ASNAWATI MOODUTO
SITTI NURFADILAH MOODUTO
KELOMPOK : I
TUTOR : Ns. WIRDA Y. DULAHU
SKENARIO III
LUKA LAMA SEMBUH
Tn. Ms usia 60 tahun seorang pensiunan PNS oleh keluarganya dia dibawa ke UGD
dengan keluhan luka di telapak kaki kanan. Keluarga klien mengatakan tuan Ms
tertusuk tulang ikan sejak 2 bulan yang lalu. Semakin hari luka di kaki klien
semakin melebar dan odour. Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan
dirinya sering merasa lemah karena tiap malam tidurnya teraganggu karena sering
terbangun kencing. Keluarga klien mengatakan berat badan klien semakin hari
semakin merosot. Hasil pemeriksaan GDS: 370 mg/dl.
LEMBAR KERJA SISWA
I. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
a. Luka
Luka sebuah kondisi kerusakan atau hilangnya sebagian jaringan tubuh
yang bisa terjadi akibat trauma benda tumpul, benda tajam, suhu, zat kimia,
ledakan, gigitan hewan, konsleting listrik dan berabagai penyebab lainnya.
b. Odour / berbau
c. Merosot / menurun
d. GDS
GDS (Gula Darah Sewaktu) adalah kadar glukosa darah yang diukur
pada saat itu (saat pemeriksaan).
II. KATA KUNCI
a. Luka lama sembuh
b. Luka di telapak kaki
c. Tertusuk tulang ikan sejak 2 bulan
d. Semakin hari luka di kaki semakin melebar dan odour
e. Sering merasa lemah
f. Tidurnya terganggu
g. Sering kencing
h. Berat badan semakin merosot
i. GDS: 370 mg/dl
III. MIND MAP / LEMBAR CEKLIS
Diabetes melitus
Definisi : Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Tanda dan gejala : kadar glukosa puasa atau sesaat tidak normal, hiperglikemia berat,
polifagia, BB menurun, lelah dan mengantuk, gejala lain yang dikeluhkan adalah
kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva.
Etiologi : faktor genetik, faktor imunologi, faktor lingkungan, kegagalan relative sel beta
dan resistensi insulin, usia, obesitas, riwayat kesehatan.
Lembar ceklis
Manifestasi klinis Diabetes Diabetes Diabetes
melitus gestasional ketoasidosis
1. Keluhan luka di telapak kaki + + -
kanan
2. Luka semakin melebar dan odour + + -
3. Sering merasa lemah + + +
4. Terganggu karena sering + + +
terbangun kencing
5. Berat badan semakin merosot + - -
6. GDS : 370 mg/dl + + +
7. Tn. Ms usia 60 tahun + - -
8. Pasien tertusuk ikan sejak 2 bulan + - -
yang lalu
V. PERTANYAAN PENTING
a. Mengapa semakin hari luka di kaki klien semakin melebar dan odour ?
b. Mengapa klien sering merasa lemah ?
c. Mengapa klien sering terbangun kencing ?
d. Mengapa berat badan klien semakin hari semakin merosot ?
e. Apakah usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi keluhan yang di alami
klien ?
f. Mengapa hasil pemeriksaan GDS bisa mencapai 370 mg/dl ?
VI. JAWABAN PERTANYAAN PENTING
a. Luka adalah rusaknya jaringan kulit sehingga mengakibatkan terjadinya
gangguan pada fungsi kulit tersebut, sehingga kulit tidak mampu
menjalankan fungsinya dan menimbulkan berbagai keluhan seperti nyeri,
demam, bengkak dan kehilangan fungsi. Secara umum luka dapat sembuh
dengan sendirinya sebagai bentuk respon tubuh memperbaiki sendiri apa
yang rusak pada bagian tubuhnya, ini teradi jika dalam tubuh orang tersebut
semua sistem berjalan dengan baik dan tidak terdapat menyulit yang dapat
menyebabkan tubuh tidak dapat/lambat melakukan proses penyembuhan,
proses penyembuhan secara alami ini terjadi antara 7-21 hari, jika lebih dari
21 hari maka dapat dikatakan proses penyembuhan alami ini tidak berjalan
dengan baik dan memungkinkan ada faktor lain yang menyebabkan
melambatnya proses tersebut.
Luka di kaki diawalai dengan kesemutan, mati rasa, dan barulah luka.
Kadar gula yang tinggi membuat bakteri leluasa berkembang biak.
Akibatnya luka tadi membusuk. Hal ini diperparah oleh metabolisme tubuh
yang terganggu. Kaki tidak mendapatkan aliran darah yang cukup. Jaringan
syaraf rusak. Dan tidak terjadi pelumasan pada kaki karena rusaknya
jaringan. Meskipun luka borok tersebut disebabkan oleh bakteri, pemberian
anti bakteri terkadang tidak dapat menyembuhkan luka karena bakteri
menyebar ke sistem peredaran darah, bakteri atau kuman merusak berbagai
jaringan dalam tubuh, dan sumber bakteri tidak dibuang. Terinfeksi luka
adalah salah satu alasan paling umum mengapa penyebuhan luka menjadi
lebih lama. Setekah luka terinfeksi, sistem kekebalan tubuh menggunakan
banyak energi untuk melawan bakteri yang menyebabkan infeksi, sehingga
sangat sedikit energi yang tersisa untuk penyembuhan. Bakteri akan
menghasilkan racun yang berbahaya. Pada gilirannya, racun tersebut
mengganggu proses penyembuhan serta menyebabkan kematian sel.
b. Klien sering merasa lemah karena kadar gula darah yang terlalu tinggi dan
dampaknya bisa menurunkan kinerja tubuh. Bisa ada peningkatan kadar
gula dalam darah tidak hanya dari konsumsi makanan manis atau
mengandung banyak glukosa saja, tetapi dipengaruhi oleh hormon insulin
yang hanya sedikit. Hormon insulin yang salah satu fungsinya untuk
membantu mengatur kadar gula dalam darah untuk di proses lagi menjadi
energi yang nantinya disebarkan ke seluruh tubuh. Sehingga karena
hormon insulin yang jumlahnya tidak seimbang dengan glukosa dalam
darah lah yang akibatnya hanya sedikit energi dihasilkan dan masih banyak
sisa glukosa dalam darah yang tertinggal. Sebab dari masalah kesehatan
pankreas yang menurun, atau karena adanya kelainan yang pada pankreas
yang menyebabkan insulin tidak banyak dihasilkan.
c. Kondisi seringkali terbangun di malam hari hanya karena ingin buang air
kecil memang sangatlah mengganggu. Tentu saja hal ini akan membuat
seseorang menjadi sulit tertidur atau kurang bisa tidur nyenyak, dan akibat
secara langsungnya adalah kelelahan saat beraktifitas di siang harinya.
Secara medis, kondisi sering pipis di malam hari ini disebut dengan istilah
Nokturia. Pada dasarnya, sering buang air kecil pada malam hari bukanlah
suatu penyakit, hanya saja dalam banyak kasus jal itu adalah bisa menjadi
bagian atau efek dari penyakit tertentu yang yang mendasarinya. Beberapa
seringnya frekuensinya kencing pada malam hari bisa merupakan gejala
dari penyakit tertentu yang cukup serius. Ada banyak sekali kemungkinan
penyebab medis yang menyebabkan nokturia ini. 1) Beberapa diantaranya
adalah termasuk diabetes, hiperkalsemia (kelebihan kalsium), gagal ginjal,
penyakit jantung, dan edema. Multiple sclerosis dan kondisi neurologis
lainnya juga bisa mempengaruhi kontrol kandung kemih, yang juga bisa
menyebabkan nokturia. 2) Penyakit yang terjadi pada saluran kemih bagian
bawah juga bisa menyebabkan sering buang air kecil di malam hari,
beberapanya termasuk penyakit uretra, peradangan seperti interstisial
custitis, infeksi saluran kemih, tumor kandung kemih, tumor ureter/uretra,
kanker prostat, dan hipertrofi prostat jinak. 3) Sleep apnea juga diketahui
memungkinkan menyebabkan nokturia. Pernapasan yang terganggu akibat
sleep apnea menyebabkan orang terbangun sebentar pada malam hari, yang
akhirnya mendorong orang untuk pergi ke kamar mandi. 4) Kehamilan,
terlalu banyak asupan cairan, minum alkohol, kafein sebelum tidur, dan
penurunan hormon antideuretik terkait usia juga bisa menjadi penyebab.
Pada beberapa orang tua, kapasitas kandung kemih bisa sedikit berkurang
karena penuaan, dan oleh karena itu juga bisa menghasilkan efek sering
buang air kecil di malam hari. 5) Obat-obatan tertentu juga bisa
menghasilkan efek samping dalam bentuk nokturia, beberapa obat-obatan
ini termasuk diuretik, antasida dan suplemen kalsium yang berlebihan. 6)
telah disebutkan diatas bahwa beberapa penyebab medis yang mendasari
bisa sangat serius. Hal inilah yang banyak difikirkan, mengapa orang yang
sering buang air kecil di malam hari telah terbukti memiliki resiko kematian
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak. Selain itu, ada efek lain
yang terkait sering pada malam hari. Karena sering mengalai gangguan
tidur, pada akhirnya bisa menyebabkan naikna kortisol, yaitu hormon stres
yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh dan kesehatan secara
keseluruhan.
d. Sistem kerja tubuh manusia juga sangat kompleks apabila mengalami
kelebihan asupan energi maka bisa disimpan dalam bentuk zat lainnya
salah satunya adalah lemak atau lipid yang menjadikan seseorang
bertambah berat badan alias gemuk. Saat seseorang menderita penyakit
kencing manis atau kadar gula tinggi di dalah darah baik itu diabetes tipe
1 maupun tipe 2 terjadi gangguan metabolisme glukosa tidak mampu
diubah menjadi energi. Karena ketidakmampuan ini maka sistem di dalam
tubuh secara otomatis akan memanfaatkan sumber energi lain di dalam
tubuh untuk dipecah. Disini perlu diketahui juga selain karbohidrat yang
menjadi bahan baku utama glukosa atau gula ada sumber energi lainnya
yaitu prostein dan lemak atau lipid. Saat terjadi masalah metabolisme
glukosa dimana tubuh mengalami defisit energi atau kalor secara cepat
tubuh akan memecah lipid dalam bahasa biologi disebut dengan
katabolisme. Lipid atau lemak yang posisinya berada dibawah kulit secara
terus-menerus dipecah lambat laun mengakibatkan ketebalannya menjadi
jauh menipis. Jika sampai pada akhir jumlah lipid di dalam tubuh tidak
mampu memenuhi kebutuhan energi dalam artian telah habis maka
selanjutnya yang akan dipecah adalah protein. Protein pada umumnya
banyak yang terdapa di dalam otot, tentu saja itu berarti pada penderita
penyakit diabetes yang tidak mendapatkan penanganan dengan baikk selain
terjadi penggerusan lemak juga terjadi pembakaran pada protein sebagai
energi.
e. Pada orang lanjut usia, penyembuhan luka cenderung lebih lambat
ketimbang orang dewasa dan anak-anak. Hal ini karena orang tua memiliki
kulit yang rapuh dan resiko untuk infeksi menjadi lebih tinggi karena
produksi antibodi yang rendah, respon inflamasi lambat dan penurunan
fungsi sistem endokrin. Selain semua itu, orang tua memiliki kemungkin
lebih besar untuk menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung dan
diabetes yang mengganggu sirkulasi dan oksigenasi darah. Nutrisi dan
oksigen dialirkan ke area penyembuhan luka oleh darah. Darah juga
menghilangkan bakteri, racun serta kotoran yang hadir di area
penyembuhan. Kondisi yang mengganggu sirkulasi dan oksigen darah
adalah penyebab yang sangat umum mengapa luka menjadi
berkepanjangan. Diabetes, usia lanjut, tekanan darah tinggi dan penyakit
pembuluh darah perifer adalah faktor umum yang mempengaruhi sirkulasi
darah dalam tubuh.. sementara itu penyakit paru-paru kronis dan anemia
mengganggi oksigenasi darah.
f. Dalam ilmu medis, keberadaan gula atau zat glukosa dalam darah disebut
gula darah. Kadar gula darah yang normal pada tubuh penting bagi kinerja
dan kesehatan tubuh. Namun beda cerita jika kadarnya terlalu tinggi atau
rendah. Kadar gula darah yang terlalu tinggi atau rendah bisa memberikan
dampak buruk baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.kadar
gula darah dikatakan terlalu tinggi jika melebihi angka 200 mg/dl. Dalam
ilmu medis, kadar gula darah terlalu tinggi disebut hiperglikemia. Kondisi
ini terjadi ketika tubuh memiliki cukup insulin maupun akibat resistensi
insulin, yaitu hormon yang dilepas pleh pankreas. Insulin berfungsi
menyebarkan gula dalam darah ke seluruh sel-sel tubuh agar bisa diproses
menjadi energi. Kebanyakan kondisi ini dialami oleh diabetes yang tidak
bisa menjalani gaya hidup sehat, misalnya terlalu banyak makan, kurang
berolahraga, atau lupa mengonsumsi obat diabetes atau insulin. Kondisi
lain yang menyebabkan hiperglikemia yaitu stres, mengonsumsi obat-
obatan steroid, sedang menjalani operasi, dan sedang terinfeksi penyakit
tertentu. Orang normal yang tidak menderita diabetes juga bisa terkena
hiperglikemia, terutama jika dia sedang menderita sakit berat. Tanda dan
gejala memiliki kadar gula darah terlalu tinggi adalah badan terasa lelah,
nafsu maka menggila, bobot tubuh berkurang, sering merasa haus, dan
sering buang air kecil. Jika kadar gula darah melebihi 350 mg/dl, gejala
yang akan dirasakan seperti perasaan mudah gelisah, tingkat kesadaran
menurun, sangat kehausan, penglihatan tidak jelas, dan pusing. Perubahan
pada kondisi kulit juga dapat terlihat, seperti memerah, kering, dan terasa
panas.
VII.TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
Tujuan pembelajaran selanjutnya kami akan membahas tentang tindakan utama
yang harus dilakukan oleh perawat pada pasien dengan keluhan seperti di atas,
mengetahui penyebab, dapat menegakkan diagnosa keperawatan serta
intervensi yang akan dilakukan. Selain itu mengetahui penyakit apa saja yang
memiliki gejala seperti yang terdapat dalam kasus.
2.3 Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti
tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan
faktor herediter memegang peranan penting.
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut
Juvenille Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula darah) (Bare&Suzanne,2002). Faktor genetik dan
lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih
tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya coxsackievirus B
dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai
peranan dalam terjadinya DM ( Bare & Suzanne, 2002).
Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans
pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat
respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata
pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya
penyakit ini (Bare & Suzanne, 2002)
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran
terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar.
Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya
NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan. Overweight
membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya hiperglikemia
disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh
atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor
resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM
adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM adalah
mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan sekunder berupa program
penurunan berat badan, olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat
dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda atau
gejala yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan,
lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan
normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan
peningkatan gula darah ( Bare & Suzanne, 2002)
2.4 Patofisiologi
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil
insulin yang terletak di belakang lambung. Didalamnya terdapat kumpulan sel
yang berbentuk seperti pulau pada beta, karena itu disebut pulau-pulau
langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormon insulin yang sangat
berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup sehingga mengakibatkan hiperglikemia. Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari
makanan yang dikonsumsi. Insulin merupakan hormon yang diproduksi
pankreas dan mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur
produksi dan penyimpananya.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila
insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada
diabetes melitus tipe I.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel
sehingga terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam
sel. Adanya resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan
reaksi intrasel membuat insulin tidak efektif dalam menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
diatas 30 tahun dan obesitas. Intoleransi glukosa yang berlangsung selama
bertahun-tahun (lambat) awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Gejala-gejala yang biasa dirasakan klien, yaitu kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsi, polifagi, luka pada kulit yang sukar sembuh dan infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Adanya kadar glukosa yang tinggi di dalam darah merupakan kriteria
penegakan diagnosa diabetes melitus. Kadar gula darah plasma pada saat puasa
(gula darah nuchter) besarnya diatas 140 mg/dl (SI 7,8 mmol) atau kadar
glukosa sewaktu (gula darah random) yang diatas 200 mg/dl (SI 11,1 mmoll
atau glukosa plasma yang diambil 2 jam setelah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat mencapai lebih dari 200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau
lebih merupakan kriteria diagnostik diabetes. Penanganan primer diabetes tipe
II adalah dengan menurunkan berat badan. Hal ini diesebakan resistensi insulin
berkaitan dengan obesitas. Latihan olahraga juga unsur yang penting untuk
meningkatkan efektifitas insulin. Jika klien diabetes dengan gula darah tidak
terkontrol akan mengakibatkan komplikasi lain, seperti kaki diabetes yang
disebabkan hiperglikemia pada klien DM sehingga terjadi neuropati dan
kelainan pada pembuluh darah. Neuropati baik motorik maupun autonomik
akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudia
menyebabkan terjadinya oerubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan mempersulit pengelolaan kaki diabetes.
2.5 Manifestasi Klinis
a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam
sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi
sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi
rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan
(poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel
akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan
penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan
f. Tanda-tanda Neuropati.
Tanda-tanda neropati pada pasien dengan DM yang seringkali
dirasakan adalah kesemutan di kaki dan tangan. Hal tersebut terjadi secara
bertahap dari waktu ke waktu karena glukosa dalam darah tinggi akan
merusak sistem saraf. Pada penderita diabetes tipe 2 kejadiannya secara
bertahap, dan orang-orang sering tidak menyadari bahwa itu salah satu
pertanda. Kondisi gula darah tinggi kemungkinan telah terjadi beberapa
tahun sebelum seseorang itu mengetahui bahwa dirinya telah terkena DM.
Kerusakan saraf dapat menyebar tanpa pengetahuan para penderita kencing
manis ini.
g. Kulit Kering dan bila terjadi luka akan lama proses penyembuhannya.
Bila diperhatikan maka para pasien dengan DM mempunyai ciri khas
yang ada pada kulitnya yaitu kulitnya akan cenderung kering dan bila sering
menjumpai pasien DM hal ini akan mudah dikenali akan tanda DM ini. Satu
lagi bila pada tingkat lanjut para penderita DM akan diberikan pengetahuan
dan juga pendidikan kesehatan agar mengurangi kemungkinan terjadinya
luka pada bagian tubuh. Karena bila telah terjadi luka, maka penyembuhan
luka lama dan juga kerapkali bisa menyebabkan organ yang luka bisa
diamputasi pada keadaan dan situasi tertentu. Untuk itu pendidikan
kesehatan bagi penderita DM juga penting dalam hal mencegah dan juga
mengatur kadar gula darahnya.
2.6 Penatalaksanaaan
Penatalaksaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan
morbilitas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai
dua target utama yaitu 1) menjaga kadar glukosa plasma berada dalam kisaran
normal. 2) mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes.
1. penatalaksanaan non famakologi
a. pengaturan diet
diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaa
diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang, dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan
kecukupan gizi yang baik sebagai berikut:
a) karbohidrat : 60-70%
b) protein : 10-15%
c) lemak : 20-25%
jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stres akut, dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk
menacapai dan mempertahankan berat badan ideal. Selain jumlah
kalori, pilihan jenis makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan
kolestrol tetap diperlukan namun jangan melebihi 300 mg/hari. Sumber
lemak diupayakan yang berasal dari nabati, yang mengandung lebih
banyak asam lemak tak jenuh daripada asam lemak jenuh sebagai
sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (daging dada), tahu
dan tempe.
Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan
paling tidak 25 gram/hari. Disamping akan menolong menghambat
penyerapan lemak, makanan yang berserat yang tidak dapat dicerna
oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap
dirasakan penderita DM.
Tabel. Kebutuhan energi berdasarkan usia, jenis kelamin, dan
aktivitas fisik.
Usia Jenis kelamin (kilo calori) Aktivitas fisik
(tahun) Pria wanita
20 - 34 2300 1800 Ringan
2900 2200 sedang
35 - 54 2100 1700 Ringan
2700 2100 Sedang
55 - 74 2000 1650 Ringan
2500 2000 Sedang
Di atas 75 1800 1550 Ringan
2200 1990 Sedang
b. Olahraga
Berolahraga secara teratur dapat menurubkan dan menjaga kadar
gula darah tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olahraga yang berat,
olahraga ringan asal dilakukan secara ringan asal dilakukan secara
teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Misalnya
dengan olahraga jalan kaki, naik sepeda, jogging, lari dan renang.
2. Terapi farmakologi
a. Diabetes melitus tipe 1 : insulin dependent diabetes melitus
Pasien ini selalu diobati dengan insulin, karena sel-sel beta tidak
aktif, begitupula pada keadaan khusus seperti ketoasidosis, kehamilan,
infeksi, pembedahan atau gangguan hati dan ginjal, tidak dapat
digunakan antidiabetikum oral, tetapi segera di injeksi insulin. Secara
kimiawi insulin terdiri dari dua rantai peptida (A dan B) dengan
masing-masing 21 dan 30 asam amino, yang saling dihubungi oleh 2
jembatan di sulfida.
Lama kerja insulin :
a) Insulin kerja singkat.
Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa. Mula kerjanya
baru sesudah setelah ½ jam. Injeksi subkutan mencapai
puncak 1-2,5 jam kemudian dan bertahan 7 sampai 8 jam.
(actrapid velosulin, humulin regular).
b) Insulin long action
Guna mempercepat kerjanya tela dubuat sediaan longg action.
Dengan mempersulit daya larutannya di cairan jaringan dan
menghambat resorbsinya dari tempat injeksi ke dalam darah.
Metode yang digunakan mencampurkan insulin dengan
protein, seng atau mengubah bentuk fisiknya.
c) Medium acting
Jangka waktu efeknya dapat dipariasikan dengan
mencampurkan bentuk beberapa insulin dengan lama yang
berlainan.
b. Diabetes melitus tipe 2: non insulin dependent diabetes melitus.
Tabel. Penggolongan DM tipe 2 dengan menggunakan beberapa
golongangan obat
Golongan Contoh senyawa Mekanisme kerja
Sulfonil urea 1. Gliburide / Merangsang sekresi
libenklamid insulin di kelenjar
2. Glikipizida pankreas, sedianya
3. Glikazida efektif pada penderita
4. Glimepirida diabetes yang sel-sel
5. glikuidon pankreasnya masih
berfungsi
meglitinida 1. refaglinid Merangsang sekresi
insulin di kelenjar
pankreas
Turunan 1. Nateglinide Meningkatkan
fenilalanin kecepatan insulin di
kelenjar pankreas
Biuanida 1. Metformin Bekerja langsung pada
hati, menurunkan
produksi glukosa hati.
Tidak merangsang
sekresi insulin oleh
kelenjar pankreas.
tiazonlidindion 1. Roziglitazone Meningkatkan
kepekaan tubuh
terhadap insulin.
Berkaitan dengan
PPARY (Peroxisome
Proferator Activated
Receptor Gamma) di
otot, jaringan lemak dan
hasil untuk menurunkan
resistensi insulin.
Inhibitor a- 1. Acarbose Menghambat keja
glukosidase Miglitol enzim-enzim
pencernaan yang
mencerna karbohidrat,
sehingga
memperlambat absorpsi
glukosa ke dalam darah.
2.8 Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus
akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang
kronik.
a. Komplikasi akut
Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah
ketoasidosis diabetik (KAD) dan status hiperglikemi hiperosmolar (SHH).
Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-
600 mg/dl, pada SHH 600-1200 mg/dl), dan pasien biasanya tidak sadarkan
diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke
rumah sakit untuk penanganan yang memadai.
Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akit DM,
dimana terjadi penurunan kadar glukosa darah <60 mg/dl. Pasien DM yang
tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-
hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya pasien
meminum obat terlalu banyak (paling sering golongan sulfonilurea) atau
menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien tidak makan setelah minum
obat atau menyuntik insulin.
Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringan, berdebar-
debar, gemetar, rasa lapar, pusing, gelisan, dan jika berat, dapat hilang
kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera diberikan minuman
manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau
pasien tidak sadarkan diri harus segera di bawa ke rumah sakit untuk
penangan dan pemantauan selanjutnya.
b. Komplikasi kronik
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama
akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh pada pembuluh darah dan
saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami kerusakan di bagi menjadi
dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil.
Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:
a) Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan
penyakit jantung koroner dan serangan jantung mendadak.
b) Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak
akan menyebabkan luka iskemik pada kaki.
c) Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan
stroke.
Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya
mengenai pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain
itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan
menyebabkan nefropati diabetikum.
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang
menyebabkan perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa
kebas, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak menyadari
adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang
lebih dalam (ulkus kaku) dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain
kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar
sendiri, lebih terasa sakit dimalam hari serta kelemahan pada tangan dan
kaki. Pada pasien yang mengalami kerusakan saraf perifer, maka harus
diajarkan mengenai perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangsi
risiko luka dan amputasi.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. Ms
Umur : 60 tahun
Agama :-
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status :-
Pendidikan :-
Pekerjaan : pensiunan PNS
Suku Bangsa : -
Alamat :-
Tanggal Masuk :-
Tanggal Pengkajian :-
No. Register : -
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :-
Umur :-
Hub. Dengan Pasien : -
Pekerjaan :-
Alamat :-
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) yaitu luka di kaki semakin
melebar dan odour.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini :
P (Provokating) :-
Q (Quality) :-
R (Region) :-
S (Severity/Skala) :-
T (Time) :-
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : -
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami :-
2) Pernah dirawat :-
3) Alergi :-
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): -
c. Riwayat Penyakit Keluarga :-
d. Diagnosa Medis dan therapy : diabetes melitus
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan : -
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit :-
Saat sakit :-
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit :-
Saat sakit :-
2) BAK
Sebelum sakit :-
Saat sakit : ekskresi urin meningkat
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas : -
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit :-
Saat sakit :-
e. Pola kognitif dan Persepsi :-
f. Pola Persepsi-Konsep diri :-
g. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit :-
Saat sakit :-
deh. Pola Peran-Hubungan :-
Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit :-
Saat sakit :-
j. Pola Toleransi Stress-Koping : -
k. Pola Nilai-Kepercayaan :-
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : -
b. Tanda-tanda Vital :
HR :-
Suhu :-
TD :-
Saturasi :-
GDS : 370 mg/dl
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :-
b. Dada :-
Paru :-
Jantung :-
c. Payudara dan ketiak :-
d. abdomen :-
e. Genetalia :-
f. Integumen :-
g. Ekstremitas :
Ekstremitas atas : -
Ekstremitas bawah: luka di kaki semakin melebar dan
odour.
h. Neurologis :-
Status mental da emosi : -
Pengkajian saraf kranial : -
Pemeriksaan refleks : -
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
Nekrosis luka
Gangrene
Hiperglikemia
Glukosuria
Kehilangan kalori