4. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis untuk diabetes melitus baik tipe 1 maupun 2 dapat
dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut (Perkeni, 2011) :
a. Gejala klasik DM (Poliuri, Polidipsi, Polifagi) ditambah dengan hasil
pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl
b. Gula darah puasa > 126 mg/dl dengan adanya gejala klasik
c. Gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl. Pemeriksaannya dilakukan
dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) di mana subjek diberikan 75 gr
glukosa yang dilarutkan ke dalam 250 cc air lalu 2 jam kemudian dilakukan
pengecekan gula darah.
5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan DM yaitu :
Jangka pendek : menghilangkan keluhan dan gejala DM.
Jangka panjang :mencegah penyulit DM baik mikroangiopati,
makroangiopati maupun retinopati.
Pengelolaan Diabetes Melitus dimulai dengan terapi gizi medis dan
latihan jasmani selama beberapa waktu (2 – 4 minggu). Apabila kadar glukosa
darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan
obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan
tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi,
sesuai indikasi (Perkeni, 2011).
Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus terdiri dari (Perkeni, 2011) :
a. Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :
- Perjalanan penyakit DM
- Penyulit DM dan risikonya
- Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan
- Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik
oral atau insulin serta obat-obatan lain
- Cara pemantauan glukosa darah
- Pentingnya latihan jasmani yang teratur
b. Terapi gizi medis (TGM)
Prinsip pengaturan makan pada penderita DM yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Selain itu, perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam
hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari (Perkeni, 2011) :
- Karbohidrat
Dianjurkan sebesar 45-65 % total asupan energi dengan sukrosa tidak
lebih dari 10% total asupan energi.
- Lemak
Dianjurkan sekitar 20 – 25% kebutuhan kalori dengan lemak jenuh
<7% kebutuhan kalori. Perlu adanya pembatasan terhadap makanan
yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain:
daging berlemak dan susu penuh (whole milk). Selain itu, dianjurkan
juga untuk mengkonsumsi kolesterol < 300 mg/hari.
- Protein
Dibutuhkan sebesar 15 – 20% total asupan energi. Sumber protein
yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
produk susu rendah lemak, kacang dan kacang-kacangan, tahu, tempe.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi
0,8 g/kg BB/hari atau 10% dari kebutuhan energi.
- Garam
Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 3000 mg atau
sama dengan 6–7 g (1 sendok teh) garam dapur. Selain itu, natrium
dibatasi sampai 2400 mg atau sama dengan 6g/hari terutama pada
penderita hipertensi.
- Serat
Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.
c. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + 30
menit yang sifatnya CRIPE (Continous Rhytmical Interval Progressive
Endurace training).
- Continous (Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-
menerus tanpa henti).
- Rhytmical (Latihan olah raga harus dipilih yang berirama sehingga otot-
otot berkontraksi dan berelaksasi secara teratur).
- Interval (Latihan dilakukan berselang-seling antara gerak cepat dan
lambat).
- Progressive (Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari
intensitas ringan sampai berat hingga mencapai 30-60 menit).
- Endurance (Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi).
d. Intervensi farmakologis
Jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan TGM dan latihan
jasmani, maka terapi selanjutnya dilakukan dengan intervensi farmakologi
yang meliputi (Sudoyo, 2006)
1) Obat Hipoglikemik Oral ( OHO )
Berdasarkan cara kerjanya, OHO diklasifikasikan ke dalam 4 golongan
(Sudoyo, 2006) :
- Memicu sekresi insulin (sulfonilurea dan glinid)
- Meningkatkan sensitivitas terhadap insulin (metformin, tiazolidindion)
- Menghambat glukoneogenesis (metformin)
- Menghambat absorpsi glukosa (penghambat glukosidase α)
Penghambat Glukoneogenesis
2) Insulin
Indikasi pemberian insulin yaitu sebagai berikut (Perkeni, 2011):
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Ketoasidosis diabetik
- Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
- Hiperglikemia dengan asidosis laktat
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
- Stres berat ( infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke )
- Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan TGM
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Efek samping terapi insulin (Perkeni, 2011) :
- Efek samping utama adalah terjadinya hipoglikemia
- Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang
dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin
Algoritma terapi Diabetes melitus tipe 2 adalah sebagai berikut :
GHS
GHS
+
GHS
monoterapi
+ GHS
Catatan :
1. GHS : Gaya Hidup
Kombinasi +
Sehat 2 OHO Kombinasi 2
2. Dinyatakan gagal bila
terapi dalam 2-3 bulan OHO
pada tiap tahap Jalur pilihan alternatif, bila : +
tidakmencaoai target -Tidak terdapat insulin
terapi HbA1c <7% - diabetes betul-betul
Basal insulin
3. Bila tidak ada
pemeriksaan HbA1c,
menolak insulin
dapat digunakan - kendali glukosa optimal
pemeriksaan glukosa
darah rata-rata hasil
pemeriksaan beberapa Insulin
kali glukosa darah GHS intensif
sehari yang +
dikonversikan ke
HbA1c Kombinasi 3 OHO
D’adamo, P.J. 2008. Diet Sehat Diabetes sesuai Golongan Darah.
Yogyakarta: Delapratasa
Sudoyo, A.W., et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI