DIPLOPIA BINOKULER
Disusun oleh:
Hetri Dema Putri Wulandari
NIM. 2016-84-011
Pembimbing:
dr. Elna Anakotta, Sp,M
Istilah diplopia berasal dari bahasa Latin: diplous yang berarti ganda, dan
ops yang berarti mata. Diplopia (penglihatan ganda) adalah keluhan subjektif yang
umum atau yang sering didapatkan selama pemeriksaan pada mata. Selain itu,
proses muskuler atau neurologis, atau kelainan pada organ lainnya. Oleh karena
etiologinya sangat bervariasi mulai dari akibat astigmatisme yang tidak terkoreksi
sampai kelainan intrakranial yang mengancam jiwa, para klinisi harus menyadari
kepentingan untuk memberikan respons yang tepat untuk keluhan ini. 1,2
intermiten; variabel atau tidak berubah; terjadi pada saat objek jaraknya dekat atau
jauh; terjadi saat melihat dengan satu mata (monokuler) atau dua mata
lapangan pandang (komitan) atau bervariasi sesuai arah pandang (inkomitan). Bila
diplopia yang sifatnya mengancam jiwa. Selain itu, diagnosis yang tepat juga akan
komplikasi.1,3,4
2
BAB II
DIPLOPIA BINOKULER
A. Definisi
Istilah diplopia berasal dari bahasa Latin: diplous yang berarti ganda, dan
ops yang berarti mata. Diplopia atau penglihatan ganda adalah keluhan berupa
melihat dua gambaran dari satu objek. Diplopia binokuler adalah penglihatan
ganda terjadi bila melihat dengan kedua mata dan menghilang bila salah satu
mata ditutup.1,2
Pada dasarnya, kita “melihat” dengan otak. Mata hanyalah sebuah organ
mengartikan rangsangan yang diterima oleh retina. Saraf optikus dan jalur
pengaturan yang lebih tinggi. Sistem motorik membantu proses ini dengan
mengarahkan kedua mata pada objek sehingga gambaran yang sama dibentuk
penglihatan binokuler. Hubungan antara sistem sensoris dan motoris ini tidak
3
1. Penglihatan simultan. Retina kedua mata menerima kedua gambaran
mempunyai titik fiksasi yang sama, yang akan berada di fovea sentralis
kedua mata. Bayangan kedua objek yang selalu sampai ke area identik di
berlaku untuk jarak fiksasi berapapun. Oleh karena itu, gambar di kedua
retina akan identik pada penglihatan binokuler yang normal. Fenomena ini
diplopia fisiologis.5
vertikal pada sebuah garis sesuai dengan axis visual subjek, dengan pensil
kedua jaraknya kira-kira 2 kali jauhnya dari pada subjek pertama. Ketika
subjek fokus pada 1 pensil, pensil yang lain akan tampak ganda. 5
2. Fusi: hanya saat kedua retina membuat impresi visual yang sama, yakni
diplopia. 5
4
retina, mereka harus terletak di horopter geometrik yang sama. Objek yang
5
C. Mekanisme Diplopia
okuler (misal defek kornea, iris, lensa, atau retina). Kunci paling penting untuk
korespondensi visual objek pada retina kedua mata. Dengan kata lain, sebuah
objek yang sedang dilihat tidak jatuh pada fovea kedua retina, maka objek akan
tampak pada dua tempat spasial berbeda dan diplopia pun terjadi. 1,6
lokal pada kornea, iris, lensa, atau yang jarang yaitu retina. Diplopia
korteks visual primer atau sekunder. Disfungsi ini akan menimbulkan diplopia
6
D. Patofisiologi Diplopia Binokuler
diplopia binokuler:
oftalmopati terkait-tiroid.
pembedahan mata.
distrofi muskuler.
5. Disfungsi saraf kranial III, IV, atau VI: iskemia, hemoragik, tumor atau
mutipel.
kranial III, IV atau VI: stroke, hemoragik, tumor atau massa, trauma,
neurodegeneratif.
memburuk pada arah gaze tertentu, atau memburuk saat melihat jauh atau
7
dekat. Diplopia horizontal disebabkan oleh impaired abduksi atau adduksi
(berhubungan dengan kontrol dan pergerakan otot rektus medial, rektus lateral,
atau keduanya) (Gambar 1 dan Gambar 2). Diplopia vertikal disebabkan oleh
otot rektus inferior, rektus superior, oblik inferior, oblik superior, atau
itu impaired. Gejala neurologis lain juga harus dinilai: kelemahan otot
proses orbital.
8
Gambar 3. Kerja otot ekstraokuler dan saraf kranial dari sisi
pemeriksa. Tanda panah yang tebal adalah kerja primer otot, dan
tanda panah tipis adalah kerja sekunder otot. Otot rectus superior
dan obliks superior intorsi (berputar ke dalam), dan otot rectus
inferior dan obliks inferior ekstorsi (berputar ke luar) yang ditandai
dengan tanda panah melengkung.6
Singkatnya, jika diplopia binokuler horizontal lebih buruk pada arah gaze kiri,
maka bisa saja karena mata kiri tidak dapat abduksi (palsi saraf VI) atau karena
bentuk karena perubahan awal atau perubahan simetris sulit dideteksi oleh
pemeriksa. Sebagai contoh, tanda seperti retraksi kelopak mata dan edema
9
periorbita pada penyakit seperti oftalmopati terkait tiroid yang kurang
nyata pada stadium awal penyakit. Foto lama atau foto SIM pengemudi
sangat berguna dalam deteksi perubahan yang subtil. Pasien juga harus
dijumpai pada pagi hari dan memburuk secara progresif sepanjang siang
hari atau memburuk saat membaca merupakan gejala yang umum pada
Lebih dari 50% pasien dengan miastenia gravis, yang merupakan kelainan
10
neuromuscular junction terbanyak, ditandai dengan ptosis dan diplopia
pemahaman yang baik mengenai jalur saraf kranial III, IV, dan VI dari
pasien berusia 65 tahun dengan sakit kepala berat dan palsi saraf III
luka kompresif saraf kranial III di ruang subarachnoid, dan penyebab yang
posterior komunikans. 6
Saat palsi saraf kranial terjadi dalam isolasi, pasien harus ditanya
mikrovaskuler dari saraf kranial III, IV, dan VI dapat terjadi. Vaskulitis
sistemik seperti arteritis temporal, dapat dengan palsi saraf kranial; gejala
klaudikasio rahang, sakit kepala, tender kulit kepala, dan artralgia harus
ditanyakan pada pasien usia tua dengan diplopia karena palsi saraf
kranial.6
11
Palsi saraf kranial III biasa dengan gejala diplopia vertikal dan horizontal
yang akan membaik bila mata yang terkena diabduksi karena otot rektus
lateral dan saraf kranial VI mengabduksi mata. Palsi saraf kranial IV biasa
dengan diplopia vertikal yang memburuk atau hanya muncul saat melihat
dekat dan gaze ke bawah dalam arah yang berlawanan dari mata yang
terkena. Karena otot oblik superior mengintorsi mata, pasien dengan palsi
lateral ke sisi mata yang terkena) atau saat melihat objek dari jauh karena
Lesi pada batang otak pada jalur supranuklear, nuklei saraf kranial, atau
12
6. Jalur supranuklear
Jalur supranuklear membuat koneksi ke dan antara nuclei saraf kranial dan
gaze konjugat atau diskonjugat. Jika kedua mata mengalami derajat parese
yang setara pada arah gaze yang sama karena lesi supranuklear, maka
besar kasus, palsi gaze horizontal konjugat berlokasi ke pons atau korteks
frontal dan palsi gaze vertical konjugata berlokasi ke otak tengah. Palsi
sisi yang sama dengan lesi dengan nistagmus simultan mata yang abduksi
selama gaze lateral, dan sering dikaitkan dengan sklerosis multiple atau
Seperti pada luka saraf kranial dan nukleinya, lesi jalur supranuklear
sering disertai gejala dan tanda neurologis lain. Banyak struktur dan
13
etiologi yang umumnya dikaitkan dengan lesi jalur supranuklear seperti
E. Diagnosis
paling berguna dalam menangani pasien dengan diplopia. Setiap upaya dibuat
1. Apakah menutup salah satu mata membuat diplopia hilang? Jika seorang
pasien disuruh melihat sebuah objek yang ada di ruang pemeriksaan yang
mata kanan ditutup atau menetap jika mata kiri yang ditutup. Namun, perlu
diingat bahwa diplopia monokuler dapat terjadi pada kedua mata secara
14
2. Apakah deviasi sama pada semua arah gaze (pandangan) atau oleh
objek-objek pada semua arah gaze. Jika taraf deviasi berubah (dan
diperkirakan ada masalah inervasi, paling mungkin adalah parese otot. 1,6
3. Apakah objek kedua terlihat horizontal (bersisian) atau vertikal (atas dan
15
konjungtiva atau sklera, posisi palpebra, dan kelemahan otot-otot ekstraokuler
atau enoftalmus, dan pembacaan yang lebih besar dari 21 mm untuk salah
dapat melihat mata dari satu sisi atau dari atas untuk mengevaluasi
asimetri. 6
Fungsi palpebra dan posisinya juga harus diperiksa. Posisi palpebra atas
harus sedikit berada di bawah puncak iris. Jika kelopak atas berada di atas
iris dan sklera tampak, didiagnosis sebagai retraksi palpebra, dan jika
lag. Kedua tanda ini sangat umum pada pasien dengan oftalmopati terkait-
palpebra tapi tidak lid lag. Ptosis timbul bila jarak antara reflex cahaya
kornea di tengah pupil (terlihat saat pasien fiksasi pada cahaya yang
dikontrol oleh saraf kranial III, atau dari disfungsi otot Muller, yang
16
disebabkan oleh sindrom Horner selalu minimal dan seringkali palpebra
atau jari pemeriksa yang berada pada jarak 12 sampai 14 inci dari mata
pasien. Jika duksi atau versi terbatas, pemeriksa harus menentukan apakah
keterbatasan. Jika tidak ada tahanan maka berarti tidak ada restriksi
mekanik. 6
saraf III atau IV parsial. Maddox rod- sebuah lensa merah dengan ridge-
atau sebuah lensa merah tanpa ridge dapat dipakai untuk menentukan
depan mata kanan, sedangkan pasien melihat cahaya putih pinpoint dari
oleh pemeriksa. Lokasi dari bar merah dilihat oleh pasien menggunakan
17
Maddox rod, atau cahaya merah dilihat oleh pasien menggunakan lensa
teknik seperti sustained gaze atau penutupan mata repetitif. Kelelahan otot
tanpa bukti awal misalignment okuler. Tes duksi dan versi berulang otot
dikenal sebagai Cogan’s lid twitch yang diamati dengan menyuruh pasien
sebuah target pada gaze primer (lurus ke depan). Jika saat kembali ke gaze
primer palpebra yang ptosis terangkat dan jatuh dengan cepat, Cogan’s lid
18
4. Pemeriksaan Saraf Kranial III, IV, dan VI
misaligment horizontal atau vertikal pada berbagai posisi gaze, dan dengan
paling nyata pada arah gaze dari otot yang mengalami kelemahan.
Saraf kranial III menginervasi otot rectus superior, inferior, dan medial;
otot obliks inferior; otot sfingter pupil; dan levator palpebra superior. Lesi
adduksi; midriasis dan paralisis pupil total atau parsial; dan ptosis total
atau parsial dari mata yang terkena. Ketika mata yang normal fiksasi pada
target yang jauh pada gaze primer, mata yang sakit biasanya akan ke
bawah dan keluar karena kerja otot rektus obliks superior dan rectus lateral
yang diinervasi saraf IV dan VI yang tidak dapat dilawan. Paralisis total
iskemia saraf III. Pada kasus palsi saraf III, Maddox rod atau tes kaca
dan hiperdeviasi mata yang sehat pada gaze ke atas dikenal sebagai
intorsi mata. Saat mata yang normal fiksasi pada target yang jauh pada
19
gaze primer, misaligment tidak tampak, untuk itu karena keterbatasan pada
gaze ke bawah sulit diamati secara langsung, palsi saraf IV kurang dikenal.
pemeriksa, pasien dapat disuruh melihat garis lurus pada kertas yang
Gambar yang salah harus berada di bawah garis dan miring pada kasus-
kasus palsi saraf IV yang membuat tanda panah yang menunjuk ke sisi
yang palsi. Oleh karena fungsi intorsi otot obliks superior, pemisahan
gambar ganda meningkat saat kepala dimiringkan ke arah sisi yang palsi
Saat mata yang normal difiksasi pada target yang jauh pada gaze primer,
Supaya dapat mengetahui fungsi batang otak, saraf III, IV, dan VI –juga
saraf kranial lain- harus dites. Tes kekuatan dan sensasi fasial, sensasi
20
6. Pemeriksaan jalur supranuklear
masih intak dan fasikulus masih berfungsi normal. Oleh karena itu,
yang jaraknya 14-16 inci, seperti jempol pasien atau hidung pemeriksa.
Kemudian, saat pasien sedang fiksasi, kepala di putar ke kanan dan kiri
dan atas dan bawah. Gerakan kepala ini mengatasi keterbatasan duksi atau
7. Lain-lain
yang terjadi selama aura migraine klasik mungkin dapat dikira sebagai
diplopia. Karena axis visual hanya dapat bertempat di satu lokasi pada
ruang 3D, objek yang yang berada di depan atau belakang tampak ganda.
Hal ini dapat didemonstrasikan dengan fokus pada satu jari sejauh lengan.
Objek yang berada di belakang jari tampak kabur dan ganda. Pemindahan
fokus ke objek pada arah yang sama namun di belakang jari menyebabkan
objek jadi tunggal, sedang jari tampak kabur dan ganda. Jika seseorang
21
G. Penatalaksanaan
orbita pemeriksaan CT scan dan MRI adalah suatu indikasi. Pada kasus-kasus
kronik, diplopia binokuler, MRI adalah suatu indikasi kecuali jika etiologi
prisma dapat mengurangi gejala diplopia bila etiologinya telah ditemukan dan
1. Klinis
mengganggu. 1
ini hanya cocok untuk deviasi stabil yang ada di semua arah gaze,
prisma ini mengaburkan gambar dari mata itu dan berfungsi dalam
22
2. Pembedahan
pada penjepitan jaringan lunak dari fraktur di dasar orbita dapat sangat
efektif. 1
dari kedua otot itu ke insersio otot rectus lateral. Jika tidak, resesi otot
dapat melihat tunggal pada pandangan lurus, diplopia tetap ada dengan
dilakukan pelemahan otot yoke mata yang lain (otot rectus superior)
juga yang merupakan antagonis direk (otot obliks inferior) pada mata
23
- Kemodenervasi
H. Komplikasi
Pada bayi dan balita, diplopia dapat menyebabkan supresi atau ambliopia1
I. Prognosis
yang rusak
serius dan dalam hal tumor primer atau sekunder, prognosisnya jelek.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://emedicine.medscape.com/article/1214490-overview
HIPERLINK http://www.optometry.co.uk
3. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB. Basic and clinical science course:
Ophthalmology.2008.
http://www.eyenetmagazine.org
7. Rucker JC. Acquired ocular motility disorders and nystagmus. In: Kidd
Butterworth-Heinemann. 2008.
25