Disusun Oleh:
Triska Fajar Suryani
2011 – 83 – 014
Pembimbing:
dr. Merlin Maelissa Sp. OG, M. kes.
A. IDENTITAS PASIEN
Nomor rekam medik : 12. 43. 10
Nama : Ny. PA
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 23 Agustus 2000
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan terakhir : SMP
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Kudamati/Piru
Ruang rawat : Ruang Obstetri
Jaminan kesehatan : BPJS
Tanggal masuk : 09 Desember 2017
Lama perawatan : 2 hari
hilang timbul sejak pukul 00.00 WIT (09 desember 2017). Nyeri perut dirasakan
seperti mulas dari pinggang ke perut bagian ke belakang, makin lama makin
memberat dan durasinya semakin lama yang dirasakan tidak berkurang saat
istirahat maupun tidur. Pasien mengatakan ada keluar darah sedikit dari
2
kemaluannya berupa bercak dan juga lendir, belum ada keluar air-air dari jalan
Pasien juga mengeluhkan rasa sesak dan berdebar yang muncul saat nyeri
perutnya timbul dan berkurang saat sakit perutnya hilang. Rasa sesak dirasakan
seperti rasa berat di dada dan terasa bertambah saat pasien berjalan dan
berkurang saat pasien istirahat. Pasien mengaku sesak dirasakan sejak hamil 9
bulan. Awalnya pasien mengalami keluhan sering sesak nafas dan sempat nyeri
di dada saat melakukan aktifitas fisik yang berlebihan saat hamil. Jantungnya
juga kadang berdebar kencang namun tidak menentu waktunya dan tidak lebih
dari 3 kali. Pasien pada tanggal 8 desember kontrol ke poli kandungan dan
operasi. Pasien mengatakan pernah mengalami batuk dan demam tinggi waktu
kecil yang berulang beberapa kali. Dan juga sering mengalami gatal-gatal pada
3
Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-), pasien
mengaku baru mengetahui memiliki kelainan jantung saat hamil.
Riwayat penyakit keluarga: Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), tidak ada keluarga
pasien yang mengalami keluhan yang sama.
Riwayat Menstruasi: Menarche pada usia 14 tahun. Menstruasi teratur sebulan sekali,
lamanya 7-9 hari, ganti pembalut sebanyak 2 kali sehari, nyeri haid (-).
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis E4V5M6
TANDA VITAL
- TD : 120/70 mmHg
- Nadi : 110x/menit
- Pernapasan : 28x/menit
- Suhu aksilla : 36,7ºC
a. Kepala : Normocephal
b. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
c. Telinga : Otorea -/-
d. Hidung : Rhinorea -/-
e. Mulut : Dalam batas normal
4
f. Leher : pembesaran KGB leher (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
g. Dada : Normochest
Paru : Vesikuler +/+, Rhonki + /+, Wheezing - / -
Jantung : BJ I/II murni, reguler, murmur (+) di proyeksi katup aorta,
gallop (-)
h. Abdomen : Cembung, bekas luka operasi (-), striae gravidarum (+), nyeri
tekan (-)
PEMERIKSAAN OBSTETRI-GINEKOLOGI
- L1 : bulat, tidak melenting/ bokong, lembut
- L2 : punggung sebelah kiri, bagian-bagian kecil janin sebelah kanan
- L3 : bulat, melenting/ presentasi kepala
- L4 : 2/5 (kepala sudah masuk panggul)
- teraba janin tunggal, IU
- TFU : 25 cm
- TBJ : 2015 gram
- HIS : (+) 2 kali dalam 10 menit, durasi 30-35 detik
- DJJ : 149 dpm
- Inspekulo : tidak dilakukan
- VT : Pembukaan Ø (10 cm), letak kepala, ketuban (+), tidak teraba bagian
5
D. RESUME MEDIS
nyeri perut hilang timbul yang menjalar dari perut ke pinggang belakang disertai
sesak seperti rasa berat di dada, nyeri dada dan jantung berdebar pada saat dalam
kondisi hamil. Sesak dikatakan timbul apabila aktifitas fisik dan berkurang dengan
istirahat. Pasien baru mengetahui memiliki penyakit jantung saat hamil 9 bulan.
Pasien mengatakan pernah mengalami demam tinggi dan batuk waktu kecil yang
berulang beberapa kali. Dari pemeriksaan fisik dada didapatkan adanya adanya
pembesaran jantung ke arah kiri, suara denyut jantung pada auskultasi (terdapat
graviditas berupa perut membesar, terdapat striae gravida, auskultasi adanya denyut
jantung bayi yang normal, dengan his yang adekuat. Pemeriksaan vagina menunjukan
penurunan hodge III, dan tidak teraba bagian kecil atau tali pusat.
E. DIAGNOSIS KERJA
F. DIAGNOSIS BANDING
6
G. TATALAKSANA
a. Rencana Diagnostik:
b. Rencana Terapeutik:
02 4 lpm.
c. Rencana Edukasi:
Menyarankan ibu tidur miring kiri, tetap tenang, dan tidak stres
d. Rencana Nutrisi
7
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8
c. Pemeriksaan Echocardiografi:
regurgitasi ringan
I. DIAGNOSIS KERJA
G4P3A0 Gravid 38-39 minggu + RHD MR sedang AR sedang TR ringan
J. TATALAKSANA
a. Umum
- Observasi keadaan ibu (TTV) dan janin (DJJ).
- Observasi keluhan (perdarahan per vaginam).
b. Konservatif
- IVFD RL 20 tts per menit
- 02 2 lpm.
- Digoxin 1 x ½ tab/24 jam
- Albumin 3 x 2 caps/24 jam
c. Operatif
- Pasien direncanakan operasi tanggal 13 desember 2017 namun pasien
masuk RS tanggal 09 desember 2017 dan melahirkan pervaginam.
K. PROGNOSIS
- Quo Ad vitam : dubia ad bonam
- Quo Ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo Ad sanationam : dubia ad bonam
9
FOLLOW-UP
Hari S O A P
Minggu - Sesak (-), dada - KU: Baik P1A0 post - IVFD RL 20 tts per
10/12/17 berdebar(-), - Tanda vital: PN H-1 + menit aff
H-1 nyeri dada (-), TD:110/70 mmHg RHD - 02 2 lpm aff
ASI (+), BAB N: 100x/mnt - Digoxin 1 x ½ tab/24
(+), perdarahan S: 36,6⁰C jam
pervaginam (+) RR: 22x/mnt - Albumin 3 x 2
sedikit. Status generalis: caps/24 jam
- Mata : CA -/-, SI -/-
- Thorax: vesikuler +/+,
ronki +/+
- Jantung: murmur di
proyeksi katub aorta
- Abdomen: supel, BU
(+)
- Ekstremitas: akral
hangat, edema +/+
Status obstetri:
TFU: 3 jari di bawah
pusar
Iv/u: tenang,
perdarahan aktif (-),
Lochia (+)
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jantung normal dapat beradaptasi dengan baik sedangkan wanita dengan penyakit
kardiovaskular yang terjadi pada awal trimester pertama kehamilan yang tidak
besar
11
Perubahan fisiologi pada antenatal
Pengisian jantung adalah peningkatan volume sirkulasi yang terjadi mulai dari
usia kehamilan 6 minggu sampai akhir kehamilan trimester kedua pada level 50-70%
lebih tinggi dibandingkan pada wanita tidak hamil. Massa sel darah merah biasanya
volume sel darah merah yang mengarah ke hemodilusi relatif disebut “anemia
fisiologi kehamilan”.
Hasil dari peningkatan volume darah pada akhir diastolik ventrikel kiri
(LVED) akan terjadi peningkatan volume yang dapat dilihat pada ekokardiografi dari
10 minggu usia kehamilan. Ada juga peningkatan yang sesuai dalam atrium dan
ventrikel kanan.
kardiomiopati dilatasi dan lesi obstruktif seperti stenosis mitral atau hipertensi paru.
pembuluh darah perifer dalam sirkulasi sistemik, dan tidak berhubungan dengan
12
dalam pembuluh darah paru-paru. Resistensi vaskular sistemik diukur dengan melihat
perubahan tekanan disirkulasi sistemik dari awal sampai akhir dibagi dengan curah
jantung.
Penurunan ini terjadi dari minggu kelima kehamilan dan biasanya mencapai titik
resistensi pembuluh darah pulmonal sehingga tidak ada perubahan dalam tekanan
arteri pulmonal.
Aliran darah
sebelum hamil dan puncak pada trimester ketiga. Perubahan ini bersamaan dengan
13
peningkatan filtrasi glomerulus (GFR) sebesar 50%, yang menyebabkan kreatinin
mengeluh hidung tersumbat. Perdarahan hidung juga lebih sering terjadi pada
meningkat.
Isi sekuncupialah volume darah yang berasal dari ventrikel dalam setiap
denyut dan ini mencapai 70mls pada pria dewasa yang sehat. Ini merupakan
determinan utama dari curah jantung (cardiac output/CO) sebagai produk dari isi
sekuncup dan denyut jantung (heart rate/HR), yang keduanya meningkat selama
kehamilan.
membutuhkan tekanan untuk melakukannya, maka akan terjadi gagal jantung selama
kehamilan. Wanita dengan curah jantung tetap dengan lesi katup stenosis akan
14
Denyut jantung
Peningkatan denyut jantung pada akhir trimester ketiga, kedua atau awal
pada akhir kehamilan dengan peningkatkan denyut jantung yang teratur dan
berlangsung normal.
Konsumsi oksigen
jantung, peningkatan konsumsi oksigen pada miokard dapat memicu iskemia pada
Metabolik
Wanita hamil normal akan mengalami kenaikan berat badan berkisar 10-14 kg
selama masa kehamilan dan harus diperhatikan kenaikannya setiap hari untuk
15
Berat badan pada wanita hamil akan mengalami kenaikan berat badan 2 kg
pada trimester pertama (meskipun pada wanita hamil dengan mual muntah pada pagi
cairan praeklampsia.
“autotransfusi”.
16
b. Rasa takut pada ibu karena kontraksi uterus menyebabkan peningkatan sirkulasi
curah jantung.
Curah jantung meningkat sekitar 10% setelah melahirkan, total curah jantung
meningkat sebesar 80% pada wanita sebelum hamil karena kombinasi autotransfusi
dan kompresi vena kava yang rendah (Lihat Gambar 1.1). Curah jantung kembali
seperti sebelum hamil, namun pada beberapa wanita bisa sampai 6 bulan pasca
melahirkan.
sebelumnya stabil.
kembali ke awal.
17
Curah jantung: terjadi peningkatan 80% pada jam pertama setelah melahirkan
Curah jantung merupakan hasil perkalian stroke volume dan denyut jantung.
Denyut jantung dan stroke volume meningkat seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan. Setelah 32 minggu, stroke volume menurun dan curah jantung sangat
tergantung pada denyut jantung. Resistensi vaskuler menurun pada trimester pertama
dan awal trimester kedua. Denyut jantung, tekanan darah dan curah jantung akan
meningkat pada saat ada kontraksi uterus. Jadi tiga perubahan hemodinamik utama
yang terjadi dalam masa kehamilan adalah : peningkatan curah jantung, peningkatan
Segera setelah persalinan darah dari uterus akan kembali ke sirkulasi sentral.
Pada kehamilan normal, mekanisme kompensasi ini akan melindungi ibu dari efek
hemodinamik yang terjadi akibat perdarahan post partum, namun bila ada kelainan
jantung maka sentralisasi darah yang akut ini akan meningkatkan tekanan pulmoner
dan terjadi kongesti paru. Dalam dua minggu pertama post partum terjadi mobilisasi
cairan ekstra vaskuler dan diuresis. Pada wanita dengan stenosis katup mitral dan
kardiomiopati sering terjadi dekompensasi jantung pada masa mobilisasi cairan post
partum. Curah jantung biasanya akan kembali normal setelah 2 minggu post
partum.1,2
pembuluh darah koroner pada saat diastol dan secara simultan kemudian
18
suplai dan kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya iskemia miokard. Tiga
resistensi vaskuler.1, 2
Pada awal kehamilan terjadi ekspansi aliran darah ginjal dan peningkatan laju
terjadi pula peningkatan volume darah sebesar 40-50%. Sistem renin angiotensin
menjadi 25% tergantung pada cadangan besi tiap individu. Keadaan “anemia
fisiologis” ini biasanya tidak menyebabkan komplikasi pada jantung ibu, namun
anemia yang lebih berat akan meningkatkan kerja jantung dan menyebabkan
jantung sianotik sebab sel-sel darah merah yang mikrositik sedikit yang dirubah.
19
terjadi peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri atau bila terjadi gangguan pada
pembuluh darah paru maka akan terjadi edem paru yang dini. Adanya perubahan
hemodinamik dan system kardiovaskular tersebut bila terjadi pada orang sehat akan
ditoleransi dengan baik, namun pada kehamilan yang disertai dengan penyakit
jantung biasanya akan menimbulkan permasalahan yang dapat berakibat fatal pada
Pada kehamilan dengan penyakit jantung kita harus berhati-hati terhadap saat
kritis yang dapat membahayakan keadaan ibu maupun janin yang dikandung. Berikut
1) Hiperemesis Gravidarum :
3) Partus Kala II
meningkat.
4) Puerperium :
a. Dini (3-5hari) :
20
Shunt yang berhenti, mengakibatkan volume darah yang kembali ke jantung
mendadak meningkat.
b. Lanjut :
hamil dapat mengalami hal tersebut di negara berkembang berkaitan dengan penyakit
jantung katup yang disebabkan oleh penyakit demam rematik (Penyakit Jantung
Rematik). Secara umum gejala klasik penyakit jantung adalah : palpitasi, sesak nafas,
dan nyeri dada. Berhubung gejala ini juga berkaitan dengan kehamilan normal maka
dibutuhkan anamnesis yang cermat untuk memastikan apakah gejala ini sudah tidak
berhubungan dengan kehamilan normal. Bising sistolik dapat ditemukan pada 80%
wanita hamil, umumnya berhubungan dengan peningkatan volume aorta dan arteri
pulmonalis. Tipe bising ini adalah derajat 1 atau 2, midsistolik, paling keras pada
basal jantung, tidak berhubungan dengan kelainan fisik yang lain. Pada pasien dengan
bising sistolik akan terdengar pemisahan bunyi jantung dua yang keras. Setiap bising
diastolik dan bising sistolik yang lebih keras dari derajat 3/6 atau menjalar ke daerah
karotis harus dianggap sebagai patologis. Pada wanita yang diduga mengalami
21
kelainan jantung maka perlu dilakukan evaluasi yang cermat terhadap denyut vena
bising patologi, tanda kegagalan jantung pemeriksaan fisik atau desaturasi oksigen
arteri tanpa kelainan paru. Pemeriksaan yang paling tepat untuk menilai wanita hamil
aritmia jantung yang menetap maka perlu dilakukan monitor EKG selama 24 jam.
kongenital atau kelainan katup jantung, namun pemeriksaan ini bermanfaat bila ada
gejala penyakit jantung koroner akut selama kehamilan sebab mempunyai paparan
radiasi yang kecil sehingga diagnosis dapat ditegakkan lebih dini dan dapat dilakukan
ditetapkan oleh New York Heart Association pada tahun 1979, sebagai berikut :2
Klas / derajat II : Aktivitas fisik terbatas, namun tidak ada gejala saat istirahat.
Klas / derajat III :Aktivitas ringan sehari-hari terbatas, timbul sesak atau nyeri,
22
Klas / derajat IV : Gejala timbul pada waktu istirahat, dan terdapat gejala gagal
jantung.
Gejala
Dyspnea yang progresif atau orthopnea
Batuk pada malam hari
Hemoptisis
Sinkop
Nyeri dada
Tanda-tanda klinik
Sianosis
Clubbing pada jari-jari
Distensi vena di daerah leher yang menetap
Bising sistolik derajat 3/6 atau lebih
Bising diastolik
Kardiomegali
Aritmia persisten
Terpisahnya bunyi jantung dua yang persisten
Adanya kriteria hipertensi pulmonal
ditimbulkan oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung katup seperti pada
penyakit jantung rematik tentunya memiliki tanda dan gejala khas yang dapat
23
diamati, hal ini bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosis. Penyakit jantung
Definisi
Penyakit jantung rematik, salah satu penyakit inflamasi kronik yang sering
ditemukan, dengan gejala yang timbul seperti panas, nyeri, nyeri tekan, kemerahan,
dan pembengkakan pada sendi disertai tanda-tanda kelainan pada jantung seperti
insufisiensi mitral dan aorta. Penyakit jantung rematik adalah merupakan gejala sisa
akibat karditis dari demam rematik sebelumnya. Demam rematik dapat menyebabkan
terjadinya inflamasi pada jantung dan kerusakan pada katup jantung (endokarditis).
Serangan pertama sering terjadi pada umur 7-14 tahun, serangan berulang muncul
saat menginjak dewasa. Kematian akibat serangan akut rendah, dan hampir sebagian
besar kasus sembuh secara spontan. Inflamasi pada jantung yang berlangsung lama
akan menimbulkan jaringan parut dan deformitas yang pada akhirnya akan terjadi
malfungsi katup jantung. Akibat terjadinya kerusakan pada otot-otot jantung maka
akan timbul penyakit jantung rematik, yang akan menyebabkan kematian pada usia
yang sering ditemukan pada anak dan dewasa muda. Insidennya tinggi terutama di
24
episode infeksi tenggorokan (faringitis) akibat streptokokus β hemolitikus grup A.
timbulnya demam rematik. Penyakit ini tersering menyerang anak usia 6 sampai 15
Penyakit jantung rematik biasanya terjadi akibat adanya mekanisme respon autoimun.
Manifestasinya dapat berupa carditis yang sering disertai dengan insufisiensi mitral
atau aorta, atau bahkan sampai terjadi gagal jantung kongestif. Selain menyerang
jantung, streptokokus juga menyerang sendi, otak dan kulit. Gejala-gejala lain yang
terjadi pada demam rematik akut selain carditis adalah artrhritis, chorea sydenham,
eritema marginatum, atau nodul subkutan. Penyakit jantung rematik akut merupakan
penyebab utama kematian 100 tahun lalu di Amerika serikat pada anak berusia 5-20
merosot drastis menjadi 0 % sejak tahun 1960-an. Di seluruh dunia penyakit jantung
rematik menjadi masalah kesehatan yang utama. Penyakit jantung rematik yang
kronis diperkirakan terdapat pada 5-30 juta anak dan dewasa muda. Mortality rate
Epidemiologi
demam rematik, sekitar 470.000 kasus demam rematik yang baru, serta sekitar
233.000 kasus demam rematik dan penyakit jantung rematik berakhir dengan
25
peningkatan jumlah kematian akibat penyakit jantung rematik dimana daerah
daerah iklim kering dan daerah dengan ketinggian tertentu lainnya. Dari hasil
merupakan daerah dengan jumlah kasus terbanyak untuk penyakit jantung rematik,
dengan tingkat mortalitas yang sangat tinggi. Pada tahun 2002, penyakit jantung
dan mortalitas yang tinggi diseluruh dunia, dimana tingkat kematian secara global
akibat penyakit jantung rematik adalah sekitar 16,7 juta populasi. Sub-Sahara Afrika
merupakan daerah dengan tingkat kematian tertinggi akibat penyakit jantung rematik
sekitar 1,08 juta kasus pada rentang waktu 2002-2003, diikuti Asia Tengah dan
Selatan dengan angka kematian sekitar 7,34,786 kasus, Cina dengan 1,76,576 kasus,
Afrika Utara dan Mediterania dengan 1,53,679 populasi, Amerika Latin dengan
1,36,971 kasus, Asia Tenggara dan bagian lain dari benua asia dengan 1,01,822
kasus, Eropa Selatan dengan 40,366 kasus, daerah Pasifik 7,744 kasus, negara-negara
berkembang lainnya sekitar 33,330 kasus. Dari 12 juta orang yang terjangkit demam
rematik dan penyakit jantung rematik, 2/3 adalah anak-anak dengan rentang umur 5-
15 tahun. Jumlah kematian akibat penyakit jantung rematik sekitar 3 orang per tahun,
dimana sekitar 2 juta populasi memerlukan perawatan berulang ke rumah sakit, dan
sekitar 1 juta pasien dengan penyakit jantung rematik memerlukan operasi satelah
umur 5-20 tahun. Penyakit jantung juga dapat terjadi pada 1 – 4 % dari kehamilan
26
Penyakit jantung rematik yang dilaporkan terjadi pada kehamilan memiliki angka
kejadian yang bervariasi di beberapa negara Asia yaitu 0,4 - 4 % dari seluruh
kehamilan yang dilaporkan. Oleh karena itu, penyakit jantung rematik menjadi salah
satu masalah kesehatan yang sering akan dihadapi dewasa ini, karena penyakit ini
tidak hanya akan menjadi masalah bagi para klinisi, namun juga dapat digunakan
sebagai pertanda keadaan suatu bangsa dari segi ekonomi dan sosial serta standar
jaringan yang pada dasarnya terjadi akibat reaksi inflamasi yang menahun baik
berupa proses eksudasi, proliferasi, dan pembentukan jaringan parut pada otot-otot
jantung dan katup jantung itu sendiri sehingga akan terjadi malfungsi jantung yang
pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya insufisiensi katup mitral dan katup aorta.
rematik adalah:
1. Faktor genetik
Banyak demam rematik atau penyakit jantung rematik terjadi pada satu
keluarga ataupun pada anak kembar. Hal ini diduga karena terdapat adanya
27
suseptibilitas genetik yang diwariskan yang menyebabkan peningkatan sensitifitas
terhadap infeksi streptokokus β hemolitikus grup A. 2-3 % dari individu yang pernah
streptokokus. Fakta ini menunjukkan bahwa adanya keterlibatan faktor genetik dalam
dimediasi oleh sebuah gen resesif. Pada suatu studi, ditemukan terdapat spesific B-
cell alloantigen pada 99 % pasien dengan demam rematik dan hanya 14 % pada
control. Suseptibilitas genetik ini juga didukung oleh suatu studi yang membuktikan
hubungan antara HLA antigen dengan penyakit ini. Studi tersebut menunjukkan
terdapat kadar HLA antigen class II yang tinggi pada pasien dengan demam rematik
dan sering dihubungkan dengan timbulnya penyakit jantung rematik. Selain itu
dihubungkan dengan etnik dan ras. HL-DR 1 sering ditemukan pada penderita
penyakit jantung rematik dari ras negroid, HL-DR 3 banyak ditemukan pada pasien
jantung rematik di India bagian timur, HL-DR 4 ditemukan pada ras kulit putih yang
28
suseptibilitas genetik terhadap streptokokus β hemolitikus grup A berhubungan
2. Jenis kelamin
Dahulu sering disebutkan bahwa demam rematik lebih sering terjadi pada
anak wanita. Tetapi penelitian lebih lanjut menunjukkan tidak adanya perbedaan jenis
kelamin, meskipun manifestasi tertentu lebih sering ditemukan pada salah satu jenis
kelamin. Misalnya chorea lebih sering ditemukan pada wanita. Kelainan katup
sebagai gejala sisa penyakit jantung reumatik juga menunjukkan perbedaan jenis
kelamin. Dari hasil penelitian Asosiasi Penyakit Jantung Amerika, ternyata penderita
penyakit jantung rematik yang mengalami stenosis mitral lebih banyak diderita oleh
serangan ulang lebih sering terjadi pada orang kulit hitam dibandingkan orang kulit
putih. Tapi data ini harus dinilai dengan lebih hati-hati karena berbagai faktor
lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan bahkan
merupakan penyebab yang sebenarnya. Yang telah dicatat dengan jelas adalah adanya
tahun setelah serangan penyakit jantung reumatik akut. Tetapi data di India
menunjukkan bahwa stenosis mitral organik terjadi hanya dalam waktu yang relatif
29
4. Umur
penyakit jantung reumatik dan penyakit demam rematik. Penyakit ini paling sering
menyerang anak usia 6-15 tahun, dengan puncak pada umur 8 tahun. Tidak biasa
ditemukan pada anak usia 3-5 tahun, dan sangat jarang terjadi pada anak berumur
yang jika tidak dideteksi dan ditangani sejak dini akan menimbulkan penyakit jantung
rematik.
untuk terjadinya demam rematik menahun yang pada akhirnya akan menimbulkan
penyakit jantung rematik. Insiden demam reumatik di negara-negara yang sudah maju
jelas menurun sebelum era antibiotika sehingga secara tidak langsung insiden
sosial ekonomi yang buruk adalah keadaan sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-
30
rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk
tropis sehingga insiden penyakit jantung rematik banyak ditemukan pada daerah-
daerah beriklim tropis seperti India, Bangladesh, dan Indonesia. Di daerah yang
letaknya tinggi, insiden demam reumatik atau penyakit jantung rematik lebih tinggi
3. Cuaca
saluran napas bagian atas meningkat, sehingga insiden demam reumatik atau penyakit
Morfologi kuman
Streptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat atau bulat telur yang
tersusun seperti rantai. Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu
A terdapat pili yang menonjol keluar menembus simpai, pili tersebut terdiri dari
protein M yang tertutup asam lipoteikoat. Asam lipoteikoat sangat penting untuk
31
Kebanyakan streptokokus tumbuh pada perbenihan padat sebagai koloni
diskoiddengan diameter 1-2 mm. Strain yang menghasilkan bahan simpai sering
1. Sitoplasma
2. Dinding sel
yang terdapat pada katup mitral. (3) Komponen terakhir adalah protein yaitu
32
protein M, R, T. Yang terpenting adalah protein M yang merupakan antigen
terhadap protein M.
3. Kapsul
pada isolat.
1. Streptokinase
fibrin dan protein-protein lain. Proses penghancuran ini dapat dihambat oleh
3. Hyaluronidase
33
penyebab infeksi. Setelah infeksi, ditemukan antibodi spesifik terhadap
hyaluronidase.
4. Hemolisin (Streptolisin)
cepat tidak aktif bila ada oksigen. Terdapat antibodi spesifik yang muncul
grup A.
34
Patogenesis
berkoloni di kulit dan orofaring. Organisme ini dapat menyebabkan lesi supuratif
seperti faringitis, impetigo, myositis, pneumonia, dan sepsis puerperalis. Ia juga dapat
sebagai salah satu marker dari adanya infeksi streptokokus β hemolitikus grup A.
Organisme ini juga dilindungi oleh surface protein pada dinding selnya yaitu M
protein. Protein ini merupakan faktor virulen yang utama bagi streptokokus jenis
ini.10,12
Demam rematik terjadi pada anak dan dewasa muda biasanya setelah
dengan dinding sel epitel mukosa traktus respiratorius bagian atas dengan
dapat mengadakan invasi. Setelah fase inkubasi selama 2-4 hari, organisme yang
telah menginvasi tersebut menyebabkan timbulnya respon inflamasi akut selama 3-5
hari yang ditandai dengan sakit tenggorokan, demam, malaise, sakit kepala dan
35
Pada penderita demam rematik terjadi kegagalan dalam mengisolasi
organisme ini dari organ yang terinfeksi dalam bentuk apapun. Hal ini menunjukkan
bahwa kerusakan sel pada demam rematik bukan disebabkan secara langsung oleh
hipotesis tentang adanya reaksi silang antibodi terhadap streptokokus dengan otot
dengan susunan antigen otot jantung. Hal inilah yang menyebabkan reaksi autoimun
keseluruhan.10,12
a. Waktu ANC
1. Kehamilan boleh diteruskan bila penyakit jantung fungsional klas I & II. Bila
36
3. Pencegahan terhadap :
b) Infeksi
c) Toksemia gravidarum
d) Obesitas
b. Waktu Inpartu
Kala I :
Gallop rhythm
Kala II :
37
Kala III :
Cegah akut refluk darah ke jantung dengan cara Fowler (gravitasi) dan
Pada kala II persalinan anak dapat dilahirkan spontan bila tidak ada gagal
jantung dan ibu sedapatnya dilarang meneran. Bila telah berlangsung 20 menit
dan ibu tidak dapat dilarang meneran maka dilakukan forcep ekstraksi.
c. Waktu Puerperium
1) Bed rest, dirawat 5-10 hari mengingat bahaya DC akut dan SBE
3) Cegah konstipasi
d. Keluarga Berencana
38
4. Penyakit Jantung Katup
Stenosis mitralis terjadi karena adanya fibrosis dan fusi komisura katup mitral
menghambat majunya aliran darah dari atrium kiri ke vantrikel kiri selama fase
diastolik ventrikel.12
kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melampaui
katup yang menyempit. Oleh karena itu, terjadi peningkatan perbedaan tekanan
(pressure gradient) yang semakin besar antara kedua ruang tersebut. Otot atrium kiri
terjadi dilatasi atrium karena volume atium kiri meningkat akibat ketidakmampuan
atrium mengosongkan diri secara normal. Peningkatan tekanan dan volume atrium
vena dan kapiler pulmonalis). Akibatnya terjadi kongesti paru-paru, mulai dari
39
kongesti vena yang ringan sampai edema interstitial yang kadang-kadang disertai
melalui katup mitral yang mengalami stenosis akan mengalami kelebihan beban
(pressure overload). Pada stenosis mitralis yang berat, hipertensi pulmonal dapat
dalam sirkulasi sistemik, menimbulkan kongesti pada vena sistemik dan edema
perifer.12
rematik yang paling sering ditemuakan pada perempuan usia reproduktif. Induksi
stenosis karena dengan peningkatan curah jantung dan takikardi akan memperpendek
timbul keluhan dan gejala sewaktu hamil pada pasien-pasien tanpa keluhan
takikardi dan peningkatan curah jantung masih moderat. Mitral Stenosis ringan pada
dengan Mitral stenosis moderat dan berat kerap mengalami perburukan hemodinamik
40
pada trimester ketiga dan ketika persalinan. Perubahan fisiologik terjadinya
peningkatan takanan serambi kiri jantung yang mengakibatkan edema paru. Kerap
edema paru merupakan gejala pertama dari Mitral Stenosis, terutama terjadi pada
nafas pendek yang progesif adalah yang tersering. Penambahan volume darah
koreksi dengan cara operasi katup atau percutaneous mitral ballon valvotomy (BMV)
sulit. Stenosis mitral sedang atau berat memiliki toleransi buruk terhadap kehamilan.
41
Risiko dekompensasi tergantung tingkat keparahan MS. Gagal jantung sering
terjadi pada wanita hamil dengan MS sedang atau berat, terutama selama trimester
kedua dan ketiga. Gagal jantung biasanya progresif. Edema pulmonal dapat terjadi,
terutama ketika MS tidak diketahui atau jika terjadi Atrial fibrilasi (AF).
ventrikel kanan, dan pembesaran atrium kanan pada kasus dengan hipertensi
pulmonal.
Diagnosis
Pada penyakit yang ringan, pasien dapat tidak mengeluh sama sekali (asimtomatik).
Gejala-gejala secara khas belum muncul sebelum lubang katup ini mengecil sampai
sekitar 50%, yaitu dari ukuran normal 4-5 cm2 menjadi kurang dari 2,5 cm2. Rasa
42
lemah dan lelah dapat merupakan gejala awal yang sering ditemukan akibat curah
jantung yang menetap jumlahnya dan akhirnya berkurang. Pada stenosis mitralis yang
orthopnoe, dan paroxysmal nocturnal dyspnea akan semakin menonjol. Hal ini akan
dicetuskan oleh berbagai keadaan meningkatnya aliran darah melalui mitral atau
demam, aktivitas seksual, kehamilan serta fibrilasi atrium dengan respon ventrikel
cepat.13
dapat terjadi karena: (1) apopleksi pulmonal akibat rupturnya vana bronkial yang
melebar, (2) sputum dengan bercak darah pada saat serangan paroksismal nokturnal
dispnea, (3) sputum seperti karat (pink frothy) oleh karena edema paru yang jelas, (4)
infark paru, (5) bronkitis kronis oleh karena edema mukosa bronkus. Pembesaran
atrium kiri dapat menekan saraf laringeal rekuren kiri sehingga suara menjadi serak
(Orter’s syndrome). Pada beberapa pasien, fibrilasi atrium dapat menjadi petunjuk
stenosis mitralis. Pada fase lanjut penyakit ini, kekuatan denyut nadi di arteri dapat
mitral yang berat dapat memberikan gambaran wajah mitral dengan karakteristik pipi
yang berwarna merah muda keunguan. Temuan klasik pada stenosis mitral adalah
43
opening snap dan bising/murmur diastol kasar (diastolic rumble) pada daerah mitral.
Opening snap dari katup mitral muncul akibat adanya tekanan yang mendadak pada
daun katup setelah daun katup tebuka. Suara ini paling jelas terdengar pada apeks
Murmur diastolik kasar pada stenosis mitral terdengar jelas di apeks jantung
dengan bell stetoskop. Suara murmur yang keras dapat menjalar ke axila atau daerah
sternal kiri bagian bawah. Walaupun intesitas dari diastolik murmur tidak berkaitan
erat dengan tingkat keparahan stenosis namun waktu atau lamanya bising dapat
menggambarkan derajat stenosis. Pada stenosis ringan bising halus dan singkat,
Pada kasus-kasus ringan harus dicurigai stenosis mitral bila teraba dan
terdengar S1 yang keras. S1 mengeras oleh karena pengisisan yang lama membuat
tekanan ventrikel kiri meningkat dan menutup katup sebelum katup itu kembali ke
posisinya. S1 yang keras bisa tidak terdengar jika daun katup sudah menjadi kaku dan
Murmur diastol pada stenosis mitral dapat menjadi lebih halus pada pasien
dengan obesitas, emfisema paru (PPOK), atau status curah jantung rendah dengan
aliran yang lambat saat melewati katup mitral. Sejumlah keadaan yang dapat
memberikan temuan auskultasi seperti pada stenosis mitral diantaranya pada ASD
44
saat aliran besar melalui trikuspid, atau aliran besar melalui mitral seperti pada VSD,
Pemeriksaan penunjang13
EKG: tampak pembesaran atrium kiri (gelombang P melebar dan beratakik (paling
jelas pada sadapan II dikenal sebagai ”P mitral”), bila iramanya sinus normal;
hipertrofi ventrikel kanan; fibrilasi atrium lazim terjadi tetapi tidak spesifik untuk
stenosis mitral.
Foto toraks: pembesaran atrium kiri dan ventrikel kanan; kongesti vena
dari katup, pliabilitas dari daun katup, ukuran dari area katup dengan planimetri
(’mitral valve area’), struktur dari aparatus subvalvular, juga dapat ditentukan fungsi
ventrikel. Berdasarkan eko Doppler juga dapat diketahui gradien transmitral dan
area katub mitral (mitral valve area / MVA), fungsi pompa ventrikel kiri, trombus,
dan derajat hipertensi pumonal dengan mengukur takanan arteri pulmonal. MVA
merupakan determinan kuat untuk terjadinya edema paru akut. Pada umumnya MVA
1,5 atau 1 cm2/luas permikaan tubuh m2 merupakan batasan Mitral Stenosis berat.
45
Namun, peningkatan gardien takanan antara serambi kiri dan bilik kiri yang juga
ditentukan oleh compliance serambi kiri merupakan masker dari toleransi Mitral
Stenosis, bukan derajat mitral stenosis atau luas MVA. Pengukuran takanan arteri
Tindak lanjut
Tatalaksana
output.
ekokardiografi diperkirakan PAP sistolik >50 mmHg), aktivitas harus dibatasi dan
46
Atrial fibrilasis pada pasien Mitral Stenosis dapat mengakibatkan gagal
jantung. Pemberian digitalis dan penyekat beta dapat menurunkan frekuansi denyut
jantung dan diuretic dapat digunakan untuk mengurangi volume darah dan
menurunkan tekanan ruang serambi kiri. Kardioversi elektrik dapat dilakukan dengan
koagulasi. Persalinan pervaginam dapat berjalan dengan aman pada Mitral Stenosis
yang dapat menoleransi kehamilan dengan baik pada NYHA klas 1 dan 2 dan bila
tekanan arteri pomonal kurang dari 50 mmHg. Namun, pasien dengan gagal jantung
kongestif atau Mitral Stenosis barat dan moderat dan tekanan areri pumonal 50
mmHg, harus dilakukan monitor hemodinamk sentra dengan kateter arteri pulmonal
atau Swan Ganz selama persalinan. Pertahankan tekanan baji (wedge arterial
pressure) = 14-20 mmHg. Terjadi peningkatan 8-10 mmHg tekanan atrium kiri dan
tekanan baji pada saat persalinan. Anestesi epidural dapat dilaksanakan selama
Fluktuasi hemodinamik saat persalinan akibat rasa nyeri dan autotransfusi perlu
47
Persalinan
MS sedang dan MS berat yang termasuk NYHA kelas I/II tanpa adanya hipertensi
pulmonal.
yang termasuk NYHA kelas III/IV atau pasien dengan hipertensi pulmonal meski
tidak bisa dilakukan atau gagal. Hindari penggunaan agen tokolitik yang dapat
output)
48
- 60% berkembang menjadi edema pulmonal antepartum, dengan rata-rata usia
kehamilan 30 minggu.
Rekomendasi
aorta bikuspidal berhubungan dengan dilatasi aorta dan diseksi aorta, oleh karena itu
dimensi aorta harus diukur sebelum hamil dan selama hamil. Risiko diseksi
meningkat selama kehamilan. Semua wanita dengan katup aorta bikuspid perlu
Aorta stenosis berat karena penyakit jantung rematik jarang ditemukan pada
pasien usia muda, yang tersering disebabkan oleh kelainan bawaan yaitu katup
bicuspid. Aorta stenosis ringan dan moderat dengan fungsi ventrikel kiri yang masih
49
baik biasanya dapat menoleransi kehamilan dengan baik. Sebaliknya, pasien dengan
aorta stenosis berat, (aortic valve area/area katup aorta: <0,7 cm dan gradient
tekanan>50 mmHg) dan yang dengan gejala merupakan resiko tinggi bagi perempuan
hamil juga janinnya. Gejala yang timbul dapat sesak napas, sinkop, yang timbul pada
janin terhambat, dan berat badan lahir rendah semakin meningkat seiring dengan
Evaluasi ukuran pembukaan katup aorta, gradien aliran dari katup dan fraksi
ejeksi
Stenosis berat (area katup <1 cm2, gradien puncak >75 mmHg atau fraksi ejeksi
50
Pemeriksaan EKG dapat menunjukkan suatu hipertrofi ventrikel berat (dinding
Follow up
Pada AS berat, evaluasi jantung dilakukan setiap satu bulan atau dua bulan,
AS, atau komplikasi lain. Terapi medis diuretik dapat diberikan jika terdapat gejala
kongestif. Kehamilan tidak perlu dicegah pada pasien yang tidak menunjukkan
adanya gejala, bahkan pada AS berat dengan ukuran dan fungsi LV yang normal serta
tidak ditemukannya hipertrofi ventrikel kiri yang berat. Berdasarkan gejala yang
tampak, pembedahan sebelum hamil harus dipertimbangkan pada pasien dengan aorta
Selama hamil pada pasien dengan gejala yang berat dan tidak berespon
terhadap terapi medis, valvuloplasti perkutaneus dapat dilaksanakan pada katup non-
Penatalaksanaan
Idealnya harus dilakukan koreksi katup sebelum pasien hamil. Pasien dengan
dianjurkan untuk menunda konsepsi sampai dilakukan koreksi bedah. Bila aorta
stenosis berat ditemukan sewaktu hamil, valvuloplasti balon aorta harus dilakukan
51
sebelum persalinan. Anestesi spinal dan epidural kurang dianjurkan karena efek
derajat hipertensi pulmonal, deteksi adanya thrombus, dan fungsi pompa ventrikel
kiri.3
Persalinan
dilakukan persalinan sesar dengan intubasi endotrakheal dan anestesia umum. Pada
AS yang tidak berat, persalinan pervaginam lebih dipilih. Hindari penurunan tahanan
Komplikasi dapat terjadi akibat perfusi yang rendah atau justru berlebihan.
Perfusi yang rendah dapat mengancam nyawa. Target pulmonary artery wedge
Jika obstruksi tidak tertangani dan cardiac output tidak dapat dijaga :
52
Rekomendasi
c. Regurgitasi mitral
Biasanya disertai juga stenosis mitral berbagai tingkatan dan fusi dari komisura. Lesi
rematik dapat berupa retraksi fibrosis pada aparatus valvuler, yang mengakibatkan
koaptasi dari katup mitral tidak berfungsi secara sempurna. Koaptasi yang tidak
memungkinkan aliran darah berbalik dari ventrikel kiri ke atrium kiri. Volume darah
volume dibanding dengan total ejection ventrikel kiri, disebut sebagai fraksi
regurgitan.13,14
dan kembali ke dalam atrium kiri. Ventrikel kiri harus memompakan darah dalam
53
jumlah cukup guna mempertahankan aliran darah normal. Beban volume tambahan
tidak hanya bagi ventrikel kiri tetapi juga bagi atrium kiri. Atrium kiri berdilatasi
Bila lesi makin parah, atrium kiri menjadi tidak mampu lagi untuk meregang
dan melindungi paru-paru. Kegagalan ventrikel kiri biasanya merupakan tahap awal
terlalu berat, dan aliran darah melalui aorta menjadi berkurang dan secara bersamaan
Karena kondisi penyakit kronis, terjadi dilatasi ventrikel kiri dan fungsi ventrikel kiri
yang terkompensasi mitral regurgitasi pada perempuan usia muda lebih sering
disebabkan oleh prolap katup mitral dan biasanya bertoleransi baik selama kehamilan.
Bila regurgitasi terjadinya akut, maka kompesasi jantung lebih buruk. Disfungsi
venterikel kiri dan gagal jantung kiri jarang terjadi pada arotik regurgitasi dan juga
54
kehamilan sulit dinilai, karena adanya peningkatan curah jantung selama kehamilan
normal tanpa penyakit jantung. Penentuan dimensi dan fungsi ventrikel kiri dengan
pembesaran atrium kiri dan fungsi ventrikel. Selain itu untuk menyingkirkan adanya
AF dari pembesaran atrium kiri. Pasien dengan gejala regurgitasi berat atau gangguan
fungsi ventrikel kiri yang terkompensasi atau dilatasi ventrikel kiri perlu diarahkan
55
lebih dipilih. Pada pasien simptomatik, anesthesia epidural dan disarankan
Diagnosis
Regurgitasi mitral dapat ditoleransi dalam jangka waktu lama tanpa keluhan pada
jantung, baik pada saat istirahat maupun beraktivitas. Sesak nafas dan lekas lelah
nokturnal paroksismal, dan edema perifer. Gejala-gejala berat tersebut dapat dipicu
oleh fibrilasi atrial yang baru timbul atau karena peningkatan derajat regurgitasi, atau
dengan stenosis mitral. Pada palpasi, apeks biasanya terdorong ke lateral/kiri sesuai
dengan pembesaran ventrikel kiri. Thrill pada apeks pertanda terdapatnya MR berat.
Juga bisa terdapat right ventricular heaving yang menandakan pembesaran ventrikel
kanan.13,14
apeks, menjalar ke aksila dan area infraskapular kiri. Bunyi jantung pertama biasanya
regurgitasi mitral karena penyakit jantung rematik. Terdengar bunyi jantung ketiga
56
akibat pengisisan cepat ke ventrikel kiri pada awal diastolik dan diikuti diastolic flow
murmur karena volume atrium kiri yang besar mengalir ke ventrikel kiri.13,14
dihasilkan oleh defek septum ventrikel dan regurgitasi trikuspid. Hanya saja pada
defek septum ventrikel, murmur akan terdengar lebih keras di tepi sternum daripada
di apeks dan disertai thrill parasternal. Sedangkan pada regurgitasi trikuspid, murmur
paling keras terdengar di tepi kiri sternum dan meningkat intensitasnya saat
inspirasi.13,14
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan EKG paling penting pada pasien dengan regurgitasi mitral, temuan dari
pemeriksaan ini biasanya didapatkan kesimpulan berupa pembesaran atrium kiri dan
fibrilasi atrium.13,14
Foto toraks : kasus ringan tanpa gangguan hemodinamik yang nyata, besar
jantung biasanya normal. Pada keadaan lebih berat terlihat pembesaran atrium kiri
katup, ketebalan serta adanya pengapuran pada katup mitral. Ekokardiografi Doppler
57
Penatalaksanaan
walaupun ada riwayat adanya keluhan sebelumnya.pada beberapa kasus yang jarang
terdapat gejala yang berat dan terjadi gagal jantung kongestif terutama pada trimester
dipakai adalah nitrat dan antagonis kalsium. Bila terdapat keluhan dan gejala klinik
pada pasien mitral regurgitasi, akan lebih baik bila dilakukan perbaikan katup
sebelum kehamilan. Bagaimanapun fungsi ventrikel kiri pada mitral regurgitasi tidak
membaik setelah operasi katup dan akan meningkatkan resiko maternal selama
kehamilan. Beberapa obat medikamentosa yang diperlukan sewaktu tidak hamil dapat
menimbulkan resiko pada janin bila dikonsumsi selama kehamilan, tetapi bila
manfaat untuk ibu lebih besar dari pada resiko, maka obat-obat tersebut dapat tetap
diberikan.3
58
Persalinan
d. Aorta Regurgitasi
Persentasi Klinik
Gejala yang berat atau gagal jantung kongesti jarang dijumpai. Interprestasi
klinik derajat aorta regurgitasi dapat sulit ditentukan karena pada kehamilan terjadi
peningkatan isi sekuncup jantung yang menyebabkn nadi yang besar, walau tidak ada
penyakit jantung. Aorta regurgitasi pada perempuan muda pada umumnya disebabkan
oleh dilatasi annulus aorta(seperti pada sindrom marfan), katup aorta bicuspid dan
riwayat endokarditis.3
Penatalaksanaan
59
diuretic. Bila terdapat kompliksasi gangguan fungsi ventrikel kiri (Fraksi Ejeksi
<40%) dilakukan terminasi dini karena kehamilan akan memperburuk gagal
jantungnya.3
e. Regurgitasi trikuspidal
kehamilan. Pada wanita dengan gejala SP atau jika fungsi ventrikel kanan abnormal
Tatalaksana
SP ringan dan moderat dianggap lesi risiko rendah (WHO risiko kelas I dan
II). Pada SP berat, dilakukan evaluasi jantung tiap bulan atau dua bulan, termasuk
ekokardiografi. Pada kasus wanita hamil dengan SP simptomatik berat yang tidak
berespon terhadap terapi medis dan tirah baring, valvuloplasti perkutaneus dapat
dilakukan.
60
Persalinan
Persalinan pervaginam lebih dipilih pada pasien dengan SP tidak berat, atau
SP berat yang termasuk NYHA kelas I/II. Operasi sesar dipertimbangkan pada pasien
dengan SP berat yang termasuk NYHA kelas III/IV yang telah gagal dilakukan terapi
Rekomendasi
61
BAB III
PEMBAHASAN
hamil 38-39 minggu disertai penyakit jantung rematik (RHD). Diagnosis ditegakkan
didapatkan keluhan nyeri perut hilang timbul yang menjalar dari perut ke pinggang
belakang disertai sesak seperti rasa berat di dada, nyeri dada dan jantung berdebar
pada saat dalam kondisi hamil. Sesak dikatakan timbul apabila aktifitas fisik dan
berkurang dengan istirahat. Pasien baru mengetahui memiliki penyakit jantung saat
hamil 9 bulan. Pasien mengatakan pernah mengalami demam tinggi dan batuk waktu
kecil yang berulang beberapa kali. Dari pemeriksaan fisik dada didapatkan adanya
adanya pembesaran jantung ke arah kiri, suara denyut jantung pada auskultasi
adanya graviditas berupa perut membesar, terdapat striae gravida, auskultasi adanya
denyut jantung bayi yang normal, dengan his yang adekuat. Pemeriksaan vagina
kepala, penurunan hodge III, dan tidak teraba bagian kecil atau tali pusat. Dari
pemeriksaan penunjang EKG didapatkan adanya pembesaran jantung kiri, dan pada
hasil echo cardiography menyimpulkan adanya RHD mitral regurgitasi sedang, aorta
62
Sesuai teori kehamilan yang demikian termasuk ke dalam kehamilan dengan
penyakit jantung. Pasien di atas dapat dikatakan mengalami penyakit jantung rematik
dimana penyakit jantung tersebut dapat terjadi pada usia lebih dari 20 tahun dengan
angka insidensi yang rendah, terjadi di daerah tropis. Hal ini sudah sesuai dengan
rematik. Pada anamnesis sesuai dengan teori sudah didapatkan adanya riwayat infeksi
saluran nafas atas disertai demam tinggi sebelum muncul keluhan berupa kelainan
pada jantung. Beberapa indikator klinik penyakit jantung dalam kehamilan juga sudah
ada seperti dyspnea dan nyeri dada. Dyspnea pada pasien tergolong on excertion
karena hanya muncul saat beraktivitas, dan ini sering ditemukan pada mitral stenosis.
Menurut teori hal ini dapat dicetuskan oleh berbagai keadaan seperti meningkatnya
aliran darah melalui mitral atau menurunnya waktu pengisian diastol yang
diakibatkan oleh latihan fisik, emosi, infeksi respirasi, demam, aktivitas seksual,
termasuk juga kehamilan pada penyakit jantung katup dengan kelainan mitral
stenosis.
Pada pemeriksaan fisik juga sudah mendukung adanya indikator klinik berupa
jantung katup mitral stenosis biasanya berupa murmur diastolik kasar yang terdengar
jelas di apeks jantung dengan bell stetoskop. Suara murmur yang keras dapat
menjalar ke axila atau daerah sternal kiri bagian bawah. Walaupun intesitas dari
diastolik murmur tidak berkaitan erat dengan tingkat keparahan stenosis namun
63
waktu atau lamanya bising dapat menggambarkan derajat stenosis. Pada stenosis
ringan bising halus dan singkat, sedangkan pada yang berat holodiastol dan
aksentuasi presistolik. Berdasarkan kajian tersebut maka yang terjadi pada pasien
dapat digolongkan ke dalam stenosis mitral berat, karena bising terdengar sepanjang
fase diastole.
Menurut teori EKG akan menunjukkan adanya pelebaran gelombang P dan pada
pasien tidak ditemukan hal tersebut, pada beberapa kasus hal ini dikatakan bisa
terjadi, terutama pada mitral stenosis yang tidak khas. Ekokardiografi sendiri
merupakan alat diagnostik noninvasif utama yang digunakan untuk menilai keparahan
stenosis mitral. Ekokardiografi dapat mengevaluasi struktur dari katup, pliabilitas dari
daun katup, ukuran dari area katup dengan planimetri (’mitral valve area’), struktur
dari aparatus subvalvular, juga dapat ditentukan fungsi ventrikel. Berdasarkan Eko
Doppler juga dapat diketahui gradien transmitral dan besarnya tekanan pulmonal
untuk menentukan derajat berat ringannya stenosis mitral. Pada pasien juga telah
Penatalaksanaan
Pada pasien ini sebenarnya dipilih persalinan dengan sectio caesaria namun pasien
64
menyatakan bahwa sectio caesarea hanya dilakukan apabila ada indikasi obstetrik,
namun pada pasien ini telah terjadi gejala awal gagal jantung yakni keluhan sesak
dengan laju pernafasan 28 x permenit, orthopnoe, dan jantung berdebar, maka pilihan
yang tepat adalah melakukan tindakan sectio caesarea. Pada kondisi pasien ini
sebaiknya hal-hal yang memicu kontraksi otot-otot rahim dihindari karena apabila
jantung pasien dan menambah beban jantung pasien ini yang sudah memiliki tanda-
tanda gagal jantung awal sebelumnya sehingga dapat membahayakan kondisi pasien.
Pasien ini juga dikonsulkan ke dokter spesialis jantung, dan diberikan obat
Menurut teori hal ini sudah tepat yaitu dilakukan kerjasama dengan ahli jantung.
Secara garis besar pentalaksanaan mencakup mengurangi beban kerja jantung dengan
65
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
dalam kehamilan dan dapat menyebabkan kerusakan katup pada jantung sehingga
kehamilan dengan penyakit jantung adalah deteksi dini dan mengurangi beban
jantung berlebihan sehingga dari seluruh fase kehamilan mulai dari ANC sampai fase
66
DAFTAR PUSTAKA
1. Easterling TR, Otto C. Heart disease. In: Gabbe, editor. Obstetrics-normal and
1005-30.
Pg. 766-773.
serta komplikasi stroke hemoragik. In: Pertemuan Ilmiah Tahunan POGI XI;
67
8. Rheumatic fever and rheumatic heart disease: report of a WHO expert
Consultation. World Health Org Tech Rep Ser 2004 ; 923 : 1-122
10. Moss and Adams’. Heart Disease in Infant, Children, and Adolescent. 6th ed.
11. Myung K. Park. Pediatric Cardiology for Practitioners. 4th ed. St.Louis : Mosby,
2002
12. Prices SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
13. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat, jilid III.
68