Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis menyatakan kehadirat Tuhan YME, karena atas bimbingan dan
petunjuknya, serta berkat rahmat, nikmat dan karunianya sehingga tugas makalah tentang
“Child Neglect“ dapat saya selesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu para mahasiswa untuk dapat
memahami tentang “Child Neglect”.

Materi yang disajikan dari makalah ini mengambil dari berbagai sumber yang
mengacu pada materi tentang “Child Neglect”.

Penulis menyadari bahwa dalam pengembangan potensi mahasiswa bukan terletak


pada buku tetapi kuncinya terletak pada dosen dan lingkungan mahasiswa itu sendiri,
akhirnya mahasiswa berharap makalah ini nantiya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Tak lupa kritik dan saran yang membangun sang penulis berharap untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya.

Magelang, 3 Agustus 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Data Departemen Sosial pada 2008 hingga 2009, katanya, ada 1,1 juta anak di
Indonesia yang kini terlantar dan terpaksa tinggal di panti asuhan. Ini belum termasuk
sebanyak 10 juta anak yang terancam ditelantarkan.Penelantaran anak merupakan salah
satu bentuk kekerasan, berakar dari rumah tangga.Orang tua mengabaikan tanggung
jawab, melalaikan kewajiban untuk memberikan jaminan perlindungan bagi anak-anak
mereka.Ada kecenderungan orang tua melempar tanggung jawab pendidikan anaknya
hanya pada sekolah. Lalu, mereka menyerahkan waktu anaknya kepada kemajuan
teknologi visual, TV dan internet.Tidak jarang, ibu muda menyuapi bayinya sembari
matanya terpaku pada tayangan kekerasan. TV berperan membuat jarak sosial dalam
relasi keluarga melebar.
Ada juga anak yang mengunduh tayangan pornograpi melalui internet. Anak
menonton tanpa kendali, dininabobokkan dan disuapi pengetahuan TV tanpa didampingi
orang tua. Anak-anak sekolah berjudi, bermain game online di warnet. Tak jarang ada
yang berhutang dan mencuri agar bisa mengikuti kemajuan IT. Kemiskinan selalu
dijadikan argumentasi menjawab kasus penelantaran anak.Alasan ini diterima
masyarakat seperti hal wajar. Anak membantu orang tua dengan bekerja itu hal biasa,
sebagai tanda bakti. Masyarakat menganggap manipulasi dan ekploitasi untuk
kepentingan ekonomi terhadap anak bukan hal serius dan negatif.
Mereka tidak memperdulikan keselamatan anaknya, sepanjang ia dapat memberikan
keuntungan finansial bagi keluarga. Di kota-kota besar, anak diekploitasi untuk bekerja
menafkahi keluarga.Ada yang sengaja dibuang keluarganya dan terlunta-lunta sebagai
gepeng dan pengamen. Ibu rumah tangga juga bisa bertindak kejam dengan
meninggalkan anak di rumah kontrakan dan membiarkan mereka kelaparan.Tidak
banyak yang peduli apakah kematian anak-anak didasari faktor alamiah, kelalaian atau
kesengajaan.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa aspek tentang penelantaran anak :
a. Pengertian penelantaran anak
b. Macam-macam penelantaran anak
c. Penyebab terjadinya penelantaran anak
d. Gejala yang ada pada penelantaran anak
e. Tanda-tanda anak yang mengalami penelantaran atau kekerasan
f. Tanda-tanda orang tua yang melakukan penelantaran
g. Dampak yang muncul pada penelantaran anak
h. Faktor penyebab besar kecilnya dampak penelantaran anak
i. Pengobatan ataupun cara menanggulangi
j. Sikap yang harus dibina oleh orang tua terhadap anaknya
C. Tujuan
a. Tujuan bagi penulis
Dapat menjelaskan kepada pembaca mengenai dampak dilakukan penelantaran anak
dan sebab penelantaran anak
b. Tujuan bagi pembaca
Agar pembaca lebih mengerti secara rinci apa itu penelantaran anak, sebab dan akibat
penelantaran anak, agar semakin berkurangnya penelntaran anak dikalangan
masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelantaran Anak


Penelantaran anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala keadaan perhatian
yang tidak memadai, baik fisik, emosi maupun social. Penelantaran anak adalah di mana
orang dewasa yang bertanggung jawab gagal untuk menyediakan kebutuhan memadai
untuk berbagai keperluan, termasuk fisik (kegagalan untuk menyediakan makanan yang
cukup, pakaian, atau kebersihan), emosional (kegagalan untuk memberikan pengasuhan
atau kasih sayang), pendidikan (kegagalan untuk mendaftarkan anak di sekolah) , atau
medis (kegagalan untuk mengobati anak atau membawa anak ke dokter).
Menurut sumber (KPAI) ada kurang lebih 50.000 kasus kekerasan dan penelantaran
anak. Penelantaran anak yaitu apabila orang tua atau orang yang merawatnya gagal
memenuhi kebutuhan dasar anak, > 20% Mengalami kekerasan fisik 10% kekerasan
seksual, 7% kekerasan emosional termasuk didalamnya selalu dimarahi, dicemooh,
dikritik, ditolak kehadirannya dan ditolak untuk dirawat dan dipelihara. Rata- rata ada 4
anak perhari akibat kekerasan dan penelantaran ini, menghasilkan total 1200 anak
meninggal dalam tahun 2002. Anak laki-laki maupun anak perempuan mempunyai
kemungkinan yang sama untuk menjadi korban. Makin muda usia anak, makin besar
kemungkinan mengalami kekerasan dan penelantaran. Anak dibawah usia , 11% semua
korban meninggal ditahun 2002, 36% yang meninggal berusia dibawah 4 tahun, yang
melakukan 44% adalah orang disekitar lingkungan anak seperti orang tua, keluarga,
teman, tetangga.
B. Macam-Macam Penelantaran Anak
1. Physical Neglect
Melalaikan fisik merupakan mayoritas kasus penganiyaan, biasanya melibatkan
orang tua yaitu tidak memenuhi kebutuhan dasar anak. Hal ini dapat
membahayakan kesehatan fisik anak, perkembanagn dan pertumbuhan
psikologis, serta dapat mengakibatkan anak kurang gizi, penyakit serius,
kegagalan untuk tumbuh subur, merugikan fisik dalam wujud memotong,
memukul, membakar atau luka – luka lain dalam kaitannya ketiadaan
pengawasan dan seumur hidup kekaguman pada diri sendiri rendah. Misalnya
pemenuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal juga meliputi pengawasan
tidak cukup, penolakan kepada anak yang mengarah pada pengusiran
keterlambatan mencari bantuan medis, pengawasan yang kurang memadai serta
tidak tersedianya kebutuhan akan rasa aman dalam keluarga.
2. Educationl Neglect
Yaitu kelalaian orang tua untuk tidak menyekolahkan anak diusia wajib sekolah,
tidak memberikan/menyediakan sarana pendidikan yang diperlukan anak, tidak
mendaftarkan anak yang memerlukan bidang pendidikan khusus, membiarkan
masa muda anak untuk mulai bekerja keras. Melalaikan bidang pendidikan dapat
mengakibatkan anak tidak berhasil untuk memperoleh ketrampilan dasar hidup,
keluar dari sekolah, menunjukkan perilaku mengganggu. Hal ini merupakan
ancaman serius pada umur emosional anak, kesehatan fisik, pengembangan atan
pertumbuhan psikologis normal. Penelantaran pendidikan terjadi ketika anak
seakan-akan mendapat pendidikan yang sesuai padahal anak tidak dapat
berprestasi secara optimal. Lama kelamaan hal ini dapat mengakibatkan prestasi
sekolah yang semakin menurun.
3. Emotionl / Psychological Neglect
Melalaikan emosional meliputi acuh atau sibuk bekerja keras dengan kehadiran
anak, membiarkan seorang anak untuk menggunakan alkohol/obat terlarang, tidak
memenuhi kebutuhn psokologis, meremehkan anak dan menolak kasih sayang.
Berikut perilaku orang tua yang dianggap sebagai bentuk penganiayaan
emosional pada anak :
a. Melalaikan
b. Penolakan ( misal menolak untuk memberikan kasih sayang )
c. Secara lisan menyerang anak ( misalnya, meremehkan, saling mengatai
atau ancaman )
d. Pengasingan ( Mencegah anak untuk mempunyai kontak sosial normal
dengan orang dewasa atau anak – anak lain )
e. Teror ( mengancam anak dengan hukuman keras atau menciptakan suatu
iklim teror dengan merangsang masa kanak – kanak takut )
f. Merusak atau memanfaatkan ( memberi harapan pada anak untuk mulai
bekerja dengan perilaku yang bersifat merusak, tidak suka bergaul atau
perilaku menyimpang )
g. Melalaikan emosional dapat berakibat mendorong kegambaran diri anak
lemah, penyalahgunaan obat/alkohol, perilaku bersifat merusak dan
bahkan bunuh diri.
Penelantaran secara emosi dapat terjadi misalnya ketika orang tua tidak
menyadari kehadiran anak ketika ribut dengan pasangannya . Atau orang tua
memberikan perlakuan dan kasih sayang yang berbeda di antara anak-anaknya.
4. Medical Neglect
Yaitu kegagalan untuk menyediakan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan anak
( walaupun keuangan mampu melakukannya ), menempatkan anak pada kondisi
yang mengancam jiwa, atau kondisi sekarat, dan juga termasuk orang tua yang
mengabaikan rekomendasi medis untuk seorang anak dengan suatu cacat atau
penyakit kronis. Keadaan ini dapat berakibat kesehatan lemah dan permasalahan
medis. Walaupun melalaikan medis sering dihubungkan dengan isu keuangan,
disini ada suatu pembedaan antara suatu kemampuan dalam kepedulian
pemberian untuk menyediakan keperluan dasar pada norma – norma budaya atau
ketiadaan sumber daya keuangan dan suatu penolakan/keseganan pengetahuan
untuk menyediakan pelayanan. Hal ini terjadi karena ketika orang tua gagal
menyediakan layanan medis untuk anak meskipun secara finansial memadai.
Dalam beberapa kasus orang tua, orang tua memberi pengobatan tradisional
terlebih dahulu, jika belum sembuh barulah kembali kelayanan dokter.
C. Penyebab Penelantaran Anak
Penelantaran anak seringkali terjadi pada keluarga yang memiliki banyak masalah.
Kecanduan obat atau alkohol maupun penyakit menahun bisa menyebabkan kesulitan
keuangan sehingga pemberian makan, perawatan dan perhatian kepada anak berkurang.
Biasanya penelantaran anak itu terjadi pada keluarga yang tidak mampu, mungkin saja
dikarenakan seorang orang tua tunggal (single parent) , ini juga bisa terjadi pada
seoarang wanita yang hamil diluar nikah alhasil anak yang dikandungnya ditelantarkan
setelah dilahirkan. Terkadang juga dikarenakan pada orang tua yang jiwanya terganggu,
entah bagaimana dia sangat membenci anaknya sehingga menelantarkannya.
D. Gejala Penelantaran Anak
Seorang anak yang ditelantarkan bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi),
lemas atau kotor atau pakaiannya tidak layak. Pada kasus yang berat, anak mungkin
tinggal seorang diri atau dengan saudara kandungnya tanpa pengawasan dari orang
dewasa. Anak yang ditelantarkan bisa meninggal akibat kelaparan.
E. Tanda – Tanda Anak Yang Mengalami Penelantaran Atau Kekerasan
1. Menunjukkan perubahan tingkah laku dan kemampuan belajar di sekolah
2. Tidak memperoleh bantuan untuk mengatasi masalah fisik dan kesehatan yang
menjadi perhatian orang tua
3. Memiliki ganggun belajar atau sulit berkonsentrasi yang bukan merupakan akibat
dari masalah fisik atau psikologis tertentu
4. Selalu siaga dan curiga solah – olah bersiap untuk terjadinya hal yang buruk
5. Kurang mendapatkan pengarahan orang dewasa
6. Selalu pasif, mengeluh atau menghindar
7. Datang ke sekolah / tempat aktivitas selalu lebih awal dan pulang terakhir,
bahkan sering tidak mau pulang kerumah
8. Orang tua dan anak jarang bersentuhan fisik dan bertatap muka
9. Mengungkapkan bahwa tidak ada seorangpun di rumah yang merawatnya
10. Tidak berpakaian yang sewajarnya atau secukupnya
11. Penampilan fisiknya sering dalam keadaan kotor dan berbau
12. Meminta – minta / mencuri uang dan makanan
13. Sering absen di sekolah
14. Mengkonsumsi alkohol dan obat terlarang
15. Tidak terpenuhinya kebutuhan perawatan medis, gigi maupun perwatan mata atau
lainnya
F. Tanda – Tanda Orang Tua Yang Melakukan Penelantaran
1. Orang tua tak acuh pada anak
2. Menunjukan sikap apatis dan depresi
3. Tingkah laku tidak rasional dan berlebihan
4. Menuntut tingkat kemampuan fisik akademik yang tak terjangkau oleh anak
5. Hanya memperlakukan anak sebagai pemenuhan kepuasan akan kebutuhan
emosional untuk mendapatkan perhatian dan perawatan
6. Menganggap anak sebagai anak yang bandel, tidak berharga dan susah diatur
7. Meminta guru untuk memberikan hukuman yang berat dan menerapkan disiplin
pada anak
8. Menyangkal adanya masalah pada anak baik dirumah maupun disekolah dan
menyalahkan anak untuk semua masalahnya
9. Kurang memberi perhatian dan pengarahan pada anak
G. Dampak Penelantaran Anak
a. Kecepatan perkembangan fisik maupun emosional dari seorang anak yang
dianiaya atau ditelantarkan seringkali tidak normal.
b. Bayi yang mengalami kekurangan kasih sayang dari orang tuanya tampak tidak
peka atau tidak menunjukkan ketertarikan terhadap lingkungannya. Mungkin
terjadi gangguan pada kemampuan sosial dan bahasanya karena mereka kurang
mendapatkan perhatian.
c. Seorang anak mungkin menunjukkan sikap curiga, tidak tegas dan sangat gelisah.
d. Anak yang lebih tua sering bolos sekolah atau prestasinya di sekolah kurang baik.
Mereka mungkin mengalami masalah dalam membentuk hubungan dengan
teman-teman maupun guru di sekolahnya.
e. Penampilan tampak sangat lusuh tidak terawat, karena tidak diurus dan mungkin
bisa jadi tidak punya siapa-siapa setelah ditelantarkan.
H. Factor Penyebab Besar Kecilnya Dampak Penelantaran Anak
a. Faktor Usia Anak.
Semakin mudah usia anak maka akan menimbulkan akibat yang lebih fatal.
b. Siapa yang terlibat jika yang melakukan penganiyaan adalah orang tua, ayah, ibu
tiri atau anggota keluarga maka dampaknya akan lebih parah lagi daripada yang
melakukannya orang yang tidak dikenal.
c. Seberapa parah.
Semakin sering dan semakin buruk perlakuan yang diterima anak akan
memperburuk kondisi anak.
d. Berapa lama terjadi.
Semakin lama kejadian berlangsung akan semakin meninggalkan trauma
yang membekas pada diri anak.
e. Jika anak mengungkapkan penganiyaan yang dialaminya dan menerima
dukungan dari orang lain atau anggota keluarga yang dapat mencintai, mengasihi
dan memperhatikannya maka kejadiannya tidak menjadi lebih parah sebagaimana
jika anak justru tidak dipercaya.
I. Pengobatan Penelantaran Anak
a. Memberi pengobatan bila diperlukan, anak yang terlantar biasanya mengalami luka-
luka akibat tinggal seorang diri, karena masih kecil belum bisa jaga diri.
b. Melindungi, kita sebagai orang dewasa selayaknya melindungi, mungkin jika kita
jumpai anak terlantar dan sekiranya kita bisa bantu layaknya kita beri perlindungan
walau tidak secara langsung, paling tidak kita bisa mengirimnya ke KOMNAS
PERLINDUNGAN ANAK. Atau tempat lain misal panti asuhan dengan alasan kuat.

J. Sikap Yang Harus Dibina Oleh Orang Tua Terhadap Anaknya


1. Bersikap lebih peka terhadap kondisi fisik dan mental anak
2. Hubungan orang tua dan anak sehat, terbuka, penuh kasih sayang
3. Menjadi orang tua yang penyayang dan melindungi anak-anak serta menjamin
kesejahteraannya
4. Menanamkan keterbukaan pada anak untuk berbagi cerita tentang kegiatannya
sehari-hari
5. Berkonsultasi dengan guru tentang pertumbuhan anak
6. Bersatu dengan para orang tua disekitar mupun dilingkungan sekolah, tetangga
untuk bersiaga dalam mencegah terjadinya penelantaran anak.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelantaran anak merupakan hal yang sudah berlangsung sejak jaman Yunani dan
Romawi kuno.Anak perempuan mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami
penyiksaan dan penelantaran yang berhubungan dengan status mereka di masyarakat
pada saat dewasa nanti.
Kasus-kasus penelantaran anak sungguh memberi pelajaran yang sangat berharga
untuk kita. Bagaimana cara kita menghadapi masalah ini ketika kita dihadapkan pda
masalahnya. Sebagai orang dewasa kita layaknya menyantuni, agar para anak tidak
terlantar.Alangkah baiknya bagi orang yang benar-benar siap dalam memiliki anak, maka
harus siap pula memiliki tanggung jawab yang besar.
B. Saran
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan informasi secara tepat kepada
calon orang tua dan meningkatkan kedekatan anak dan orang tua sejak lahir. Negara
mempunyai kewajiban untuk meningkatkan taraf hidup penduduknya terutama dalam
bidang sosial ekonomi karena secara langsung maupun tidak langsung status ekonomi
sosial mempengaruhi tindak penyiksaan dan penelantaran anak.

DAFTAR PUSTAKA

Harold, Karlan MD dkk.1997.Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis


Jilid 2 Edisi ke 7
Sumber: makalah-di.blogspot.com
Departemen Kesehatan RI dan UNICEF, 2007, Pedoman kasus kekerasan kasus terhadap
anak
http://www.menegpp.go.id
Ditjen Bina Keshatan masyarakat, Kementrian, 2010,Melindungi Anak Korban Kekerasan.
Majalah farmacia edisi mei 2006, Halaman 68

Anda mungkin juga menyukai