasa dirinya sakit dan memerlukan pengobatan.

II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


a. Deskripsi Umum
- Penampilan: Pasien menggunakan baju kaos orange serta celana
panjang kain berwarna cream. Rambut luras dan rapi, tampak sesuai
umur.
- Kesadaran: compos mentis
- Perilaku dan aktivitas psikomotor: tenang
- Pembicaraan: spontan, artikulasi jelas.
- Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif

b. Keadaan Afektif
- Mood : Eutimia
- Afek : Appropriate
- Keserasian : Serasi
- Empati : Tidak dapat diraba/rasakan
c. Fungsi Intelektual (kognitif)
- Taraf Pendidikan, Pengetahuan umum dan kecerdasan : Pengetahuan
umum sesuai dengan tingkat pendidikannya
- Daya konsentrasi : Baik
- Orientasi (waktu baik, tempat, orang) : Baik
- Daya ingat : Baik
- Pikiran abstrak : Baik
- Bakat kreatif : Main catur dan takrau
- Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
d. Gangguan Persepsi
- Halusinasi : Auditorik (+) mendengar bisikan yang
memerintahkan pasien untuk mengambil pisau dan menusukkan ke
perutnya.
- Ilusi : (-)
- Depersonalisasi : (-)
- Derealisasi : (-)
e. Proses Berpikir
- Arus Pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, asosiasi longgar
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
- Isi Pikiran
a. Preokupasi : Pasien ingin sembuh dari penyakitnya
b. Gangguan isi pikir : Waham (-)

f. Pengendalian Impuls
Selama wawancara, impuls pasien dapat di dikendalikan dengan baik.
g. Daya Nilai
 Norma Sosial : Baik
 Uji Daya Nilai : Baik
 Penilaian Realitas : Baik

h. Tilikan
Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai kesembuhan (derajat tilikan 6).

i. Taraf Dapat Dipercaya: Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan Fisik :
Status Internus
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Denyut Nadi : 88 kali/menit
 Suhu : 36,5°C
 Pernapasan : 20 kali/menit
 Anemis : (-)/(-)
 Ikterus : (-)/(-)
 Sianosis : (-)/(-)
 Thorax
o Inspeksi : Respirasi dada simetris/bilateral
o Palpasi : Massa (-), Pergerakan dada bilateral
o Perkusi : Paru (Sonor), Batas jantung normal, bunyi pekak
o Auskultasi : Paru (Bronkovesikuler) dan Jantung (S1 dan S2,
bunyi tambahan (-)
 Abdomen
o Inspeksi : Massa (-), dalam batas normal
o Auskultasi : Peristaltik usus (+)
o Perkusi : Bunyi timpani di 4 kuadran, Pembesaran hepar (-),
lien (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Neurologis
o Kesadaran :Compos mentis dengan GCS 15 (E4V5M6)
o Nervus Cranial : Dalam batas normal
o Refleks Fisiologi : Normal
o Refleks Patologis :-

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


- Pasien merasa gelisah, cemas, jantung berdebar-debar, sakit kepala,
susah tidur, keringat dingin pada tangan dan kaki, sering buang air
kecil.
- Perilaku dan aktivitas psikomotor pasien selama wawancara adalah
tenang dan fokus, perhatian pasien baik. Berbicara sesuai yang
dirasakan dan selalu mencoba mengungkapkan kecemasan yang
dirasakan . Pada gangguan persepsi tidak didapatkan masalah sama
sekali dan derajat tilikan 6.

V. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
a. Aksis I
- Berdasarkan autoanamnesadidapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna berupagelisah, cemas, mudah menangis, jantung berdebar-
debar, sakit kepala, susah tidur, keringat dingin pada tangan dan kaki,
sering buang air kecil. Keadaan ini menimbulkan disstress bagi
pasien, serta menimbulkan disabilitas dalam sosial dan pekerjaan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan
Jiwa.
 Pada pasien tidak ditemukan hendaya dalam menilai
realita,sehingga pasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Non
Psikotik.
 Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang
menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat
disingkirkan dan pasien ini didiagnosis sebagai gangguanGangguan
jiwa non psikotik non organik.
 Dari anamnesis didapatkan gejala berupagelisah, cemas, mudah
menangis, jantung berdebar-debar, sakit kepala, susah tidur, keringat
dingin pada tangan dan kaki, sering buang air kecil maka berdasarkan
kriteria diagnosis dapat didiagnosis sebagai Gangguan Anxietas YTT.

b. Aksis II
Pasien sebelumnya adalah orang yang ramah, senang bergaul dan memiliki
banyak teman.Ciri kepribadian tidak khas.
c. Aksis III
Tidak ada
d. Aksis IV
Primary support group
e. Aksis V
GAF Scale 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
VI. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik
Masalah pada neurotransmiter GABA, serotonin, norepinefrin,
glutamat, dan kolesistokin, sehingga pasien memerlukan psikofarmaka.
2. Psikologik
Ditemukan adanya gejala cemas dan mudah menangis dan gelisah serta
perasaan yang berubah-ubah sehingga pasien memerlukan terapi
psikologi.
3. Sosial
Tidak ditemukan masalah sosial.

VII. PROGNOSIS
Bonam
 Faktor Pendukung :tidak ada kelainan organik, Tidak ada riwayat
gangguan jiwa dalam keluarga, Keinginan pasien untuk sembuh dan
berobat dan dukungan dari keluarga.
 Faktor Penghambat : stressor yang masih ada.

VIII. DIAGNOSIS BANDING


 Gangguan cemas menyeluruh
 Penderita harus menunjukkan anxietas/ cemas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”
 Gejala- gejala tersebut biasanya mencakup unsur- unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti dujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar- debar, pusing kepala, mulut kering, dsb)
Adanya gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari)
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosa utama Gangguan
Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memebuhi kriteria
lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik
(F40.-), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesif kompulsif
(F42.-).
 Gangguan somatisasi
1. Ada banyak dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan adanya

kelainan fisik yang sudah berlangsung sekitar 2 tahun.

2. Selalu tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter

bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.

3. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang

berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.

IX. RENCANA TERAPI


 Psikofarmakoterapi :
1. Alprazolam 0,5 mg 0 – 0 - 1/2
2. Fluoxetin 20 mg 1-0-0
 Psikoterapi suportif:
a. Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa
lega.
b. Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
tentang pe nyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan
memahami cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar
tetap minum obat secara teratur
c. Sosioterapi: Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang
terdekat pasein tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan
sosial sehingga membantu proses penyembuhan pasien sendiri.

X. PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis dengan pasien didapatkan bahwa pasien merasa
cemas dan gelisah yang tidak ia ketahui penyebabnya, rasa ketakutan, dan mudah
menangis walaupun menonton tv atau membaca cerpen atau novel. Saat pasien
merasa cemas pasien juga mengeluhkan jantungnya berdebar-debar, sering BAK,
keringat dan perasaan dingin pada kaki dan tangan, kepala terasa sakit dan tidak
bisa tidur. pasien mengaku bahwa Hp pasien disita oleh ayahnya. Hal ini
disebabkan karena pasien selalu menelpon suaminya bahkan setiap beberapa
menit. Pasien mengatakan bahwa ia takut suaminya menikah lagi. Hubungan
pasien dengan suaminya kurang harmonis karena mereka belum memiliki seorang
anak selama 16 tahun pernikahannya. Pasien sudah melakukan pemeriksaan di dr
kandungan dan keadaannya normal. Pasien mengatakan suaminya menolak diajak
melakukan cek-up dengan alasan dia tidak mandul. Sementara disisi lain
suaminya selalu mengatakan ingin memiliki anak. Hal inilah yang selalu
dipikirkan oleh pasien.
Kecemasan (ansietas / anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective)
yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability / RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas normal.3
Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang; sehingga orang itu terpaksa
mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun,
tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut,
sehingga timbullah keluhan-keluhan antara lain berupa cemas.3
Menurut DSM IV kriteria diagnosis gangguan campuran ansietas dan
depresi adalah:
 Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1
bulan
 Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya
1 bulan :
1. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
2. Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau
gelisah, tidur tidak puas)
3. Lelah atau energi rendah
4. Iritabilitas
5. Khawatir
6. Mudah nangis
7. Hipervigilance
8. Antisipasi hal terburuk
9. Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
10. Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
 Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaknya dalam area fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting
lain.
 Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.
Penyalahgunaan obat atau pengobatan) atau keadaan medis umum
 Semua hal berikut ini :
1. Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan depresif berat,
Gangguan Campuran Cemas Dan Depresif gangguan distimik; gangguan panik,
atau gangguan ansietas menyeluruh
2. Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas
lain (termasuk gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam
remisi parsial)
3. Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain.2
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik gangguan cemas adalah :
a. penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan khusus
tertentu saja (sifatnya “free floating” atau mengambang)
b. gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsure-unsur berikut :
 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti telur diujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
 Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai);
 Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, mulut kering, dsb);
c. adanya gejala-gejala yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas.
Berdasarkan PPDGJ III Gangguan Anxietas Lainnya ( F41 )
menjelaskan bahwa:
 Gangguan panik baru akan ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40)
 Untuk diagnosis pasti, harus bditemukan adanya beberapa kali serangan
anxietas berat ( severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-
kira satu bulan :
a. Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada
bahaya
b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui yang dapat
diduga sebelumnya (unpredictable situations)
c. Dengan keadaan relative bebas dari gejala-gejala anxietas
pada periode diantara serangan serangan panik ( meskipun
demikian, umumnya dapat terjadi juga “anxietas
antisipatorik”, yaitu anxietas yang terjadi setelah
membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan
terjadi).1

Berdasarkan PPDGJ IIIGangguan Campuran Anxietas dan


Depresi ( F41.2 )menjelaskan bahwa:
 Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi,dimana masing-masing
tidak menunjukkan rangkaiangejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala
otonomik ,harus ditemukan walaupun harus tidak terus
menerus,disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.1
Berdasarkan PPDGJ III untuk mendiagnosis pasien Gangguan
Campuran Anxietas dan Depresi(F41.2) harus memenuhi pedoman
diagnostik,yaitu:
 Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi,dimana masing-
masing tidak menunjukkan rangkaiangejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala
otonomik,harus ditemukan walaupun hasus tidak terus
menerus,disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
 Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan,
maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya
atau gangguan anxietas fobik.
 Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat
untuk menegakkan diagnosis maka kedua diagnosis tersebut harus
dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan
yang jelas maka harus digunakan kategori F.43.2 gangguan
penyesuaian.1
Berdasarkan beberapa kriteria diagnosis yang telah dipaparkan tidak ada
gejala yang cukup untuk menunjukkan suatu diagnosis, namun gejala yang
dialami pasien mengarah pada gangguan anxietas. Karena gejala anxietas pada
pasien belum bisa menegakkan gangguan anxietas secara spesifik sehingga
diagnosis yang diambil adalah Gangguan Anxietas Ytt.
Terapi yang digunakan pada pasien gangguan cemas dan depresi yaitu
farmaka dan non-farmaka. Terapi non farmaka yang psikoterapi seperti ventilasi,
konseling dan sosioterapi. Farmakoterapi untuk gangguan kecemasan-depresif
campuran mungkin termasuk obat antiansietas atau obat antidepresan atau
keduanya. Di antara obat ansiolitik, beberapa data menyatakan bahwa penggunaan
triazolobenzodiazepines (seperti contoh alprazolam) mungkin diindikasikan
karena efektivitas obat tersebut dalam mengobati depresi yang disertai dengan
kecemasan. Suatu obat yang mempengaruhi reseptor serotonin tipe-1A (5-HT1A),
seperti buspirone, mungkin juga diindikasikan. Diantara antidepresan, walaupun
teori noradrenergik menghubungkan gangguan kecemasan dan gangguan depresif,
antidepresan serotonergik (sebagai contoh, fluoxetine) mungkin yang paling
efektif di dalam mengobati gangguan kecemasan-depresif campuran, walaupun
data yang mendukung anggapan tersebut tidak ada.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R (ed). 2001.Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-


III. Jakarta: Bagian Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, PT Nuh Jaya
2. Sadock B J, Sadock V A. Kaplan & Sadock. 2010.Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta: EGC
3. Utama H (ed). 2013. Buku Ajar Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
4. Maslim, R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
Edisi Ketiga. Jakarta : FK Unika Atmajaya
HASIL WAWANCARA
DM : Selamat siang ibu?.

P : Selamat siang

DM : Perkenalkan nama saya dea, saya dokter muda yang bertugas di sini.
Kalau boleh tahu nama ibu siapa?

P : ibu mesra.

DM : Datang ke sini sendirian?


P : Saya kesini dengan bapak saya.

DM : maaf ibu saya akan memeriksa ibu jadi tolong ibu bantu saya dengan
menjawab pertanyaan yang saya ajukan ya bu agar saya dapat membantu ibu.

P : iya

DM : ibu lahir tanggal berapa?

P : tanggal 11-7-1985 di kampung saya dok.

DM : alamat disini dimana bu? Dengan siapa tinggal?

P : di jalan sungai wera dok, saya tinggal sama suami dan bapak saya
karenaibu saya sudah meninggal 5 tahun yang lalu.

DM : apa keluhannya sekarang bu? Saya liat ibu baru minggu lalu dari sini?

P : saya gelisah dok, cemas tidak tau sebabnya, dan kalau malam saya buang
air kecil terus mungkin ada lebih 10 kali jadi saya tidak bisa tidur.

DM : selain itu apa lagi yang ibu rasakan?

P : jantung saya berdebar-debar dok, apalagi kalau menonton tv yang


menyentuh hati saya atau membaca cerpen-cerpen di internet.

DM : apakah ibu sering menangis?

P : hampir setiap hari saya menangis dok, biar masalah sepele saya bisa
menangis.

DM : apakah sebelumnya ibu memang orang yang gampang menangis?

P : tidak dok, semenjak cemas yang saya rasa ini mungkin sekitar 1 tahunan
dok saya jadi gampang menangis.

DM : selain yang ibu sebutkan tadi apalagi yang mengganggu ibu?

P : saya sakit kepala dok dibagian belakang dan leher seperti tegang, dan
kaki tangan sayang keringat dingin.

DM : maaf sebelumya bu, apakah ada masalah dalam keluarga atau dengan
teman sebelumnya sehingga ibu seperti ini?

P : saya cemas begini awalnya karena saya belum punya anak, padahal saya
menikah sudah 16 tahun yang lalu.
DM : jadi bagaimana tanggapan suami ibu?

P : suami saya menuntut anak terus. Sekarang dia jarang dirumah hanya 2
hari saja itupun dalam beberapa minggu baru datang karena kerja di luar kota.

DM : ibu sudah memeriksakan diri bersama suami ke dr kandungan?

P : saya sudah periksa dan dokter bilang normal. Tapi suami saya tidak mau
periksa dia bilang kalau dirinya tidak mandul. Suami saya selalu menyalahkan
saya.

DM : jadi ini yang membuat ibu jadi merasa seperti ini?

P : saya selalu memikirkan ini dan khawatir kalau suami saya menikah lagi
dan meninggalkan saya. Sampai-sampai Hp saya disita oleh ayah saya.

DM : kenapa bisa disita bu?

P : karena beberapa menit saya selalu menelpon suami saya. Hal itu
mengganggu suami saya jadi bapak saya menyita Hp saya.

DM : kalau boleh tau pendidikan terakhir ibu apa?

P : SMP

DM : ibu berapabersaudara?

P : dua bersaudara saya anak pertama dan adik saya laki-laki.

DM : kalau boleh tau bagaimna kehidupan ibu dari lahir sampai dewasa? Ibu
lahir dimana?

P : saya lahir dikampung di bantu dukun, secara normal.

DM : apakah ada gangguan atau sakit saat lahir?

P : tidak ada saya orang sehat jarang sakit.

DM : apakah ibu TK?

P : saya tidak TK langsung SD, saya tamat SD 6 tahun langsung masuk SMP
dikampung.

DM : kenapa ibu tidak SMA?

P : tidak ada biaya makanya setelah SMP saya menikah dengan suami saya.

DM : apa keinginan ibu saat ini?


P :sayang ingin punya anak, walaupun Cuma 1dok

DM : hanya itu?

P : saya juga ingin sembuh daripenyakit saya ini karena mengganggu sekali.
Biasanya saya membuat kue untuk dijual tapi semenjak sakit jadi tidak bisa.

DM : apakah ibu suka lupa dengan sesuatu hal?

P : tidak, ingatan saya baik.

DM : apakah ibu punya penyakit sebelumnya? Atau pernah mengalami hal ini
sebelumnya?

P : tidak pernah, palingan penyakit saya dulu itu sakit kepala biasa saja atau
maag itupun tidak terlalu mengganggu saya.

DM : maaf sebelumnya ibu, apakah ibu pernah merokok atau minum alkohol?

P : tidak pernah, saya juga tidak menggunakan narkoba.

DM : bisa saya meminta nomor Hp yang bisa saya hubungi ?

P : nomor ayah saya dok 085399240044

DM : terimakasih bu, nanti dokter didalam akan memberi ibu obat lagi tolong
diminum sesuai anjuran dokter dan ibu harus berusaha untuk mengubah pemikiran
ibu menjadi lebih positif. Dan saran saya ibu buat kue lagi supaya bisa
menghilangkan perasaan gelisah ibu

P : iya makasih dek.

Anda mungkin juga menyukai