TESIS
Oleh
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS) (Drs. Eddy Syahrial, MKes)
Ketua Anggota
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Telah diuji
Pada tanggal :
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk rnemperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
ABSTRAK
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang lazim
terjadi di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia yang
paling utama adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Penyebab terjadinya
gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan penyebab terjadinya jenis
penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri, maupun penyebab tidak
langsung seperti karakteristik penderita, komposisi, perilaku, dan faktor budaya.
Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies
gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua (Depkes RI, 2002).
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan cross sectional
study. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Karo yang mempunyai
kebiasaan makan sirih, berdomisili di desa Biru-biru, karena mayoritas penduduknya adalah
suku Karo dengan jumlah populasi 1146 jiwa. Sampel dengan memakai rumus Taro Yamane
berjumlah 92 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data
primer dan data sekunder. Dan metode analisa menggunakan analisa univariat,
bivariat, dan multivariat.
Hasil Penelitian, dari analisis bivariat didapat Status kesehatan peridontal
masyarakat suku Karo Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang tahun 2008 adalah
yang parah sebanyak 74 orang (80,4%) dan sangat parah sebanyak 18 orang
(19,6%). Faktor tradisi, nilai, sikap fatalisme tidak ada pengaruh bermakna dengan
kesehatan periodontal, sedangkan sikap ethnocentrisme dan komposisi makan sirih
terdapat pengaruh yang bermakna dengan kesehatan periodontal. Dari analisis
multivariat hanya variabel komposis makan sirih yang memenuhi pengaruh paling
kuat.
Diharapkan baik Dinas Kesehatan maupun pelaksana program pelayanan
kesehatan di bidang kesehatan gigi dan mulut di wilayah tersebut memberikan
promosi kesehatan tentang kesehatan periodontal untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan dapat berjalan secara rutin.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
ABSTRACT
Dental and oral disease is one of the diseases commonly occured in the
society and can attact all people of different age groups. Dental and oral disease
such as dental carries and periodontal disease have become a major health problem
in Indonesia. The cause of this disease is basically the same as that of the other
diseases either the direct cause such as bacteria, or the indirect cause such as the
characteristics of victims, habit, behavior, and cultural factor. The dental and oral
diseases mostly developed in the society are dental carries and then periodontal
disease (Depkes RI, 2002).
The population of this survey study with cross-sectional design was the
Karonese with the habit of chewing sirih (betel vine) living in the village of Sibirubiru
because the majority of the population there is Karonese (1146 persons) and 92 of the
population were selected to be the samples for this study through the formula
developed by Taro Yamane. The data for this study included primary and secondary
data. The data obtained were analyuzed through univariate, bivariate, and
multivariate analysis.
The result of this study shows that the status of periodontal health of the
Karonese living in the village of Sibiru-biru, Deli Serang District in 2008 was severe
(74 persons, 80.4%) and very severe (18 persons, 19.6%). The factors of tradition.
values, attitude of fatalism had no significant relationship with periodontal health,
while the attitude of ethnocentrism and the habit of chewing sirih had a significant
relationship with periodontal health. The result of multivariate analysis shows that
only the variable of chewing sirih that can influence the periodontal health.
Both Deli Serdang Health Service and the implementer of dental and oral
health service program are expected to promote the periodontal health that
improvement of the health level can last routinely.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi
Tesis ini berjudul “Pengaruh Budaya Makan Sirih terhadap Status Kesehatan
Periodontal pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang Tahun
2009”.
Sesungguhnya tesis ini tidak akan terwujud tanpa izin dan Tuhan Yang Maha
Kuasa, serta bantuan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengatasi
segala kendala dan menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada
keluarga atas bantuan moral dan materi yang telah diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
4. Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS, selaku pembimbing satu dan Drs. Eddy
Syahrial, M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu
5. Dr. Firkarwin Zuska dan drg. Iis Faizah Hanum, MKes, selaku penguji satu dan
dua yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis
ini.
6. Mahmud Ginting, selaku Kepala Desa Biru-Biru dan drg. Syamsinar selaku
7. Linda warni sebagai teman dekat yang telah memberi perhatian dan dukungan
8. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Masyarakat yang telah turut membantu penulis dalam hal surat menyurat
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
10. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi minat studi kesehatan dan ilmu perilaku
Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 yang telah memberi dukungan kepada
penulis.
penulis yakin bahwa tidak ada satupun karya dari tangan manusia yang lahir dalam
keadaan sempurna, maka segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari
Kiranya Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang melindungi dan
Penulis
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
RIWAYAT HIDUP
Nama penulis adalah Jul Asdar Putra Samura, lahir di Delitua tanggal 19 Juli
1978, jenis kelamin Laki-laki, agama Katolik. Alamat rumah jalan besar no.387/47
Delitua dan alamat kantor Komplek RSU Sembiring, jalan besar no.77 Delitua.
Riwayat pendidikan pada tahun 1985 s/d 1991 tamat dari SD RK Deli Murni
Delitua. Tahun 1991 s/d 1994 tamat dari SMP RK Deli Murni Delitua. Tahun 1994
s/d 1997 tamat dari SMA Santa Maria Medan. Tahun 1998 s/d 2001 tamat dari
AKPER Medistra Lubuk Pakam. Tahun 2002 s/d 2003 tamat dari DIV Perawat
Riwayat Pekerjaan, pada tahun 2001 s/d 2002 bekerja di AKPER Medistra
Lubuk Pakam. Pada tahun 2002 s/d 2003 tugas belajar DIV Perawat Pendidik di
Universitas Sumatera Utara. Tahun 2003 s/d 2006 bekerja di AKPER DHDT. Tahun
2007 s/d sekarang tugas belajar pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK........................................................................................................... i
ABSTRACT.......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Permasalahan ................................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
1.4. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1. Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di
Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009 ............................. 72
5.2. Hasil Analisis Tradisi dengan Status Kesehatan Periodontal Pada
Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli
Serdang 2009 ......................................................................... 72
5.3. Hasil Analisis Nilai dengan Status Kesehatan Periodontal Pada
Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli
Serdang 2009 ......................................................................... 73
5.4. Hasil Analisis Sikap Fatalisme dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru
Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 73
5.5. Hasil Analisis Sikap Ethnocentrisme dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru
Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 74
5.6. Hasil Analisis Komposisi Makan Sirih dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru
Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 75
5.7. Hasil Analisis Frekuensi Makan Sirih dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru
Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 76
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
5.8. Hasil Analisis Lamanya Makan Sirih dengan Status Kesehatan
Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru
Kabupaten Deli Serdang 2009 ...................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian
2. Formulir Pemeriksaan Status Kesehatan Periodontal
3. Hasil Pengolahan Data
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR TABEL
4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Wajib Makan Sirih Setiap Hari ........... 48
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Oleh Anak-Anak ....................................................................................... 49
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Setiap Keluarga Wajib
Menanam Pohon Sirih ............................................................................... 55
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.40 Distribusi Status Kesehatan Periodontal Menurut Tradisi .......................... 62
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
Mulut adalah salah satu organ terpenting pada tubuh manusia, dimana mulut
mempunyai peran sebagai pintu masuknya berbagai jenis makanan, minuman serta
berbagai jenis kuman, bakteri dan virus. Di dalam mulut terdapat juga organ-organ
lain, salah satunya yaitu gigi, yang berfungsi sebagai penghancur atau
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang lazim
Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia
Keradangan yang terjadi pada gusi ini disertai dengan tanda- tanda:
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
- Pada keadaan yang lebih parah tampak adanya nanah diantara gigi dan gusi
(Boediardjo, 1985).
secara umum penduduk mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, diantara
penduduk 15 tahun atau lebih yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut
hanya 29% menerima perawatan dari perawat gigi, dokter gigi atau dokter spesialis
gigi. Sebagian besar masalah gigi dan mulut terjadi di daerah pedesaan yaitu sebesar
penduduk kelompok umur 65 tahun (30%). Dilihat dari pelayanan kesehatan gigi dan
mulut, sebagian besar pelayanan yang diberikan adalah pengobatan (85%), di susul
bedah gigi dan mulut serta tambal (45%), konseling (23%) serta pemasangan gigi
palsu hanya 9% diantara penduduk yang menerima perawatan (Depkes RI, 2005).
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa secara nasional permasalahan gigi dan mulut
sepuluh penyakit terbesar, dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.482 kunjungan yang
terdiri dari 62,8% berusia lebih dari 15 Tahun, dan 37,2% kunjungan usia <15 tahun.
Kunjungan pasien ke poli gigi umumnya menderita gangguan gigi dan mulut, 43,9%
diantaranya menderita karies gigi, dan 56,1% lainnya menderita gangguan peridontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Penyebab terjadinya gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan
penyebab terjadinya jenis penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri,
dan faktor budaya. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat
adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke
biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat di daerah
tertentu. Kuantitas, frekwensi dan usia pada saat memulai makan sirih berubah oleh
orang lain mungkin makan sirih sesekali. Frekuensi makan sirih mungkin berkaitan
Frekwensi kebiasaan makan sirih dimulai pada saat anak-anak dan remaja, tetapi
aktifitas makan sirih tersebut lebih banyak dan lebih sering didapati pada orang
Indonesia. Kebiasaan makan sirih ini merupakan tradisi yang dilakukan turun-
temurun pada sebagian besar penduduk dipedesaan yang mulanya berkaitan erat
dengan adat kebiasaan masyarakat setempat. Adat kebiasaan ini biasanya dilakukan
pada saat acara yang sifatnya ritual. Begitu juga dengan suku Karo yang memiliki
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
adat kebiasaan tersebut pada tradisi mereka. Kebiasaan ini dijumpai tersebar luas
terpilih yang dibungkus dalam daun sirih kemudian dikunyah dalam waktu beberapa
menit. Menyirih dilakukan dengan cara yang berbeda dari satu negara dengan negara
lainnya dan satu daerah dengan daerah lainnya dalam satu negara. Meskipun begitu
komposisi terbesar relatif konsisten, yang terdiri dari biji buah pinang (Areca
Catechu), daun sirih (piper betle leaves), kapur (kalsium hidroksid) dan gambir
(Uncaria gambir).
Secara umum dilihat dari tinjauan geografis, budaya, dan rumpun bangsa,
suku Karo adalah salah satu etnis suku-suku bangsa Indonesia yaitu rumpun Batak
yang berdiam disebagian besar dataran tinggi Karo serta menganut sistem
kekerabatan yang disebut dengan ”Merga” dimana terdapat 5 cabang yaitu Perangin-
kekerabatan itu, rumpun etnis Batak ini ada yang memiliki kesamaan kebiasaan yang
salah satunya yaitu mengunyah sirih dengan daun sirih, pinang, gambir dan kapur
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan kepala Puskesmas Biru-biru
pada bulan Agustus 2008, bahwa pasien yang datang dengan keluhan gigi dan mulut
Keadaan ini dimaklumi karena mayoritas penduduknya adalah suku Karo (95,5%),
sehingga kebiasaan makan sirih menjadi budaya secara turun temurun, dan menjadi
suatu menu yang wajib dalam setiap kegiatan-kegiatan adat, atau pesta perkawinan
masyarakat Karo.
Para pemakan sirih memiliki alasan dan sebab mengapa kebiasaan tersebut
dilakukan secara terus menerus. Dilaporkan bahwa makan sirih memiliki beberapa
pengaruh yang menjadi daya tarik para pemakan sirih, seperti efek stimulan atau efek
euphoria, efek untuk menstimulasi air ludah, obat untuk saluran pernafasan dan
menghilangkan rasa lapar, serta kemungkinan memiliki efek untuk menguatkan gigi
serta gusi dan sebagai penyegar nafas. Kepercayaan bahwa makan sirih melawan
pemakan sirih. Namun penggunaan sirih sebagai obat tradisional yang digunakan
Pada beberapa studi penelitian diketahui bahwa sugi sirih dan bahan-bahannya
mampu menghasilkan sel-sel yang mampu bermutasi dan sel-sel penyebab tumor.
Pada sebuah penelitian di Taiwan ditemukan bahwa, makan sirih adalah penyebab
utama dari sub mucous fibrosis dan kanker mulut. Sedangkan di India, makan sirih
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dengan daun tembakau dengan batangnya adalah sebab terbesar terjadinya sub
tembakau berPengaruh dengan kanker mulut yang ditemukan di Asia Tenggara. Para
pemakan biji pinang di Taiwan tidak memakan daun tembakau dan biji pinang
bersamaan berbeda dengan para pengguna di India dan Sri Langka. Kebiasaan di
India yang disebut dengan Pan Supari menggunakan perlakuan lain seperti merendam
daun sirih kedalam air jeruk, dan beberapa orang juga menambahkan campuran lain
selain bahan utama (daun sirih, buah pinang, kapur, gambir) diperkirakan
berPengaruh dengan penigkatan jumlah penyakit pada sekitar rongga mulut selain
faktor lain yang mungkin berpengaruh seperti frekwensi makan sirih dan cara
periodontal pada pemakan sirih lebih tinggi dibandingkan non pemakan sirih dan
semua sampel pemakan sirih menderita penyakit periodontal dengan perincian 63,7%
gingivitis dan disertai juga dengan kerusakan jaringan pendukung gigi yang lain
sebesar 36,3%. Derajat terjadinya karang gigi lebih tinggi pada pemakan sirih dari
pada non–pemakan sirih dan juga disertai terjadinya atrisi dan abrasi yang berlebihan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan konsep dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa budaya
makan sirih di pandang dari aspek budaya merupakan kebiasaan yang di anggap
normatif dan sebagai bagian dari menjaga khazanah bangsa, namun di pandang dari
aspek kesehatan budaya makan sirih secara terus menerus dapat berdampak terhadap
Dari latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
pencegahan penyakit gigi dan mulut dan upaya promosi kesehatan lainnya.
1.2 Permasalahan
ini adalah bagaimana pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan
periodontal pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru Kabupaten Deli Serdang?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh budaya
makan sirih terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo di desa
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1.4 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh signifikan faktor budaya makan sirih (Tradisi, Nilai, Sikap
Fatalisme, Sikap Ethnocentrism, Komposisi Makan Sirih, Frekuensi Makan Sirih, dan
Lmananya Makan Sirh) terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku
1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam upaya
pedesaan.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dari perkataan Latin ”Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai ”segala daya dan aktivitas manusia untuk
perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu
mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah dari budi
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan
termaksud dalam banyak buku dan yang berasal dari banyak pengarang dan sarjana.
Hasil penyelidikan itu diterbitkan dalam satu kitab bernama : ”Culture A Critical
The Arts, yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, pengetahuan
filsafat atau bagian-bagian yang indah dari kehidupan manusia. Akhirnya kesimpulan
yang didapat adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Segala sesuatu yang diciptakan manusia baik yang konkrit maupun abstrak, itulah
kebudayaan.
tersusun dalam kehidupan masyarakat. Untuk lebih jelas, dapat dirinci sebagai
berikut:
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
b. Kebudayaan non material (rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat
4. Jadi kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia. Dan hampir semua tindakan
manusia adalah kebudayaan, yang tidak perlu dibiasakan dengan cara belajar,
misalnya tindakan atas dasar naluri (instink), gerak reflek (Widagdho; dkk,
2009).
terbentuk dari sekian banyak orang yang memiliki perbedaan latar belakang
Ketiga proses yang terjadi dalam konstruksi sosial di atas dapat disimpulkan
dalam tiga premis momen, yakni: masyarakat adalah produk manusia (eksternalisasi),
(Maliki, 2004).
komunitas itu yang terbentuk baik secara sadar maupun tidak sadar dalam waktu yang
panjang merupakan hasil dari interaksi orang-orang di dalamnya. Hasil dari proses ini
dapat disebut sebagai kebiasaan, tradisi, bahkan budaya. Hal ini sejalan dengan
manusia. Menurutnya budaya adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta
beliefs, and behaviors shared by a group of people, but different for each individual,
communicated from one generation to the next”. Lebih luas lagi Tylor
knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits
acquired by man as a member of society.” Dari dua pengertian ini dapat dilihat isi
(content) atau dimensi dari budaya terdiri dari pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude), nilai (value), moral (moral), keyakinan (belief), seni (art), hukum (law),
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak
saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavioris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa
tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat
Menurut J.J. Honigmann dalam bukunya The Word of Man yang dikutip oleh
dan peraturan.
abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto dan tempatnya ada di alam pikiran
warga masyarakat di mana kebudayaan tersebut hidup. Kebudayaan ideal ini disebut
juga tata kelakuan atau disebut juga adapt istiadat yang mempunyai fungsi mengatur,
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
mengendalikan dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini dapat diobservasi, difoto dan
yang berinteraksi dan berPengaruh serta bergaul satu dengan lainnya dalam
masyarakat. Dengan kata lain system social ini merupakan perwujudan kebudayaan
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik. Wujud budaya ini hampir
seluruhnya merupakan hasil fisik (aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam
masyarakat). Sifatnya paling konkret berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat dan difoto yang berwujud besar ataupun kecil. Contohnya : Candi
Menurut G.M. Foster (1973), yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), aspek
2. Tradisi
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan masyarakat. Di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru
(penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus).
Penderitanya hanya terbatas pada wanita dan anak-anak kecil. Setelah dilakukan
penelitian ternyata penyakit ini menyebar luas karena adanya tradisi kanibalisme,
yaitu kebiasaan memenggal kepala orang, dan tubuh serta kepala manusia yang
dipenggal tersebut hanya dibagikan pada wanita dan anak-anak sehingga kasus
epidemi penyakit kuru ini hanya terbatas dikalangan wanita dan anak-anak.
3. Nilai
kesehatan. Nilai-nilai tersebut, ada yang menunjang dan ada yang merugikan
kesehatan. Beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya, adanya penilaian yang
tinggi terhadap beras putih, meskipun masyarakat mengetahui bahwa beras merah
lebih memberikan nilai tinggi bagi beras putih, karena mereka menilai beras putih
4. Sikap Fatalism
Hal lain adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi kesehatan. Beberapa
anggota masyarakat dikalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak
adalah titipan Tuhan, dan sakit ataupun mati adalah takdir, sehingga masyarakat
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang
sakit.
5. Sikap Ethnocentrism
yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya, orang-
orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan tekhnologi yang dimilikinya
dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya yang paling maju, sehingga merasa
superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. Tetapi disisi
lain, semua anggota lainnya menganggap bahwa apa yang dilakukan secara alamiah
Makan sirih merupakan salah satu bentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang ada
di masyarakat yang secara turun temurun dilakukan. Sirih adalah jenis tumbuhan
yang mirip dengan tanaman lada, dengan nama ilmiahnya adalah : Piper Betle. L ,
dan ada beberapa daerah di Indonesia memberikan nama lain terhadap sirih yaitu
Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda), Ranup (Aceh), Belo (Batak Karo), Cambai
(Lampung), Uwit (Dayak) Base (Bali), Nahi (Bima), Gapura (Bugis), Meta (Flores)
dan Afo (Sentani), sedangkan nama asing sirih adalah Ju jiang (Cina)(Muhlisah,
2006).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Gambar 2.1 Daun Sirih
Tradisi makan sirih merupakan warisan budaya silam, melebihi 3000 tahun
yang lalu atau zaman Neolitik dan meluas ke Asia Tenggara sampai sekarang ini.
abad 13 telah menulis dalam catatannya bahwa terdapat segumpal tembakau didalam
masyarakat India, pernyataan ini dijelaskan oleh penjelajah terdahulu, seperti Ibnu
Batuta dan Vasco Da Gamma yang menyatakan kebiasaan makan sirih juga terdapat
pada masyarakat sebelah timur. Kini sirih menjadi terkenal pada masyarakat Melayu,
selain dimakan oleh masyarakat juga dijadikan simbol adat istiadat pada beberapa
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Sirih adalah sejenis tumbuhan yang terdapat di Malaysia juga dikawasan
tropika asia, Madagaskar, timur afrika dan hindia barat. Sirih yang terdapat
disemenanjung Malaysia terdiri dari 4 jenis, yaitu : sirih Melayu, sirih Cina, sirih
Nama ilmiah dari sirih adalah Piper betle Linn dalam keluarga Piperaceae.
Nama Betle adalah dari bahasa Portugis-Betle, berasal sebelumnya dari bahasa
Malayalam di negeri Malabar yang disebut Vettila. Dalam bahasa Hindi lebih dikenal
Pan atau Paan dan dalam bahasa Sansekerta disebut sebagai Tambula. Dalam bahasa
Sinhala Sri Langka disebut Bulat. Bahasa Thai disebut sebagai Plu
(www.indomedia.com, 2007).
Sifat tumbuhan sirih adalah sejenis pepohonan yang menjalar dan merambat
pada batang pohon sekelilingnya. Bentuk daunnya agak membujur. Daun-daun sirih
yang subur berukuran antara 8 cm s/d 12 cm. Lebar daun 10 – 15 cm. Panjang sirih
sesuai umurnya, ditanam diatas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan
memerlukan cuaca tropis, agar tumbuh subur diperlukan jumlah air yang mencukupi.
Sirih Cina mempunyai rasa yang lebih lembut dari pada sirih Melayu. Sirih
Udang juga mempunyai urat daun dibelakang yang berwarna merah dan tangkainya
juga berwarna merah. Sirih Melayu adalah yang digemari dikalangan masyarakat
makan sirih dan sering juga digunakan didalam peradatan, daun sirih ini berdaun
lebar dan warnanya hijau pekat. Sementara sirih Keling juga berukuran sederhana dan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
berwarna agak kehijauan, rasanya yang lebih pedas serta agak keras daunnya ketika
Rasa sirih disebabkan oleh minyak uap yang mengandung fenol dan bahan-
bahan yang menyebabkannya pedas. Bahan-bahan yang terdapat dalam daun sirih
Faktor-faktor yang menentukan enak atau tidaknya daun sirih adalah jenis
sirih itu, umurnya dan kecukupan cahaya matahari serta keadaan daun-daunnya. Sirih
hutan tidak boleh dimakan, selain daunnya yang keras, rasanya juga tidak enak. Ia
tumbuh dipohon yang terdapat di hutan hujan tropika. Daun-daunnya berukuran kecil
yang sering dibuat obat dan penawar oleh Dukun. Sirih bertemu urat adalah yang
paling sering menjadi pilihan pada ibu Bidan dalam ilmu perobatan tradisional. Pada
masa kini kegunaan sirih masih penting bagi masyarakat Melayu walaupun jumlah
Makan sirih mulai dilakukan masyarakat di China dan India, lalu menyebar ke
benua Asia termasuk Indonesia. Komposisi utama dari menyirih adalah buah pinang,
kapur sirih, gambir, dan sebagai bahan tambahan adalah kapulaga, cengkeh, kayu
manis dan tembakau. "Kegiatan makan sirih memiliki efek terhadap gigi, gingiva atau
gusi, dan mukosa mulut. Dan efek tersebut membawa dampak yang positif maupun
negatif”. Efek baiknya makan sirih terhadap gigi di antaranya untuk menghambat
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
penyakit periodontal yaitu penyakit inflamasi kronik rongga mulut yang umum
Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak
remasan daun dan ranting tumbuhan bernama Uncaria gambir. Kandungan penting
gambir adalah catechin satu bahan alami yang bersifat anti-oksidan. Kegunaan
gambir yang utama di Nusantara adalah dikenal luas sebagai salah satu komponen
menyirih. Dari Sumatera sampai Papua diperkirakan sudah 2.500 tahun lalu mengenal
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Gambar 2.3 Kapur Sirih
Kapur sirih/injet sering juga disebut dengan “Slaked Lime” yaitu satu bentuk
pasta yang dibuat dari menggiling atau menghancurkan cangkang kerang dan
Buah mungil dari golongan palem ini biasanya dipotong kecil dan digulung
bersama dengan daun sirih, gambir dan injet, kemudian dikunyah bersama sehingga
semua bahan di atas: dauh sirih, injet/enjet, dan cuilan kecil gambir. Sedikit kapur
dioleskan di atas daun sirih, dan di atasnya ditaruh sedikit gambir, daun dilipat,
kemudian dimasukkan ke mulut dan mulai dikunyah. Tidak tahu reaksi apa yang
terjadi, tapi yang pasti makin lama warna di mulut berubah menjadi merah menyala.
Sesaat kemudian, ludah berwarna merah terang akan mulai diludahkan. Setelah
beberapa saat, akan disambung dengan gumpalan tembakau rajangan tadi untuk
Gigi merupakan salah satu organ terpenting pada tubuh manusia. Selain
mulut seseorang tidak terlepas dari tiga aspek diatas, yaitu (Julianti, 2002):
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
a. Aspek Fisik
Aspek fisik merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan
mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulutnya sendiri,
misalnya karena pemberian gizi yang salah pada saat kehamilan menyebabkan
struktur gigi rentan terhadap kerusakan gigi, misalnya keadaan gigi yang berjejal
b. Aspek Mental
apabila seseorang percaya bahwa penyakit gigi dan mulut disebabkan oleh pengaruh
guna-guna, tentunya untuk mengobati penyakit tersebut tidak akan pergi ke dokter
gigi melainkan pergi ke dukun. Dengan demikian penyakitnya akan bertambah parah.
c. Aspek Sosial
Aspek sosial yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut biasanya
disebabkan oleh nilai budaya yang berkembang didaerahnya. Selain itu, dapat pula
disebabkan oleh pengaruh sosial ekonomi yang kurang, keadaan inipun akan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2.7 Jaringan Periodontal
sekitar gigi yang mendukung keberadaan gigi dalam soket(kantong gusi). Penyakit
Proses penyakit periodontal dimulai dari gusi. Keradangan yang terjadi pada
- Pada keadaan yang lebih parah tampak adanya nanah diantara gigi dan gusi
(Boediardjo, 1985).
atas jaringan periodontal, sementum, tulang alveor, dan gusi. Pada umumnya
disebabkan oleh calculus, kuman-kuman dan plak pada free gingiva yang merusak
periodontal yaitu jaringan antara sementum dan tulang alveolar. Peradangan jaringan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
periodontal merupakan keadaan lebih lanjut dari gingivitis maupun karies lanjut.
prevalensi periodontitis lanjut pada orang dewasa di negara maju dan berkembang
epidemiologi penyakit Periodontal, dan belum ada standart internasional yang lain
dkk (1964), menyatakan bahwa gigi menjadi coklat karena sirih, terjadi penimbunan
kapur pada gigi, leher gigi terpisah dari gusi dan gigi dapat tanggal. Balendra (1949)
periodontal. Marsal Day (1955) dalam penelitian di beberapa negara di Asia antara
lain India dan Ceylon mengatakan bahwa pinang (jambe) mempunyai peranan yang
penelitian di India (Bombai) dari 1023 kasus diperoleh bahwa kerusakan jaringan
periodentium para pemakan sirih lebih tinggi daripada non pemakan sirih. Maka
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dapat disimpulkan bahwa makan sirih merugikan jaringan periodontium (PDGI,
1995).
2.9 Indeks yang dipergunakan untuk survei kesehatan Gigi dan Mulut
kesehatan gigi masyarakat. Dari hasil survei kesehatan gigi masyarakat didapatkan
data-data. Data-data yang dikumpulkan dari suatu survei apakah itu status kesehatan
gigi dan informasi untuk mendiagnosa keadaan gigi masyarakat. Data khusus
mengenai penyakit gigi didapat dengan cara menggunakan indeks (Julianti, 2002).
Indeks Periodontal
penyakit periodontal. Keenam gigi yang digunakan sebagai indeks yaitu : molar
pertama kanan maksila (gigi geraham besar kanan rahang atas), insisivus sentralis kiri
mandibula (gigi depan kiri rahang atas), molar pertama kiri maksila (gigi geraham
besar kiri rahang atas), molar pertama kiri mandibula (gigi geraham besar kiri rahang
atas), insisivus pertama kanan mandibula (gigi depan kanan rahang atas), molar
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
CPITN dipergunakan untuk mendapatkan gambaran tingkat kondisi jaringan
Probe
(Julianti, 2002).
a. Sonde khusus
Alat ini dipakai juga sebagai alat peraba adanya karang gigi.
masih terlihat.
b. Sextan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Untuk memperoleh penilaian CPITN dipergunakan Sextan yang
1 2 3
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
4 5 6
paling tinggi.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
c. Gigi Index
semua gigi yang diperiksa. Melainkan hanya, beberapa gigi saja yang
76 1 67
76 1 67
6 1 6
6 1 6
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2 Ada Karang Gigi Perabaan dengan sonde terasa kasar,
periodontal
Persepsi
Pengetahuan
Motivasi
Niat
Sikap
(Notoatmodjo, 2005)
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya terjadi diawali dengan
(lingkungan), baik fisik maupun non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan
motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang
Budaya makan sirih adalah salah satu budaya yang terdapat pada masyarakat
Indonesia yang sudah dikenal ratusan tahun yang lalu, selain sebagai adat istiadat
makan sirih secara terus menerus apalagi dikombinasi dengan gambir, dan pinang
dapat merugikan kesehatan salah satunya adalah gangguan kesehatan gigi dan mulut.
Menurut G.M Foster (1973) aspek sosial budaya yang berkaitan dengan
perilaku kesehatan adalah tradisi, nilai, sikap fatalism, sikap ethnocentrism. Mengacu
pada konsep yang dikemukakan oleh G.M. Foster (1973), maka dapat dirincikan
bahwa tradisi makan sirih adalah adanya kebiasaan-kebiasaan makan sirih pada
ethnocentrism yaitu mengakui bahwa makan sirih adalah budaya yang tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan mereka sehari-hari, dan cenderung tidak mengakui bahwa
makan sirih merugikan kesehatan, dan sikap fatalisme adalah sikap yang tertanam
pada masyarakat bahwa makan sirih adalah salah satu bentuk kepercayaan yang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dianut dan merupakan salah satu syarat dalam acara adat yang ada dalam masyarakat,
Beberapa bukti yang menyatakan bahwa mengunyah sirih dapat berPengaruh dengan
Dengan kata lain status kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi derajat
kesehatan gigi dan mulut hasil interaksi kondisi fisik, mental dan sosial yang dapat
dilihat dari tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut melalui indikator-indikator
(Julianti, 2002).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan cross sectional
study bertujuan menganalisis pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan
periodontal pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru Kabupaten Deli Serdang.
pertimbangan masih ditemukan masalah kesehatan gigi dan mulut, salah satunya
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
adalah masalah periodontal, dan desa ini juga merupakan daerah dengan penduduk
mayoritas suku Karo yang masih kental dengan budaya, diantaranya adalah budaya
makan sirih, serta belum pernah dilakukan penelitian. Penelitian ini terhitung dari
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Karo yang mempunyai
adalah suku Karo dengan jumlah populasi 1146 jiwa. Jumlah sampel dapat dihitung
N
n=
1 + N (d)2
Keterangan :
n = besarnya sampel
N = jumlah populasi
d = presisi sebesar 99% (d=0,1)
1146
n=
1 + 1146 (0.1)2
n= 92 Orang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 92 orang yang diambil
Tabel 3.1 Perhitungan besar sampel pada masing-masing Dusun di desa Biru-
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden
melalui kuesioner yang telah dipersiapkan dan dibagikan kepada masyarakat serta
Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan dan profil Puskesmas Biru-
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, data dari tiap kelurahan di kecamatan Biru-biru
serta data tentang kecamatan itu sendiri mengenai situasi kependudukan dan data
Validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun ukuran yang
diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item
dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas data yaitu dengan mencari
2. Jika nilai r hitung < r tabel (0,05), maka dinyatakan tidak valid.
Nilai r-Tabel untuk responden 10 orang murid SD adalah = 0,05. Hasil uji
Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian, adalah tehnik
Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada kelompok responden
maka nilai r-Tabel untuk sampel pengujian 10 orang adalah sebesar 0,05, maka
nilai r-hitung > 0,05, maka secara keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner tersebut
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
pada masyarakat suku Karo di desa Biru-biru akibat makan sirih yang diukur
dalam makan sirih baik dari waktu makan sirih atau jumlah sirih yang di makan;
2) Nilai makan sirih adalah penilaian responden terhadap sirih dan kebiasaan makan
sirih;
3) Sikap fatalisme adalah respon atau tanggapan responden terhadap sirih, dan
bahwa makan sirih adalah budaya yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
mereka;
5) Komposisi makan sirih adalah isi dan kombinasi bahan lain yang ada dalam sirih
6) Frekuensi makan sirih adalah rutinitas responden makan sirih dalam sehari;
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
3.6 Metode Pengukuran
yaitu memeriksa gigi dan mulut (pemeriksaan intra oral) pada masyarakat suku Karo
yang makan sirih dengan menggunakan alat pemeriksaan yaitu periodontal probe,
a. Baik, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan sehat, yaitu : tidak
ada perdarahan, tidak ada karang gigi dan tidak ada pocket.
b. Parah, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan ada perdarahan dan
c. Sangat Parah, jika kondisi jaringan periodontal dalam keadaan ada pocket 4
ordinal berdasarkan hasil pemeriksaan dokter gigi atau perawat gigi dengan
1. Pengukuran variabel tradisi makan sirih didasarkan pada skala nominal dari 6
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”, dan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, jika responden
menjawab “Ya” diberi nilai 2, dan Jika responden menjawab “tidak” diberi nilai 1.
2. Pengukuran variabel nilai makan sirih didasarkan pada skala nominal dari 5
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”, masing-
masing alternatif jawaban tersebut diberi bobot nilai, jika responden menjawab
‘Ya” diberi nilai 2, dan Jika responden menjawab “tidak” diberi nilai 1. Kemudian
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “setuju” kurang setuju” dan
nilai, yaitu:
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “setuju” kurang setuju” dan
nilai, yaitu:
menjadi:
5. Pengukuran variabel frekuensi makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1
pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban ”>5 kali” 4 – 5 kali” dan ”1 –
3 kali”, dan masing-masing alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai, yaitu:
Akumulasi dari total nilai tersebut variabel frekuensi makan sirih dikategorikan
menjadi:
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2) Kurang, jika responden memperoleh nilai < median
6. Pengukuran variabel komposisi makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1
Akumulasi dari total nilai tersebut variabel komposisi makan sirih dikategorikan
menjadi:
7. Pengukuran variabel lamanya makan sirih didasarkan pada skala ordinal dari 1
nilai yaitu :
Akumulasi dari total nilai tersebut variabel lamanya makan sirih dikategorikan
menjadi:
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
1) Baik, jika responden memperoleh nilai≥ median
Keterangan :
Jika sesudah analisis data yang telah dikategorisasi ditemukan hasil dengan data
berdistribusi normal maka akan digunakan nilai mean pada metode pengukuran.
periodental secara bivariat dilakukan dengan uji Chi Square pada taraf
logistik ganda.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Desa Biru-Biru merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Deli
Serdang. Luas wilayah menurut penggunaan adalah 150 ha/m2 yang meliputi luas
Dari segi jumlah penduduk, laki-laki bejumlah 610 orang dan perempuan
berjumlah 621 orang. Dari segi jumlah keluarga, jumlah kepala keluarga laki-laki
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-
Biru Kab. Deli Serdang 2009
masuk kategori parah sebanyak 74 orang (80,4%) dan sangat parah sebanyak 18
orang (19,6%), berarti seluruh responden menderita periodontal akibat makan sirih.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati Suproyo di Klaten
memiliki kebiasaan makan sirih ini dipengaruhi oleh aspek budaya yang berpengaruh
periodontal diperoleh nilai P=1,000 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada
Pengaruh yang bermakna antara tradisi dengan status kesehatan periodontal. Sama
halnya dengan analisis multivariat, pada tahap awal nilai yang diperoleh adalah
periodontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan masyarakat. Tradisi dan budaya bersifat dinamis. Tradisi makan
sirih akan terjadi pergeseran bila tidak bermanfaat dan bisa merusak gigi. Pada
masyarakat mengatakan bahwa makan sirih dapat memperkuat gigi ternyata secara
periodontal diperoleh nilai P=0,716 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada
Pengaruh yang bermakna antara nilai dengan status kesehatan periodontal. Akan
tetapi berbeda dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah P=0,181
periodontal.
merupakan variabel yang tidak memiliki pengaruh kuat untuk terjadinya kesehatan
periodontal.
5.4 Hasil Analasis Sikap Fatalisme dengan Status Kesehatan Periodontal Pada
Masyarakat Suku Karo di Desa Biru-Biru Kab. Deli Serdang 2009
tidak ada Pengaruh yang bermakna antara sikap fatalisme dengan status kesehatan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah
kesehatan periodontal.
ada Pengaruh yang bermakna antara sikap ethnocentrisme dengan status kesehatan
periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah
kesehatan periodontal.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sesuai dengan
Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara komposisi makan sirih dengan status
ada Pengaruh yang bermakna antara komposisi makan sirih dengan status kesehatan
periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah
artinya komposisi makan sirih memiliki pengaruh kuat terhadap status kesehatan
periodontal.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Lina Natamiharja dan Robert
tentang kebiasaan makan sirih bahwa kebiasaan makan sirih berpengaruh dengan
Akibat kebiasaan makan sirih ini salah satunya dipengaruhi oleh kebudayaan,
yakni perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan.
Perilaku yang normal adalah salah satu dari aspek kebudayaan dan selanjutnya
sirih dapat menguatkan gigi, menghilangkan bau nafas dan juga baik untuk kesehatan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
giginya. Namun dari hasil peneliti menemukan bahwa pendapat masyarakat tersebut
sirih tersebut tidak perlu diteruskan, karena selain mengeluarkan biaya yang banyak,
Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara frekuensi makan sirih dengan status
tidak ada Pengaruh yang bermakna antara frekuensi makan sirih dengan status
Hasil analisis bivariat, Pengaruh antara lamanya makan sirih dengan status
kesehatan periodontal. Sama halnya dengan analisis multivariat, nilai yang diperoleh
adalah P=0,508 (P>0,25), artinya variabel frekuensi makan sirih tidak mempengaruhi
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Status kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo yang makan sirih di
Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 adalah parah sebanyak 74
orang (80,4%) dan sangat parah sebanyak 18 orang (19,6%). Kemudian setelah dibuat
analisis chi square diperoleh dua variabel yang mempengaruhi terhadap status
tersebut didapat hasil sebagai berikut: Ada pengaruh yang paling kuat antara
dan tembakau.. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu makan sirih
dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan periodontal. Namun dalam hal ini
peneliti tidak membahas komposisi mana yang paling berpengaruh terhadap status
kesehatan periodontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan promosi kesehatan secara terus menerus untuk merubah perilaku
komposisi makan sirih, untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan dari
periodontal.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Asah, s p, htm, 2006, Sirih Pinang, http// www, pnm, my/ Sirih Pinang
Depkes, RI, 1995, Tata cara Kerja Pelayanan Asuhan kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskesmas, Jakarta
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
PDGI, 1994, Jurnal Kedokteran Gigi, No 3, Jakarta
Prayitno, 2003, Periodontologi Klinik, Fondasi Kedokteran Gigi masa Depan, Balai
penerbit FKUI, Jakarta
Suwello, 1996, Karies Gigi pada Berbagai Faktor Etiologi kajian Pada Anak Usia
Pra Sekolah, EGC, Jakarta
World health Organization, 1997 oral Surveys Basic Methode edition, Geneva
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH BUDAYA MAKAN SIRIH TERHADAP STATUS KESEHATAN
PERIODONTAL PADA MASYARAKAT SUKU KARO DI DESA BIRU – BIRU
KABUPATEN DELI SERDANG
NOMOR
RESPONDEN
KUNJUNGAN KE:
ALAMAT RESPONDEN
1. KARAKTERISTIK INDIVIDU
4. PENDIDIKAN 1. Tamat SD
2. Tamat SLTP
3. Tamat SLTA
4. Tamat D-3/S1
5. PEKERJAAN 1. Petani/Buruh
2. PNS/Polri
3. Pegawai Swasta/Wirawsata
4. Tidak Bekerja/Ibu Rumah Tangga
5. Pensiunan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
2. FAKTOR BUDAYA
a. TRADISI
b. NILAI
01 Apakah menurut bapak/ibu sirih adalah jenis tumbuhan yang sakral dalam kehidupan
a. Ya
b. Tidak
02 Apakah menurut bapak/ibu dengan makan sirih kita sudah menjaga adat istiadat dari nenek
moyang
a. Ya
b. Tidak
03 Apakah menurut bapak/ibu Makan sirih dapat menjadi suatu kebanggaan bagi suatu suku
a. Ya
b. Tidak
04 Apakah menurut bapak/ibu makan sirih harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga
a. Ya
b. Tidak
05 Apakah menurut bapak/ibu sirih mempunyai arti tersendiri dalam budaya
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
a. Ya
b. Tidak
c. SIKAP FATALISME
01 Makan sirih adalah bagian dari cara pergaulan dalam bermasyarakat
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
02 Budaya makan sirih adalah kebiasaan yang harus diajarkan pada anak-cucu
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
03 Makan sirih harus ada dalam setiap kegiatan – kegiatan adat
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
04 Sirih adalah jenis tumbuhan yang dikaruniai Tuhan dan patut untuk dijaga dan dikonsumsi
dalam setiap kegiatan keagamaan
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
05 Sirih adalah hidangan wajib dalam keluarga
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
06 Setiap keluarga wajib menanam pohon sirih di kebun atau diladangnya
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
d. SIKAP ETHNOCENTRISM
01 Budaya makan sirih adalah mutlak budaya masyarakat Karo
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
02 Makan sirih sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
03 Makan sirih secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
04 Penggunaan kapur, gambir, pinang dalam sirih dapat menyebabkan gangguan kesehatan gigi
dan mulut
a. Setuju
b. Kurang Setuju
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
c. Tidak Setuju
05 Budaya makan sirih adalah bagian dari adat istiadat masyarakat
a. Setuju
b. Kurang Setuju
c. Tidak Setuju
3. KEBIASAAN
a. KOMPOSISI MAKAN SIRIH
01 Apa saja bahan atau campuran makan sirih ibu/bapak?
a. Kapur, pinang, gambir, tembakau
b. Kapur, pinang, gambir
c. Kapur, gambir
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
LAMPIRAN 2
DATA UMUM
Nomor Kuesioner :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
17/16 11 26/27
47/46 31 36/37
Status :
0 : Sehat Baik
1 : Perdarahan
2 : Ada karang gigi Parah
3 : Pocket 4 – 5 mm
4 : Pocket 6 mm atau lebih Sangat Parah
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Frequencies
Frequency Table
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <35 tahun 3 3,3 3,3 3,3
35-40 tahun 9 9,8 9,8 13,0
41-45 tahun 15 16,3 16,3 29,3
46-50 tahun 12 13,0 13,0 42,4
51-55 tahun 10 10,9 10,9 53,3
56-60 tahun 25 27,2 27,2 80,4
>60 tahun 18 19,6 19,6 100,0
Total 92 100,0 100,0
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 16 17,4 17,4 17,4
perempuan 76 82,6 82,6 100,0
Total 92 100,0 100,0
status perkawinan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kawin 64 69,6 69,6 69,6
belum kawin 5 5,4 5,4 75,0
janda/duda 23 25,0 25,0 100,0
Total 92 100,0 100,0
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tamat SD 36 39,1 39,1 39,1
tamat SLTP 30 32,6 32,6 71,7
tamat SLTA 17 18,5 18,5 90,2
tamat D3/S1 9 9,8 9,8 100,0
Total 92 100,0 100,0
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid petani/buruh 64 69,6 69,6 69,6
pns/polri 6 6,5 6,5 76,1
peg.swasta/wiraswasta 4 4,3 4,3 80,4
tidak bekerja/IRT 15 16,3 16,3 96,7
pensiunan 3 3,3 3,3 100,0
Total 92 100,0 100,0
tradisi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 84 91,3 91,3 91,3
kurang 8 8,7 8,7 100,0
Total 92 100,0 100,0
nilai
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 88 95,7 95,7 95,7
kurang 4 4,3 4,3 100,0
Total 92 100,0 100,0
sikap fatalisme
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 80 87,0 87,0 87,0
kurang 12 13,0 13,0 100,0
Total 92 100,0 100,0
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sikap ethnocentrism
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 78 84,8 84,8 84,8
kurang 14 15,2 15,2 100,0
Total 92 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 32 34,8 34,8 34,8
kurang 60 65,2 65,2 100,0
Total 92 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 75 81,5 81,5 81,5
kurang 17 18,5 18,5 100,0
Total 92 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 91 98,9 98,9 98,9
kurang 1 1,1 1,1 100,0
Total 92 100,0 100,0
status peridontal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid parah 74 80,4 80,4 80,4
sangat parah 18 19,6 19,6 100,0
Total 92 100,0 100,0
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Crosstabs
tradisi * status peridontal
Crosstab
status peridontal
parah sangat parah Total
tradisi baik Count 68 16 84
Expected Count 67,6 16,4 84,0
% of Total 73,9% 17,4% 91,3%
kurang Count 6 2 8
Expected Count 6,4 1,6 8,0
% of Total 6,5% 2,2% 8,7%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
nilai * status peridontal
Crosstab
status peridontal
parah sangat parah Total
nilai baik Count 70 18 88
Expected Count 70,8 17,2 88,0
% of Total 76,1% 19,6% 95,7%
kurang Count 4 0 4
Expected Count 3,2 ,8 4,0
% of Total 4,3% ,0% 4,3%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sikap fatalisme * status peridontal
Crosstab
status peridontal
parah sangat parah Total
sikap fatalisme baik Count 65 15 80
Expected Count 64,3 15,7 80,0
% of Total 70,7% 16,3% 87,0%
kurang Count 9 3 12
Expected Count 9,7 2,3 12,0
% of Total 9,8% 3,3% 13,0%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sikap ethnocentrism * status peridontal
Crosstab
status peridontal
parah sangat parah Total
sikap ethnocentrism baik Count 66 12 78
Expected Count 62,7 15,3 78,0
% of Total 71,7% 13,0% 84,8%
kurang Count 8 6 14
Expected Count 11,3 2,7 14,0
% of Total 8,7% 6,5% 15,2%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
KMS * status peridontal
Crosstab
status peridontal
parah sangat parah Total
KMS kapur,pinang,gambi Count 44 16 60
r,tembakau Expected Count 48,3 11,7 60,0
% of Total 47,8% 17,4% 65,2%
kapur,pinang,gambir Count 15 0 15
Expected Count 12,1 2,9 15,0
% of Total 16,3% ,0% 16,3%
kapur,gambir Count 15 2 17
Expected Count 13,7 3,3 17,0
% of Total 16,3% 2,2% 18,5%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 6,229a 2 ,044
Likelihood Ratio 9,049 2 ,011
Linear-by-Linear
3,448 1 ,063
Association
N of Valid Cases 92
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2,93.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
FMS * status peridontal
Crosstab
status peridontal
parah sangat parah Total
FMS > 5 kali Count 11 6 17
Expected Count 13,7 3,3 17,0
% of Total 12,0% 6,5% 18,5%
4-5 kali Count 38 10 48
Expected Count 38,6 9,4 48,0
% of Total 41,3% 10,9% 52,2%
1-3 kali Count 25 2 27
Expected Count 21,7 5,3 27,0
% of Total 27,2% 2,2% 29,3%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 5,258a 2 ,072
Likelihood Ratio 5,494 2 ,064
Linear-by-Linear
5,197 1 ,023
Association
N of Valid Cases 92
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 3,33.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Crosstab
status peridontal
parah sangat parah Total
LMS > 10 tahun Count 1 0 1
Expected Count ,8 ,2 1,0
% of Total 1,1% ,0% 1,1%
6-10 tahun Count 11 4 15
Expected Count 12,1 2,9 15,0
% of Total 12,0% 4,3% 16,3%
1-5 tahun Count 62 14 76
Expected Count 61,1 14,9 76,0
% of Total 67,4% 15,2% 82,6%
Total Count 74 18 92
Expected Count 74,0 18,0 92,0
% of Total 80,4% 19,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square ,787a 2 ,675
Likelihood Ratio ,943 2 ,624
Linear-by-Linear
,180 1 ,671
Association
N of Valid Cases 92
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,20.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
Predicted
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables TRTOTK(1) ,164 1 ,685
Overall Statistics ,164 1 ,685
Chi-square df Sig.
Step 1 Step ,155 1 ,693
Block ,155 1 ,693
Model ,155 1 ,693
Model Summary
Classification Tablea
Predicted
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
Predicted
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Variables in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables NLTOTK(1) 1,017 1 ,313
Overall Statistics 1,017 1 ,313
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 1,786 1 ,181
Block 1,786 1 ,181
Model 1,786 1 ,181
Model Summary
Classification Tablea
Predicted
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Classification Tablea,b
Predicted
Score df Sig.
Step 0 Variables FATTOTK(1) ,259 1 ,611
Overall Statistics ,259 1 ,611
Chi-square df Sig.
Step 1 Step ,246 1 ,620
Block ,246 1 ,620
Model ,246 1 ,620
Model Summary
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Classification Tablea
Predicted
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Categorical Variables Codings
Paramete
Frequency di
(1)
sikap ethnocentrism baik 78 1,000
kurang 14 ,000
Predicted
Score df Sig.
Step 0 Variables ETTOTK(1) 5,693 1 ,017
Overall Statistics 5,693 1 ,017
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 4,858 1 ,028
Block 4,858 1 ,028
Model 4,858 1 ,028
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Model Summary
Classification Tablea
Predicted
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dependent Variable Encoding
Predicted
Score df Sig.
Step 0 Variables KOMP 5,528 1 ,019
Overall Statistics 5,528 1 ,019
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 6,402 1 ,011
Block 6,402 1 ,011
Model 6,402 1 ,011
Model Summary
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Classification Tablea
Predicted
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Dependent Variable Encoding
Predicted
Score df Sig.
Step 0 Variables FREK(1) 3,278 1 ,070
Overall Statistics 3,278 1 ,070
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 2,929 1 ,087
Block 2,929 1 ,087
Model 2,929 1 ,087
Model Summary
Classification Tablea
Predicted
Logistic Regression
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 92 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 92 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 92 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
Predicted
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables LAMA(1) ,246 1 ,620
Overall Statistics ,246 1 ,620
Chi-square df Sig.
Step 1 Step ,438 1 ,508
Block ,438 1 ,508
Model ,438 1 ,508
Model Summary
Classification Tablea
Predicted
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Lampiran 3
Jadwal Penelitian
Penyusunan
Proposal
Kolokium
Perbaikan
Proposal
Pengumpulan
data
Pengolahan
data
Seminar Hasil
Perbaikan
tesis
Komprehensif
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.1.2 Latar Belakang Etnis
sebagai berikut :
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan pengelompokan status kesehatan periodontal, didapat gambaran
orang (80,4%), sedangkan status periodontal yang sangat parah sebanyak 18 orang
(19,6%).
yang paling banyak ditemukan pada usia 56 – 60 tahun sebanyak 25 orang (27,2%),
sedangkan responden yang paling sedikit berusia < 35 tahun sebanyak 3 orang
(3,3%).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.3.3 Jenis Kelamin Responden
yang paling banyak berstatus kawin sebanyak 64 orang (69,6%), kemudian berstatus
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.3.5 Pendidikan Responden
SLTP sebanyak 30 orang (32,6%), responden yang pendidi kan tamat SLTA
sebanyak 17 orang (18,5%), dan responden yang pendidikan tamat DIII/S1 sebanyak
9 orang (9,8%).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan pengelompokan pekerjaan, didapat gambaran responden yang
bekerja sebanyak 15 orang (16,3%), dan responden yang paling sedikit sebagai
yang berpendapat makan sirih tidak menjaga khazanah budaya sebanyak 5 orang
(5,4%).
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Wajib Makan Sirih Setiap Hari
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan
sirih wajib setiap hari sebanyak 67 orang (72,8%), sedangkan responden yang
berpendapat makan sirih tidak wajib setiap hari sebanyak 25 orang (27,2%).
sirih harus dilestarikan sampai anak cucu sebanyak 71 orang (77,2%), sedangkan
responden yang berpendapat makan sirih tidak harus dilestarikan sampai anak cucu
orang (62,0%).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Hanya
Diperbolehkan Dikonsumsi Oleh Orang Dewasa
sirih hanya untuk orang dewasa sebanyak 85 orang (92,4%), sedangkan responden
yang berpendapat makan sirih tidak hanya untuk orang dewasa sebanyak 7 orang
(7,6%).
sedangkan responden yang berpendapat sirih tidak harus dikombinasi dengan pinang
banyak terdapat pada tradisi baik sebanyak 84 orang (91,3%), sedangkan responden
sirih adalah jenis tumbuhan yang sakral sebanyak 80 orang (87,0%), sedangkan
responden yang berpendapat sirih bukan merupakan tumbuhan yang sakral sebanyak
12 orang (13,0%).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat makan
sirih menjaga adat istiadat sebanyak 90 orang (97,8%), sedangkan responden yang
berpendapat makan sirih tidak menjaga adat istiadat sebanyak 2 orang (2,2%).
responden yang berpendapat makan sirih tidak menjadi kebanggaan suku sebanyak
15 orang (16,3%).
sirih harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga sebanyak 9 orang (9,8%),
sedangkan responden yang berpendapat makan sirih tidak harus dilakukan oleh setiap
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Sirih Mempunyai Arti
Tersendiri Dalam Budaya
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Pada Masyarakat Suku
Karo di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang 2009.
banyak terdapat pada nilai baik sebanyak 88 orang (95,7%), sedangkan responden
dengan budaya makan sirih harus diajarkan pada anak cucu sebanyak 50 orang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
(54,3%), kurang setuju dengan budaya makan sirih harus diajarkan pada anak cucu
sebanyak 29 orang (31,5%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan budaya
makan sirih harus diajarkan pada anak cucu sebanyak 13 orang (14,1%).
Tabel 4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Sirih Harus Ada Dalam
Kegiatan Adat
dengan makan sirih harus ada dalam kegiatan adapt sebanyak 60 orang (65,2%),
sedangkan responden yang kurang setuju dengan makan sirih harus ada dalam
dengan sirih patut dijaga dan dikonsumsi dalam setiap kegiatan keagamaan sebanyak
37 orang (40,2%), kurang setuju dengan sirih patut dijaga dan dikonsumsi dalam
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
tidak setuju dengan sirih patut dijaga dan dikonsumsi dalam setiap kegiatan
dengan sirih hidangan wajib bagi keluarga sebanyak 35 orang (38,0%), kurang setuju
dengan sirih hidangan wajib bagi keluarga sebanyak 11 orang (12,0%), sedangkan
responden yang tidak setuju dengan sirih hidangan wajib bagi keluarga sebanyak 46
orang (50,0%).
dengan setiap keluarga wajib menanam pohon sirih sebanyak 54 orang (58,7%),
kurang setuju dengan setiap keluarga wajib menanam pohon sirih sebanyak 21 orang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
(22,8%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan setiap keluarga wajib
yang paling banyak terdapat pada sikap fatalisme baik sebanyak 80 orang (87,0%),
dengan budaya makan sirih mutlak budaya masyarakat karo sebanyak 67 orang
(72,8%), kurang setuju dengan budaya makan sirih mutlak budaya masyarakat karo
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
sebanyak 13 orang (14,1%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan budaya
dengan makan sirih bermanfaat bagi kesehatan tubuh sebanyak 67 orang (72,8%),
kurang setuju dengan makan sirih bermanfaat bagi kesehatan tubuh sebanyak 18
orang (19,6%), sedangkan responden yang tidak setuju dengan makan sirih
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat setuju
dengan makan sirih berlebihan menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut
sedangkan responden yang tidak setuju dengan makan sirih berlebihan menyebabkan
kesehatan gigi dan mulut sebanyak 29 orang (31,5%), kurang setuju dengan
gigi dan mulut sebanyak 47 orang (51,1%), sedangkan responden yang tidak setuju
dengan budaya makan sirih bagian dari adat istiadat masyarakat sebanyak 89 orang
(96,7%), sedangkan responden yang kurang setuju dengan budaya makan sirih bagian
responden yang paling banyak terdapat pada sikap ethnocentrisme baik sebanyak 78
orang (15,2%).
memakan sirih dengan komposisi kapur, pinang, gambir sebanyak 15 orang (16,3%),
dan responden yang memakan sirih dengan komposisi hanya kapur dan gambir
responden yang paling banyak terdapat pada komposisi makan sirih yang kurang
sebanyak 60 orang (65,2%), sedangkan komposisi makan sirih yang baik sebanyak 32
orang (34,8%).
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Total 92 100,0
dengan frekuensi > 5 kali sebanyak 17 orang (18,5%), responden yang memakan sirih
dengan frekuensi 4-5 kali sebanyak 48 orang (52,2%), dan responden memakan sirih
responden yang paling banyak terdapat pada frekuensi makan sirih baik sebanyak 75
orang (81,5%), sedangkan responden yang frekuensi makan sirih kurang sebanyak 17
orang (18,5%).
dengan lamanya makan sirih >10 tahun sebanyak 1 orang (1,1%), responden yang
memakan sirih dengan lamanya makan sirih 6-10 tahun sebanyak 15 orang (16,3%),
dan responden memakan sirih dengan lamanya makan sirih 1-5 tahun sebanyak 76
orang (82,6%).
responden yang paling banyak terdapat pada lamanya makan sirih yang baik
sebanyak 91 orang (98,9%), sedangkan responden lamanya makan sirih yang kurang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
Pengaruh antara variabel independen (fakor budaya dan kebiasaan makan
adalah yang berstatus periodontal parah yang tradisinya baik sebanyak 68 orang
yang status periodontal sangat parah dan tradisi baik adalah paling banyak ditemukan
yaitu sebanyak 16 orang (17,4%) sedangkan tradisi kurang sebanyak 2 orang (2,2%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 1,000 (P>0,05) dengan kata lain
Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara tradisi dengan status
kesehatan periodontal.
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang nilainya baik sebanyak 70 orang
(76,1%) sedangkan nilainya kurang sebanyak 4 orang (4,3%). Untuk responden yang
status periodontal sangat parah dan nilainya baik adalah paling banyak ditemukan
yaitu sebanyak 18 orang (19,6%) sedangkan tradisi kurang tidak ada (0,0%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,716 (P>0,05) dengan kata lain
Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara nilai dengan status
kesehatan periodontal.
adalah yang berstatus periodontal parah yang sikap fatalisme baik sebanyak 65 orang
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
responden yang status peridontal sangat parah dan sikap fatalisme baik adalah paling
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,905 (P>0,05) dengan kata lain
Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara sikap fatalisme
adalah yang berstatus periodontal parah yang sikap ethnocentrisme baik sebanyak 66
Untuk responden yang status periodontal sangat parah dan sikap ethnocentrisme baik
adalah paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 12 orang (13,0%) sedangkan sikap
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,043 (P<0,05) dengan kata lain
Ho ditolak, artinya ada Pengaruh yang bermakna antara sikap ethnocentrisme dengan
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang komposisi makan sirihnya terdiri dari
kapur, pinang, gambir, tembakau sebanyak 44 orang (47,8%), komposisi makan sirih
yang terdiri dari kapur, pinang, gambir dan kapur, pinang sama-sama berjumlah 15
orang (16,3%). Untuk responden yang status periodontal sangat parah dan komposisi
makan sirihnya terdiri dari kapur, pinang, gambir, tembakau adalah paling banyak
ditemukan yaitu sebanyak 16 orang (17,4%), komposisi makan sirih yang terdiri dari
kapur, pinang, gambir tidak ada (0,0%), dan komposisi makan sirih kapur, gambir
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,011 (P<0,05) dengan kata lain
Ho ditolak, artinya ada Pengaruh yang bermakna antara komposisi makan sirih
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.5.6 Pengaruh Frekuensi Makan Sirih dengan Status Kesehatan Peridontal
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang frekuensi makan sirihnya 4-5 kali
sebanyak 38 orang (41,3%), frekuensi makan sirih 1-3 kali sebanyak 25 orang
(27,2%), dan frekuensi >5 kali sebanyak 11 orang (12,0%). Untuk responden yang
status periodontal sangat parah dan frekuensi makan sirihnya 4-5 kali adalah paling
banyak ditemukan yaitu sebanyak 10 orang (10,9%), frekuensi makan sirih > 5 kali
sebanyak 6 orang (6,5%), dan frekuensi makan sirih 1-3 kali sebanyak 2 orang
(2,2%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,064 (P>0,05) dengan kata lain
Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara frekuensi makan sirih
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan
adalah yang berstatus periodontal parah yang lama makan sirihnya 1-5 tahun
sebanyak 62 orang (67,2%), lama makan sirihnya 6-10 tahun sebanyak 11 orang
(12,1%), dan lama makan sirihnya >10 tahun sebanyak 1 orang (1,1%). Untuk
responden yang status periodontal sangat parah dan lama makan sirihnya 1-5 tahun
adalah paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 14 orang (15,2%), lama makan sirih
6-10 tahun sebanyak 4 orang (4,3%), dan lama makan sirih >10 tahun sebanyak tidak
ada (0,0%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,624 (P>0,05) dengan kata lain
Ho diterima, artinya tidak ada Pengaruh yang bermakna antara frekuensi makan sirih
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
4.6.1 Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat
Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap
status kesehatan peridontal, yaitu Budaya Makan Sirih (tradisi, nilai, sikap fatalisme,
sikap ethnocentrisme, komposisi makan sirih, frekuensi makan sirih, dan lamanya
makan sirih). Untuk membuat model multivariat ketiga variabel tersebut terlebih
Menurut Mickey dan Greenland (1989), variabel yang pada saat dilakukan uji
substansi dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan kedalam model multivariat.
Hasil analissis bivariat antara independen dengan dependen disajikan dalam tabel di
bawah ini:
0,25 yaitu nilai, sikap ethnocentrisme, komposisi makan sirih, dan frekuensi makan
sirih, sedangkan variabel tradisi, sikap fatalisme, dan lamanya makan sirih p valuenya
> 0,25. Dengan demikian variabel yang masuk ke model multivariat adalah nilai,
semua variabel independen (yang telah lulus sensor) dimasukkan ke dalam model,
kemudian variabel yang p-waldnya tidak signifikan dikeluarkan dari model secara
meliputi nilai, sikap ethnocentrisme, dan kebiasaan makan sirih dengan dependen
Variabel B P Wald
Nilai 19,765 0,999
Sikap Ethnocentrisme -1,327 0,301
Komposisi Makan Sirih -1,384 0,086
Frekuensi Makan Sirih 0,121 0,923
-2 Log Likelihood = 80,148 p value = 0,029
Dari hasil di atas terlihat bahwa signifikasi log-likelihood < 0,05 (p = 0,029).
Namun secara signifikan P Wald semua variabel p value nya > 0,05. Dengan
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
dilakukan bertahap satu persatu dimulai dari variabel yang p value nya tertinggi.
Untuk hasil di atas terlihat bahwa variabel nilai mempunyai p-value terbesar,
sehingga proses model selanjutnya dengan tidak mengikuti variabel nilai. Hasil
Variabel B P Wald
Sikap Ethnocentrisme -1,226 0,344
Komposisi Makan Sirih -1,469 0,067
Frekuensi Makan Sirih 0,159 0,900
-2 Log Likelihood = 81,782 p value = 0,027
value sebesar 0,900. Dengan hasil ini berarti variabel frekuensi makan sirih
dikeluarkan dari model. Kemudian diproses lagi dengan hanya mengikuti variabel
sikap ethnocentrisme. Hasil modelnya terlihat pada model kedua berikut ini:
Variabel B P Wald
Sikap Ethnocentrisme -1,085 0,092
Komposisi Makan Sirih -1,473 0,067
-2 Log Likelihood = 81,798 p value = 0,010
value sebesar 0,092. Dengan hasil ini berarti variabel sikap ethnocentrisme
dikeluarkan dari model. Kemudian diproses lagi dengan hanya mengikuti variabel
komposisi makan sirih. Hasil modelnya terlihat pada model kedua berikut ini:
Variabel B P Wald
Komposisi Makan Sirih -1,696 0,031
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.
-2 Log Likelihood = 84,552 p value = 0,011
Jul Asdar Putra Samura : Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat
Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.