Anda di halaman 1dari 139

PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP STATUS

KESEHATAN PERIODONTAL PADA MASYARAKAT


SUKU KARO DI DESA BIRU-BIRU
KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009

TESIS

Oleh

JUL ASDAR PUTRA SAMURA


077030017 / IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP STATUS
KESEHATAN PERIODONTAL PADA MASYARAKAT
SUKU KARO DI DESA BIRU-BIRU
KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009

TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

JUL ASDAR PUTRA SAMURA


077030017 / IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Judul Tesis : PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH
TERHADAP STATUS KESEHATAN
PERIODONTAL PADA MASUARAKAT SUKU
KARO DI DESA BIRU-BIRU KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : JUL ASDAR PUTRA SAMURA
Nomor Induk Mahasiswa : 077030017
Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku

Menyetujui
Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS) (Drs. Eddy Syahrial, MKes)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi,


Tanggal Lulus : 10 September 2009
Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

(dr. Ria Masniari Lubis, MSi)

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Telah diuji
Pada tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. drg. Monang Panjaitan, MS
Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, MKes
2. Dr. Firkarwin Zuska
3. drg. Iis Faizah Hanum, Mkes
PERNYATAAN

PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP STATUS


KESEHATAN PERIODONTAL PADA MASYARAKAT
SUKU KARO DI DESA BIRU-BIRU
KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk rnemperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 10 September 2009

Jul Asdar Putra Samura


077030017/IKM

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
ABSTRAK

Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang lazim
terjadi di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia yang
paling utama adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Penyebab terjadinya
gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan penyebab terjadinya jenis
penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri, maupun penyebab tidak
langsung seperti karakteristik penderita, komposisi, perilaku, dan faktor budaya.
Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies
gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua (Depkes RI, 2002).
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan cross sectional
study. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Karo yang mempunyai
kebiasaan makan sirih, berdomisili di desa Biru-biru, karena mayoritas penduduknya adalah
suku Karo dengan jumlah populasi 1146 jiwa. Sampel dengan memakai rumus Taro Yamane
berjumlah 92 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data
primer dan data sekunder. Dan metode analisa menggunakan analisa univariat,
bivariat, dan multivariat.
Hasil Penelitian, dari analisis bivariat didapat Status kesehatan peridontal
masyarakat suku Karo Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang tahun 2008 adalah
yang parah sebanyak 74 orang (80,4%) dan sangat parah sebanyak 18 orang
(19,6%). Faktor tradisi, nilai, sikap fatalisme tidak ada pengaruh bermakna dengan
kesehatan periodontal, sedangkan sikap ethnocentrisme dan komposisi makan sirih
terdapat pengaruh yang bermakna dengan kesehatan periodontal. Dari analisis
multivariat hanya variabel komposis makan sirih yang memenuhi pengaruh paling
kuat.
Diharapkan baik Dinas Kesehatan maupun pelaksana program pelayanan
kesehatan di bidang kesehatan gigi dan mulut di wilayah tersebut memberikan
promosi kesehatan tentang kesehatan periodontal untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan dapat berjalan secara rutin.

Kata kunci : Budaya, Status Kesehatan Periodontal

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
ABSTRACT

Dental and oral disease is one of the diseases commonly occured in the
society and can attact all people of different age groups. Dental and oral disease
such as dental carries and periodontal disease have become a major health problem
in Indonesia. The cause of this disease is basically the same as that of the other
diseases either the direct cause such as bacteria, or the indirect cause such as the
characteristics of victims, habit, behavior, and cultural factor. The dental and oral
diseases mostly developed in the society are dental carries and then periodontal
disease (Depkes RI, 2002).
The population of this survey study with cross-sectional design was the
Karonese with the habit of chewing sirih (betel vine) living in the village of Sibirubiru
because the majority of the population there is Karonese (1146 persons) and 92 of the
population were selected to be the samples for this study through the formula
developed by Taro Yamane. The data for this study included primary and secondary
data. The data obtained were analyuzed through univariate, bivariate, and
multivariate analysis.
The result of this study shows that the status of periodontal health of the
Karonese living in the village of Sibiru-biru, Deli Serang District in 2008 was severe
(74 persons, 80.4%) and very severe (18 persons, 19.6%). The factors of tradition.
values, attitude of fatalism had no significant relationship with periodontal health,
while the attitude of ethnocentrism and the habit of chewing sirih had a significant
relationship with periodontal health. The result of multivariate analysis shows that
only the variable of chewing sirih that can influence the periodontal health.
Both Deli Serdang Health Service and the implementer of dental and oral
health service program are expected to promote the periodontal health that
improvement of the health level can last routinely.

Key words : Culture, Periodontal Health Status

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang

merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara (USU) Medan.

Tesis ini berjudul “Pengaruh Budaya Makan Sirih terhadap Status Kesehatan

Periodontal pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang Tahun

2009”.

Sesungguhnya tesis ini tidak akan terwujud tanpa izin dan Tuhan Yang Maha

Kuasa, serta bantuan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengatasi

segala kendala dan menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada

Ayahanda tercinta K.D.B.Samura, Ibunda tersayang P.Br.Ginting dan seluruh

keluarga atas bantuan moral dan materi yang telah diberikan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara (USU) Medan.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan

4. Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS, selaku pembimbing satu dan Drs. Eddy

Syahrial, M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu

dan kesempatan dalam membimbing dan memberikan masukan demi

kesempurnaan tesis ini.

5. Dr. Firkarwin Zuska dan drg. Iis Faizah Hanum, MKes, selaku penguji satu dan

dua yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis

ini.

6. Mahmud Ginting, selaku Kepala Desa Biru-Biru dan drg. Syamsinar selaku

Kepala Puskesmas Biru-Biru yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian di desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang.

7. Linda warni sebagai teman dekat yang telah memberi perhatian dan dukungan

kepada penulis untuk senantiasa berusaha dalam menyelesaikan studi.

8. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

9. Seluruh staf akademik / Administrasi Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat yang telah turut membantu penulis dalam hal surat menyurat

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
10. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi minat studi kesehatan dan ilmu perilaku

Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 yang telah memberi dukungan kepada

penulis.

Akhirnya penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangannya, karena

penulis yakin bahwa tidak ada satupun karya dari tangan manusia yang lahir dalam

keadaan sempurna, maka segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari

berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Kiranya Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang melindungi dan

memberkati kita sekalian disetiap perjalanan hidup kita. Amin.

Deli Serdang, 10 September 2009

Penulis

Jul Asdar Putra Samura

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
RIWAYAT HIDUP

Nama penulis adalah Jul Asdar Putra Samura, lahir di Delitua tanggal 19 Juli

1978, jenis kelamin Laki-laki, agama Katolik. Alamat rumah jalan besar no.387/47

Delitua dan alamat kantor Komplek RSU Sembiring, jalan besar no.77 Delitua.

Riwayat pendidikan pada tahun 1985 s/d 1991 tamat dari SD RK Deli Murni

Delitua. Tahun 1991 s/d 1994 tamat dari SMP RK Deli Murni Delitua. Tahun 1994

s/d 1997 tamat dari SMA Santa Maria Medan. Tahun 1998 s/d 2001 tamat dari

AKPER Medistra Lubuk Pakam. Tahun 2002 s/d 2003 tamat dari DIV Perawat

Pendidik Universitas Sumatera Utara.

Riwayat Pekerjaan, pada tahun 2001 s/d 2002 bekerja di AKPER Medistra

Lubuk Pakam. Pada tahun 2002 s/d 2003 tugas belajar DIV Perawat Pendidik di

Universitas Sumatera Utara. Tahun 2003 s/d 2006 bekerja di AKPER DHDT. Tahun

2007 s/d sekarang tugas belajar pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK........................................................................................................... i
ABSTRACT.......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Permasalahan ................................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
1.4. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Kebudayaan ................................................................. 9
2.2. Culture Behaviorisme ................................................................... 11
2.3. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan ....................................................................... 14
1. Tradisi ...................................................................................... 14
2. Nilai .......................................................................................... 14
3. Sikap Fatalisme ......................................................................... 15
4. Sikap Ethnocentrism ................................................................. 15
2.4. Budaya Makan Sirih ....................................................................... 15
2.5. Komposisi Makan Sirih ................................................................. 19
2.6. Status Kesehatan Gigi dan Mulut ................................................... 21
a. Aspek Fisik ................................................................................ 22
b. Aspek Mental............................................................................. 22
c. Aspek Sosial .............................................................................. 22
2.7. Jaringan Periodontal ...................................................................... 23
2.8. Dampak Negatif Mengkonsumsi Sirih ........................................... 24
2.9. Indeks yang dipergunakan Untuk Survei Kesehatan Gigi dan
Mulut ............................................................................................ 25
2.10. Landasan Teori.............................................................................. 29
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2.11. Kerangka Konsep .......................................................................... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian.............................................................................. 32
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ......................................... 32
3.3. Populasi dan Sampel ..................................................................... 32
3.4. Metode Pengumpulan Data............................................................ 34
1. Uji Validitas ............................................................................. 34
2. Uji Reliabilitas ......................................................................... 35
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ................................................ 37
3.6. Metode Pengukuran....................................................................... 38
3.7. Metode Analisa Data ..................................................................... 42

BAB 4. HASIL PENELITIAN


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 43
4.2. Analisis Univariat ......................................................................... 44
4.3. Karakteristik Responden ............................................................... 45
4.4. Budaya Makan Sirih ..................................................................... 48
4.5. Analisis Multivariat ...................................................................... 62

BAB 5. PEMBAHASAN
5.1. Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di
Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ............................. 72
5.2. Hasil Analisis Tradisi dengan Status Kesehatan Periodontal Pada
Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli
Serdang 2009 ......................................................................... 72
5.3. Hasil Analisis Nilai dengan Status Kesehatan Periodontal Pada
Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli
Serdang 2009 ......................................................................... 73
5.4. Hasil Analisis Sikap Fatalisme dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru
Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 73
5.5. Hasil Analisis Sikap Ethnocentrisme dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru
Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 74
5.6. Hasil Analisis Komposisi Makan Sirih dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru
Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 75
5.7. Hasil Analisis Frekuensi Makan Sirih dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru
Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 76
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
5.8. Hasil Analisis Lamanya Makan Sirih dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru
Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 76

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan........................................................................................ 78
6.2. Saran ........ ....................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian
2. Formulir Pemeriksaan Status Kesehatan Periodontal
3. Hasil Pengolahan Data

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Penilaian (skor) untuk tingkat kondisi jaringan Periodontal ....................... 28

3.1 Perhitungan besar sampel pada masing-masing Dusun


di desa Biru- biru kec. Biru-biru ................................................................ 33

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas alat ukur ............................................... 35

4.1 Latar Belakang Etnis ................................................................................ 44

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kesehatan Periodontal


Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli
Serdang 2009. ........................................................................................... 44

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Masyarakat Suku Karo


di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ....................................... 45

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Masyarakat


Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ..................... 46

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Pada Masyarakat


Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ..................... 46

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Masyarakat Suku


Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 .............................. 47

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Masyarakat Suku


Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 .............................. 47

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjaga Khazanah


Budaya ...................................................................................................... 48

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Wajib Makan Sirih Setiap Hari ........... 48

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Dilestarikan


Sampai Anak Cucu ................................................................................... 49

4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Tidak Boleh Dimakan

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Oleh Anak-Anak ....................................................................................... 49

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Hanya


Diperbolehkan Dikonsumsi Oleh Orang Dewasa ....................................... 49

4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Sirih Harus


Dikombinasi Dengan Pinang dan Gambir .................................................. 50

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tradisi Pada Masyarakat Suku Karo


di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ....................................... 50

4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Adalah Jenis Tumbuhan Yang


Sakral ........................................................................................................ 51

4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjaga


Adat Istiadat Nenek Moyang ..................................................................... 51

4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjadi Suatu


Kebanggaan Bagi Suatu Suku.................................................................... 51

4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Dilakukan


Oleh Anggota Keluarga ............................................................................. 52

4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Mempunyai Arti


Tersendiri Dalam Budaya .......................................................................... 52

4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Pada Masyarakat


Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ..................... 53

4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Untuk Pergaulan ............. 53


4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih Harus Diajarkan
Pada Anak Cucu ...................................................................................... 53

4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Ada


Dalam Kegiatan Adat ................................................................................ 54

4.24 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Patut Dijaga dan


Dikonsumsi Dalam Setiap Kegiatan Keagamaan ....................................... 54

4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Hidangan Wajib


Bagi Keluarga ........................................................................................... 55

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Setiap Keluarga Wajib
Menanam Pohon Sirih ............................................................................... 55

4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Fatalisme Pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten
Deli Serdang 2009 ..................................................................................... 56

4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih


Mutlak Budaya Masyarakat Karo............................................................... 56

4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Bermanfaat


Bagi Kesehatan Tubuh .............................................................................. 57

4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Berlebihan Menyebabkan


Gangguan Pada Gigi dan Mulut.................................................................. 57

4.31 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Kapur, Gambir,


Pinang dalam Sirih Menyebabkan Kesehatan Gigi dan Mulut................... 58

4.32 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih


Bagian Dari Adat Istiadat Masyarakat........................................................ 58

4.33 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ethnocentrisme Pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli
Serdang 2009 ............................................................................................ 59

4.34 Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Makan Sirih....................... 59

4.35 Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Makan Sirih pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru – Biru Kabupaten Deli
Serdang 2009 ............................................................................................ 60

4.36 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Sirih ........................ 60

4.37 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Sirih pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru – Biru Kabupaten Deli
Serdang 2009 ............................................................................................ 61

4.38 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Makan Sirih ......................... 61

4.39 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Makan Sirih pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru – Biru Kabupaten Deli
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Serdang 2009 ............................................................................................ 62

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.40 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Tradisi .......................... 62

4.41 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Nilai.............................. 63

4.42 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Sikap Fatalisme ............. 64

4.43 Distribusi Status Periodontal Menurut Sikap Ethnocentrisme .................... 64

4.44 Distribusi Status Periodontal Menurut Komposisi Makan Sirih.................. 65

4.45 Distribusi Status Periodontal Menurut FrekuensiMakan Sirih .................... 66

4.46 Distribusi Status Periodontal Menurut Lamanya Makan Sirih .................... 67

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Sirih (Piper Betle L) ......................................................................... 16

2.2 Gambir (Uncaria Gambir) ............................................................... 19

2.3 Injet / Enjet atau Kapur Sirih ............................................................ 20

2.4 Areca Nut atau Betel Nut ................................................................. 20

2.5 Gambar Gigi ................................................................................... 21

2.6 Landasan Teori Penelitian ............................................................... 29

2.7 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 31

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Mulut adalah salah satu organ terpenting pada tubuh manusia, dimana mulut

mempunyai peran sebagai pintu masuknya berbagai jenis makanan, minuman serta

berbagai jenis kuman, bakteri dan virus. Di dalam mulut terdapat juga organ-organ

lain, salah satunya yaitu gigi, yang berfungsi sebagai penghancur atau

penguyah/pelumat makanan. Gigi juga berfungsi sebagai hiasan yang mencerminkan

citra diri seseorang.

Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang lazim

terjadi di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang seluruh kelompok umur.

Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia

terutama karies gigi dan penyakit periodontal.

Penyakit periodontal dapat didefinisikan sebagai proses patologis yang

mengenai jaringan periodontal. Proses penyakit periodontal di mulai dari gusi.

Keradangan yang terjadi pada gusi ini disertai dengan tanda- tanda:

- Warna gusi berubah menjadi merah

- Gusi menjadi membengkak dan membulat

- Timbul bau napas yang tidak enak

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
- Pada keadaan yang lebih parah tampak adanya nanah diantara gigi dan gusi

(Boediardjo, 1985).

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004,

secara umum penduduk mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, diantara

penduduk 15 tahun atau lebih yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut

hanya 29% menerima perawatan dari perawat gigi, dokter gigi atau dokter spesialis

gigi. Sebagian besar masalah gigi dan mulut terjadi di daerah pedesaan yaitu sebesar

40,6%, secara keseluruhan 7% penduduk kehilangan seluruh gigi, tertinggi pada

penduduk kelompok umur 65 tahun (30%). Dilihat dari pelayanan kesehatan gigi dan

mulut, sebagian besar pelayanan yang diberikan adalah pengobatan (85%), di susul

bedah gigi dan mulut serta tambal (45%), konseling (23%) serta pemasangan gigi

palsu hanya 9% diantara penduduk yang menerima perawatan (Depkes RI, 2005).

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa secara nasional permasalahan gigi dan mulut

masih merupakan masalah kesehatan.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (2007), diketahui

jumlah kunjungan masyarakat ke poli gigi menempati urutan ke sembilan dari

sepuluh penyakit terbesar, dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.482 kunjungan yang

terdiri dari 62,8% berusia lebih dari 15 Tahun, dan 37,2% kunjungan usia <15 tahun.

Kunjungan pasien ke poli gigi umumnya menderita gangguan gigi dan mulut, 43,9%

diantaranya menderita karies gigi, dan 56,1% lainnya menderita gangguan peridontal.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Penyebab terjadinya gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan

penyebab terjadinya jenis penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri,

maupun penyebab tidak langsung seperti karakteristik penderita, kebiasaan, perilaku,

dan faktor budaya. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat

adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke

dua (Depkes RI, 2002).

Makan sirih adalah bagian yang melengkapi struktur kebudayaan dan

biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat di daerah

tertentu. Kuantitas, frekwensi dan usia pada saat memulai makan sirih berubah oleh

tradisi setempat. Beberapa pengkonsumsi sirih melakukan setiap hari sementara

orang lain mungkin makan sirih sesekali. Frekuensi makan sirih mungkin berkaitan

dengan beberapa faktor, seperti: pekerjaan dan pertimbangan sosial ekonomi.

Frekwensi kebiasaan makan sirih dimulai pada saat anak-anak dan remaja, tetapi

aktifitas makan sirih tersebut lebih banyak dan lebih sering didapati pada orang

dewasa baik pria dan wanita (Dentika, 2004).

Makan sirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku di

Indonesia. Kebiasaan makan sirih ini merupakan tradisi yang dilakukan turun-

temurun pada sebagian besar penduduk dipedesaan yang mulanya berkaitan erat

dengan adat kebiasaan masyarakat setempat. Adat kebiasaan ini biasanya dilakukan

pada saat acara yang sifatnya ritual. Begitu juga dengan suku Karo yang memiliki

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
adat kebiasaan tersebut pada tradisi mereka. Kebiasaan ini dijumpai tersebar luas

dikalangan penduduk wanita suku Karo (Dentika, 2004).

Menyirih merupakan proses meramu campuran dari unsur-unsur yang telah

terpilih yang dibungkus dalam daun sirih kemudian dikunyah dalam waktu beberapa

menit. Menyirih dilakukan dengan cara yang berbeda dari satu negara dengan negara

lainnya dan satu daerah dengan daerah lainnya dalam satu negara. Meskipun begitu

komposisi terbesar relatif konsisten, yang terdiri dari biji buah pinang (Areca

Catechu), daun sirih (piper betle leaves), kapur (kalsium hidroksid) dan gambir

(Uncaria gambir).

Secara umum dilihat dari tinjauan geografis, budaya, dan rumpun bangsa,

suku Karo adalah salah satu etnis suku-suku bangsa Indonesia yaitu rumpun Batak

yang berdiam disebagian besar dataran tinggi Karo serta menganut sistem

kekerabatan yang disebut dengan ”Merga” dimana terdapat 5 cabang yaitu Perangin-

angin, Karo-karo, Ginting, Sembiring dan Tarigan. Karena kedekatan Pengaruh

kekerabatan itu, rumpun etnis Batak ini ada yang memiliki kesamaan kebiasaan yang

salah satunya yaitu mengunyah sirih dengan daun sirih, pinang, gambir dan kapur

sebagai bahan dasar (Boedihardjo, 1981).

Pada mulanya menyirih digunakan sebagai suguhan kehormatan untuk orang-

orang/tamu-tamu yang dihormati pada upacara pertemuan atau pesta perkawinan.

Dalam perkembangannya budaya menyirih menjadi kebiasaan memamah selingan di

saat-saat santai (Dentika, 2003).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan kepala Puskesmas Biru-biru

pada bulan Agustus 2008, bahwa pasien yang datang dengan keluhan gigi dan mulut

ke Puskesmas Biru-biru sebahagian adalah wanita yang sering mengkonsumsi sirih.

Keadaan ini dimaklumi karena mayoritas penduduknya adalah suku Karo (95,5%),

sehingga kebiasaan makan sirih menjadi budaya secara turun temurun, dan menjadi

suatu menu yang wajib dalam setiap kegiatan-kegiatan adat, atau pesta perkawinan

masyarakat Karo.

Para pemakan sirih memiliki alasan dan sebab mengapa kebiasaan tersebut

dilakukan secara terus menerus. Dilaporkan bahwa makan sirih memiliki beberapa

pengaruh yang menjadi daya tarik para pemakan sirih, seperti efek stimulan atau efek

euphoria, efek untuk menstimulasi air ludah, obat untuk saluran pernafasan dan

menghilangkan rasa lapar, serta kemungkinan memiliki efek untuk menguatkan gigi

serta gusi dan sebagai penyegar nafas. Kepercayaan bahwa makan sirih melawan

penyakit mulut kemungkinan telah benar-benar mendarah daging diantara para

pemakan sirih. Namun penggunaan sirih sebagai obat tradisional yang digunakan

sebagai pencegahan penyakit periodontal sedang diteliti di departemen

Periodontologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (Prayitno, 2003).

Pada beberapa studi penelitian diketahui bahwa sugi sirih dan bahan-bahannya

mampu menghasilkan sel-sel yang mampu bermutasi dan sel-sel penyebab tumor.

Pada sebuah penelitian di Taiwan ditemukan bahwa, makan sirih adalah penyebab

utama dari sub mucous fibrosis dan kanker mulut. Sedangkan di India, makan sirih

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dengan daun tembakau dengan batangnya adalah sebab terbesar terjadinya sub

mucous fibrosis (www.indomedia.com, 2007).

Pada penelitian yang dilakukan Hiramaya ditemukan bahwa makan daun

tembakau berPengaruh dengan kanker mulut yang ditemukan di Asia Tenggara. Para

pemakan biji pinang di Taiwan tidak memakan daun tembakau dan biji pinang

bersamaan berbeda dengan para pengguna di India dan Sri Langka. Kebiasaan di

India yang disebut dengan Pan Supari menggunakan perlakuan lain seperti merendam

daun sirih kedalam air jeruk, dan beberapa orang juga menambahkan campuran lain

(tembakau, cardamon, cengkeh dan camphor) yang digunakan pada campuran

tersebut untuk menambah aroma. Perlakuan serta penggunaan bahan-bahan lain

selain bahan utama (daun sirih, buah pinang, kapur, gambir) diperkirakan

berPengaruh dengan penigkatan jumlah penyakit pada sekitar rongga mulut selain

faktor lain yang mungkin berpengaruh seperti frekwensi makan sirih dan cara

menjaga kebersihan mulut (www.indomedia.com, 2007).

Berdasarkan penelitian Suproyo bahwa tingkat keparahan penyakit

periodontal pada pemakan sirih lebih tinggi dibandingkan non pemakan sirih dan

semua sampel pemakan sirih menderita penyakit periodontal dengan perincian 63,7%

gingivitis dan disertai juga dengan kerusakan jaringan pendukung gigi yang lain

sebesar 36,3%. Derajat terjadinya karang gigi lebih tinggi pada pemakan sirih dari

pada non–pemakan sirih dan juga disertai terjadinya atrisi dan abrasi yang berlebihan

pada pemakan sirih dengan persentase 66,85% (Dentika, 2004).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan konsep dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa budaya

makan sirih di pandang dari aspek budaya merupakan kebiasaan yang di anggap

normatif dan sebagai bagian dari menjaga khazanah bangsa, namun di pandang dari

aspek kesehatan budaya makan sirih secara terus menerus dapat berdampak terhadap

kesehatan gigi dan mulut, seperti terjadinya penyakit periodontal.

Dari latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang pengaruh budaya makan sirih terhadap kesehatan periodontal pada

masyarakat suku Karo di wilayah Kerja Puskesmas Biru-biru Kabupaten Deli

Serdang, sehingga dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap upaya

pencegahan penyakit gigi dan mulut dan upaya promosi kesehatan lainnya.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan

periodontal pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru Kabupaten Deli Serdang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh budaya

makan sirih terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo di desa

Biru-biru Kabupaten Deli Serdang.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalalah :

Ada pengaruh signifikan faktor budaya makan sirih (Tradisi, Nilai, Sikap

Fatalisme, Sikap Ethnocentrism, Komposisi Makan Sirih, Frekuensi Makan Sirih, dan

Lmananya Makan Sirh) terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku

Karo di desa Biru-biru Kabupaten Deli Serdang.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam upaya

peningkatan promosi kesehatan di wilayah kerjanya khususnya di wilayah

pedesaan.

2. Memberikan informasi terhadap konsekwensi dari budaya makan sirih pada

masyarakat suku Karo.

3. Memberikan kontribusi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris), berasal

dari perkataan Latin ”Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan

mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini

berkembanglah arti culture sebagai ”segala daya dan aktivitas manusia untuk

mengolah dan mengubah alam” (Widagdho; dkk, 2008).

Pendapat lain mengatakan bahwa ”budaya” adalah sebagai suatu

perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu

mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah dari budi

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan

rasa tersebut (Widagdho; dkk, 2008).

Ada 2 sarjana Anthropologi yaitu: A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn yang

pernah mengumpulkan sebanyak mungkin defenisi tentang faham kebudayaan yang

termaksud dalam banyak buku dan yang berasal dari banyak pengarang dan sarjana.

Hasil penyelidikan itu diterbitkan dalam satu kitab bernama : ”Culture A Critical

Review of concept and Defenitions” (1952).

Pada masyarakat Kebudayaan sering diartikan sebagai The General Body of

The Arts, yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, pengetahuan

filsafat atau bagian-bagian yang indah dari kehidupan manusia. Akhirnya kesimpulan

yang didapat adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Segala sesuatu yang diciptakan manusia baik yang konkrit maupun abstrak, itulah

kebudayaan.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya

tersusun dalam kehidupan masyarakat. Untuk lebih jelas, dapat dirinci sebagai

berikut:

1. Bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan

manusia. Karena itu meliputi :

a. Kebudayaan material (jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan

manusia, misalnya : alat-alat perlengkapan hidup.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
b. Kebudayaan non material (rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat

dilihat dan diraba, misalnya: religi, bahasa, ilmu pengetahuan.

2. Bahwa kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan

hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.

3. Bahwa kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa

masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan.

Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara individual

maupun masyarakat, dapat mempertahankan kehidupannya.

4. Jadi kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia. Dan hampir semua tindakan

manusia adalah kebudayaan, yang tidak perlu dibiasakan dengan cara belajar,

misalnya tindakan atas dasar naluri (instink), gerak reflek (Widagdho; dkk,

2009).

2.2 Culture Behaviorisme

Dalam teorinya, Berger menyebutkan tiga proses dalam proses konstruksi

sosial, yaitu eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Sebuah komunitas sosial

terbentuk dari sekian banyak orang yang memiliki perbedaan latar belakang

pengetahuan dan status sosial sebelumnya.

Ketiga proses yang terjadi dalam konstruksi sosial di atas dapat disimpulkan

dalam tiga premis momen, yakni: masyarakat adalah produk manusia (eksternalisasi),

masyarakat adalah realitas obyektif (objektivasi), dan manusia adalah produk

masyarakat (internalisasi). Dialektika itu dimediasi oleh pengetahuan yang terdapat


Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dalam memori setiap individu, yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman

(Maliki, 2004).

Dengan demikian, proses kehidupan manusia yang berlangsung dalam

komunitas itu yang terbentuk baik secara sadar maupun tidak sadar dalam waktu yang

panjang merupakan hasil dari interaksi orang-orang di dalamnya. Hasil dari proses ini

dapat disebut sebagai kebiasaan, tradisi, bahkan budaya. Hal ini sejalan dengan

pendapat Koentjaraningrat yang menyebutkan budaya adalah produk dari interaksi

manusia. Menurutnya budaya adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta

karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan

miliknya melalui proses belajar (Koentjaraningrat, 2001).

Matsumoto menjelaskan bahwa budaya sebagai “the set of attitudes, values,

beliefs, and behaviors shared by a group of people, but different for each individual,

communicated from one generation to the next”. Lebih luas lagi Tylor

menggabungkan pendekatan antara pendekatan proses dan pendekatan struktural

fungsional dan mendefinisikan budaya sebagai “complex whole wich includes

knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits

acquired by man as a member of society.” Dari dua pengertian ini dapat dilihat isi

(content) atau dimensi dari budaya terdiri dari pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude), nilai (value), moral (moral), keyakinan (belief), seni (art), hukum (law),

perilaku (behavior), kebiasaan (habit), dan tradisi (custom).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak

saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavioris lebih

dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil

belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.

Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional

atau emosional. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa

tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau

reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat

jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya.

Prinsip-prinsip teori behaviorisme

- Obyek psikologi adalah tingkah laku

- Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek

- Mementingkan pembentukan kebiasaan

Menurut J.J. Honigmann dalam bukunya The Word of Man yang dikutip oleh

Setiadi; Effendi (2008), membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu:

1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma

dan peraturan.

Wujud tersebut dapat menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya

abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto dan tempatnya ada di alam pikiran

warga masyarakat di mana kebudayaan tersebut hidup. Kebudayaan ideal ini disebut

juga tata kelakuan atau disebut juga adapt istiadat yang mempunyai fungsi mengatur,

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
mengendalikan dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia

dalam masyarakat sebagai sopan santun.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari

manusia dalam masyarakat

Wujud tersebut dinamakan system social, karena menyangkut tindakan dan

kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini dapat diobservasi, difoto dan

didokumentasikan karena dalam system social ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia

yang berinteraksi dan berPengaruh serta bergaul satu dengan lainnya dalam

masyarakat. Dengan kata lain system social ini merupakan perwujudan kebudayaan

yang bersifat konkret dalam bentuk perilaku.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik. Wujud budaya ini hampir

seluruhnya merupakan hasil fisik (aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam

masyarakat). Sifatnya paling konkret berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat

diraba, dilihat dan difoto yang berwujud besar ataupun kecil. Contohnya : Candi

Borobudur (besar), kain batik dan kancing baju (kecil).

2.3 Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku


Kesehatan

Menurut G.M. Foster (1973), yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), aspek

budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, antara lain adalah :

2. Tradisi

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif

terhadap kesehatan masyarakat. Di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru

(penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus).

Penderitanya hanya terbatas pada wanita dan anak-anak kecil. Setelah dilakukan

penelitian ternyata penyakit ini menyebar luas karena adanya tradisi kanibalisme,

yaitu kebiasaan memenggal kepala orang, dan tubuh serta kepala manusia yang

dipenggal tersebut hanya dibagikan pada wanita dan anak-anak sehingga kasus

epidemi penyakit kuru ini hanya terbatas dikalangan wanita dan anak-anak.

3. Nilai

Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku

kesehatan. Nilai-nilai tersebut, ada yang menunjang dan ada yang merugikan

kesehatan. Beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya, adanya penilaian yang

tinggi terhadap beras putih, meskipun masyarakat mengetahui bahwa beras merah

lebih banyak mengandung vitamin B1 dibandingkan dengan beras putih. Masyarakat

lebih memberikan nilai tinggi bagi beras putih, karena mereka menilai beras putih

lebih enak dan lebih bersih.

4. Sikap Fatalism

Hal lain adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi kesehatan. Beberapa

anggota masyarakat dikalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak

adalah titipan Tuhan, dan sakit ataupun mati adalah takdir, sehingga masyarakat

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang

sakit.

5. Sikap Ethnocentrism

Sikap ethnosentrism adalah sikap yang memandang kebudayaannya sendiri

yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya, orang-

orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan tekhnologi yang dimilikinya

dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya yang paling maju, sehingga merasa

superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. Tetapi disisi

lain, semua anggota lainnya menganggap bahwa apa yang dilakukan secara alamiah

adalah yang terbaik.

2.4 Budaya Makan Sirih

Makan sirih merupakan salah satu bentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang ada

di masyarakat yang secara turun temurun dilakukan. Sirih adalah jenis tumbuhan

yang mirip dengan tanaman lada, dengan nama ilmiahnya adalah : Piper Betle. L ,

dan ada beberapa daerah di Indonesia memberikan nama lain terhadap sirih yaitu

Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda), Ranup (Aceh), Belo (Batak Karo), Cambai

(Lampung), Uwit (Dayak) Base (Bali), Nahi (Bima), Gapura (Bugis), Meta (Flores)

dan Afo (Sentani), sedangkan nama asing sirih adalah Ju jiang (Cina)(Muhlisah,

2006).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Gambar 2.1 Daun Sirih

Sirih secara kimia mengandung minyak atrisi, hidroksivacikol, kavikol,

allypyrokatekol, karvakrol, eugenol, eugenol methyl other, P-cymene, Cineole,

Caryophyllene, cadinene, estragol, terpenena, sesquiterpena, fenil propana, tannin

diastase, gula, pati (Muhlisah, 2006).

Tradisi makan sirih merupakan warisan budaya silam, melebihi 3000 tahun

yang lalu atau zaman Neolitik dan meluas ke Asia Tenggara sampai sekarang ini.

Sirih disukai oleh berbagai golongan masyarakat. Pelayar terkenal Marcopollo di

abad 13 telah menulis dalam catatannya bahwa terdapat segumpal tembakau didalam

masyarakat India, pernyataan ini dijelaskan oleh penjelajah terdahulu, seperti Ibnu

Batuta dan Vasco Da Gamma yang menyatakan kebiasaan makan sirih juga terdapat

pada masyarakat sebelah timur. Kini sirih menjadi terkenal pada masyarakat Melayu,

selain dimakan oleh masyarakat juga dijadikan simbol adat istiadat pada beberapa

adat masyarakat tersebut, misalnya pada adat perkawinan (Sp-Asah, 2006).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Sirih adalah sejenis tumbuhan yang terdapat di Malaysia juga dikawasan

tropika asia, Madagaskar, timur afrika dan hindia barat. Sirih yang terdapat

disemenanjung Malaysia terdiri dari 4 jenis, yaitu : sirih Melayu, sirih Cina, sirih

Keling dan sirih Udang.

Nama ilmiah dari sirih adalah Piper betle Linn dalam keluarga Piperaceae.

Nama Betle adalah dari bahasa Portugis-Betle, berasal sebelumnya dari bahasa

Malayalam di negeri Malabar yang disebut Vettila. Dalam bahasa Hindi lebih dikenal

Pan atau Paan dan dalam bahasa Sansekerta disebut sebagai Tambula. Dalam bahasa

Sinhala Sri Langka disebut Bulat. Bahasa Thai disebut sebagai Plu

(www.indomedia.com, 2007).

Sifat tumbuhan sirih adalah sejenis pepohonan yang menjalar dan merambat

pada batang pohon sekelilingnya. Bentuk daunnya agak membujur. Daun-daun sirih

yang subur berukuran antara 8 cm s/d 12 cm. Lebar daun 10 – 15 cm. Panjang sirih

sesuai umurnya, ditanam diatas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan

memerlukan cuaca tropis, agar tumbuh subur diperlukan jumlah air yang mencukupi.

Sirih Cina mempunyai rasa yang lebih lembut dari pada sirih Melayu. Sirih

Udang juga mempunyai urat daun dibelakang yang berwarna merah dan tangkainya

juga berwarna merah. Sirih Melayu adalah yang digemari dikalangan masyarakat

makan sirih dan sering juga digunakan didalam peradatan, daun sirih ini berdaun

lebar dan warnanya hijau pekat. Sementara sirih Keling juga berukuran sederhana dan

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
berwarna agak kehijauan, rasanya yang lebih pedas serta agak keras daunnya ketika

dimakan (www.indomedia.com, 2007).

Rasa sirih disebabkan oleh minyak uap yang mengandung fenol dan bahan-

bahan yang menyebabkannya pedas. Bahan-bahan yang terdapat dalam daun sirih

adalah kalsium nitrat sedikit gula dan tannin (www.indomedia.com, 2007).

Faktor-faktor yang menentukan enak atau tidaknya daun sirih adalah jenis

sirih itu, umurnya dan kecukupan cahaya matahari serta keadaan daun-daunnya. Sirih

hutan tidak boleh dimakan, selain daunnya yang keras, rasanya juga tidak enak. Ia

tumbuh dipohon yang terdapat di hutan hujan tropika. Daun-daunnya berukuran kecil

yang sering dibuat obat dan penawar oleh Dukun. Sirih bertemu urat adalah yang

paling sering menjadi pilihan pada ibu Bidan dalam ilmu perobatan tradisional. Pada

masa kini kegunaan sirih masih penting bagi masyarakat Melayu walaupun jumlah

orang yang memakannya mulai berkurang (www.indomedia.com, 2007).

Makan sirih mulai dilakukan masyarakat di China dan India, lalu menyebar ke

benua Asia termasuk Indonesia. Komposisi utama dari menyirih adalah buah pinang,

kapur sirih, gambir, dan sebagai bahan tambahan adalah kapulaga, cengkeh, kayu

manis dan tembakau. "Kegiatan makan sirih memiliki efek terhadap gigi, gingiva atau

gusi, dan mukosa mulut. Dan efek tersebut membawa dampak yang positif maupun

negatif”. Efek baiknya makan sirih terhadap gigi di antaranya untuk menghambat

proses pembentukan karies. Sedangkan efek negatif adalah bisa menyebabkan

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
penyakit periodontal yaitu penyakit inflamasi kronik rongga mulut yang umum

dijumpai dan pada mukosa mulut (http://m.okezone.com).

2.5 Komposisi Makan Sirih

Gambar 2.2 Gambir

Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak

remasan daun dan ranting tumbuhan bernama Uncaria gambir. Kandungan penting

gambir adalah catechin satu bahan alami yang bersifat anti-oksidan. Kegunaan

gambir yang utama di Nusantara adalah dikenal luas sebagai salah satu komponen

menyirih. Dari Sumatera sampai Papua diperkirakan sudah 2.500 tahun lalu mengenal

gambir dengan kegunaan untuk menyirih (Wikipedia, 2007).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Gambar 2.3 Kapur Sirih

Kapur sirih/injet sering juga disebut dengan “Slaked Lime” yaitu satu bentuk

pasta yang dibuat dari menggiling atau menghancurkan cangkang kerang dan

membuatnya menjadi pasta.

Gambar 2.4 Pinang

Buah mungil dari golongan palem ini biasanya dipotong kecil dan digulung

bersama dengan daun sirih, gambir dan injet, kemudian dikunyah bersama sehingga

menimbulkan warna merah.


Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Makan sirih di Jawa Tengah dan sekitarnya dilakukan dengan mecampurkan

semua bahan di atas: dauh sirih, injet/enjet, dan cuilan kecil gambir. Sedikit kapur

dioleskan di atas daun sirih, dan di atasnya ditaruh sedikit gambir, daun dilipat,

kemudian dimasukkan ke mulut dan mulai dikunyah. Tidak tahu reaksi apa yang

terjadi, tapi yang pasti makin lama warna di mulut berubah menjadi merah menyala.

Sesaat kemudian, ludah berwarna merah terang akan mulai diludahkan. Setelah

beberapa saat, akan disambung dengan gumpalan tembakau rajangan tadi untuk

membersihkan gigi dan bibir, serta dihisap-hisap (kompas.co.id).

Gambar 2.5 Gambar Gigi dan Mulut

Gigi merupakan salah satu organ terpenting pada tubuh manusia. Selain

sebagai alat menghancurkan/mengunyah makanan juga berfungsi sebagai pintu

masuknya kuman/bakteri. Gigi juga dapat mencerminkan citra diri seseorang.

2.6 Status Kesehatan Gigi dan Mulut

Dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan

mulut seseorang tidak terlepas dari tiga aspek diatas, yaitu (Julianti, 2002):

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
a. Aspek Fisik

Aspek fisik merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan

mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulutnya sendiri,

misalnya karena pemberian gizi yang salah pada saat kehamilan menyebabkan

struktur gigi rentan terhadap kerusakan gigi, misalnya keadaan gigi yang berjejal

mengakibatkan mudahnya penumpukan plak dan sisa makanan sehingga

mempermudah timbulnya kerusakan gigi.

b. Aspek Mental

Aspek mental dapat mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Misalnya

apabila seseorang percaya bahwa penyakit gigi dan mulut disebabkan oleh pengaruh

guna-guna, tentunya untuk mengobati penyakit tersebut tidak akan pergi ke dokter

gigi melainkan pergi ke dukun. Dengan demikian penyakitnya akan bertambah parah.

c. Aspek Sosial

Aspek sosial yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut biasanya

disebabkan oleh nilai budaya yang berkembang didaerahnya. Selain itu, dapat pula

disebabkan oleh pengaruh sosial ekonomi yang kurang, keadaan inipun akan

mempengaruhi tingkah laku orang tersebut.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2.7 Jaringan Periodontal

Penyakit periodontal adalah sekelompok lesi(luka) yang terjadi pada jaringan

sekitar gigi yang mendukung keberadaan gigi dalam soket(kantong gusi). Penyakit

periodontal dapat didefinisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan

periodontal (Prayitno, 2003).

Proses penyakit periodontal dimulai dari gusi. Keradangan yang terjadi pada

gusi ini disertai dengan tanda-tanda:

- Warna gusi berubah menjadi merah

- Gusi menjadi membengkak dan membulat

- Timbul bau napas yang tidak enak

- Pada keadaan yang lebih parah tampak adanya nanah diantara gigi dan gusi

(Boediardjo, 1985).

Penyakit periodontal adalah penyakit jaringan pendukung gigi yang terdiri

atas jaringan periodontal, sementum, tulang alveor, dan gusi. Pada umumnya

dikelompokkan: 1) Gingivitis, adalah suatu peradangan dari gingiva yang dapat

disebabkan oleh calculus, kuman-kuman dan plak pada free gingiva yang merusak

jaringan epitel pada gingiva. 2) Periodontitis, adalah peradangan pada jaringan

periodontal yaitu jaringan antara sementum dan tulang alveolar. Peradangan jaringan

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
periodontal merupakan keadaan lebih lanjut dari gingivitis maupun karies lanjut.

(Depkes RI, 1984).

Prevalensi dari gingivitis bentuk ringan atau periodontitis sedang

dihubungkan dengan kontrol plak dan kebiasaan pemeliharaan kebersihan mulut.

Walaupun dengan menggunakan standar kebersihan mulut yang bervariasi namun

prevalensi periodontitis lanjut pada orang dewasa di negara maju dan berkembang

berkisar antara 5% - 15%. CPITN (Community Periodontal Index of Treatment

Needs) adalah standart internasional yang telah disepakati untuk mengukur

epidemiologi penyakit Periodontal, dan belum ada standart internasional yang lain

disepakati (Prayitno, 2003).

2.8 Dampak Negatif Mengkonsumsi Daun Sirih

Kebiasaan makan sirih akan merugikan jaringan periodontal. Pendapat Freud

dkk (1964), menyatakan bahwa gigi menjadi coklat karena sirih, terjadi penimbunan

kapur pada gigi, leher gigi terpisah dari gusi dan gigi dapat tanggal. Balendra (1949)

mendukung bahwa kebiasaan makan sirih menyebabkan kerusakan jaringan

periodontal. Marsal Day (1955) dalam penelitian di beberapa negara di Asia antara

lain India dan Ceylon mengatakan bahwa pinang (jambe) mempunyai peranan yang

penting dalam kerusakan jaringan periodontium. Mehtha (1955) mengadakan

penelitian di India (Bombai) dari 1023 kasus diperoleh bahwa kerusakan jaringan

periodentium para pemakan sirih lebih tinggi daripada non pemakan sirih. Maka

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dapat disimpulkan bahwa makan sirih merugikan jaringan periodontium (PDGI,

1995).

2.9 Indeks yang dipergunakan untuk survei kesehatan Gigi dan Mulut

Untuk mengetahui kesehatan gigi masyarakat, harus dilakukan survei

kesehatan gigi masyarakat. Dari hasil survei kesehatan gigi masyarakat didapatkan

data-data. Data-data yang dikumpulkan dari suatu survei apakah itu status kesehatan

gigi dan informasi untuk mendiagnosa keadaan gigi masyarakat. Data khusus

mengenai penyakit gigi didapat dengan cara menggunakan indeks (Julianti, 2002).

Indeks Periodontal

Indeks periodontal yang digunakan adalah indeks menurut Ramfjord.

Komponen yang digunakan untuk mengambarkan kemunculan dan keparahan

penyakit periodontal. Keenam gigi yang digunakan sebagai indeks yaitu : molar

pertama kanan maksila (gigi geraham besar kanan rahang atas), insisivus sentralis kiri

mandibula (gigi depan kiri rahang atas), molar pertama kiri maksila (gigi geraham

besar kiri rahang atas), molar pertama kiri mandibula (gigi geraham besar kiri rahang

atas), insisivus pertama kanan mandibula (gigi depan kanan rahang atas), molar

pertama kanan mandibula (gigi geraham besar kanan rahang atas).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
CPITN dipergunakan untuk mendapatkan gambaran tingkat kondisi jaringan

periodontal. Prinsip kerja CPITN ada beberapa hal yaitu :

1. Memepergunakan sonde khusus yang disebut WHO Periodontal Examining

Probe

2. Terdapat sextan yang meliputi 6 buah sextan

3. Terdapat gigi indeks

4. Terdapat nilai (skor) untuk berbagai tingkatan kondisi jaringan periodontal

(Julianti, 2002).

a. Sonde khusus

Untuk mengetahui kondisi jaringan periodontal, dipergunakan sonde

khusus yang ujung sondenya merupakan sebuah bola kecil yang

berdiameter 0,5 mm.

 Sonde ini dimasukkan ke dalam saku gusi untuk melihat adanya

perdarahan atau kedalaman pocket.

 Alat ini dipakai juga sebagai alat peraba adanya karang gigi.

 Bilamana dalamnya pocket antara 4 – 5 mm, sebagian warna hitam

masih terlihat.

 Adapun kedalaman pocket 6 mm atau lebih, maka seluruh bagian

sonde yang berwarna hitam sudah tidak terlihat.

b. Sextan

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Untuk memperoleh penilaian CPITN dipergunakan Sextan yang

meliputi 6 regio, yaitu :

Sextan 1 : gigi 4, 5, 6, 7 kanan rahang atas

Sextan 2 : gigi 1, 2, 3 kanan rahang atas dan 1, 2, 3 kiri rahang atas

Sextan 3 : gigi 4, 5, 6, 7 kiri rahang atas

Sextan 4 : gigi 4, 5, 6, 7 kanan rahang bawah

Sextan 5 : gigi 1, 2, 3 kanan rahang bawah dan kiri rahang bawah

Sextan 6 : gigi 4, 5, 6, 7 kiri rahang bawah.

1 2 3

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

4 5 6

Suatu sextan dapat diperiksa bila sextan tersebut terdapat paling

sedikit 2 gigi dan tidak merupakan indikasi untuk pencabutan. Jika di

sextan hanya ada 1 gigi saja, gigi tersebut dimasukkan ke Sextan

sebelahnya. Dengan demikian Sextan dengan 1 gigi tidak diberi skor/nilai.

Penilaian untuk satu Sextan adalah keadaan yang terparah/skor yang

paling tinggi.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
c. Gigi Index

Untuk mendapatkan penilaian keadaan jaringan periodontal, tidak

semua gigi yang diperiksa. Melainkan hanya, beberapa gigi saja yang

disebut gigi index.

Gigi Index harus diperiksa :

 Untuk orang dewasa usia 20 tahun keatas

76 1 67

76 1 67

 Untuk usia 19 tahun ke bawah

6 1 6

6 1 6

Tabel 2.1 Penilaian (Skor) untuk Tingkat Kondisi Jaringan Periodental

Penilaian (skor) untuk tingkat kondisi jaringan Periodontal

Nilai Kondisi Jaringan Periodontal Keterangan

0 Sehat Periodontal sehat, tidak ada perdarahan

karang gigi dan pocket

1 Perdarahan Perdarahan tampak secara langsung atau

dengan kaca mulut setelah selesai

perabaan dengan sonde

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2 Ada Karang Gigi Perabaan dengan sonde terasa kasar,

adanya karang gigi

3 Pocket 4 – 5 mm Sebagian warna hitam pada sonde masih

terlihat dari tepi gusi pada daerah hitam

4 Pocket 6 mm atau lebih Seluruh warna hitam pada sonde tidak

terlihat, masuk ke dalam jaringan

periodontal

2.10 Landasan Teori

Persepsi

Pengetahuan

Pengalaman Fasilitas Keyakinan Perilaku

Sosio Budaya Keinginan

Motivasi

Niat

Sikap

Gambar 2.6 Landasan Teori Penelitian

(Notoatmodjo, 2005)

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya terjadi diawali dengan

adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor diluar orang tersebut

(lingkungan), baik fisik maupun non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan

tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini dan sebagainya sehingga menimbulkan

motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang

berupa perilaku (Notoatmodjo, 2005).

Budaya makan sirih adalah salah satu budaya yang terdapat pada masyarakat

Indonesia yang sudah dikenal ratusan tahun yang lalu, selain sebagai adat istiadat

juga dipercayai mempunyai khasiat, namun dipandang dari perspektif kesehatan,

makan sirih secara terus menerus apalagi dikombinasi dengan gambir, dan pinang

dapat merugikan kesehatan salah satunya adalah gangguan kesehatan gigi dan mulut.

Menurut G.M Foster (1973) aspek sosial budaya yang berkaitan dengan

perilaku kesehatan adalah tradisi, nilai, sikap fatalism, sikap ethnocentrism. Mengacu

pada konsep yang dikemukakan oleh G.M. Foster (1973), maka dapat dirincikan

bahwa tradisi makan sirih adalah adanya kebiasaan-kebiasaan makan sirih pada

masyarakat pada waktu-waktu tertentu secara terus menerus, adanya sikap

ethnocentrism yaitu mengakui bahwa makan sirih adalah budaya yang tidak dapat

dilepaskan dari kehidupan mereka sehari-hari, dan cenderung tidak mengakui bahwa

makan sirih merugikan kesehatan, dan sikap fatalisme adalah sikap yang tertanam

pada masyarakat bahwa makan sirih adalah salah satu bentuk kepercayaan yang

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dianut dan merupakan salah satu syarat dalam acara adat yang ada dalam masyarakat,

serta perasaan bangga terhadap budaya makan sirih (Notoatmodjo, 2005).

Kebiasaan makan sirih dapat menyebabkan penyakit periodontal. Pada

beberapa penelitian telah diamati Pengaruhnya dengan penyakit periodontal.

Beberapa bukti yang menyatakan bahwa mengunyah sirih dapat berPengaruh dengan

tingginya prevalensi penyakit periodontal (Mehta et al).

Dengan kata lain status kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi derajat

kesehatan gigi dan mulut hasil interaksi kondisi fisik, mental dan sosial yang dapat

dilihat dari tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut melalui indikator-indikator

(Julianti, 2002).

2.11 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori tersebut maka peneliti merumuskan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut :

BUDAYA MAKAN SIRIH


(1) Tradisi makan sirih
(2) Nilai makan sirih
(3) Sikap Fatalisme terhadap Status kesehatan
makan sirih periodontal :
(4) Sikap Ethnocentrisme - Baik
terhadap makan sirih - Parah
(5) Komposisi makan sirih - Sangat Parah
(6) Frekuensi makan sirih
(7) Lamanya makan sirih

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan cross sectional

study bertujuan menganalisis pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan

periodontal pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Biru-biru kabupaten Deli Serdang, dengan

pertimbangan masih ditemukan masalah kesehatan gigi dan mulut, salah satunya
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
adalah masalah periodontal, dan desa ini juga merupakan daerah dengan penduduk

mayoritas suku Karo yang masih kental dengan budaya, diantaranya adalah budaya

makan sirih, serta belum pernah dilakukan penelitian. Penelitian ini terhitung dari

bulan November 2009 sampai Agustus 2009.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Karo yang mempunyai

kebiasaan makan sirih, berdomisili di desa Biru-biru, karena mayoritas penduduknya

adalah suku Karo dengan jumlah populasi 1146 jiwa. Jumlah sampel dapat dihitung

dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Taro Yamane, dikutip oleh

Natoatmodjo (2003), sebagai berikut:

N
n=
1 + N (d)2

Keterangan :
n = besarnya sampel
N = jumlah populasi
d = presisi sebesar 99% (d=0,1)

1146
n=
1 + 1146 (0.1)2

n= 92 Orang

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 92 orang yang diambil

dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel

bersifat non random yang didasarkan pada tujuan penelitian.

Tabel 3.1 Perhitungan besar sampel pada masing-masing Dusun di desa Biru-

biru kec. Biru-biru

No Dusun Laki – laki Perempuan Jumlah Jumlah sampel

1 I 104 112 216 17

2 II 121 133 254 20

3 III 130 141 271 22

4 IV 199 206 405 33

Jumlah 554 592 1146 92

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden

melalui kuesioner yang telah dipersiapkan dan dibagikan kepada masyarakat serta

melalui observasi pada jaringan periodontal.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan dan profil Puskesmas Biru-

biru yang merupakan Puskesmas di wilayah kecamatan Biru-biru, Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, data dari tiap kelurahan di kecamatan Biru-biru

serta data tentang kecamatan itu sendiri mengenai situasi kependudukan dan data

lainnya yang relevan dengan tujuan dan permasalahan penelitian.

3.4.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun ukuran yang

diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin

diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item

dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas data yaitu dengan mencari

korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total pada corrected

correlation item total pada hasil reability dengan ketentuan:

1. Jika nilai r hitung > r tabel (0,05), maka dinyatakan valid.

2. Jika nilai r hitung < r tabel (0,05), maka dinyatakan tidak valid.

Nilai r-Tabel untuk responden 10 orang murid SD adalah = 0,05. Hasil uji

validitas dapat dilihat pada tabel.


Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.4.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian, adalah tehnik

Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada kelompok responden

pada satu pengukuran (Syahyunan,2004). Taraf kepercayaan pengujian adalah 95%,

maka nilai r-Tabel untuk sampel pengujian 10 orang adalah sebesar 0,05, maka

ketentuan dikatakan valid, dan reliabel jika:

1. Nilai r hitung variabel ≥ 0, 05 dikatakan valid dan relialibel.

2. Nilai r hitung variabel < 0, 05 dikatakan tidak valid dan relialibel.

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

No Item Pertanyaan Nilai Corrected Keterangan


Item Total
01 Tradisi
Pertanyaan 1 0,5309 Valid
Pertanyaan 2 0,8333 Valid
Pertanyaan 3 0,4997 Valid
Pertanyaan 4 0,4607 Valid
Pertanyaan 5 0,2962 Valid
Pertanyaan 6 0,6591 Valid
Nilai Alpha Croncbach 0,7883 Reliabel
02 Nilai
Pertanyaan 1 0,3118 Valid
Pertanyaan 2 0,1796 Valid
Pertanyaan 3 0,3118 Valid
Pertanyaan 4 0,1173 Valid
Pertanyaan 5 0,1173 Valid
Nilai Alpha Croncbach 0.3966 Valid
Reliabel
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
03 Sikap Fatalisme
Pertanyaan 1 0,6138 Valid
Pertanyaan 2 0,5185 Valid
Pertanyaan 3 0,8405 Valid
Pertanyaan 4 0,6642 Valid
Pertanyaan 5 0,7387 Valid
Pertanyaan 6 0,3371 Valid
Nilai Alpha Croncbach 0,8352 Reliabel
04 Sikap Ethnocentrisme
Pertanyaan 1 0,3749 Valid
Pertanyaan 2 0,8032 Valid
Pertanyaan 3 0,3618 Valid
Pertanyaan 4 0,7100 Valid
Pertanyaan 5 0,4274 Valid
Nilai Alpha Croncbach 0,7522 Reliabel
05 Komposisi Makan Sirih
Pertanyaan 1 0,6202 Valid
Nilai Alpha Croncbach 0,7332 Reliabel
06 Frekuensi Makan Sirih
Pertanyaan 1 0,5339 Valid
Nilai Alpha Croncbach 0,7332 Reliabel
07 Lama Makan Sirih
Pertanyaan 1 0,5632 Valid
Nilai Alpha Croncbach 0,7332 Reliabel

Bedasarkan tabel 3.2. diketahui bahwa pada sampel 10 responden dengan

nilai r-hitung > 0,05, maka secara keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner tersebut

layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian ini.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status kesehatan Periodontal

pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru akibat makan sirih yang diukur

berdasarkan pemeriksaan dengan hasil “Baik”, “Parah” dan ”Sangat Parah”.

Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Tradisi makan sirih adalah kebiasan-kebiasaan yang dilakukan oleh responden

dalam makan sirih baik dari waktu makan sirih atau jumlah sirih yang di makan;

2) Nilai makan sirih adalah penilaian responden terhadap sirih dan kebiasaan makan

sirih;

3) Sikap fatalisme adalah respon atau tanggapan responden terhadap sirih, dan

makan sirih dari sisi adat istiadat dan kepercayaan mereka;

4) Sikap ethnocentrism adalah respon atau tanggapan responden yang mengakui

bahwa makan sirih adalah budaya yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

mereka;

5) Komposisi makan sirih adalah isi dan kombinasi bahan lain yang ada dalam sirih

yang akan dikonsumsi;

6) Frekuensi makan sirih adalah rutinitas responden makan sirih dalam sehari;

7) Lama makan sirih adalah jumlah tahun responden makan sirih.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran variabel dependen dalam penelitian ini dilakukan dengan

pemeriksaan jaringan periodontal (observasi). Pemeriksaan dengan cara observasi

yaitu memeriksa gigi dan mulut (pemeriksaan intra oral) pada masyarakat suku Karo

yang makan sirih dengan menggunakan alat pemeriksaan yaitu periodontal probe,

hasil pemeriksaan dicatat dalam format yang telah disediakan.

a. Baik, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan sehat, yaitu : tidak

ada perdarahan, tidak ada karang gigi dan tidak ada pocket.

b. Parah, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan ada perdarahan dan

ada karang gigi atau salah satu diantaranya.

c. Sangat Parah, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan ada pocket 4

– 5 mm dan ada pocket ≥ 6 mm, atau salah satu diantaranya.

Pengukuran variabel status kesehatan periodontal didasarkan pada skala

ordinal berdasarkan hasil pemeriksaan dokter gigi atau perawat gigi dengan

melakukan observasi langsung terhadap responden, yaitu : dengan menggunakan alat

pemeriksaan periodontal probe dan selanjutnya hasil pemeriksaan tersebut dicatat

pada formulir pemeriksaan.

Pengukuran variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran variabel tradisi makan sirih didasarkan pada skala nominal dari 6

pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”, dan

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, jika responden

menjawab “Ya” diberi nilai 2, dan Jika responden menjawab “tidak” diberi nilai 1.

Kemudian diakumulasi dan dikategorikan menjadi:

a. Baik, jika responden memperoleh nilai≥ median

b. Kurang, jika responden memperoleh nilai < median

2. Pengukuran variabel nilai makan sirih didasarkan pada skala nominal dari 5

pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”, masing-

masing alternatif jawaban tersebut diberi bobot nilai, jika responden menjawab

‘Ya” diberi nilai 2, dan Jika responden menjawab “tidak” diberi nilai 1. Kemudian

diakumulasi dan dikategorikan menjadi:

a. Baik, jika responden memperoleh nilai≥ median

b. Kurang, jika responden memperoleh nilai < median

3. Pengukuran variabel sikap fatalisme didasarkan pada skala ordinal dari 6

pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “setuju” kurang setuju” dan

“tidak setuju”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot

nilai, yaitu:

a. Setuju diberi bobot nilai 2

b. Kurang setuju diberi bobot nilai 1

c. Tidak Setuju diberi bobot nilai 0

Akumulasi dari total nilai tersebut variabel tradisi dikategorikan menjadi:

1) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median

4. Pengukuran variabel sikap ethnocentrisme didasarkan pada skala ordinal dari 5

pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “setuju” kurang setuju” dan

“tidak setuju”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot

nilai, yaitu:

a. Setuju diberi bobot nilai 2

b. Kurang setuju diberi bobot nilai 1

c. Tidak Setuju diberi bobot nilai 0

Akumulasi dari total nilai tersebut variabel sikap ethnocentrisme dikategorikan

menjadi:

1) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median

2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median

5. Pengukuran variabel frekuensi makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1

pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban ”>5 kali” 4 – 5 kali” dan ”1 –

3 kali”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, yaitu:

a. >5 kali diberi bobot nilai 0

b. 4 – 5 kali diberi bobot nilai 1

c. 1 – 3 kali diberi bobot nilai 2

Akumulasi dari total nilai tersebut variabel frekuensi makan sirih dikategorikan

menjadi:

1) Baik, jika responden memperoleh nilai≥ median

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median

6. Pengukuran variabel komposisi makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1

pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban ”pinang, kapur, gambir,

tembakau” ”pinang, kapur, gambir” dan ”pinang, kapur”, dan masing-masing

alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, yaitu :

a. Kapur, pinang, gambir, tembakau diberi bobot nilai 0

b. Kapur, pinang, gambir diberi bobot nilai 1

c. Kapur, gambir diberi bobot 2

Akumulasi dari total nilai tersebut variabel komposisi makan sirih dikategorikan

menjadi:

1) Baik, jika responden memperoleh nilai≥ median

2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median

7. Pengukuran variabel lamanya makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1

pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban ”>10 tahun” 6 – 10 tahun”

dan ”1 – 5 tahun”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot

nilai yaitu :

a. >10 tahun diberi bobot nilai 0

b. 6 – 10 tahun diberi bobot nilai 1

c. 1 – 5 tahun diberi bobot nilai 2

Akumulasi dari total nilai tersebut variabel lamanya makan sirih dikategorikan

menjadi:

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1) Baik, jika responden memperoleh nilai≥ median

2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median

Keterangan :

Jika sesudah analisis data yang telah dikategorisasi ditemukan hasil dengan data

berdistribusi normal maka akan digunakan nilai mean pada metode pengukuran.

3.7 Metode Analisa Data

1) Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal

variabel-variabel penelitian baik independen maupun dependen dalam bentuk

distribusi frekuensi dan dihitung persentasenya.

2) Untuk melihat pengaruh budaya makan sirih dengan status kesehatan

periodental secara bivariat dilakukan dengan uji Chi Square pada taraf

kepercayaan 95% (α=0,05) yang dilanjutkan dengan menggunakan uji regresi

logistik ganda.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis

Desa Biru-Biru merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Deli

Serdang. Luas wilayah menurut penggunaan adalah 150 ha/m2 yang meliputi luas

pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan, taman, perkantoran, dan

prasarana umum lainnya.

Dari segi jumlah penduduk, laki-laki bejumlah 610 orang dan perempuan

berjumlah 621 orang. Dari segi jumlah keluarga, jumlah kepala keluarga laki-laki

sebanyak 272 KK dan jumlah kepala keluarga perempuan sebanyak 42 KK.

Desa Biru-Biru berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Desa Tanjung Sena

- Sebelah Selatan : Desa Sarilaba Jahe

- Sebelah Barat : Desa Rumah Gerat

- Sebelah Timur : Desa Sarilaba Jahe

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-
Biru Kab. Deli Serdang 2009

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan status kesehatan periodontal

masuk kategori parah sebanyak 74 orang (80,4%) dan sangat parah sebanyak 18

orang (19,6%), berarti seluruh responden menderita periodontal akibat makan sirih.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati Suproyo di Klaten

mendapatkan tingkat keparahan penyakit periodontal pada penguyah sirih. Yang

memiliki kebiasaan makan sirih ini dipengaruhi oleh aspek budaya yang berpengaruh

secara langsung terhadap perilaku.

5.2 Hasil Analisis Tradisi dengan Status Kesehatan Periodontal Pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009

Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara tradisi dengan status kesehatan

periodontal diperoleh nilai P=1,000 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada

Pengaruh yang bermakna antara tradisi dengan status kesehatan periodontal. Sama

halnya dengan analisis multivariat, pada tahap awal nilai yang diperoleh adalah

P=0,690 (P>0,25), artinya tradisi tidak mempengaruhi terjadinya kesehatan

periodontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif

terhadap kesehatan masyarakat. Tradisi dan budaya bersifat dinamis. Tradisi makan

sirih akan terjadi pergeseran bila tidak bermanfaat dan bisa merusak gigi. Pada

masyarakat mengatakan bahwa makan sirih dapat memperkuat gigi ternyata secara

teoritis tidak benar.

5.3 Hasil Analisis Nilai dengan Status Kesehatan Periodontal Pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009

Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara nilai dengan status kesehatan

periodontal diperoleh nilai P=0,716 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada

Pengaruh yang bermakna antara nilai dengan status kesehatan periodontal. Akan

tetapi berbeda dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah P=0,181

(P<0,25), artinya variabel nilai kemungkinan dapat mempengaruhi status kesehatan

periodontal.

Setelah dilakukan analisis pembuatan model faktor penentu, variabel nilai

merupakan variabel yang tidak memiliki pengaruh kuat untuk terjadinya kesehatan

periodontal.

5.4 Hasil Analasis Sikap Fatalisme dengan Status Kesehatan Periodontal Pada
Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009

Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara sikap fatalisme dengan status

kesehatan periodontal diperoleh nilai P=0,620(P>0,05), sehingga dapat disimpulkan

tidak ada Pengaruh yang bermakna antara sikap fatalisme dengan status kesehatan

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah

P=0,620 (P>0,25), artinya sikap fatalisme tidak berpengaruh terhadap terjadinya

kesehatan periodontal.

5.5 Hasil Analisis Sikap Ethnocentrisme dengan Status Kesehatan Periodontal


Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009

Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara sikap ethnocentrisme dengan status

kesehatan periodontal diperoleh nilai P=0,043 (P<0,05), sehingga dapat disimpulkan

ada Pengaruh yang bermakna antara sikap ethnocentrisme dengan status kesehatan

periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah

P=0,028 (P<0,25), artinya variabel sikap ethnocentrisme kemungkinan dapat

mempengaruhi status kesehatan periodontal.

Setelah dilakukan analisis pembuatan model faktor penentu, variabel sikap

ethnocentrisme merupakan variabel yang tidak berpengaruh kuat terhadap terjadinya

kesehatan periodontal.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-

hari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sesuai dengan

tingkatan sikap berdasarkan intensitasnya yang dikutip dari Notoatmodjo (Menerima,

menanggapi, menghargai, bertanggung jawab).


Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
5.6 Hasil Analisis Komposisi Makan Sirih dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli
Serdang 2009

Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara komposisi makan sirih dengan status

kesehatan periodontal diperoleh nilai P=0,011 (P<0,05), sehingga dapat disimpulkan

ada Pengaruh yang bermakna antara komposisi makan sirih dengan status kesehatan

periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah

P=0,028 (P<0,25), artinya variabel komposisi makan sirih kemungkinan dapat

mempengaruhi status kesehatan periodontal.

Hasil analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah P=0,0031 (P<0,005),

artinya komposisi makan sirih memiliki pengaruh kuat terhadap status kesehatan

periodontal.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Lina Natamiharja dan Robert

tentang kebiasaan makan sirih bahwa kebiasaan makan sirih berpengaruh dengan

indeks peyakit periodontal.

Akibat kebiasaan makan sirih ini salah satunya dipengaruhi oleh kebudayaan,

yakni perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan.

Perilaku yang normal adalah salah satu dari aspek kebudayaan dan selanjutnya

kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap perilaku.

Dari hasil penelitian, mayoritas responden berpendapat bahwa dengan makan

sirih dapat menguatkan gigi, menghilangkan bau nafas dan juga baik untuk kesehatan

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
giginya. Namun dari hasil peneliti menemukan bahwa pendapat masyarakat tersebut

salah, setelah dilakukan pemeriksaan terhadap responden pada umumnya terkena

penyakit periodontal. Sehingga perlu dilakukan pendekatan dalam hal binasuasana

untuk mengatasi penyakit periodontal akibat kebiasaan mengkonsumsi sirih.

Sebahagian kecil responden berpendapat, bahwa kebiasaan mengkonsumsi

sirih tersebut tidak perlu diteruskan, karena selain mengeluarkan biaya yang banyak,

juga memperburuk keadaan pencernaannya ketika mengalami sakit maagnya kambuh.

5.7 Hasil Analisis Frekuensi Makan Sirih dengan Status Kesehatan


Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli
Serdang 2009

Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara frekuensi makan sirih dengan status

kesehatan periodontal diperoleh nilai P=0,064 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan

tidak ada Pengaruh yang bermakna antara frekuensi makan sirih dengan status

kesehatan periodontal. Berbeda halnya dengan analisis multivariat, nilai yang

diperoleh adalah P=0,087(P<0,25), artinya variabel frekuensi makan sirih

kemungkinan dapat mempengaruhi status kesehatan periodontal.

Hasil analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah P=0,900 (P>0,005),

artinya frekuensi makan sirih tidak mempengaruhi terjadinya kesehatan periodontal.

5.8 Pengaruh Lamanya Makan Sirih dengan Status Kesehatan Periodontal


Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009

Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara lamanya makan sirih dengan status

kesehatan periodontal diperoleh nilai P=0,624 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan


Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
tidak ada Pengaruh yang bermakna antara lamanya makan sirih dengan status

kesehatan periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh

adalah P=0,508 (P>0,25), artinya variabel frekuensi makan sirih tidak mempengaruhi

status kesehatan periodontal.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Status kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo yang makan sirih di

Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 adalah parah sebanyak 74

orang (80,4%) dan sangat parah sebanyak 18 orang (19,6%). Kemudian setelah dibuat

analisis chi square diperoleh dua variabel yang mempengaruhi terhadap status

kesehatan periodontal yaitu: sikap ethnocentrisme dan komposisi makan sirih.

Hasil selanjutnya dalam bentuk analisis multivariat. Dari hasil analisis

tersebut didapat hasil sebagai berikut: Ada pengaruh yang paling kuat antara

komposisi makan sirih terhadap status kesehatan periodontal.

Komposisi yang dikonsumsi oleh masyarakat Suku Karo berbeda-beda sesuai

keinginan mereka, pada umumnya menggunakan komposisi kapur, pinang, gambir,

dan tembakau.. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu makan sirih

dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan periodontal. Namun dalam hal ini

peneliti tidak membahas komposisi mana yang paling berpengaruh terhadap status

kesehatan periodontal.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
6.2 Saran

1. Perlu dilakukan promosi kesehatan secara terus menerus untuk merubah perilaku

masyarakat suku Karo terhadap bahaya makan sirih.

2. Perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan uji laboratorium tentang

komposisi makan sirih, untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan dari

komposisi makan sirih yang paling berpengaruh terhadap status kesehatan

periodontal.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, http// www, Indonesia.com/ Inti Sari/ 2001

Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Asah, s p, htm, 2006, Sirih Pinang, http// www, pnm, my/ Sirih Pinang

Besford, J., 1996. Mengenal Gigi Anda, Arcan, Jakarta

Boediardjo, 1985, Pemelihara Kesehatan Gigi Keluarga, Airlangga Universiti Press,


Jakarta

Dentika Dental, 2004, Jurnal Vol 9, No 2 Medan

2003, Jurnal Vol 8, No 2 Medan

2002, Laporan Survei Kesehatan Nasional 2001, Studi Morbilitas


Dan Dissabilita Tim Surkenas, Jakarta

Depkes, RI, 1995, Tata cara Kerja Pelayanan Asuhan kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskesmas, Jakarta

2005, Pedoman Upaya Kesehatan Nasional 2001, Studi Morbilitas dan


Dissabilita Tim Surkesnas Jakarta

Foster, T D, 1999 Ortodonsi Jakarta, EGC

Hartati, 1985, Kumpulan Makalah Ilmiah Denpasar, UGM

Herijulianti, dkk, 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta

Ihromi, 1996, Antropologi Budaya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Notoatmodjo, S., 2005, Promosi Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

2003, Pendidikan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
PDGI, 1994, Jurnal Kedokteran Gigi, No 3, Jakarta

Pratiwi, 2007, Gigi Sehat, Kompas, Jakarta

Prayitno, 2003, Periodontologi Klinik, Fondasi Kedokteran Gigi masa Depan, Balai
penerbit FKUI, Jakarta

Sarwono, 2007, Sosiologi Kesehatan, Gajah Mada University Prees, Jakarta

Sauzlah, 2006, Tanaman Obat kelurga, pebebar Suadaya, Jakarta

Schuurs, 1992, patologi Gigi Geligi, Gajah mada Prees,Yogyakarta

Suwello, 1996, Karies Gigi pada Berbagai Faktor Etiologi kajian Pada Anak Usia
Pra Sekolah, EGC, Jakarta

Widaghdo, dkk, 2009, Ilmu Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta

World health Organization, 1997 oral Surveys Basic Methode edition, Geneva

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP STATUS KESEHATAN
PERIODONTAL PADA MASYARAKAT SUKU KARO DI DESA BIRU – BIRU
KABUPATEN DELI SERDANG

NOMOR
RESPONDEN
KUNJUNGAN KE:

ALAMAT RESPONDEN

1. KARAKTERISTIK INDIVIDU

1. UMUR : _________ Tahun

2. JENIS KELAMIN 1. Laki-laki


2. Perempuan
3. STATUS PERKAWINAN : 1. Kawin
2. Belum Kawin
3. Duda/Janda

4. PENDIDIKAN 1. Tamat SD
2. Tamat SLTP
3. Tamat SLTA
4. Tamat D-3/S1
5. PEKERJAAN 1. Petani/Buruh
2. PNS/Polri
3. Pegawai Swasta/Wirawsata
4. Tidak Bekerja/Ibu Rumah Tangga
5. Pensiunan

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2. FAKTOR BUDAYA

a. TRADISI

01 Makan sirih adalah salah satu cara menjaga khazanah budaya


a. Ya
b. Tidak
02 Setiap hari wajib makan sirih
a. Ya
b. Tidak
03 Makan sirih harus dilestarikan sampai anak cucu
a. Ya
b. Tidak
04 Makan sirih tidak boleh dilakukan oleh anak – anak
a. Ya
b. Tidak
05 Makan sirih hanya diperbolehkan dikonsumsi oleh orang dewasa
a. Ya
b. Tidak
06 Sirih yang dikonsumsi harus dikombinasi dengan pinang dan gambir
a. Ya
b. Tidak

b. NILAI

01 Apakah menurut bapak/ibu sirih adalah jenis tumbuhan yang sakral dalam kehidupan
a. Ya
b. Tidak
02 Apakah menurut bapak/ibu dengan makan sirih kita sudah menjaga adat istiadat dari nenek
moyang
a. Ya
b. Tidak
03 Apakah menurut bapak/ibu Makan sirih dapat menjadi suatu kebanggaan bagi suatu suku
a. Ya
b. Tidak
04 Apakah menurut bapak/ibu makan sirih harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga
a. Ya
b. Tidak
05 Apakah menurut bapak/ibu sirih mempunyai arti tersendiri dalam budaya
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
a. Ya
b. Tidak

c. SIKAP FATALISME
01 Makan sirih adalah bagian dari cara pergaulan dalam bermasyarakat
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
02 Budaya makan sirih adalah kebiasaan yang harus diajarkan pada anak-cucu
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
03 Makan sirih harus ada dalam setiap kegiatan – kegiatan adat
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
04 Sirih adalah jenis tumbuhan yang dikaruniai Tuhan dan patut untuk dijaga dan dikonsumsi
dalam setiap kegiatan keagamaan
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
05 Sirih adalah hidangan wajib dalam keluarga
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
06 Setiap keluarga wajib menanam pohon sirih di kebun atau diladangnya
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju

d. SIKAP ETHNOCENTRISM
01 Budaya makan sirih adalah mutlak budaya masyarakat Karo
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
02 Makan sirih sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
03 Makan sirih secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
04 Penggunaan kapur, gambir, pinang dalam sirih dapat menyebabkan gangguan kesehatan gigi
dan mulut
a. Setuju
b. Kurang Setuju
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
c. Tidak Setuju
05 Budaya makan sirih adalah bagian dari adat istiadat masyarakat
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju

3. KEBIASAAN
a. KOMPOSISI MAKAN SIRIH
01 Apa saja bahan atau campuran makan sirih ibu/bapak?
a. Kapur, pinang, gambir, tembakau
b. Kapur, pinang, gambir
c. Kapur, gambir

b. FREKWENSI MAKAN SIRIH


01 Berapa kali dalam satu hari ibu/bapak makan sirih ?
a. >5 Kali sehari
b. 4 – 5 Kali sehari
c. 1 – 3 kali sehari

c. LAMANYA MAKAN SIRIH


01 Berapa lama ibu/bapak sudah makan sirih ?
a. >10 Tahun
b. 6 – 10 Tahun
c. 1 – 5 Tahun

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
LAMPIRAN 2

FORMULIR PEMERIKSAAN STATUS KESEHATAN PERIODONTAL

DATA UMUM
Nomor Kuesioner :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :

STATUS PERIODONTAL (CPITN)

17/16 11 26/27

47/46 31 36/37

Status :
0 : Sehat Baik
1 : Perdarahan
2 : Ada karang gigi Parah
3 : Pocket 4 – 5 mm
4 : Pocket 6 mm atau lebih Sangat Parah

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Frequencies
Frequency Table
umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <35 tahun 3 3,3 3,3 3,3
35-40 tahun 9 9,8 9,8 13,0
41-45 tahun 15 16,3 16,3 29,3
46-50 tahun 12 13,0 13,0 42,4
51-55 tahun 10 10,9 10,9 53,3
56-60 tahun 25 27,2 27,2 80,4
>60 tahun 18 19,6 19,6 100,0
Total 92 100,0 100,0

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 16 17,4 17,4 17,4
perempuan 76 82,6 82,6 100,0
Total 92 100,0 100,0

status perkawinan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kawin 64 69,6 69,6 69,6
belum kawin 5 5,4 5,4 75,0
janda/duda 23 25,0 25,0 100,0
Total 92 100,0 100,0

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tamat SD 36 39,1 39,1 39,1
tamat SLTP 30 32,6 32,6 71,7
tamat SLTA 17 18,5 18,5 90,2
tamat D3/S1 9 9,8 9,8 100,0
Total 92 100,0 100,0

pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid petani/buruh 64 69,6 69,6 69,6
pns/polri 6 6,5 6,5 76,1
peg.swasta/wiraswasta 4 4,3 4,3 80,4
tidak bekerja/IRT 15 16,3 16,3 96,7
pensiunan 3 3,3 3,3 100,0
Total 92 100,0 100,0

tradisi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 84 91,3 91,3 91,3
kurang 8 8,7 8,7 100,0
Total 92 100,0 100,0

nilai

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 88 95,7 95,7 95,7
kurang 4 4,3 4,3 100,0
Total 92 100,0 100,0

sikap fatalisme

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 80 87,0 87,0 87,0
kurang 12 13,0 13,0 100,0
Total 92 100,0 100,0

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sikap ethnocentrism

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 78 84,8 84,8 84,8
kurang 14 15,2 15,2 100,0
Total 92 100,0 100,0

komosisi makan sirih

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 32 34,8 34,8 34,8
kurang 60 65,2 65,2 100,0
Total 92 100,0 100,0

frekuensi makan sirih

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 75 81,5 81,5 81,5
kurang 17 18,5 18,5 100,0
Total 92 100,0 100,0

lama makan sirih

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 91 98,9 98,9 98,9
kurang 1 1,1 1,1 100,0
Total 92 100,0 100,0

status peridontal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid parah 74 80,4 80,4 80,4
sangat parah 18 19,6 19,6 100,0
Total 92 100,0 100,0

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Crosstabs
tradisi * status peridontal
Crosstab

status peridontal
parah sangat parah Total
tradisi baik Count 68 16 84
Expected Count 67,6 16,4 84,0
% of Total 73,9% 17,4% 91,3%
kurang Count 6 2 8
Expected Count 6,4 1,6 8,0
% of Total 6,5% 2,2% 8,7%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,164b 1 ,685
Continuity Correctiona ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,155 1 ,693
Fisher's Exact Test ,652 ,490
Linear-by-Linear
,163 1 ,687
Association
N of Valid Cases 92
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
1,57.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
nilai * status peridontal
Crosstab

status peridontal
parah sangat parah Total
nilai baik Count 70 18 88
Expected Count 70,8 17,2 88,0
% of Total 76,1% 19,6% 95,7%
kurang Count 4 0 4
Expected Count 3,2 ,8 4,0
% of Total 4,3% ,0% 4,3%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,017b 1 ,313
Continuity Correctiona ,133 1 ,716
Likelihood Ratio 1,786 1 ,181
Fisher's Exact Test ,582 ,412
Linear-by-Linear
1,006 1 ,316
Association
N of Valid Cases 92
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
,78.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sikap fatalisme * status peridontal
Crosstab

status peridontal
parah sangat parah Total
sikap fatalisme baik Count 65 15 80
Expected Count 64,3 15,7 80,0
% of Total 70,7% 16,3% 87,0%
kurang Count 9 3 12
Expected Count 9,7 2,3 12,0
% of Total 9,8% 3,3% 13,0%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,259b 1 ,611
Continuity Correctiona ,014 1 ,905
Likelihood Ratio ,246 1 ,620
Fisher's Exact Test ,697 ,429
Linear-by-Linear
,256 1 ,613
Association
N of Valid Cases 92
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2,35.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sikap ethnocentrism * status peridontal
Crosstab

status peridontal
parah sangat parah Total
sikap ethnocentrism baik Count 66 12 78
Expected Count 62,7 15,3 78,0
% of Total 71,7% 13,0% 84,8%
kurang Count 8 6 14
Expected Count 11,3 2,7 14,0
% of Total 8,7% 6,5% 15,2%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,693b 1 ,017
Continuity Correctiona 4,081 1 ,043
Likelihood Ratio 4,858 1 ,028
Fisher's Exact Test ,027 ,027
Linear-by-Linear
5,631 1 ,018
Association
N of Valid Cases 92
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2,74.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
KMS * status peridontal
Crosstab

status peridontal
parah sangat parah Total
KMS kapur,pinang,gambi Count 44 16 60
r,tembakau Expected Count 48,3 11,7 60,0
% of Total 47,8% 17,4% 65,2%
kapur,pinang,gambir Count 15 0 15
Expected Count 12,1 2,9 15,0
% of Total 16,3% ,0% 16,3%
kapur,gambir Count 15 2 17
Expected Count 13,7 3,3 17,0
% of Total 16,3% 2,2% 18,5%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 6,229a 2 ,044
Likelihood Ratio 9,049 2 ,011
Linear-by-Linear
3,448 1 ,063
Association
N of Valid Cases 92
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2,93.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
FMS * status peridontal
Crosstab

status peridontal
parah sangat parah Total
FMS > 5 kali Count 11 6 17
Expected Count 13,7 3,3 17,0
% of Total 12,0% 6,5% 18,5%
4-5 kali Count 38 10 48
Expected Count 38,6 9,4 48,0
% of Total 41,3% 10,9% 52,2%
1-3 kali Count 25 2 27
Expected Count 21,7 5,3 27,0
% of Total 27,2% 2,2% 29,3%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 5,258a 2 ,072
Likelihood Ratio 5,494 2 ,064
Linear-by-Linear
5,197 1 ,023
Association
N of Valid Cases 92
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 3,33.

LMS * status peridontal

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Crosstab

status peridontal
parah sangat parah Total
LMS > 10 tahun Count 1 0 1
Expected Count ,8 ,2 1,0
% of Total 1,1% ,0% 1,1%
6-10 tahun Count 11 4 15
Expected Count 12,1 2,9 15,0
% of Total 12,0% 4,3% 16,3%
1-5 tahun Count 62 14 76
Expected Count 61,1 14,9 76,0
% of Total 67,4% 15,2% 82,6%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square ,787a 2 ,675
Likelihood Ratio ,943 2 ,624
Linear-by-Linear
,180 1 ,671
Association
N of Valid Cases 92
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,20.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


parah 0
sangat parah 1

Categorical Variables Codings


Paramete
Frequency (1)
tradisi baik 84 1,000
kurang 8 ,000

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 0 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant -1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables TRTOTK(1) ,164 1 ,685
Overall Statistics ,164 1 ,685

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step ,155 1 ,693
Block ,155 1 ,693
Model ,155 1 ,693

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 90,799 ,002 ,003

Classification Tablea

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 1 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

95,0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step
a TRTOTK(1) -,348 ,862 ,163 1 ,686 ,706 ,130 3,827
1 Constant -1,099 ,816 1,810 1 ,178 ,333
a. Variable(s) entered on step 1: TRTOTK.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


parah 0
sangat parah 1

Categorical Variables Codings


Paramete
Frequency di
(1)
nilai baik 88 1,000
kurang 4 ,000

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 0 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant -1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables NLTOTK(1) 1,017 1 ,313
Overall Statistics 1,017 1 ,313

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 1,786 1 ,181
Block 1,786 1 ,181
Model 1,786 1 ,181

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 89,169 ,019 ,031

Classification Tablea

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 1 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

95,0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step
a
NLTOTK(1) 19,845 20096,496 ,000 1 ,999 4,2E+08 ,000 .
1 Constant -21,203 20096,496 ,000 1 ,999 ,000
a. Variable(s) entered on step 1: NLTOTK.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


parah 0
sangat parah 1

Categorical Variables Codings


Paramete
Frequency (1)
sikap fatalisme baik 80 1,000
kurang 12 ,000

Block 0: Beginning Block

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Classification Tablea,b

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 0 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant -1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables FATTOTK(1) ,259 1 ,611
Overall Statistics ,259 1 ,611

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step ,246 1 ,620
Block ,246 1 ,620
Model ,246 1 ,620

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 90,708 ,003 ,004

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Classification Tablea

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 1 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

95,0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step
a
FATTOTK(1) -,368 ,726 ,257 1 ,612 ,692 ,167 2,870
1 Constant -1,099 ,667 2,716 1 ,099 ,333
a. Variable(s) entered on step 1: FATTOTK.

Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


parah 0
sangat parah 1

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Categorical Variables Codings
Paramete
Frequency di
(1)
sikap ethnocentrism baik 78 1,000
kurang 14 ,000

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 0 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant -1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables ETTOTK(1) 5,693 1 ,017
Overall Statistics 5,693 1 ,017

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 4,858 1 ,028
Block 4,858 1 ,028
Model 4,858 1 ,028

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 86,096 ,051 ,082

Classification Tablea

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 1 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

95,0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step
a ETTOTK(1) -1,417 ,625 5,147 1 ,023 ,242 ,071 ,825
1 Constant -,288 ,540 ,284 1 ,594 ,750
a. Variable(s) entered on step 1: ETTOTK.

Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


parah 0
sangat parah 1

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 0 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant -1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables KOMP 5,528 1 ,019
Overall Statistics 5,528 1 ,019

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 6,402 1 ,011
Block 6,402 1 ,011
Model 6,402 1 ,011

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 84,552 ,067 ,107

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Classification Tablea

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 1 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

95,0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step
a
KOMP 1,696 ,786 4,653 1 ,031 5,455 1,168 25,481
1 Constant -4,404 1,489 8,744 1 ,003 ,012
a. Variable(s) entered on step 1: KOMP.

Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


parah 0
sangat parah 1

Categorical Variables Codings


Paramete
Frequency (1)
frekuensi makan baik 75 1,000
sirih kurang 17 ,000

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 0 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant -1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables FREK(1) 3,278 1 ,070
Overall Statistics 3,278 1 ,070

Block 1: Method = Enter

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 2,929 1 ,087
Block 2,929 1 ,087
Model 2,929 1 ,087

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 88,025 ,031 ,050

Classification Tablea

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 1 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

95,0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step
a
FREK(1) -1,052 ,597 3,102 1 ,078 ,349 ,108 1,126
1 Constant -,606 ,508 1,426 1 ,232 ,545
a. Variable(s) entered on step 1: FREK.

Logistic Regression

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


parah 0
sangat parah 1

Categorical Variables Codings


Paramete
Frequency (1)
lama makan baik 91 1,000
sirih kurang 1 ,000

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 0 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant -1,414 ,263 28,935 1 ,000 ,243

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables LAMA(1) ,246 1 ,620
Overall Statistics ,246 1 ,620

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step ,438 1 ,508
Block ,438 1 ,508
Model ,438 1 ,508

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 90,516 ,005 ,008

Classification Tablea

Predicted

status peridontal Percentage


Observed parah sangat parah Correct
Step 1 status peridontal parah 74 0 100,0
sangat parah 18 0 ,0
Overall Percentage 80,4
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

95,0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step
a LAMA(1) 19,803 40192,933 ,000 1 1,000 4,0E+08 ,000 .
1 Constant -21,203 40192,933 ,000 1 1,000 ,000
a. Variable(s) entered on step 1: LAMA.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Lampiran 3
Jadwal Penelitian

November Desember Januari Februari Maret April


Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu M
Kegiatan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Penelusuran
Pustaka

Penyusunan

Proposal
Kolokium
Perbaikan
Proposal
Pengumpulan
data
Pengolahan
data
Seminar Hasil

Perbaikan
tesis
Komprehensif

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.1.2 Latar Belakang Etnis

Tabel 4.1 Latar Belakang Etnis

No. Etnis Laki-Laki Perempuan


1 Aceh 2 1
2 Batak 11 6
3 Betawi 2 -
4 Jawa 22 12
5 Karo 554 592
6 Melayu - 3
7 Mentawai/Mandailing 16 4
8 Minang 3 1
Jumlah Total 610 621

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan/mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu variabel dependen (status

kesehatan peridontal), variabel independen utama (faktor budaya dan kebiasaan

makan), serta variabel pendukung (umur, jenis kelamin, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan). Gambaran karakteristik masing-masing variabel adalah

sebagai berikut :

4.2.1 Status Kesehatan Periodontal

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kesehatan Periodontal


Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli
Serdang 2009.

Status Periodontal Jumlah Persentase (%)


Parah 74 80,4
Sangat Parah 18 19,6
Total 92 100,0

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan pengelompokan status kesehatan periodontal, didapat gambaran

responden yang terbanyak mempunyai status periodontal yang parah sebanyak 74

orang (80,4%), sedangkan status periodontal yang sangat parah sebanyak 18 orang

(19,6%).

4.3 Karakteristik Responden

4.3.2 Umur Responden

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Masyarakat Suku


Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.

Umur Jumlah Persentase (%)


< 35 tahun 3 3,3
35 – 40 tahun 9 9,8
41 – 45 tahun 15 16,3
46 – 50 tahun 12 13,0
51 – 55 tahun 10 10,9
56 – 60 tahun 25 27,2
> 60 tahun 18 19,6
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan umur responden, didapat gambaran responden

yang paling banyak ditemukan pada usia 56 – 60 tahun sebanyak 25 orang (27,2%),

sedangkan responden yang paling sedikit berusia < 35 tahun sebanyak 3 orang

(3,3%).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.3.3 Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Masyarakat


Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


Laki-Laki 16 17,4
Perempuan 76 82,6
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan Jenis Kelamin responden, didapat gambaran

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (17,4%), sedangkan

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 76 orang (82,6%).

4.3.4 Status Perkawinan Responden

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang
2009.

Status Perkawinan Jumlah Persentase (%)


Kawin 64 69,6
Belum Kawin 5 5,4
Janda/Duda 23 25,0
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan status perkawinan, didapat gambaran responden

yang paling banyak berstatus kawin sebanyak 64 orang (69,6%), kemudian berstatus

janda/duda sebanyak 23 orang (25,0%), sedangkan yang paling sedikit berstatus

belum kawin sebanyak 5 orang (5,4%).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.3.5 Pendidikan Responden

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Masyarakat


Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.

Pendidikan Jumlah Persentase (%)


Tamat SD 36 39,1
Tamat SLTP 30 32,6
Tamat SLTA 17 18,5
Tamat DIII/S1 9 9,8
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan pendidikan, didapat gambaran responden yang

pendidikan tamat SD sebanyak 36 orang (39,1%), responden yang pendidikan tamat

SLTP sebanyak 30 orang (32,6%), responden yang pendidi kan tamat SLTA

sebanyak 17 orang (18,5%), dan responden yang pendidikan tamat DIII/S1 sebanyak

9 orang (9,8%).

4.3.6 Pekerjaan Responden

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Masyarakat Suku


Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


Petani/Buruh 64 69,6
PNS/POLRI 6 6,5
Peg. Swasta/Wrsta 4 4,3
Tidak Bekerja 15 16,3
Pensiunan 3 3,3
Total 92 100,0

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan pengelompokan pekerjaan, didapat gambaran responden yang

pekerjaan Petani/Buruh adalah yang paling banyak sebesar 64 orang (69,6%),

responden yang pekerjaan PNS/POLRI sebanyak 6 orang (6,5%), responden yang

pekerjaan peg.swasta/wiraswasta sebanyak 4 orang (4,3%), responden yang tidak

bekerja sebanyak 15 orang (16,3%), dan responden yang paling sedikit sebagai

pensiunan sebanyak 3 orang (3,3%).

4.4 Budaya Makan Sirih

4.4.1 Tradisi Makan Sirih

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjaga Khazanah


Budaya

Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)


Ya 87 94,6
Tidak 5 5,4
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan

sirih menjaga khazanah budaya sebanyak 87 orang (94,6%), sedangkan responden

yang berpendapat makan sirih tidak menjaga khazanah budaya sebanyak 5 orang

(5,4%).

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Wajib Makan Sirih Setiap Hari

Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%)


1. Ya 67 72,8
2. Tidak 25 27,2
Total 92 100,0

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan

sirih wajib setiap hari sebanyak 67 orang (72,8%), sedangkan responden yang

berpendapat makan sirih tidak wajib setiap hari sebanyak 25 orang (27,2%).

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Dilestarikan


Sampai Anak Cucu

Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%)


1. Ya 71 77,2
2. Tidak 21 22,8
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan

sirih harus dilestarikan sampai anak cucu sebanyak 71 orang (77,2%), sedangkan

responden yang berpendapat makan sirih tidak harus dilestarikan sampai anak cucu

sebanyak 21 orang (22,8%).

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Tidak Boleh


Dimakan Oleh Anak-Anak

Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%)


1. Ya 35 38,0
2. Tidak 57 62,0
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan

sirih tidak boleh dimakan anak-anak sebanyak 35 orang (38,0%), sedangkan

responden yang berpendapat makan sirih boleh dimakan anak-anak sebanyak 57

orang (62,0%).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Hanya
Diperbolehkan Dikonsumsi Oleh Orang Dewasa

Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%)


1. Ya 85 92,4
2. Tidak 7 7,6
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan

sirih hanya untuk orang dewasa sebanyak 85 orang (92,4%), sedangkan responden

yang berpendapat makan sirih tidak hanya untuk orang dewasa sebanyak 7 orang

(7,6%).

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Sirih Harus


Dikombinasi Dengan Pinang dan Gambir

Pertanyaan 6 Jumlah Persentase (%)


1. Ya 89 96,7
2. Tidak 3 3,3
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat Sirih

harus dikombinasi dengan Pinang dan Gambir sebanyak 89 orang (96,7%),

sedangkan responden yang berpendapat sirih tidak harus dikombinasi dengan pinang

dan gambir sebanyak 3 orang (3,3%).

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tradisi Pada Masyarakat Suku


Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.

Tradisi Jumlah Persentase (%)


1. Baik 84 91,3
2. Kurang 8 8,7
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan tradisi, didapat gambaran responden yang paling

banyak terdapat pada tradisi baik sebanyak 84 orang (91,3%), sedangkan responden

yang tradisi kurang sebanyak 8 orang (8,7%).

4.4.2 Nilai Makan Sirih

Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Adalah Jenis Tumbuhan


Yang Sakral

Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)


1. Ya 80 87,0
2. Tidak 12 13,0
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat bahwa

sirih adalah jenis tumbuhan yang sakral sebanyak 80 orang (87,0%), sedangkan

responden yang berpendapat sirih bukan merupakan tumbuhan yang sakral sebanyak

12 orang (13,0%).

Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjaga Adat


Istiadat Nenek Moyang

Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%)


1. Ya 90 97,8
2. Tidak 2 2,2
Total 92 100,0

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan

sirih menjaga adat istiadat sebanyak 90 orang (97,8%), sedangkan responden yang

berpendapat makan sirih tidak menjaga adat istiadat sebanyak 2 orang (2,2%).

Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Menjadi Suatu


Kebanggaan Bagi Suatu Suku

Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%)


1. Ya 77 83,7
2. Tidak 15 16,3
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan

sirih dapat menjadi kebanggaan suku sebanyak 77 orang (83,7%), sedangkan

responden yang berpendapat makan sirih tidak menjadi kebanggaan suku sebanyak

15 orang (16,3%).

Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Dilakukan


Oleh Anggota Keluarga

Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%)


1. Ya 9 9,8
2. Tidak 83 90,2
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan

sirih harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga sebanyak 9 orang (9,8%),

sedangkan responden yang berpendapat makan sirih tidak harus dilakukan oleh setiap

anggota keluarga sebanyak 83 orang (90,2%).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Mempunyai Arti
Tersendiri Dalam Budaya

Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%)


Ya 92 100
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa semua responden berpendapat sirih

mempunyai arti tersendiri dalam budaya sebanyak 92 orang (100,0%).

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Pada Masyarakat Suku
Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.

Nilai Jumlah Persentase (%)


1. Baik 88 95,7
2. Kurang 4 4,3
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan nilai, didapat gambaran responden yang paling

banyak terdapat pada nilai baik sebanyak 88 orang (95,7%), sedangkan responden

yang nilai kurang sebanyak 4 orang (4,3%).

4.4.3 Sikap Fatalisme Terhadap Makan Sirih

Tabel 4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Untuk Pergaulan

Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)


Setuju 92 100,0
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa semua responden berpendapat setuju

bahwa makan sirih untuk pergaulan sebanyak 92 orang (100,0%).

Tabel 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih Harus


Diajarkan Pada Anak Cucu

Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%)


1. Setuju 50 54,3
2. Kurang Setuju 29 31,5
3. Tidak Setuju 13 14,1
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju

dengan budaya makan sirih harus diajarkan pada anak cucu sebanyak 50 orang

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
(54,3%), kurang setuju dengan budaya makan sirih harus diajarkan pada anak cucu

sebanyak 29 orang (31,5%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan budaya

makan sirih harus diajarkan pada anak cucu sebanyak 13 orang (14,1%).

Tabel 4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Ada Dalam
Kegiatan Adat

Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%)


1. Setuju 60 65,2
2. Kurang Setuju 32 34,8
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju

dengan makan sirih harus ada dalam kegiatan adapt sebanyak 60 orang (65,2%),

sedangkan responden yang kurang setuju dengan makan sirih harus ada dalam

kegiatan adat sebanyak 32 orang (34,8%).

Tabel 4.24 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Patut Dijaga dan


Dikonsumsi Dalam Setiap Kegiatan Keagamaan

Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%)


1. Setuju 37 40,2
2. Kurang Setuju 35 38,0
3. Tidak Setuju 20 21,7
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju

dengan sirih patut dijaga dan dikonsumsi dalam setiap kegiatan keagamaan sebanyak

37 orang (40,2%), kurang setuju dengan sirih patut dijaga dan dikonsumsi dalam

setiap kegiatan keagamaan sebanyak 35 orang (38,0%), sedangkan responden yang

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
tidak setuju dengan sirih patut dijaga dan dikonsumsi dalam setiap kegiatan

keagamaan sebanyak 20 orang (21,7%).

Tabel 4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Hidangan Wajib Bagi


Keluarga

Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%)


1. Setuju 35 38,0
2. Kurang Setuju 11 12,0
3. Tidak Setuju 46 50,0
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju

dengan sirih hidangan wajib bagi keluarga sebanyak 35 orang (38,0%), kurang setuju

dengan sirih hidangan wajib bagi keluarga sebanyak 11 orang (12,0%), sedangkan

responden yang tidak setuju dengan sirih hidangan wajib bagi keluarga sebanyak 46

orang (50,0%).

Tabel 4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Setiap Keluarga Wajib


Menanam Pohon Sirih

Pertanyaan 6 Jumlah Persentase (%)


1. Setuju 54 58,7
2. Kurang Setuju 21 22,8
3. Tidak Setuju 17 18,5
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju

dengan setiap keluarga wajib menanam pohon sirih sebanyak 54 orang (58,7%),

kurang setuju dengan setiap keluarga wajib menanam pohon sirih sebanyak 21 orang

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
(22,8%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan setiap keluarga wajib

menanam pohon sirih sebanyak 17 orang (18,5%).

Tabel 4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Fatalisme Pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang
2009.

Sikap Fatalisme Jumlah Persentase (%)


1. Baik 80 87,0
2. Kurang 12 13,0
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan sikap fatalisme, didapat gambaran responden

yang paling banyak terdapat pada sikap fatalisme baik sebanyak 80 orang (87,0%),

sedangkan responden yang sikap fatalisme kurang sebanyak 12 orang (13,0%).

4.4.4 Sikap Ethnocentrisme Terhadap Makan Sirih

Tabel 4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih Mutlak


Budaya Masyarakat Karo

Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)


1. Setuju 67 72,8
2. Kurang Setuju 13 14,1
3. Tidak Setuju 12 13,0
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju

dengan budaya makan sirih mutlak budaya masyarakat karo sebanyak 67 orang

(72,8%), kurang setuju dengan budaya makan sirih mutlak budaya masyarakat karo

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sebanyak 13 orang (14,1%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan budaya

makan sirih mutlak budaya masyarakat karo sebanyak 12 orang (13,0%).

Tabel 4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Bermanfaat Bagi


Kesehatan Tubuh

Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%)


1. Setuju 67 72,8
2. Kurang Setuju 18 19,6
3. Tidak Setuju 7 7,6
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju

dengan makan sirih bermanfaat bagi kesehatan tubuh sebanyak 67 orang (72,8%),

kurang setuju dengan makan sirih bermanfaat bagi kesehatan tubuh sebanyak 18

orang (19,6%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan makan sirih

bermanfaat bagi kesehatan tubuh sebanyak 7 orang (7,6%).

Tabel 4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Berlebihan


Menyebabkan Gangguan Pada Gigi dan Mulut

Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%)


1. Setuju 18 19,6
2. Kurang Setuju 14 15,2
3. Tidak Setuju 60 65,2
Total 92 100,0

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju

dengan makan sirih berlebihan menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut

sebanyak 18 orang (19,6%), kurang setuju dengan makan sirih berlebihan

menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 14 orang (15,2%),

sedangkan responden yang tidak setuju dengan makan sirih berlebihan menyebabkan

gangguan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 60 orang (65,2%).

Tabel 4.31 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Kapur, Gambir,


Pinang dalam Sirih Menyebabkan Gangguan Kesehatan Gigi dan
Mulut

Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%)


1. Setuju 29 31,5
2. Kurang Setuju 47 51,1
3. Tidak Setuju 16 17,4
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju

dengan penggunaan kapur, gambir, pinang dalam sirih menyebabkan gangguan

kesehatan gigi dan mulut sebanyak 29 orang (31,5%), kurang setuju dengan

penggunaan kapur, gambir, pinang dalam sirih menyebabkan gangguan kesehatan

gigi dan mulut sebanyak 47 orang (51,1%), sedangkan responden yang tidak setuju

dengan penggunaan kapur, gambir, pinang dalam sirih menyebabkan gangguan

kesehatan gigi dan mulut sebanyak 16 orang (17,4%).

Tabel 4.32 Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Makan Sirih Bagian


Dari Adat Istiadat Masyarakat

Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%)


Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1. Setuju 89 96,7
2. Kurang Setuju 3 3,3
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju

dengan budaya makan sirih bagian dari adat istiadat masyarakat sebanyak 89 orang

(96,7%), sedangkan responden yang kurang setuju dengan budaya makan sirih bagian

dari adat istiadat masyarakat sebanyak 3 orang (3,3%).

Tabel 4.33 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ethnocentrisme Pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang
2009.

Sikap Ethnocentrisme Jumlah Persentase (%)


1. Baik 78 84,8
2. Kurang 14 15,2
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan sikap ethnocentrisme, didapat gambaran

responden yang paling banyak terdapat pada sikap ethnocentrisme baik sebanyak 78

orang (84,8%), sedangkan responden yang sikap ethnocentrisme kurang sebanyak 14

orang (15,2%).

4.4.5 Komposisi Makan Sirih

Tabel 4.34 Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Makan Sirih

Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)


1. Kapur,Pinang,Gambir,Tembakau 60 65,2
2. Kapur,Pinang,Gambir 15 16,3
3. Kapur,Gambir 17 18,5
Total 92 100,0
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dari di atas terlihat bahwa responden yang memakan sirih dengan komposisi

kapur, pinang, gambir, tembakau sebanyak 60 orang (65,2%), reesponden yang

memakan sirih dengan komposisi kapur, pinang, gambir sebanyak 15 orang (16,3%),

dan responden yang memakan sirih dengan komposisi hanya kapur dan gambir

sebanyak 17 orang (18,5%).

Tabel 4.35 Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Makan Sirih Pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang
2009.

Komposisi Makan Sirih Jumlah Persentase (%)


1.Baik 32 34,8
2.Kurang 60 65,2
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan komposisi makan sirih, didapat gambaran

responden yang paling banyak terdapat pada komposisi makan sirih yang kurang

sebanyak 60 orang (65,2%), sedangkan komposisi makan sirih yang baik sebanyak 32

orang (34,8%).

4.4.6 Frekuensi Makan Sirih

Tabel 4.36 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Sirih

Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)


1. 5 kali 17 18,5
2. 4 – 5 kali 48 52,2
3. 1 – 3 kali 27 29,3

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang memakan sirih

dengan frekuensi > 5 kali sebanyak 17 orang (18,5%), responden yang memakan sirih

dengan frekuensi 4-5 kali sebanyak 48 orang (52,2%), dan responden memakan sirih

dengan frekuensi 1-3 kali sebanyak 27 orang (29,3%).

Tabel 4.37 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Sirih Pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang
2009.

Frekuensi Makan Sirih Jumlah Persentase (%)


1. Baik 75 81,5
2. Kurang 17 18,5
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan frekuensi makan sirih, didapat gambaran

responden yang paling banyak terdapat pada frekuensi makan sirih baik sebanyak 75

orang (81,5%), sedangkan responden yang frekuensi makan sirih kurang sebanyak 17

orang (18,5%).

4.4.7 Lamanya Makan Sirih

Tabel 4.38 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Makan Sirih

Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)


1. 10 tahun 1 1,1
2. 6 – 10 tahun 15 16,3
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3. 1 – 5 tahun 76 82,6
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang memakan sirih

dengan lamanya makan sirih >10 tahun sebanyak 1 orang (1,1%), responden yang

memakan sirih dengan lamanya makan sirih 6-10 tahun sebanyak 15 orang (16,3%),

dan responden memakan sirih dengan lamanya makan sirih 1-5 tahun sebanyak 76

orang (82,6%).

Tabel 4.39 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Makan Sirih Pada


Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang
2009.

Lama Makan Sirih Jumlah Persentase (%)


1. Baik 91 98,9
2. Kurang 1 1,1
Total 92 100,0

Berdasarkan pengelompokan lamanya makan sirih, didapat gambaran

responden yang paling banyak terdapat pada lamanya makan sirih yang baik

sebanyak 91 orang (98,9%), sedangkan responden lamanya makan sirih yang kurang

sebanyak 1 orang (1,1%).

4.5 Analisis Bivariat

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Pengaruh antara variabel independen (fakor budaya dan kebiasaan makan

sirih) dengan variabel dependen (status kesehatan peridontal) dilihat dengan

melakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square.

4.5.1 Pengaruh Tradisi dengan Status Kesehatan Periodontal

Tabel 4.40 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Tradisi

Status Periodontal Total


Tradisi Parah Sangat Parah
N % N % N %
1.Baik 68 73,9 16 17,4 84 91,3
2.Kurang 6 6,5 2 2,2 8 8,7
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0
p = 1,000
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus periodontal parah yang tradisinya baik sebanyak 68 orang

(73,9%) sedangkan tradisinya kurang sebanyak 6 orang (6,5%). Untuk responden

yang status periodontal sangat parah dan tradisi baik adalah paling banyak ditemukan

yaitu sebanyak 16 orang (17,4%) sedangkan tradisi kurang sebanyak 2 orang (2,2%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 1,000 (P>0,05) dengan kata lain

Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara tradisi dengan status

kesehatan periodontal.

4.5.2 Pengaruh Nilai dengan Status Kesehatan Periodontal

Tabel 4.41 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Nilai

Status Periodontal Total


Nilai Parah Sangat Parah
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
N % N % N %
1.Baik 70 76,1 18 19,6 88 95,7
2.Kurang 4 4,3 0 0,0 4 4,3
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0
p = 0,716

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus periodontal parah yang nilainya baik sebanyak 70 orang

(76,1%) sedangkan nilainya kurang sebanyak 4 orang (4,3%). Untuk responden yang

status periodontal sangat parah dan nilainya baik adalah paling banyak ditemukan

yaitu sebanyak 18 orang (19,6%) sedangkan tradisi kurang tidak ada (0,0%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,716 (P>0,05) dengan kata lain

Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara nilai dengan status

kesehatan periodontal.

4.5.3 Pengaruh Sikap Fatalisme dengan Status Kesehatan Periodontal

Tabel 4.42 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Sikap Fatalisme

Status Peridontal Total


Sikap Fatalisme Parah Sangat Parah
N % N % N %
1.Baik 65 70,7 15 16,3 80 87,0
2.Kurang 9 9,8 3 3,3 12 13,0
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0
p = 0,905
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus periodontal parah yang sikap fatalisme baik sebanyak 65 orang

(70,7%) sedangkan sikap fatalisme kurang sebanyak 9 orang (9,8%). Untuk

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
responden yang status peridontal sangat parah dan sikap fatalisme baik adalah paling

banyak ditemukan yaitu sebanyak 15 orang (16,3%) sedangkan sikap fatalisme

kurang sebanyak 3 orang (3,3%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,905 (P>0,05) dengan kata lain

Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara sikap fatalisme

dengan status kesehatan periodontal.

4.5.4 Pengaruh Sikap Ethnocentrisme dengan Status Kesehatan Periodontal

Tabel 4.43 Distribusi Status Periodontal Menurut Sikap Ethnocentrisme

Status Periodontal Total


Sikap Parah Sangat Parah
Ethnocentrisme N % N % N %
1.Baik 66 71,7 12 13,0 78 84,8
2.Kurang 8 8,7 6 6,5 14 15,2
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0
p = 0,043
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus periodontal parah yang sikap ethnocentrisme baik sebanyak 66

orang (71,7%) sedangkan sikap ethnocentrisme kurang sebanyak 8 orang (8,7%).

Untuk responden yang status periodontal sangat parah dan sikap ethnocentrisme baik

adalah paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 12 orang (13,0%) sedangkan sikap

ethnocentrisme kurang sebanyak 6 orang (6,5%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,043 (P<0,05) dengan kata lain

Ho ditolak, artinya ada Pengaruh yang bermakna antara sikap ethnocentrisme dengan

status kesehatan periodontal.


Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.5.5 Pengaruh Komposisi Makan Sirih dengan Status Kesehatan Peridontal

Tabel 4.44 Distribusi Status Periodontal Menurut Komposisi Makan Sirih

Status Periodontal Total


Komposisi Parah Sangat Parah
N % N % N %
1.Kapur, Pinang, Gambir, 44 47,8 16 17,4 60 65,2
Tembakau
2. Kapur, Pinang, Gambir 15 16,3 0 0,0 15 16,3
3. Kapur, Gambir 15 16,3 2 2,2 17 18,5
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,
0
p = 0,011

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus periodontal parah yang komposisi makan sirihnya terdiri dari

kapur, pinang, gambir, tembakau sebanyak 44 orang (47,8%), komposisi makan sirih

yang terdiri dari kapur, pinang, gambir dan kapur, pinang sama-sama berjumlah 15

orang (16,3%). Untuk responden yang status periodontal sangat parah dan komposisi

makan sirihnya terdiri dari kapur, pinang, gambir, tembakau adalah paling banyak

ditemukan yaitu sebanyak 16 orang (17,4%), komposisi makan sirih yang terdiri dari

kapur, pinang, gambir tidak ada (0,0%), dan komposisi makan sirih kapur, gambir

sebanyak 2 orang (2,2%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,011 (P<0,05) dengan kata lain

Ho ditolak, artinya ada Pengaruh yang bermakna antara komposisi makan sirih

dengan status kesehatan periodontal.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.5.6 Pengaruh Frekuensi Makan Sirih dengan Status Kesehatan Peridontal

Tabel 4.45 Distribusi Status Periodontal Menurut Frekuensi Makan Sirih

Status Periodontal Total


Frekuensi Parah Sangat Parah
N % N % N %
1. > 5 kali 11 12,0 6 6,5 17 18,5
2. 4 – 5 kali 38 41,3 10 10,9 48 52,2
3. 1 – 3 kali 25 27,2 2 2,2 27 29,3
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0
p = 0,064

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus periodontal parah yang frekuensi makan sirihnya 4-5 kali

sebanyak 38 orang (41,3%), frekuensi makan sirih 1-3 kali sebanyak 25 orang

(27,2%), dan frekuensi >5 kali sebanyak 11 orang (12,0%). Untuk responden yang

status periodontal sangat parah dan frekuensi makan sirihnya 4-5 kali adalah paling

banyak ditemukan yaitu sebanyak 10 orang (10,9%), frekuensi makan sirih > 5 kali

sebanyak 6 orang (6,5%), dan frekuensi makan sirih 1-3 kali sebanyak 2 orang

(2,2%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,064 (P>0,05) dengan kata lain

Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara frekuensi makan sirih

dengan status kesehatan periodontal.

4.5.8 Pengaruh Lamanya Makan Sirih dengan Status Kesehatan Peridontal

Tabel 4.46 Distribusi Status Periodontal Menurut Lamanya Makan Sirih

Status Periodontal Total


Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Parah Sangat Parah
N % N % N %
1. > 10 tahun 1 1,1 0 0,0 1 1,1
2. 6 – 10 tahun 11 12,1 4 4,3 15 16,3
3. 1 – 5 tahun 62 67,2 14 15,2 76 82,6
Jumlah 74 80,4 18 19,6 92 100,0
p = 0,624

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus periodontal parah yang lama makan sirihnya 1-5 tahun

sebanyak 62 orang (67,2%), lama makan sirihnya 6-10 tahun sebanyak 11 orang

(12,1%), dan lama makan sirihnya >10 tahun sebanyak 1 orang (1,1%). Untuk

responden yang status periodontal sangat parah dan lama makan sirihnya 1-5 tahun

adalah paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 14 orang (15,2%), lama makan sirih

6-10 tahun sebanyak 4 orang (4,3%), dan lama makan sirih >10 tahun sebanyak tidak

ada (0,0%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,624 (P>0,05) dengan kata lain

Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara frekuensi makan sirih

dengan status kesehatan periodontal.

4.6 Analisis Multivariat

Untuk memperoleh jawaban faktor mana yang paling berpengaruh terhadap

status kesehatan periodontal maka perlu dilakukan analisis multivariat. Tahapan

analisis multivariat meliputi: pemilihan variabel kandidat multivariat, pembuatan

model, dan analisis interaksi.

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.6.1 Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat

Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap

status kesehatan peridontal, yaitu Budaya Makan Sirih (tradisi, nilai, sikap fatalisme,

sikap ethnocentrisme, komposisi makan sirih, frekuensi makan sirih, dan lamanya

makan sirih). Untuk membuat model multivariat ketiga variabel tersebut terlebih

dahulu dilakukan analisis bivariat dengan dependen (status kesehatan periodontal).

Variabel tidak dapat di analisis karena nilainya konstan.

Menurut Mickey dan Greenland (1989), variabel yang pada saat dilakukan uji

G (Rasio log-likelihood) memiliki p<0,25 dan mempunyai kemaknaan secara

substansi dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan kedalam model multivariat.

Hasil analissis bivariat antara independen dengan dependen disajikan dalam tabel di

bawah ini:

No. Variabel Log-Likelihood G P Value


1. Tradisi 90,799 00,155 0,690
2. Nilai 89,169 01,786 0,181
3. Sikap Fatalisme 90,708 00,246 0,620
4. Sikap Ethnocentrism 86,096 04,858 0,028
5. Komposisi Makan Sirih 84,552 06,402 0,019
6. Frekuensi Makan Sirih 88,025 02,929 0,087
7. Lama Makan Sirih 90,516 00,438 0,508
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa terdapat 4 variabel yang p valuenya <

0,25 yaitu nilai, sikap ethnocentrisme, komposisi makan sirih, dan frekuensi makan

sirih, sedangkan variabel tradisi, sikap fatalisme, dan lamanya makan sirih p valuenya

> 0,25. Dengan demikian variabel yang masuk ke model multivariat adalah nilai,

sikap ethnocentrisme, komposisi makan sirih, dan frekuensi makan sirih.


Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.6.2 Pembuatan Model Faktor Penentu Status Kesehatan Periodontal

Analisis multivariat bertujuan mendapatkan model yag terbaik dalam

menentukan determinan status kesehatan periodontal. Dalam permodelan ini semua

variabel kandidat dicobakan bersama-sama. Model terbaik akan mempertimbangkan

≤0,05) dan nilai


dua penilaian, yaitu nilai signifikansi ratio log-likelihood (p

≤0,05). Pemilihan model dilakukan secara hirarki dengan cara


signifikansi p wald (p

semua variabel independen (yang telah lulus sensor) dimasukkan ke dalam model,

kemudian variabel yang p-waldnya tidak signifikan dikeluarkan dari model secara

berurutan dimuali dari p-wald yang terbesar.

Hasil analisis model pertama Pengaruh ketiga variabel independen yang

meliputi nilai, sikap ethnocentrisme, dan kebiasaan makan sirih dengan dependen

disajikan dalam tabel di bawah ini:

Variabel B P Wald
Nilai 19,765 0,999
Sikap Ethnocentrisme -1,327 0,301
Komposisi Makan Sirih -1,384 0,086
Frekuensi Makan Sirih 0,121 0,923
-2 Log Likelihood = 80,148 p value = 0,029

Dari hasil di atas terlihat bahwa signifikasi log-likelihood < 0,05 (p = 0,029).

Namun secara signifikan P Wald semua variabel p value nya > 0,05. Dengan

demikian perlu dilakukan pengeluaran variabel dari model. Pengeluaran variabel

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dilakukan bertahap satu persatu dimulai dari variabel yang p value nya tertinggi.

Untuk hasil di atas terlihat bahwa variabel nilai mempunyai p-value terbesar,

sehingga proses model selanjutnya dengan tidak mengikuti variabel nilai. Hasil

modelnya terlihat pada model kedua berikut ini:

Variabel B P Wald
Sikap Ethnocentrisme -1,226 0,344
Komposisi Makan Sirih -1,469 0,067
Frekuensi Makan Sirih 0,159 0,900
-2 Log Likelihood = 81,782 p value = 0,027

Hasil analisis di atas ternyata variabel frekuensi makan sirih mempunyai p

value sebesar 0,900. Dengan hasil ini berarti variabel frekuensi makan sirih

dikeluarkan dari model. Kemudian diproses lagi dengan hanya mengikuti variabel

sikap ethnocentrisme. Hasil modelnya terlihat pada model kedua berikut ini:

Variabel B P Wald
Sikap Ethnocentrisme -1,085 0,092
Komposisi Makan Sirih -1,473 0,067
-2 Log Likelihood = 81,798 p value = 0,010

Hasil analisis di atas ternyata variabel sikap ethnocentrisme mempunyai p

value sebesar 0,092. Dengan hasil ini berarti variabel sikap ethnocentrisme

dikeluarkan dari model. Kemudian diproses lagi dengan hanya mengikuti variabel

komposisi makan sirih. Hasil modelnya terlihat pada model kedua berikut ini:

Variabel B P Wald
Komposisi Makan Sirih -1,696 0,031
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
-2 Log Likelihood = 84,552 p value = 0,011

Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Anda mungkin juga menyukai