Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini keluhan ketidakpuasan pasien terhadap hasil pemeriksaan

laboratorium perlu diperhatikan. Seperti kasus Prita Mulyasari pada tahun 2009

yang menyatakan bahwa hasil pemeriksaan trombosit pertama yang dilakukan

sebanyak dua kali adalah 27.000/µL sehingga harus rawat inap. Keesokan harinya

dokter spesialis yang merawat mengatakan ada revisi tentang hasil laboratorium

yang dilakukan sebelumnya dan hasil yang benar adalah 181.000/µL

(Kompasiana, 2009). Hal ini dianggap sebagai penipuan oleh Prita Mulayasari

atas dirinya karena menggunakan hasil laboratorium yang tidak valid. Kesalahan

hasil pemeriksaan laboratorium menimbulkan kerugian berbagai pihak, seperti

dokter salah diagnosis sehingga memicu timbulnya penyakit lain, kesehatan

pasien semakin menurun karena tindakan penanganan yang salah dan bisa

berakibat kematian serta kepercayaan masyarakat kepada tenaga kesehatan

semakin menurun. Hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak valid berkaitan

dengan masalah mutu pemeriksaan laboratorium klinik. Terdapat dua komponen

penting yang perlu dilakukan oleh laboratorium klinik untuk mengantisipasi

kejadian tersebut, yaitu menciptakan mutu pelayanan dan mutu keilmuan atau

profesi (Kahar, 2005). Dengan adanya antisipasi tersebut, dapat meminimalisir

kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium.

Hasil pemeriksaan laboratorium yang valid merupakan salah satu acuan yang

dijadikan oleh dokter untuk membuat suatu tindakan yang harus dilakukan

1
2

terhadap pasien. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang valid, perlu

diperhatikan proses pemeriksaan dengan baik, mulai dari tahap pra analitik,

analitik sampai tahap paska analitik. Mengingat laboratorium mempunyai peranan

penting dalam pelayanan kesehatan, masyarakat menghendaki mutu hasil

pemeriksaan laboratorium terus ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta penyakit (Kepmenkes RI, 2007), sehingga

peningkatkan pelayanan laboratorium kesehatan yang lebih baik perlu dilakukan.

Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan

pengobatan penyakit, serta pemulihan kesehatan (Depkes RI, 2008). Upaya

meningkatkan pelayanan laboratorium kesehatan berkorelasi dengan adanya

pemantapan mutu laboratorium kesehatan, termasuk laboratorium klinik.

Pemantapan mutu laboratorium klinik adalah semua kegiatan yang ditujukan

untuk memperoleh atau menjamin presisi dan akurasi hasil pemeriksaan

laboratorium. Pada dasarnya pemantapan mutu laboratorium klinik terdiri dari

pemantapan mutu internal laboratorium dan pemantapan mutu eksternal

laboratorium (Pertiwi, 2010).

Mutu pelayanan laboratorium berkaitan dengan data hasil pemeriksaan

laboratorium. Mutu pelayanan didasari atas penilaian hasil pelayanan

laboratorium secara keseluruhan, salah satu titik penting terletak pada mutu

pemeriksaan. Laboratorium dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil

pemeriksaan laboratorium tersebut memuaskan pelanggan dengan memperhatikan

aspek-aspek teknis, seperti presisi dan akurasi yang tinggi dapat dicapai dan data

tersebut harus tercatat dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah.
3

Suatu laboratorium bidang Kimia Klinik untuk mencapai mutu pemeriksaan, perlu

melakukan kendali mutu yang dipengaruhi diantaranya oleh penilaian terhadap

presisi dan akurasi. Pengukuran tersebut menggunakan bahan kontrol. Bahan

kontrol yang sering digunakan adalah serum kontrol komersil

(Muslim, dkk., 2015).

Serum kontrol komersil dibuat dalam bentuk serbuk kering (liofilisat). Serum

kontrol yang belum dibuka harus disimpan pada suhu 2-8 oC dan stabil sampai

tanggal kedaluwarsa yang tertera pada keterangan di KIT reagen. Serum kontrol

yang telah dilarutkan, bisa stabil hingga tujuh hari ketika disimpan tertutup pada
o o
suhu 2-8 C dan paling sedikit 1 bulan pada suhu beku -20 C

(Data-Trol NTM, 2010).

Pemakaian serum kontrol di laboratorium digunakan pada waktu tertentu

seperti saat mengontrol alat dan reagen. Serum kontrol yang sudah dilarutkan,

disimpan pada suhu beku -20 oC sesuai dengan keterangan di KIT reagen. Tetapi

karena perawatan lemari es dengan suhu beku -20 oC sangat mahal, maka di

beberapa laboratorium menggunakan lemari es dengan suhu 2-8 oC sebagai

tempat penyimpanan serum kontrol. Suatu laboratorium yang mempunyai tempat

penyimpanan suhu beku -20 oC, biasanya digunakan untuk pemeriksaan khusus

seperti bank jaringan, stem cell, penyimpanan virus dan enzim khusus seperti

enzyme acetylcholinesterase yang digunakan untuk menunjukkan adanya indikasi

keracunan organofosfat (Handayani, 2009).

Pada umumnya suhu yang digunakan untuk menyimpan serum kontrol di

laboratorium adalah suhu freezer -7 sampai -4 oC. Penyimpanan serum kontrol

pada suhu freezer -7 sampai -4 oC bisa selama seminggu atau lebih bahkan sampai
4

satu atau dua bulan tergantung pemakaian mengingat serum kontrol hanya

digunakan saat tertentu. Hal ini juga ditemukan di laboratorium yang tidak

mempunyai penyimpanan suhu freezer. Serum kontrol yang sudah dilarutkan dan

disimpan pada suhu 2-8 oC yang merupakan suhu standar untuk penyimpanan

serum kontrol. Berdasarkan pernyataan di atas dijelaskan bahwa serum kontrol

yang telah dilarutkan dan disimpan pada suhu 2-8 oC, mempunyai kestabilan tidak

lebih dari 7 hari. Lama waktu penyimpanan serum kontrol pada suhu 2-8 oC bisa

sampai 7 hari atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Karena harga reagen serum

kontrol yang mahal dan penggunaannya hanya pada waktu tertentu, terkadang

waktu penyimpanan tidak diperhatikan. Lamanya waktu penyimpanan yang tidak

sesuai standar dapat berpengaruh terhadap kestabilan serum kontrol, hasil serum

kontrol yang diukur sering tidak masuk dalam range sehingga serum kontrol

tersebut dibuang.

Renny Wulanndari, dkk. (2013) dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa

pemeriksaan glukosa darah merupakan salah satu uji laboratorium untuk evaluasi

suatu penyakit seperti diabetes melitus di RSUD A Wahab Sjahranie Samarinda.

Permintaan pemeriksaan glukosa darah di rumah sakit tersebut mencapai 7.873

perbulan. Berbagai permasalahan muncul seperti hasil pemeriksaan glukosa darah

yang tidak sesuai dengan klinis pasien setiap bulannya dan kontrol kualitas hasil

pemeriksaan yang belum optimal. Sebagai parameter untuk pemeriksaan stabilitas

serum kontrol adalah glukosa darah.

Hasil penelitian Woro Wirasti (2012) adalah serum kontrol pada pemeriksaan

glukosa darah yang disimpan dengan suhu freezer -7 sampai -4 oC selama satu

bulan mengalami penurunan kadar, yaitu dengan hasil yang bervariasi antara 84 –
5

90 mg/dL. Serum kontrol diperiksa setiap 5 hari sekali dalam satu bulan.

Meskipun mengalami penurunan, kadar glukosa darah pada serum kontrol

tersebut masih masuk dalam batas rentang nilai yang dipersyaratkan produsen

(nilai rujukan) yaitu 78,2 – 105,8 mg/dL. Dari penelitian tersebut, dapat dilihat

bahwa serum kontrol yang disimpan pada suhu freezer -7 sampai -4 oC selama

satu bulan masih stabil, sedangkan stabilitas serum kontrol pada kadar glukosa

darah berdasar keterangan di KIT reagen adalah 7 hari pada suhu 2-8 oC.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

pengaruh lama penyimpanan terhadap stabilitas serum kontrol pada kadar

glukosa darah.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh lama penyimpanan terhadap stabilitas serum kontrol

pada kadar glukosa darah?

1.3 Batasan Masalah

1. Serum kontrol yang digunakan adalah serum kontrol assayed.

2. Serum kontrol disimpan selama 15 hari.

3. Serum kontrol disimpan pada suhu 2-8 oC.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap stabilitas serum kontrol

pada kadar glukosa darah.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis stabilitas serum kontrol terhadap kadar glukosa darah

pada hari ke- 8.


6

2. Menganalisis stabilitas serum kontrol terhadap kadar glukosa darah

pada hari ke- 9.

3. Menganalisis stabilitas serum kontrol terhadap kadar glukosa darah

pada hari ke- 10.

4. Menganalisis stabilitas serum kontrol terhadap kadar glukosa darah

pada hari ke- 11.

5. Menganalisis stabilitas serum kontrol terhadap kadar glukosa darah

pada hari ke- 12.

6. Menganalisis stabilitas serum kontrol terhadap kadar glukosa darah

pada hari ke- 13.

7. Menganalisis stabilitas serum kontrol terhadap kadar glukosa darah

pada hari ke- 14.

8. Menganalisis stabilitas serum kontrol terhadap kadar glukosa darah

pada hari ke- 15.

9. Menganalisis quality control terhadap stabilitas serum kontrol pada kadar

glukosa darah.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh

lama penyimpanan terhadap stabilitas serum kontrol pada kadar glukosa darah

kepada instansi pelayanan laboratorium kesehatan khususnya laboratorium

klinik agar didapat hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Memberikan masukan kepada instansi pelayanan laboratorium kesehatan

khususnya laboratorium klinik mengenai pentingnya lama penyimpanan serum


7

kontrol yang benar demi meningkatkan kualitas dan mutu hasil pemeriksaan

laboratorium.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan dan refrensi tentang

pengaruh lama penyimpanan terhadap stabilitas serum kontrol pada kadar

glukosa darah kepada instansi pendidikan agar dapat menunjang dalam proses

pembelajaran mengenai pemantapan mutu laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai