Anda di halaman 1dari 17

CATATAN DOKTER MUDA

TELUSURI

Referat : Perdarahan
Intraserebral (PIS)
Oktober 09, 2017

BAB 1

PENDAHULUAN

Stroke hemoragik dengan perdarahan intraserebral (PIS) adalah disfungsi neurologi

fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara

spontan, bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri,

vena dan kapiler.(1) Perdarahan intraserebral menyumbang 8-13% dari semua stroke.

Perdarahan intraserebral lebih cenderung mengakibatkan kematian atau kecacatan mayor

dibanding stroke iskemik atau perdarahan sub-araknoid. Perdarahan intrserebral yang disertai

edema dapat menggangu atau menyebabkan kompresi pada jaringan otak sekitar, yang

menyebabkan disfungsi neurologis. Pergeseran yang cukup besar dari parenkim otak dapat

menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan berpotensi untuk sindroma herinasi yang

fatal.(2) Gejalanya muncul secara tiba-tiba pada saat terjadi perdarahan yaitu sakit kepala,

kelemahan, kebingungan dan juga kelumpuhan, terutama pada satu sisi tubuh.(3) Oleh karena

itu dibutuhkan diagnosa dan penanganan yang cepat dan tepat.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Perdarahan intraserebral (PIS) adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan

disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan, bukan oleh

karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (1)

2.2. Epidemiologi

Di seluruh dunia insiden perdarahan intraserebral berkisar 10 sampai 20 kasus

per 100.000 penduduk dan meningkat seiring dengan usia.(4) Di Amerika, suku berkulit hitam

dan hispanik memiliki angka kejadian perdarahan intraserebral yang secara signifikan lebih

tinggi dibandingkan suku berkulit putih.(5) Negara di Asia memiliki angka kejadian yang lebih

tinggi dibanding dengan benua lain. Resiko terjadinya perdarahan intraserebral meningkat pada

usia diatas 55 tahun dan menjadi dua kali lipat setiap dekadenya hingga usia 80 tahun.(2) Di

Indonesia prevalensi stroke sebesar 8,3 per 1000 penduduk sehingga diperkirakan ada 1 950

000 penderita. Angka kejadian iskemia lebih banyak namun morbiditas dan mortalitas stroke

berdarah lebih tinggi. angka mortalitas PIS sebesar 34,6%, dan hanya 38% yang

mencapai glasgow outcome scale (GOS) empat atau lima setelah enam bulan serangan. Pada

GOS 5, pasien kembali pulih sempurna seperti sebelum sakit sedangkan GOS 4

adalah moderate dissability, pasien dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti

makan, minum, dan naik mobil umum namun tidak dapat melakukan aktivitas yang

memerlukan kecakapan dan intelektual yang lebih tinggi. angka kematian stroke berdarah
pasca operasi mencapai 42%, dan 72% dari pasien yang selamat mengalami cacat berupa

hemiparese maupun afasia.(6)

2.3. Anatomi-Fisiologi Serebral

Otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu serebrum, serebellum dan batang otak. Serebrum

merupakan bagian yang paling besar dan terbagi menjadi hemisfer sinistra dan dextra yang

masing-masing terdiri dari empat lobus yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus termporal dan

lobus oksipital. Serebrum melakukan tugas yang berat seperti interpretasi sentuhan,

penglihatan dan pendengaran, serta berbicara, penalaran, emosi, pengetahuan dan control

gerakan. Serebellum terletak dibawah serebrum.

Berfungsi untuk mengkoordinasi gerakan otot, posisi tubuh dan keseimbangan. Sedangkan

batang otak terdiri dari otak tengah, pons dan medula. Batang otak bertugas sebagai pusat

penyampaian informasi untuk serebrum dan serebellum yang diteruskan dari medulla

spinalis.(7) Batang otak menjalankan banyak fungsi otomatis seperti bernapas, denyut jantung,

suhu tubuh, siklus bangun-tidur, pencernaan, bersin, batuk, muntah dan menelan. 10 dari 12

nervus kranialis berpangkal pada batang otak. Pada serebrum, setiap lobus mempunyai

fungsinya masing-masing.

a. Lobus frontal

i. Kepribadian, perilaku dan emosi

ii. Penilaian, perencanaan dan penyelesaian masalah

iii. Berbahasa : berbicara dan menulis (Area Broca)

iv. Gerakan tubuh (motorik)

v. Pengetahuan, konsentrasi dan kewaspadaan diri(7)

b. Lobus parietal
i. Interpretasi Bahasa dan kalimat

ii. Sensasi raba, nyeri, suhu (sensorik)

iii. Interpretasi sinyal dari visual, pendengaran, motorik, sensorik dan memori

iv. Persepsi ruang dan visual(7)

c. Lobus oksipital

i. Interpretasi penglihatan (warna, cahaya, gerakan)

d. Lobus temporal

i. Mengerti Bahasa (area Wernicke)

ii. Memori

iii. Pendengaran

iv. Pengurutan dan organisasi(7)

Gambar 2.1 Anatomi Otak(7)

Suplai darah serebri berasal dari arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Arteri karotis

interna pada kedua sisi menghantarkan darah ke otak melalui percabangan utamanya, arteri

serebri media dan arteri serebri anterior serta arteri koroidalis anterior (sirkulasi anterior).

Kedua arteri vertebralis bergabung di garis tengah pada batas kaudal ponsuntuk membentuk

arteri basilaris, yang menghantarkan darah ke batang otak dan serebelum, serta sebagian

hemisfer serebri melalui cabang terminalnya, arteri serebri posterior (sirkulasi posterior).

Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan lainnya memlui sirkulus arteri

Willisi.(8)

Gambar 2.2 Vaskularisasi Serebri (9)


Area somatosensorik dan motorik primer neokorteks memiliki representasi

somatotopik, yaitu titik ke titik, pada tubuh bagian perifer yang membentuk homunkulus (orang

kecil) yang digambarkan di permukaan otak. Konfigurasi pemetaan tubuh pada permukaan

korteks ini awalnya berdasarkan pada penelitian patoanatomis dan kemudian dikonfirmasi dan

diperbaiki oleh pemeriksaan stimulasi elektrik intraoperative Penfield, melalui pemeriksaan

pemetaan cetusan potensial somatosensorik Marshall dan yang terbaru dengan pemeriksaan

PET, fMRI dan MEG. Pemetaan korteks ini tidak menunjukkan representasi ukuran secara

proporsional.

Pada representasi sensasi superfisial kortikal, misalnya bagian tubuh dengan banyak

serabut sensorik seperti lidah dan wajah dipetakan pada area korteks yang besar dan tidak

proporsional, sedangkan bagian dengan persarafan yang jarang seperti lengan, paha dan

punggung dipetakan pada area yang lebih kecil. Selain itu, dan berdasarkan asumsi

sebelumnya, pemetaan ini tidak static. Representasi kortikal pada bagian tubuh tertentu dapat

membesar atau mengecil, tergantung pada tingkatan bagian tubuh yang digunakan. Jika

aktivitas diskriminasi taktil yang melibatkan ibu jari dan jari telunjuk seperti palpasi dadu untuk

merakan permukaannya dilakukan secara berulang dalam jangka panjang, representasi kedua

jari ini di korteks somatosensorik primer akan membesar. Begitu pula atau bahkan lebih luas,

perubahan representasi kortikal ditemukan setelah cedera atau amputasi ekstremitas.(8)

Gambar 2.3 Homunkulus (10)

2.4. Patofisiologi

Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah pecah dan darah merembes ke jaringan

otak. Perdarahan menyebabkan sel-sel otak mati dan bagian dari otak yang terpengaruh
berhenti berfungsi baik. Tekanan darah tinggi, juga disebut hipertensi, adalah penyebab paling

umum dari stroke jenis ini.(9)

Tetapi juga mungkin disebabkan karena disfungsi autoregulasi dengan aliran darah otak

yang berlebihan (misalnya, cedera reperfusi, transformasi hemoragik, paparan dingin),

pecahnya aneurisma atau malformasi arteriovenous (AVM), arteriopati (misalnya, angiopati

amiloid serebral, Moyamoya), altered hemostasis (misalnya, trombolisis, antikoagulan,

perdarahan diatesis), hemoragik nekrosis (misalnya, tumor, infeksi), atau obstruksi aliran

keluar vena (misalnya, trombosis vena serebral).

Peningkatan tekanan darah patologis merusak dinding pembuluh darah arteri yang kecil,

menciptakan mikroaneurisma (aneurisma Charcot) yang dapat rupture spontan. Manifestasi

perdarahan tergantung pada lokasinya.(8) Lokasi predileksi dari perdarahan intraserebral adalah

ganglia basalis (40-50%), region lobar (20-50%), thalamus (10-15%), pons (5-12%),

serebellum (5-10%), dan bagian lain batang otak (1-5%).(2) Perdarahan ganglia basalis dengan

kerusakan kapsula interna biasanya menyebabkan hemiparese kontralateral berat, sedangkan

perdarahan di pons menimbulkan tanda tanda batang otak. Perdarahan intraserebral

meningkatkan tekanan intracranial secara sangat cepat akibat efek desak oleh hematoma.

Rupture intraventricular perdarahan intraserebral dapat menyebabkan hidrosefalus, baik

melalui obstruksi aliran ventricular oleh bekuan darah atau gangguan reabsorpsi cairan

serebrospinal dari granulasio araknoidales. Jika terjadi hidrosefalus maka akan meningkatkan

tekanan intracranial lebih lanjut. Di fosa posterior hamper tidak ada ruang kosong sehingga

perdarahan intraparenkim dibawah tentorium meningkatkan tekanan intracranial local secara

cepat, kemungkinn menyebabkan herniasi isi fossa posterior, baik ke atas ke tentorial notch

atau ke bawah menuju foramen magnum.


Sehingga perdarahan intraparenkim di batang otak atau serebelum memiliki prognosis

yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan perdarahan yang berukuran sama di hemisfer

serebri.(8)

2.5. Klasifikasi Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral terbagi atas dua bagian besar berdasarkan penyebabnya yaitu,

a. Perdarahan intraserebral Traumatik

b. Perdarahan Intraserebral Nontraumatik

i. Perdarahan intraserebral nontraumatik hipertensif

ii. Perdarahan intraserebral nontraumatik non-hipertensif

iii. Perdarahan serebelar(8)

2.6. Diagnosis dan Tatalaksana

PIS adalah keadaan darurat medis. diagnosis yang cepat dan manajemen yang atensi

pada pasien dengan PIS sangat penting karena kerusakan awal biasa terjadi dalam beberapa

jam pertama setelah onset PIS. Lebih dari 20% pasien akan mengalami penurunan Glasgow

Coma Scale (GCS) dari dua atau lebih poin antara penilaian darurat pra-rumah sakit dan

evaluasi awal di unit gawat darurat. Di antara pasien dengan penurunan neurologis pra-rumah

sakit, GCS menurun dengan rata-rata 6 poin dan tingkat kematian lebih dari 75%.

Selanjutnya, dalam satu jam pertama dari setelah tiba rumah sakit, 15% dari pasien

menunjukkan penurunan GCS dari dua titik atau lebih. Risiko untuk kerusakan neurologis awal

dan tingginya tingkat hasil jangka panjang yang buruk mengharuskan untuk manajemen awal

yang agresif.(11) Neuroimaging berupa Computed Topography (CT) Scan juga membantu

dalam menentukan lokasi, luas dan volume perdarahan yang terjadi. Perhitungan volume
perdarahan dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan rumus ABC/2 yang telah

disederhanakan.(12)

Gambar 2.4 Simplified ABC/2(12)

Dimana A merupakan panjang yang paling maksimal dari citra perdarahan pada slice. B

merupakan lebar paling maksimal dari citra perdarahan yang ada pada slice dan C adalah tinggi

perdarahan secara vertical yang dihitung dengan cara jumlah slice yang memiliki citra

perdarahan dikalikan dengan jarak antar slice.(12)

Gambar 2.5 Citra Perdarahan pada CT Scan(12)

Terapi yang diberikan berupa terapi umum untuk semua jenis stroke dan juga terapi khusus

untuk stroke hemoragik.

1. Terapi Umum

a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan

i. Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis, nadi, tekanan darah, suhu

tubuh, dan Saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan defisit neurologis

yang nyata.(13)

ii. Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen < 95%.(13)

iii. Pasien stroke iskemik akut yang nonhipoksia tidak mernerlukan terapi oksigen.(13)
iv. Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien yang tidak sadar.

Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau disfungsi

bulbar dengan gangguan jalan napas.(13)

b. Stabilisasi Hemodinamik

i. Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari pernberian cairan hipotonik seperti

glukosa).(13)

ii. Optimalisasi tekanan darah.

c. Pemeriksaan Awal Fisik Umum

i. Tekanan darah

ii. Pemeriksaan jantung

d. Pemeriksaan neurologi umum awal:

i. Derajat kesadaran

ii. Pemeriksaan pupil dan okulomotor

iii. Keparahan hemiparesis

e. Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK) Pemantauan ketat terhadap penderita

dengan risiko edema serebral harus dilakukan dengan memperhatikan perburukan gejala dan

tanda neurologis pada hari-hari pertama setelah serangan stroke. Tinggikan posisi kepala 200 -

300 untuk membantu menurunkan TIK.(13) Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat,

diberi manitol 1.5-2 g/kgBB (15-20ml/kgBB) via infus selama 30-60 menit, pada pasien

dengan gagal ginjal akut berikan mannitol 50-100g/hari (500-1000ml/hari).(14)


f. Pengendalian Kejang

Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan diikuti oleh fenitoin, loading

dose 18mg/kgBB bolus dengan kecepatan maksimum <50 mg/menit (30-40 Menit), pada

pasien usia lanjut atau memiliki riawayat penyakit jantung berikan dengan kecepatan yang

lebih lambat (>60 Menit). Setelah itu diberikan fenitoin dengan maintenance dose 3-

5mg/kgBB/hari, dosis pertama harus diberikan antara 12-24 jam setelah loading dose. (15)

g. Pengendalian Suhu Tubuh

i. Setiap pederita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan diatasi

penyebabnya.(13)

ii. Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 oC. (13)

iii. Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan hapusan (trakea,

darah dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai kateter ventrikuler, analisa cairan

serebrospinal harus dilakukan untuk mendeteksi meningitis. Jika didapatkan meningitis,

makasegera diikuti terapi antibiotik.(13)

2. Terapi Stroke Hemoragik

a. Perdarahan Intraserebral

i. Penatalaksanaan Tekanan Darah

Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan

sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma

bertambah.(16) Initial dose nicardipine dimulai dengan 3-5mg/jam selama 15 menit.kemudian


dititrasi 0,5-1mg setiap 15 menit. Kecepatannya tidak boleh lebih dari 15mg/jam. Apabila

target tekanan darah sudah dicapai, berikan dosis maintenance dengan diturunkan secara

progresif, biasanya 2-4mg/jam.(17)

ii. Evakuasi hematoma : Pasien dengan perdarahan serebral yang mengalami perburukan

neurologis, atau yang terdapat kompresi batang otak, dan atau hidrosefalus akibat obstruksi

ventirkel sebaiknya menjalani operasi evakuasi bekuan darah secepatnya.(13) Indikasi

dilakukannya evakuasi hematoma adalah, volume hematoma kira-kira 40cc, massa dengan

pergeseran garis tengah lebih dari 5mm dan tanda-tanda lokal peningkatan tekanan intracranial

>25mmHg.(18)

iii. Neuroprotektor (Citicholine)

1. Indikasi: Strok iskemik dalam < 24 jam pertama dari onset, Strok hemoragik intraserebral. (13)

2. Kontra indikasi: Penderita yang hipersensitifitas terhadap citicholine. (13)

3. Efek samping: : ruam kulit, insomnia, sakit kepala, pusing, kejang, mual, anoreksia, nilai

fungsi hati abnormal pada peme riksaan laboratorium, diplopia, perubahan tekanan darah

sementara dan malaise. (13)

4. Dosis dan cara pemakaian:

- Bisa diberikan dalam 24 jam sejak awal stroke.

- Untuk strok iskemik : 250 - 1000 mg/hari, i.v. terbagi dalam 2 - 3 kali/hari selama 2 - 14 hari,
- Untuk stroke hemoragik : 150-200 mg/hari, i.v, terbagi dalam 2-3 kali/hari selama 2 - 14

hari. Pada stroke hemoragik intraserebral jangan memberikan citicholine dosis lebih dari 500

mg sekaligus, jadi harus dosis kecil 100 mg - 200 mg, 2-3 kali sehari.(13)

2.7. Pencegahan Perdarahan Intraserebral

Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya perbaikan gaya hidup dan pengendalian

berbagai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat dan kelompok risiko tinggi yang

belum pernah terserang stroke.

a. Mengatur Pola Makan yang Sehat

Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan risiko terkena serangan

stroke, sebaliknya risiko konsumsi makanan rendah lemak dan kolesterol dapat mencegah

terjadinya stroke. Beberapa jenis makan yang di anjurkan untuk pencegahan primer terhadap

stroke adalah:

Makanan kolesterol yang membantu menurunkan kadar kolesterol:

i. Serat larut yang terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah, bulgur, jagung dan gandum.

ii. Oat (beta glucan) akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, menurunkan tekanan

darah, dan menekan nafsu makan bila dimakan dipagi hari (memperlambat pengosongan usus).

iii. Kacang kedelai beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid serum, menurunkan

kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida tetapi tidak mempengaruhi kadar kolesterol

HDL.

iv. Kacang-kacangan termasuk biji kenari dan kacang mede menurunkan kolesterol LDL dan

mencegah arterrosklerosis.
Mekanisme kerja: menambah sekresi asam empedu, meningkatkan aktifitas estrogen dan

isoflavon, memperbaiki elastisitas arteri dan meningkatkan aktifitas antioksidan yang

menghalangi oksidasi LDL. (13)

b. Penanganan stress dan beristirahat yang cukup

i. Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari

ii. Mengendalikan stress dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa sehat menurut WHO,

menyelesaikan pekerjaan satu demi satu, bersikap ramah dan mendekatkan diri pada Tuhan

yang maha esa dan mensyukuri hidup yang ada. Stress kronis dapat meningkatkan tekanan

darah. Penanganan stress menghasilkan respon relaksasi yang menurunkan denyut jantung dan

tekanan darah. (13)

c. Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter dalam hal diet dan obat

i. Faktor-faktor resiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dyslipidemia, diabetes mellitus

(DM) harus dipantau secara teratur.

ii. Faktor-faktor resiko ini dapat dikoreksi dengan pengobatan teratur, diet dan gaya hidup

sehat

iii. Pengendalian hipertensi dilakukan dengan target tekanan darah ,140/90 mmHg. Jika

menderita diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronis, target tekanan darah ,130/80 mmHg.

iv. Pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus dengan target HbA1C <7%.

v. Pengendalian kadar kolesterol pada penderita yslipidemia dengan diet dan obat penurun

lemak. Target kadar kolesterol LDL <100 mg/Dl penderita yang bersiko tinggi stroke

sebaiknya target kolesterol LDL sebaiknya <70 mg/Dl.


vi. Terdapat bukti-bukti tentang faktor resiko yang bersifat infeksi/inflamasi misalnya infeksi

gigi.Kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diperhatikan secara teratur.(13)

BAB 3

KESIMPULAN

Perdarahan intraserebral menyumbang 8-13% dari semua stroke. Perdarahan intraserebral lebih

cenderung mengakibatkan kematian atau kecacatan mayor dibanding stroke iskemik atau

perdarahan sub-araknoid. Perdarahan intraserebral merupakan keadaan yang sangat berbahaya

dan membutuhkan penanganan yang cepat. Diagnosis yang cepat sangat dibutuhkan agar dapat

segera dilakukan terapi emergensi bagi penderita. Penanganan peningkatan tekanan

intracranial dengan elevasi kepala dan diuretik serta keadaan hipertensi pasien dengan obat-

obatan antihipertensi dan pemberian neuroprotektor dapat memperbaiki keadaan pasien.

Sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas akibat perdarahan intraserebral.
Daftar Pustaka
1. Corey-Bloom J, David RB. Clinical Adult Neurology [Internet]. 3rd ed. Jody Corey-Bloom,
Ronald B. David, editors. New York: Demos Medical; 2009 [cited 2017 Apr 16]. Available
from:
https://books.google.co.id/books?id=yFjSCgAAQBAJ&pg=PR2&lpg=PR2&dq=clinical+adu
lt+of+neurology+jody&source=bl&ots=17MYvD9S9E&sig=5xxQFcl5zFNdp0RTPVI6m2u
Ezb4&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjS-
JajlanTAhXEqY8KHVu0AGQQ6AEIQzAE#v=onepage&q=clinical adult of neuro
2. Liebeskind DS. Intracranial Hemorrhage: Background, Pathophysiology, Epidemiology
[Internet]. 2016 [cited 2017 Apr 16]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1163977-overview
3. Pieterangelo A. Intracerebral Hemorrhage: Symptoms, Causes &amp; Diagnosis [Internet].
2015 [cited 2017 Apr 16]. Available from: http://www.healthline.com/health/lobar-
intracerebral-hemorrhage#overview1
4. Qureshi AI, Tuhrim S, Broderick JP, Batjer HH, Hondo H, Hnley DF. Perdarahan
Intraserebral Spontan. NEJM [Internet]. 2001 [cited 2017 Apr 16];344(19):1450–60.
Available from: http://indoneuro.com/2011/08/perdarahan-intraserebral-spontan/
5. Carhuapoma JR, Mayer SA, Hanley DF. Intracerebral Hemorrhage. Cambridge University
Press [Internet]. Cambridge; 2010; Available from:
http://assets.cambridge.org/97805218/73314/frontmatter/9780521873314_frontmatter.pdf
6. Sinurat R. Neurogenesis on Spontaneous Intracerebral Hemorrhage. Majalah Kedokteran FK
UKI [Internet]. Jakarta; 2012;XXVIII(4):182–7. Available from:
http://www.majalahfk.uki.ac.id/assets/majalahfile/artikel/2012-04-artikel-041.pdf
7. Hines T. Brain Anatomy, Anatomy of the Human Brain [Internet]. University of Cincinnati.
2016 [cited 2017 Apr 16]. Available from: http://www.mayfieldclinic.com/PE-AnatBrain.htm
8. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. 5th ed. EGC; 2016.
9. National Stroke Association. Explaining Stroke. National Stroke Association [Internet].
Centennial; 2016; Available from: http://www.stroke.org/stroke-resources/resource-
library/explaining-stroke
10. Gleveckas-Martens N. Somatosensory System Anatomy: Overview, Gross Anatomy,
Microscopic Anatomy [Internet]. Medscpae. 2013 [cited 2017 Apr 17]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1948621-overview
11. Hemphill JC, Greenberg SM, Anderson CS, Becker K, Bendok BR, Cushman M, et al.
Guidelines for the Management of Spontaneous Intracerebral Hemorrhage [Internet]. Stroke.
2015 [cited 2017 Apr 16]. Available from:
http://stroke.ahajournals.org/content/early/2015/05/28/STR.0000000000000069
12. Lee VH, Conners JJ, John S, Busl M, Song SY, Cutting S, et al. Comparison of ABC / 2 with
the Simplified ABC / 2 Formula in Calculating Intracerebral Hemorrhage Volume. J Neurol
Disord Stroke [Internet]. 2016;4(Figure 1):2–4. Available from:
https://www.heart.org/idc/groups/heart-
public/@wcm/@hcm/@gwtg/documents/downloadable/ucm_309985.pdf
13. PERDOSSI. GUIDELINE STROKE TAHUN 2011. Jakarta; 2011.
14. ECM. Mannitol 10% Solution for Infusion BP - Summary of Product Characteristics (SPC) -
(eMC) [Internet]. Concordia International. 2017 [cited 2017 Apr 21]. Available from:
https://www.medicines.org.uk/emc/medicine/30188
15. GGC Medicines. Guideline for Phenytoin Dose Calculations [Internet]. Adult Therapeutic
Handbook. 2016 [cited 2017 Apr 21]. Available from:
http://app.ggcprescribing.org.uk/guidelines/central-nervous-system/guideline-for-phenytoin-
dose-calculations/
16. Setyopranoto I. Stroke : Gejala dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia Kedokteran [Internet].
Yogyakarta; 2003;38(4):247–9. Available from:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_185Strokegejalapenatalaksanaan.pdf
17. EMC. Nicardipine 10mg/10ml Solution for Injection - Summary of Product Characteristics
(SPC) - (eMC) [Internet]. Concordia International. 2017 [cited 2017 Apr 21]. Available from:
https://www.medicines.org.uk/emc/medicine/29183
18. Japardi I. Penatalaksanaan Cedera Kepala Secara Operatif [Internet]. Medan; 2004. Available
from: http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar japardi61.pdf

BERBAGI
BERBAGI
Komentar
Postingan populer dari blog ini

Laporan Kasus : HEMIPARESIS


Oktober 09, 2017

BAB I PENDAHULUAN Stroke merupakan suatu deficit neurologis

fokal akut pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh penyebab

vaskuler yaitu infark serebri, perdarahan intraserebral dan perdarahan sub

araknoid.(1) Hal ini terjadi saat aliran darah ke area otak terganggu. Sel

otak akan kekurangan oksigen dan glukosa yang dibutuhkan untuk


bertahan hidup, sehingga dapat menyebabkan kematian sel. Jika stroke

tidak ditangani lebih awal, kerusakan otak permanen atau kematian bisa

terjadi.(2) Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan

kasus stroke baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka
kematian berdasarkan umur adalah: sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun) dan
26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur 65 tahun).Penderita laki-laki
lebih banyak daripada perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun

sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar
33,5%.
BERBAGI

POSTING KOMENTAR
BACA SELENGKAPNYA
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
Diberdayakan oleh Blogger

CATATAN DOKTER MUDA


TELUSURI

Anda mungkin juga menyukai