Anda di halaman 1dari 6

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454

Vol. 1, No. 1, pp. 78-83, January 2015

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA


BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

CRITICAL THINKING SKILL OF STUDENT SMA KEMALA


BHAYANGKARI 1 SURABAYA ON REACTION RATES TOPIC BY
IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING MODELS

Yuny Faidlul Ilaah dan Bertha Yonata


Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
e-mail: yfaidlulilaah@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa kelas
XI-MIA SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya pada materi laju reaksi melalui
penerapan model pembelajaran inkuiri. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif menggunakan rancangan “One Group Pretest-Posttest
Design”. Sasaran penelitian ini adalah siswa 1 kelas XI-MIA SMA Kemala
Bhayangkari 1 Surabaya. Instrumen penelitian berupa lembar tes keterampilan
berpikir kritis dan tes produk. Hasil penelitian menunjukkan hampir semua siswa
memiliki kriteria keterampilan berpikir kritis tinggi. Hal ini dibuktikan sebanyak
94,87% siswa memiliki keterampilan mengajukan pertanyaan, menganalisis asumsi,
dan menguji fakta dengan kriteria tinggi serta 100% siswa memiliki keterampilan
mempertimbangkan interpretasi dengan kriteria tinggi. Pembelajaran inkuiri yang
dilaksanakan efektif karena terjadi peningkatan n-gain score keterampilan berpikir
kritis siswa dengan kriteria cukup dan tinggi.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Inkuiri, Keterampilan Berpikir Kritis, Laju Reaksi

Abstract
The aim of this research is to know student’s critical thinking skill after implementation
of inquiry learning model on reaction rates topics. The type of this research is
descriptive quantitative with “One-Group Pretest-Posttest Design” The subject of this
research was one class XI–MIA student’s of SMA Kemala Bhayangkari
1 Surabaya. The instruments that used was sheet of critical thinking skill and
cognitive product test. The result of this research showed that the common student’s
was high critical thinking skill. This proofed was 94.87% high category of question
present; assumption analyze; and fact experiment and 100% high category of
interpretation. Inquiry learning are implemented effective because increase n-gain
score critical thinking skill with enough and high criteria.
Keywords: Inquiry Learning Model, Critical Thinking Skill, Reaction Rates

PENDAHULUAN dan sistematis tidak dikembangkan karena


Sampai saat ini pendidikan masih model pembelajaran yang mengajarkan
belum lepas dari berbagai permasalahan. keterampilan berpikir kritis tidak
Salah satu masalah yang dihadapi di dunia digunakan secara baik dalam setiap proses
pendidikan kita adalah masalah lemahnya pembelajaran di kelas. Masalah ini dapat
proses pembelajaran. [1]. Dalam proses mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif
pembelajaran siswa kurang didorong untuk berpartisipasi. Padahal sesuai dengan
mengembangkan kemampuan berpikir. kurikulum 2013 pembelajaran ditekankan
Kemampuan siswa untuk berpikir kritis dengan pendekatan scientific. Standar

78
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 1, No. 1, pp. 78-83, January 2015

kompetensi lulusan pada domain menentukan orde reaksi berdasarkan data


keterampilan diperoleh dari aktivitas hasil percobaan. Materi faktor-faktor yang
mengamati, menanya, mengumpulkan mempengaruhi laju reaksi merupakan
data, mengasosiasi, mengkomunikasikan materi yang mempunyai karakteristik
dan mencipta [2]. membutuhkan pembuktian melalui
Pendidikan IPA khususnya kimia percobaan dengan meminta siswa untuk
diharapkan dapat melatih kemampuan menyelidiki, menganalisis, dan
berpikir kritis siswa melalui kegiatan menyimpulkan hasil percobaan tersebut.
pembelajaran dan menuntut siswa untuk Dari kegiatan praktikum tersebut, siswa
dapat mengaplikasikan materi pembelajaran dapat menemukan konsep sendiri tentang
dalam kehidupan sehari-hari, maka dalam konsep faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran kimia di sekolah menuntut laju reaksi dengan mudah. Dengan
siswa untuk berpikir kritis. Berpikir kritis demikian, materi laju reaksi bisa
dapat membantu siswa dalam meningkatkan diterapkan melalui model pembelajaran
pemahaman materi yang dipelajari. Selain inkuiri.
itu, konsep yang diperoleh akan lebih lama Model pembelajaran inkuiri
tersimpan dalam memori karena siswa merupakan model pembelajaran
terlibat aktif dalam pembelajaran untuk konstruktivisme yang dapat melatihkan
menemukan konsep secara mandiri [3]. keterampilan berpikir kritis siswa karena
Materi kimia dan keterampilan berpikir kritis model ini tidak hanya memberdayakan
merupakan dua hal yang tidak dapat sains sebagai produk, tetapi juga mampu
dipisahkan, karena materi kimia dipahami memberdayakan sains sebagai proses dan
melalui berpikir kritis dan begitu juga menekankan pada proses berpikir secara
sebaliknya berpikir kritis dilatih melalui kritis dan analitis untuk mencari dan
belajar kimia [4]. menemukan sendiri jawaban dari suatu
Terdapat delapan kecakapan berpikir masalah yang dipertanyakan [1]. Guru di
kritis yang meliputi kemampuan- dalam model pembelajaran inkuiri
kemampuan untuk mengajukan berbagai berperan sebagai fasilitator dan
pertanyaan, mengidentifikasi masalah, pembimbing siswa untuk belajar.
menguji fakta-fakta, menganalisis asumsi- Berdasarkan hasil wawancara dengan
asumsi dan bias-bias, menghindari salah satu guru kimia SMA Kemala
penalaran emosional, menghindari Bhayangkari 1 Surabaya. Diketahuui
oversimplifikasi, mempertimbangkan bahwa hanya hanya 5% siswa yang telah
interpretasi-interpretasi lain, dan memenuhi KKM pada materi laju reaksi.
mentoleransi ambiguitas [5]. Berpikir kritis Proses pembelajaran pada materi laju
melibatkan kemampuan-kemampuan reaksi sudah dilakukan dengan
analisis, interpretasi, inferensi, eksplanasi, menggunakan metode praktikum. Namun
dan evaluasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum pernah dilatihkan untuk
untuk meningkatkan atau memperbaiki melakukan pemecahan masalah dalam
daya berpikir kritis siswa, gaya belajar- kegiatan praktikum yang dapat melatihkan
mengajar pasif harus diubah menjadi gaya keterampilan berpikir kritisnya. Hal ini
belajar-mengajar aktif [5]. diperkuat dengan hasil angket
Salah satu kompetensi dasar mata prapenelitian yang disebarkan kepada 38
pelajaran kimia pada materi “Laju Reaksi“ di siswa kelas XI-MIA pada tanggal 07
kelas XI adalah Menganalisis faktor-faktor Agustus 2014 di SMA Kemala
yang mempengaruhi laju reaksi dan Bhayangkari 1 Surabaya diperoleh hasil

79
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 1, No. 1, pp. 78-83, January 2015

bahwa keterampilan mengajukan pengetahuan serta meningkatkan hasil


pertanyaan masih rendah yang dibuktikan belajar.
86,84% siswa belum mampu merumuskan Berdasarkan uraian tersebut di atas,
masalah dengan benar; keterampilan peneliti bermaksud untuk melakukan
menganalisis asumsi masih rendah yang penelitian dengan judul “Penerapan Model
dibuktikan 67,89% siswa belum mampu Pembelajaran Inkuiri untuk Melatihkan
membuat hipotesis dengan benar; Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi
keterampilan menguji fakta-fakta masih Laju Reaksi Kelas XI-MIA SMA Kemala
rendah yang dibuktikan 78,95% siswa Bhayangkari 1 Surabaya”.
belum mampu menentukan variabel
percobaan; keterampilan METODE
mempertimbangkan interpretasi- Sasaran penelitian ini adalah siswa 1
interpretasi masih rendah yang dibuktikan kelas XI-MIA SMA Kemala Bhayangkari
65,79% siswa belum mampu menganalisis 1 Surabaya. Penelitian ini merupakan
data percobaan dengan benar dan 67,11% penelitian deskriptif kuantitatif dengan
siswa belum mampu membuat kesimpulan menggunakan one group pretest posttest
dengan benar. Dari data angket design. Berikut merupakan desain
prapenelitian tersebut dapat disimpulkan penilitian yang digunakan dalam
bahwa siswa belum terbiasa untuk penelitian.
melakukan pemecahan masalah, sehingga Pretest Perlakuan Posttest
menyebabkan keterampilan berpikir X
O1 O2
kritisnya masih rendah dan perlu
dilatihkan.
Fakta tersebut terjadi karena Keterangan:
keterampilan tersebut tidak dilatihkan O1 = nilai keterampilan berpikir kritis
dalam proses pembelajaran. Keterampilan awal (pretest)
tersebut dilatihkan dalam proses O2 = nilai keterampilan berpikir kritis
pembelajaran melalui sintak dalam akhir (posttest)
pembelajaran inkuiri. Sehingga diharapkan X = perlakuan dengan menerapkan model
siswa lebih aktif di dalam proses pembelajaran inkuiri yaitu berupa
pembelajaran, karena di sini siswa harus keterlaksanaan pembelajaran inkuiri,
menemukan konsep sendiri dengan aktivitas siswa, dan keterampilan berpikir
memaksimalkan seluruh aktivitas kritis siswa [6].
berpikirnya. Dengan begitu, siswa dapat Perangkat pembelajaran yang
lebih memahami konsep dan diharapkan digunakan pada penelitian ini terdiri dari
dapat meningkatkan berpikir kritisnya. Silabus, RPP, dan LKS. Instrumen
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan penelitian yang digunakan meliputi lembar
pembelajaran yang melibatkan secara penilaian hasil belajar keterampilan
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk berpikir kritis siswa.
mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, Metode pengumpulan data yang
manusia atau peristiwa) secara sistematis, digunakan dalam penelitian ini adalah
kritis, logis, analitis sehingga mereka metode tes keterampilan berpikir kritis.
dapat merumuskan sendiri penemuannya Metode tes ini digunakan untuk
dan dapat digunakan dalam menyelesaikan mengetahui keterampilan berpikir kritis
masalah dalam kehidupan sehari-hari siswa secara individu selama penerapan
maupun dalam mempelajari berbagai ilmu model pembelajaran inkuiri. Tes

80
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 1, No. 1, pp. 78-83, January 2015

keterampilan berpikir kritis dilakukan diperoleh sebanyak 87,18% siswa


sebelum (pretest) sesudah (posttest) memperoleh kriteria sangat lemah;
pembelajaran inkuiri. Teknik analisis data 10,26% siswa mendapatkan kriteria
yang digunakan adalah analisis data hasil lemah; dan 2,56% siswa mendapatkan
belajar berpikir kritis. kriteria cukup. Keterampilan
mempertimbangkan interpretasi diperoleh
HASIL DAN PEMBAHASAN hasil sebanyak 25,64% siswa memperoleh
Keterampilan berpikir kritis kriteria lemah; 35,90% siswa memperoleh
merupakan salah satu komponen berpikir kriteria cukup; dan 38,46% siswa
tingkat tinggi. Berpikir kritis merupakan mendapatkan kriteria baik.
proses mental yang terorganisasi dengan Nilai akhir keterampilan berpikir
baik dan berperan dalam proses kritis siswa didapatkan melalui posttest
mengambil keputusan untuk memecahkan keterampilan berpikir kritis siswa yang
masalah dengan menganalisis dan dilakukan sesudah diterapkan model
menginterpretasi data dalam kegiatan pembelajaran inkuiri dan diperoleh hasil
inkuiri ilmiah [7]. bahwa keterampilan mengajukan
Untuk melatihkan siswa berpikir pertanyaan didapatkan hasil sebanyak
kritis, maka dalam kegiatan pembelajaran 5,13% siswa mendapatkan kriteria baik
harus ada proses dalam melatihkan dan 94,87% termasuk dalam kriteria
keterampilan berpikir kritis tersebut. sangat baik. Keterampilan menganalisis
Kriteria keberhasilan proses mengajar asumsi diperoleh hasil sebanyak 5,13%
tidak diukur dari sejauh mana siswa telah siswa termasuk dalam kriteria baik dan
menguasai pelajaran, tetapi diukur dari 94,87% mendapatkan kriteria sangat baik.
sejauh mana siswa telah melakukan proses Keterampilan menguji fakta didapatkan
belajar [1]. Nilai keterampilan berpikir sebanyak 61,54% termasuk dalam kriteria
krtis siswa diperoleh dari tes keterampilan baik dan 38,46% siswa termasuk dalam
berpikir kritis yang dilaksanakan sebelum kriiteria sangat baik. Keterampilan
dan sesudah penerapan model mempertimbangkan interpretasi didapat-
pembelajaran inkuiri. Dimana dari nilai kan hasil sebanyak 100% siswa termasuk
pretest dan posttest keterampilan berpikir dalam kriteria sangat baik.
kritis ini dapat diketahui tingkat Dari nilai keterampilan berpikir kritis
keterampilan berpikir kritis siswa. siswa sebelum (pretest) dan sesudah
Jumlah siswa dengan kriteria (postest) diterapkan model pembelajaran
keterampilan berpikir kritis siswa sebelum inkuiri dianalisis selisihnya menggunakan
(pretest) dilaksanakan model pembelajaran n-gain score dan diperoleh hasil bahwa
inkuiri diketahui bahwa keterampilan keterampilan mengajukan pertanyaan;
mengajukan pertanyaan diperoleh menganalisis asumsi; dan menguji fakta
sebanyak 5,13% memiliki kriteria sanagat didapatkan hasil sebanyak 5,13% siswa
lemah; 74,36% memiliki kriteria lemah; memperoleh kriteria cukup dan 94,87%
dan 20,51% memiliki kriteria baik. siswa mendapatkan kriteria tinggi serta
Keterampilan menganalisis asumsi 100% siswa memperoleh kriteria tinggi
didapatkan sebanyak 15,38% siswa pada keterampilan mempertimbangkan
termasuk dalam kriteria sangat lemah; interpretasi.
71,79% siswa termasuk dalam kriteria Keterampilan mengajukan
lemah; dan 12,82% siswa termasuk dalam pertanyaan; menganalisis asumsi; dan
kriteria baik. Keterampilan menguji fakta menguji fakta dilatihkan pada fase ketiga

81
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 1, No. 1, pp. 78-83, January 2015

dalam pembelajaran inkuiri, yakni guru terlibat aktif dalam pembelajaran untuk
membantu siswa merumuskan hipotesis menemukan konsep secara mandiri [3].
untuk menjelaskan masalah atau fenomena Hal ini membuktikan bahwa inkuiri
dimana guru mendapatkan penilaian merupakan rangkaian kegiatan
kualitas keterlaksanaan pembelajaran pembelajaran yang menekankan pada
selama tiga kali berturut-turut adalah proses berpikir secara kritis dan analitis
91,67%; 95,83%; dan 100% dengan untuk mencari dan menemukan sendiri
kategori sangat baik. Sedangkan jawaban dari suatu masalah yang
keterampilan mempertimbangkan dipertanyakan [1]. Melalui fase-fase dalam
interpretasi dilatihkan pada fase kelima model pembelajaran inkuiri, guru melatih
pembelajaran inkuiri, yakni guru siswa untuk berpikir kritis.
mendorong siswa merumuskan penjelasan
atau kesimpulan, dimana mendapatkan PENUTUP
penilaian kualitas keterlaksanaan Simpulan
pembelajaran selama tiga kali berturut- Berdasarkan rumusan masalah dan
turut adalah 91,67%; 95,83%; dan 100% pembahasan diperoleh bahwa
dengan kategori sangat baik. Adapun keterampilan berpikir kritis siswa kelas
grafik dari n-gain score keterampilan XI-MIA 4 SMA Kemala Bhayangkari 1
berpikir kritis siswa disajikan dalam Surabaya dengan penerapan model
Gambar 1. pembelajaran inkuiri sebagian besar
mendapatkan kriteria tinggi. Hal ini
dibuktikan sebanyak 94,87% siswa
memiliki keterampilan mengajukan
pertanyaan, menganalisis asumsi, dan
menguji fakta dengan kriteria tinggi serta
100% siswa memiliki keterampilan
mempertimbangkan interpretasi dengan
kriteria tinggi. Pembelajaran inkuiri yang
dilaksanakan efektif karena terjadi
peningkatan n-gain score keterampilan
Gambar 1. Grafik % n-gain score untuk berpikir kritis siswa dengan kriteria cukup
setiap kriteria keterampilan dan tinggi.
berpikir kritis
Saran
Model pembelajaran inkuiri berhasil Berdasarkan penelitian yang telah
membentuk keterampilan berpikir kritis dilakukan, peneliti mengajukan saran yang
siswa. Berpikir kritis telah menjadi salah berkaitan dengan hasil penelitian ini untuk
satu kompetensi dari tujuan pendidikan. peneliti lain, yakni diharapkan kegiatan
salah satu tujuan pendidikan adalah siswa belajar mengajar untuk melatih
mampu menganalisis, mengevaluasi, dan keterampilan berpikir kritis siswa
menalar dalam menyelesaikan sebaiknya dilakukan secara terus menerus,
permasalahan [2]. Berpikir kritis dapat tidak hanya tiga kali pertemuan, sebab
membantu siswa dalam meningkatkan dalam melatihkan keterampilan berpikir
pemahaman materi yang dipelajari. Selain kritis siswa memerlukan pelatihan dan
itu, konsep yang diperoleh akan lebih lama pembiasaan secara berkelanjutan.
tersimpan dalam memori karena siswa

82
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 1, No. 1, pp. 78-83, January 2015

DAFTAR PUSTAKA Menumbuhkan Keterampilan Berpikir


1. Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Kritis dan Empati Siswa terhadap
Pembelajaran Berorientasi Standar Lingkungan. Journal of Educational
Proses Pendidikan. Jakarta: Fajar Research and Evaluation. Vol. 1, No. 2.
Interpratama Offset. 5. Filsaime, Dennis K. 2008. Menguak
2. Depdiknas. 2013. Peraturan Menteri Rahasia Berpikir Kritis dan Kretaif.
Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor Jakarta: Prestasi Pustaka.
65 Tahun 2013 Tentang Kerangka 6. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Dasar Dan Struktur Kurikulum Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Bandung: Alfabeta.
Aliyah. Jakarta: Badan Standar 7. Liliasari. 2009. Berpikir Krtis dalam
Nasional Pendidikan Pembelajaran Kimia Menuju
Profesionalitas Guru. (Online)
3. Depdiknas. 2009. Panduan Teknis
Pembelajaran yang Mengembangkan http://file.upi.edu/ai.php. diakses
Critical Thinking. Jakarta: Jendral tanggal 17 Maret 2014.
Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Pertama.
4. Rahma,AlifaNoora.2012.
PengembanganPerangkat
Pembelajaran Model Inkuiri
Berpendekatan SETS Materi Kelarutan
dan Hasil Kali Kelarutan untuk

83

Anda mungkin juga menyukai