Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI TULANG FEMUR

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi yaitu acetabulum dengan bagian
dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian
terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi
panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral
merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia.
Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur
meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

FRAKTUR FEMUR

A. DEFINISI

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tak lebih
dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu lengkap dan
fragmen tulang bergeser. Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara
luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut fraktur tertutup (atau
sederhana), sedangkan bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan
udara luar atau permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi ini
disebut fraktur terbuka. Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis.1,3

B. EPIDEMIOLOGI

Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam pengolahan komputer, telah
dikembangkan oleh (Muller dkk., 1990). Angka pertama menunjukkan tulang yaitu :3

1. Humerus
2. Radius/Ulna
3. Femur
4. Tibia/Fibula

Sedangkan angka kedua menunjukkan segmen, yaitu :


1. Proksimal
2. Diafiseal
3. Distal
4. Maleolar

Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada fraktur collum,
fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih dari 60 tahun
dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya
ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat
mengalami kecelakaan. Sedangkan fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur
intercondyler, fraktur condyler femur banyak terjadi pada penderita laki – laki dewasa karena
kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur batang femur pada anak terjadi
karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah.

C. ETIOLOGI

 Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan
lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran kemungkinan akan
menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
 Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada.

 Fraktur akibat peristiwa trauma tunggal

Kekuatan dapat berupa :

Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral

Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur melintang

Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi


disertai fragmen kupu – kupu berbentuk segitiga yang terpisah

Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan fraktur


obliq pendek

Penatikan dimana tendon atau ligamen benar – benar menarik tulang sampai terpisah

 Tekanan yang berulang-ulang

Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat
tekanan berulang – ulang.

 Kelemahan abnormal pada tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh
tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget) 1,2,3

D. PATOFISIOLOGI
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut
kekuatannya melebihi kekuatan tulang, ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur
yaitu ekstrinsik (meliputi kecepatan, durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan),
intrinsik (meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan adanya
densitas tulang tulang). Hal yang dapat menyebabkan terjadinya patah pada tulang bermacam-
macam antara lain trauma (langsung dan tidak langsung), akibat keadaan patologi serta secara
spontan. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan berputar, membengkok, kompresi bahkan tarikan.
Sementara kondisi patologis disebabkan karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kondisi
patologis yang terjadi di dalam tulang. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,
kekuatan dan arahnya. Sementara fraktur spontan terjadi akibat stress tulang yang terjadi terus
menerus misalnya pada orang yang bertugas kemiliteran.

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu
terjadi fraktur, perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak
sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan
biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut, aktivitas osteoblast terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsidan sel- sel tulang
baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau
penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat
menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila
tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi
darah total dan berakibat anoksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan
otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment.

Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan, fraktur
terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai
kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah. Pasien yang harus
imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit
karena penekanan, hilangnya kekuatan otot.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam :3

a. Fraktur collum femur :

Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita
jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena
gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :

Berikut ini adalah klasifikasi fraktur leher femur berdasarkan Garden1,3

 Stadium I adalah fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi.


 Stadium II adalah fraktur lengkap tetapi tidak bergeser.
 Stadium III adalah fraktur lengkap dengan pergeseran sedang.
 Stadium IV adalah fraktur yang bergeser secara hebat.
Gambar 4.1 Klasifikasi fraktur leher femur menurut Garden2

A. Stadium I C. Stadium III


B. Stadium II D. Stadium IV

Fraktur leher femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun merupakan fraktur
leher femur stadium I. jika tidak, maka akan berkembang dengan cepat menjadi fraktur leher
femur stadium IV. Selain Garden, Pauwel juga membuat klasifikasi berdasarkan atas sudut
inklinasi leher femur seperti yang tertera pada gambar 4.2, yaitu sebagai berikut: 2

 Tipe I, yaitu fraktur dengan garis fraktur 30.


 Tipe II, yaitu fraktur dengan garis fraktur 50.
 Tipe III, yaitu fraktur dengan garis fraktur 70.

A B C

Gambar 4.2 Klasifikasi fraktur leher femur menurut Pauwel2

A. Tipe I B. Tipe II C. Tipe III

 Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)

b. Fraktur trochanter femur :


Ialah semua fraktur yang terjadi antara trokanter minor dan trokanter mayor. Fraktur ini
bersifat ekstra artikuler dan sering terjadi pada orang tua diatas umur 60th.

Dibagi atas :

1. Fr. Stabil

2. Fr. Tidak stabil

Diklasifikasikan atas empat tipe :

tipe 1 : fraktur melewati trokanter mayor dan trokanter minor tanpa pergeseran
tipe 2 : fraktur melewati trokanter mayor dan disetai pergeseran trokanter minor
tipe 3 : fraktur disertai fraktur komunitif

tipe 4 : fraktur yang disertai dengan fraktur spiral femur.

c. Fraktur subtrochanter femur :

Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi
dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah
klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :

tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor


tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor

d. Fraktur batang femur (dewasa)

Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu
lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam
shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :

- Frakture Tertutup

Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:
 Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
 Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
 Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
 Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.

Fraktur femur kanan 1/3 distal Fraktur femur kanan 1/3 proksimal

spiraldisplaced tertutup kominutif displaced tertutup

- Frakture Terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara
tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya
diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari
luar.

Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak
yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

e. Fraktur supracondyler femur :

Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal
ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot gastrocnemius, biasanya
fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi
sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.

f. Fraktur intercondyler femur :

Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya


terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.

g. Fraktur condyler femur :

Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai
dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

F. GAMBARAN KLINIK

RiwayatAnamnesis

Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai


yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat yang cedera suatu pukulan dapat
menyebebkan fraktur pada kondilus femur, batang femur, pattela, ataupun acetabulum.
Umur pasien dan mekanisme cedera itu penting, kalau fraktur terjadi akibat cedera yang
ringan curigailah lesi patologik nyeri, memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering
ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan lunak,
deformitas jauh lebih mendukung.1,3

Tanda – tanda local :


a) Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi,
rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit
itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka

b) Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari
fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah
adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan

c) Movement : Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting
untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal
cedera.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk
menetapkan kelainan tulang dan sendi :

Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang
bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan
pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis :
 Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
 Untuk konfirmasi adanya fraktur
 Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya
 Untuk menentukan teknik pengobatan
 Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
 Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
 Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
 Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:


 Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-
posterior dan lateral
 Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di
bawah sendi yang mengalami fraktur
 Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua
anggota gerak terutama pada fraktur epifisis.
 Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada
dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka
perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang belakang.
 Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang
skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan
foto berikutnya 10-14 hari kemudian.2

Gambar 5.1. Fraktur batang femur


*Dikutip dari kepustakaan 7

Pemeriksaan radiologis lainnya :


CT-Scan : suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail
mengenai bagian tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi
lapis. Pemeriksaan ini menggunakan pesawat khusus.8
MRI : MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua
tulang, sendi, dan jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk
mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan tulang.9
Gambar 5.2. MRI, kepala femur tampak pipih yang disebabkan fraktur
kompresi.

H. DIAGNOSIS

Terdapat tanda klinis yang menunjang adanya fraktur:

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu
anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari
satu tingkat karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar
– x pada pelvis dan tulang belakang.3

I. PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip pengobatan fraktur

1. Pertolongan pertama  membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang
bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa
nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan ambulans
2. Penilaian klinis  nilai luka, apakah luka tembus tulang atau tidak, adakah trauma
pembuluh darah atau saraf atau trauma alat-alat dalam yang lain.
3. Resusitasi  kebanyakan penderita dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit dengan
syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri
berupa transfusi darah dan cairan-cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri.

Prinsip Pengobatan ada 4, yaitu :

1. Recognition (diagnosis dan penilaian fraktur)


Awal pengobatan perlu diperhatikan :
 Lokalisasi fraktur
 Bentuk fraktur
 Menentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan
 Komplikasi yang mungkin selama dan sesudah pengobatan
2. Reduction
Mengurangi fraktur dengan cara reposisi fraktur. Harus dengan posisi yang baik yaitu:
 Alignment yang sempurna
 Aposisi yang sempurna
3. Retention
Imobilisasi fraktur
4. Rehabilitation
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Tujuan Pengobatan fraktur :


1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi
 Tertutup : fiksasi eksterna, Traksi (kulit, sekeletal)
 Terbuka : Indikasi :
1. Reposisi tertutup gagal
2. Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan
3. Mobilisasi dini
4. Fraktur multiple
5. Fraktur Patologis

2. IMOBILISASI / FIKSASI
Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.
Jenis Fiksasi :
 Ekternal / OREF
 Gips ( plester cast)
 Traksi
Indikasi :
· Pemendekan (shortening)
· Fraktur unstabel : oblique, spiral
· Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar

1. Traksi Gravitasi : U- Slab pada fraktur hunerus


2. Skin traksi
Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan
kembali ke posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit
akan lepas.
3. Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.
Dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut), pada tibia
atau kalkaneus ( fraktur kruris)

Komplikasi Traksi :
1. Gangguan sirkulasi darah à beban > 12 kg
2. Trauma saraf peroneus (kruris) à droop foot
3. Sindroma kompartemen
4. Infeksi à tmpat masuknya pin

Terapi operatif dengan membuka frakturnya

 ORIF (Open Reduction internal fixation)


1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna
Keuntungan :
 Reposisi anatomis
 Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar
Indikasi :
 Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular nekrosisnya tinggi.
Misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur
 Fraktur yang tidak bisa direposisi tetutup, misalnya fraktur avulse dan fraktur
dislokasi
 Fraktur yang dapat direposisi tetapi sullit dipertahankan
 Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi, misalnya fraktur femur
2. Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi
3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excise caput femur dan pemasangan endoprosthesis

Gambar. Fiksasi internal

3. UNION
4. REHABILITASI

J. PROSES PENYEMBUHAN

Penyembuhan tulang terbagi menjadi 5, yaitu :

1. Fase Hematoma
Pembuluh darah di sekitar tulang yang mengalami fraktur robek, akibatnya, tulang
disekitar fraktur akan kekurangan nutrisi dan akhirnya mati sekitar 1-2 mm.

2. Fase Proliferasi Sel


Pada 8 jam pertama fraktur merupakan masa reaksi inflamasi akut dengan proliferasi
sel di bawah periosteum dan masuk ke dalam kanalis medulla. Bekuan hematom diserap
secara perlahan dan kapiler baru mulai terbentuk.

3. Fase Pembentukan Kalus


Sel yang berproliferasi bersifat kondrogenik dan osteogenik. Sel-sel ini akan
membentuk tulang dan juga kartilago. Selain itu sel yang berproliferasi tersebut juga
membentuk osteoklas yang memakan tulang-tulang yang mati. Massa seluler yang tebal
tersebut dan garam-garam mineralnya terutam kalsium membentuk suatu tulang imatur
yang disebut woven bone. Woven bone ini merupakan tanda pada radiologik bahwa
telah terjadi proses penyembuhan fraktur

4. Fase Konsolidasi
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan akan membentuk
jaringan tulang yang lebih kuat oleh aktivitas osteoblas.

5. Fase Remodeling
Jika proses penyatuan tulang sudah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk
bagian yang menyerupai dengan bulbus yang meliputi tulang tanpa kanalis medularis.
Pada fase ini resorbsi secara osteoklastik tetap terjadi dan tetap terjadi osteoblastik pada
tulang.

K. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur antara lain1,3,4,5:
1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom
kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.
a. Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan darah
eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bisa menyebabkan penurunan
oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi
pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.
b. Sindrom emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah
karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam
lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak pada aliran darah.
c. Sindroma Kompartement merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa
disebabkan karena penurunan ukuran kompartement otot karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang menjerat
ataupun peningkatan isi kompatement otot karena edema atau perdarahan
sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya : iskemi,dan cidera remuk).
d. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak ada nadi, CRT menurun,
sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
e. Infeksi
Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam.
Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
f. Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya
Volkman’s Ischemia.

2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed union,
dan non union.
a. Malunion
b. Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupakan kelainan penyatuan tulang
karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.
c. Delayed Union
Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakan kegagalan
fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
d. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
3

L. PROGNOSIS
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan.
Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa
jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada
penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila
lingkungan untuk penyembuhan memadai smapai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis
yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam
penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat
esensial dalam penyembuhan fraktur.2

Anda mungkin juga menyukai