Anda di halaman 1dari 12

ASUAHAN KEPERAWATAN

GEMELI

Kelas :Gatotkaca 2

DisusunOleh :

1. TikaNuryani (P1337420516078)
2. Muhammad Farkhani (P1337420516081)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

2017
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin
atau lebih ( Rustam Mochtar, 1998 )
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan
kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap bayi dan ibu. Oleh
karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan
hamil yang lebih intensif. (Manuba, 1998:265)

B. KLASIFIKASI
Jenis kehamilan kembar menurut Manuaba dan Mochtar (1990) meliputi:
1. Kehamilan kembar monozigote (identik).
Merupakan kehamilan kembar yang berasal dari satu ovum sehingga
disebutkan juga hamil kembar identik atau hamil kembar homolog atau hamil
kembar uniovuler. Kehamilan kembar monozigote dapat terjadi karena:
a. Satu ovum dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula.
b. Hambatan pada tingkat segmentasi.
c. Hambatan setelah amnion terbentuk, tetapi sebelum primitive strike (4 – 5
minggu kehamilan).
Hamil kembar ini mempunyai ciri sebagai berikut:
- Jenis kelamin sama.
- Biasanya kembar identik.
- Mempunyai gen yang sama.
- Pada kehamilan dalam rahim terdapat 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion.
Pada hamil kembar monozigote dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti
kembar siam.
2. Kehamilan kembar dizigote
Merupakan kehamilan kembar 2 ovum, heterolog, glovuler dan fraternal.
Kedua telur dapat berasal dari:
a. 1 ovarium dari 2 flikel de graff.
b. 1 ovarium dari 1 folikel de graff.
c. 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
Ciri kehamilan kembar dizigote yaitu:
- Jenis kelamin dapat sama atau berbeda.
- Mempunyai 2 plasenta, 2 amnion, 2 korion.
Pada kehamilan kembar digizote:
- Dapat terjadi satu janin meninggak dan yang lain tumbuh sampai cukup
bulan.
- Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau pada
kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus papyraseus atau
kompresus.

C. ETIOLOGI
Dalam berbagai literatur disebut insiden kehamilan kembar adalah 1 kehamilan
kembar dibanding 89 kehamilan tunggal. Sedangkan kembar tiga 1 berbanding 89
pangkat dua, dan kembar empat 1 berbanding 89 pangkat tiga, dan seterusnya.
Beberapa faktor berikut menurut Mariono ikut berperan dalam menyebabkan
terjadinya kehamilan ganda:
1. Ras/bangsa
Menurut literatur, ras berwarna seperti bangsa Asia dan Afrika cenderung
lebih besar mengalami kehamilan ganda ketimbang ras kulit putih/Eropa.
Meski belum dapat dibuktikan secara empiris, tapi pada banyak kasus
memang terlihat kehamilan ganda lebih sering dialami ibu-ibu hamil kulit
berwarna dibanding mereka yang berkulit putih.
2. Usia
Dengan bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya kehamilan ganda
semakin besar. Akan tetapi selepas umur 40 tahun, probabilitas terjadinya
kehamilan ganda akan menurun lagi.
3. Hereditas/keturunan
Hamil kembar biasanya diwariskan secara maternal (garis keturunan ibu). Bila
dari garis keturunan ibu ada yang kembar, maka prosentase melahirkan anak
kembar lebih besar. Namun tidak tertutup kemungkinan garis keturunan ayah
bisa menimbulkan kehamilan kembar. Yang pasti, insiden atau angka kejadian
dari garis maternal lebih besar dibanding dari garis paternal.
4. Obat-obatan
Ibu yang memakai obat pemicu ovulasi untuk mematangkan sel telurnya juga
ikut meningkatkan peluang terjadinya kehamilan kembar. Soalnya, dengan
obat tersebut sel telur yang matang pada setiap siklus jadi lebih dari satu. Obat
ini biasanya diberikan pada pasangan yang sulit hamil dengan faktor penyebab
infertilitas indung telur. Itulah mengapa, pada kasus-kasus pasangan yang sulit
mendapat momongan kemudian menjalani terapi obat-obat penyubur ini, bila
akhirnya terjadi kehamilan, biasanya merupakan kehamilan kembar.
5. Prosedur fertilisasi in vitro
Di sini beberapa embrio yang sudah dibuahi diimplantasikan dalam rahim.
Jika semua berkembang dengan baik, maka terjadi pertumbuhan lebih dari
satu. Di atas usia kehamilan 30 minggu, berat badan masing-masing janin ini
umumnya lebih ringan dibanding janin pada kehamilan tunggal di usia
kehamilan yang sama. Perbedaan berat saat persalinan bisa mencapai 1000-
1500 gram. Penyebabnya diperkirakan adalah regangan berlebih pada uterus,
hingga sirkulasi darah di plasenta mengalami penurunan.

D. PATOFISIOLOGI
Pada kembar identik atau kembar monozigote, proses terjadinya yaitu pada
saat pembuahan, satu ovum dibuahi oleh satu sel sperma. Kemudian terbentuk
zigote. Zigote membelah secara mitosis, dari 1 sel menjadi 2, dari 2 sel menjadi 4
dan seterusnya yang disebut fase morula, blastula, gastula, dan neurula.
Bila pembelahan seperti diatas terjadi pada fase morula (1-3 hari setelah
pembuahan), maka setiap embrio akan memiliki kantong ketuban yang berbeda
dan satu plasenta. Kemudian pada fase primitif, akan terjadi pemisahan sempurna
yang akan berkembang menjadi 2 (atau lebih) janin yang kembar identik.
Bila pada fase primitif terjadi gangguan, atau terdapat kegagalan pembelahan,
maka biasanya akan menimbulkan kecacatan fisik atau dempetnya bagian tubuh
tertentu. Ketidaksempurnaan akibat gangguan segmentasi inilah yang
menyebabkan proses pemisahan dua jabang bayi tak berlangsung sempurna dan
disebut kembar siam.
Pada kembar fraternal atau kembar dizigote, dimana terjadi dua ovum yang
matang secara bersama – sama dibuahi oleh masing masing 1 sel sperma.
Sehingga pada proses pembelahan selanjutnya akan terbentuk 2 janin dengan 2
plasenta, 2 amnion dan 2 korion yang terpisah, tetapi masih dalam satu rahim.
PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS
Pada kehamilan ganda dengan distensi uterus yang berlebihan dapat terjadi
persalinan prematur. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan janin lebih besar sehingga
terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia kehamilan yang dapat menggangu
pertumbuhan janin dalam rahim. Frekuensi terjadinya hidramnion pada hamil
ganda sekitar 10 kali lebih besar dari kehamilan tunggal. Keregangan otot rahim
yang menyebabkan iskemik uteri dapat meningkatkan kemungkinan pre eklampsia
dan eklampsia.
Solusio plasenta dapat terjadi setelah persalinan anak pertama karena retraksi
otot rahim yang berlebihan, perjalanan persalinan dapat berlangsung lebih lama,
karena ketegangan otot rahim yang melampaui batas setelah persalinan, terjadi
gangguan kontraksi otot rahim yang menyebabkan atonia uteri, menimbulkan
perdarahan, retensio plasenta dan plasenta rest.
Dengan janin yang relatif berat badannya rendah menyebabkan morbiditas
yang tinggi. Keluhan pada kehamilan kembar diantaranya terasa sesak napas,
sering ingin kencing, edema tungkai, pembesaran pembuluh darah (varises).
Dalam perawatan antenatal pada kehamilan kembar dapat di
tingkatkan.(Manuaba, 1994)

F. KOMPLIKASI
Komplikasi kehamilan ganda menurut Manuaba (2004):
1. Trimester pertama
a) Anemia
b) Emesis-hiperemesis gravidarum (mual dan muntah yang berlebih saat
hamil)
c) Abortus (keguguran)
2. Trimester ketiga
a) Prematuritas (premature)
b) Preeclampsia-eklampsi (hamil dengan tekanan darah lebih dari 130/90
mmHg)
c) Hidramnion (produksi air ketuban lebih dari normal atau 2 Liter)
3. Inpartu (saat persalinan)
a) Kelainan letak
b) Perut gantung
c) Persalinan memanjang
d) Ketuban pecah dini saat pembukaan kecil
e) Plasenta previa (plasenta yang letaknyan abnormal dan menutupi sebagian
atau seluruh jalan lahir)
f) Solusio plasent (terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari tempat
implantasi normalnya setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
lahir).
g) Persalinan dengan tindakan operasi
4. Postpartum (setelah melahirkan)
a) Perdarahan setelah melahirkan
b) Atonia uteri (tidak ada kontraksi rahim)
c) Retensio plasenta (plasenta tidak keluar)
5. Janin
a) Kematian janin
b) Kelainan kongenital
c) Pertumbuhan janin terhambat
d) Cedera tali pusat

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1. Ultrasonografi memudahkan diagnosis kehamilan ganda, evaluasi
pertumbuhan janin dan identifikasi presentasi janin.
2. Foto abdimen dapat membantu bila USG tidak tersedia.
3. Pemantauan frekuensi jantung janin memberikan penilaian kesehatan janin

H. PENATALAKSAAN
1. Penanganan dalam Kehamilan
a. Prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah
komplikasi yang timbul, dan bila diagnosa telah ditegakkan periksa ulang
akan lebih sering (1 kali seminggu pada kehamilan 32 minggu ke atas)
b. Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh dilarang, karena
akan merangsang partus prematurus.
c. Pemakaian gurita korset yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya
terasa lebih ringan.
d. Pemeriksaan darah lengkap, Hb dan golongan darah.
e. Makanan dianjurkan mengandung banyak protein dan makan dilaksanakan
lebih sering dalam jumlah lebih sedikit.
f. Bila ada tanda-tanda partus prematurus yang mengancam dengan
pemberian betamethason 24 mg per hari untuk pematangan janin
g. Anjurkan rawat inap bila:
-ada kelainan obstetri,
- ada his/pembukaan serviks,
- adanya hipertensi,
- pertumbuhan salah satu janin terganggu,
- kondisi sosial yang tidak baik,
- profilaksis/mencegah partus prematurus dengan obat tokolitik,
- pemasangan jerat (Shirodkar’s operation).
2. Penanganan dalam Persalinan
1. Bila anak I letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong
seperti biasa dengan episiotimi mediolateralis.
2. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk
menentukan keadaan janin II. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah
ibu dan lain-lain.
3. Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila janin II letak
membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak deras
mengalir keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak II seperti biasa.
4. Awas atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka
sebaiknya dipasang infus profilaksis.
5. Bila ada kelainan letak anak II, misalnya melintang atau terjadi prolaps
talipusat dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara operatif
obstetrik;
a) Pada letak lintang coba versi luar dahulu.
b) Atau lahirkan dengan cara versi dan ekstraksi
c) Pada letak kepala persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau
forceps.
d) Pada letak bokong atau kaki; ekstraksi bokong atau kaki.
6. Indikasi sectio caesarea hanya pada:
a) Janin I letak lintang;
b) Terjadi prolaps talipusat;
c) Plasenta previa;
d) Terjadi interlocking pada letak kedua janin 69; anak I letak sungsang
dan anak II letak kepala.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Pada anamnesa dapat diketahui adanya anak kembar dalam keluarga, umur dan
paritas ibu hamil juga diperhatikan
Ibu merasa bahwa perutnya lebih besar dari semestinya kehamilan, dan pergerakan
anak mungkin lebih sering terasa.
Kaji keluhan subjektif seperti: perasaan berat, sesak napas, bengkak kaki dan lain –
lain.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi
Perut lebih besar dari tuanya kehamilan.
b. Palpasi
Fundus uteri lebih tinggi tidak sesuai dengan usia kehamilan. Teraba 3 bagian
besar janin, teraba 2 balotement, teraba gerakan – gerakan janin yang lebih
banyak, serta teraba banyak bagian – bagian kecil
c. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau sama – sama dihitung
dan berselisih 10.
d. Vaginal toucher
Mungkin teraba kepala yang sudah masuk kedalam rongga pinggul diatas
simphisis teraba bagian besar.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
ditandai dengan mual, muntah, anoreksia.
2. Intoleransi aktivitas b.d gaya hidup kurang gerak ditandai dengan keletihan
3. Resiko infeksi ditandai dengan prosedur invansif.
C. PERUMUSAN
NO. Diagnosa
Tujuan Rencana tindakan
Dx Keperawatan
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola makan klien
nutrisi kurang dari diharapkan gangguan 2. Timbang berat badan
kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan nutrisi klien, bandingkan berat
faktor biologis dapat teratasi dengan badan saat ini dengan
ditandai dengan mual, kriteria hasil: berat badan kehamilan
muntah, anoreksia. 3. Berikan informasi
1. Mual dan muntah tentang resiko
berkurang. penurunan berat badan
2. Berat badan selama kehamilan dan
meningkat karena tentang kebutuhan
adanya kehamilan makanan klien dan
ganda dan sesuai janin
dengan usia 4. Anjurkan makan sedikit
kehamilan. tapi sering dan sajikan
3. Nafsu makan dalam keadaan hangat,
meningkat menu seimbang

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien


b.d gaya hidup ..x24jam diharapkan melakukan aktivitas
kurang gerak ditandai intoleransi aktivitas klien dengan istirahat
dengan keletihan dapat teratasi dengan yang cukup.
kriteria hasil : 2. Anjurkan istirahat
yang adekuat dan
1. Klien dapat penggunaan posisi
menyatakan miring kiri
kesadaran terhadap 3. Instruksikan klien
toleransi aktivitas. untuk menghindari
2. Klien dapat aktivitas / kerja
merencanakan berat, dan
perubahan yang perjalanan jauh
perlu pada gaya (dengan motor)
hidup / aktivitas lebih dari 1 – 2 jam.
setiap hari. 4. Tekankan
3. Bebas dari pentingnya aktivitas
kelelahan hiburan yang
berlebihan atau tenang.
kepekaan /
kontraksi terus
menerus dari
uterus.
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji suhu dan
ditandai dengan ..x24jam diharapkan pernapasan klien.
prosedur invansif intoleransi aktivitas klien 2. Rawat luka post
dapat teratasi dengan operasi SC dengan
kriteria hasil : teknik aseptik
secara rutin, dan
1. Tidak terdapat laporkan bila
tanda gejala infeksi terdapat tanda
2. TTV dalam batas gejala infeksi.
normal. 3. Kolaborasi medis
pemberian
antibiotika, anti
inflamasi.
4. Beri nutrisi yang
cukup dan menu
seimbang, serta
masukan cairan
yang adekuat.
Daftar Pustaka

Cunningham, F., Gary, et al. 1995.Obstetri William.Ed. 18.Jakarta:EGC.

Doengoes, Marilynn E, et al. 2001.Rencana Perawatan Maternal / Bayi: Pedoman untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien.Ed. 2.Jakarta:EGC.

Hacker, Neville F, Moore, J. G.2001.Essential Obstetri dan Ginekologi. Ed.


2.Jakarta:Hipokrates

Manuaba, I.B.G. 2001.Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetric Ginekologi &


KB.Jakarta:EGC.

Mochtar, Rustam. 1990.Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri


Patologi.Jakarta:EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 1984.Pengantar Ilmu dan Praktek Kebidanan Bag. I.


Jakarta:FKUI.

Taber, Ben Zion. 1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2. Jakarta
:EGC.

Anda mungkin juga menyukai