Oleh :
Zuhriya Aryati, S. Ked
G1A216064
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Zuhriya Aryati, S. Ked
G1A216064
Pembimbing
2
dr. Yuliati, Sp.THT-KL
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Clinical
Science Session yang berjudul “ Peninjauan Luas :Karcinoma Laring” sebagai
kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu
THT-KL di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yuliati,Sp.THT-KL yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
ilmu bagi para pembaca.
Penulis
3
CARSINOMA LARING
Karsinoma laring luar biasa, dengan 2300 terdiagnosa kasus baru di UK pada tahun
2009.1 ini jauh lebih banyak terjadi pada laki- laki, dengan insidensi 5.3 per 100.000
populasi, dibandingkan pada wanita 1.0 per 100.000. ini menjadi penyebab kematian
685 wanita dan 164 laki- laki di UK pada tahun 2008.1 hampir semua kasus carcinoma
laring muncul dari epitel squamosal. Tumor dapat muncul keatas, kebawah atau pada
level pita suara yang dideskripsikan sebagai supraglotic, subglotic atau glotic tumor,
masing-masing ( gambar 1)
Faktor Risiko
Diantaranya perubahan gaya hidup menjadi faktor risiko paling penting untuk
perkembangan karsinoma laring. Tembakau rokok merupakan faktor risiko yang besar
sekali, dengan odds ratio lebih dari 17 untuk yang meliputi karsinoma laring diantara
perokok dan non-perokok ; angka risiko meningkat setiap tahun sama seperti angka
perokok.2
Konsumsi alkohol yang berlebih juga penting, pengaruh tembakau dan alkohol
dikombinasikan mungkin terhitung lebih dari 90% pada semua karsinoma laring.3
mengunyah tembakau atau buah pinang dihubungkan dengan peningkatan risiko.
Akhir- akhir ini telah dilaporkan oleh investigator bahwa perokok dengan
polymorphisme yaitu suatu gen yang menkoding cytochrome enzim P450 yang secara
signifikan meningkatkan risiko yang menimbulkan karsinoma laring dibandingkan
4
dengan perokok tanpa polymorphisme, disini mengusulkan mungkin ada satu gen dasar
untuk predisposisi mengenai efek dari rokok tembakau.4
Berhenti merokok telah dipertunjukkan untuk mengurangi risiko, walaupun angka
dari perokok bebas tiap tahun diperlukan untuk melihat efek signifikan telah diusulkan
yaitu rentang antara 6 dan 20.1
Gambaran Klinis
Gejala dari karsinoma laring begantung dari tempat asal lesi. Tumor glotis
seringkali menunjukkan gejala dengan suara parau, walaupun banyak pasien datang ke
dokter umum seperti takmungkin menderita karsinoma laring. Meski tumor di glotis
berukuran kecil dapat ditandai dengan efek suara sebagai hasil dari interupsi dari
karakteristik vibrasi normal dari pita suara.5 Tumor supra atau subglotis mempengaruhi
suara ketika mereka menyebar ke pita suara dan biasanya menunjukkan suara parau
belakangan; oleh karena itu mereka biasanya diasosiasikan dengan prognosis yang
jelek jika menunjukkan suara parau sendiri.
Gejala dari karsinoma laring meliputi disfagia, odinofagia, otalgia, stridor,
dysphonia dan hemoptysis. Oleh karena itu orang- orang yang menunjukkan otalgia
terus menerus dan tidak ada gejala penyakit telinga sebaiknya menunjukkan laringnya
untuk potensial malignansi. Tumor- tumor juga dapat menunjukkan dengan adanya
metastase ke kelenjar getah bening dileher tanpa adanya gejala laring; ini terutama pada
lesi di supraglotis karena merupakan bagian laring kaya akan suplay limpatik. Pada
penggunaan kontras, meskipun begitu, lesi glotis dengan metastase jauh sama dengan
5
pita suara itu sendiri yaitu miskin suplay dari limpatik. Oleh karena itu pasien yang
memperlihatkan gejala dengan limfadenopati menunjukkan faktor risiko onkologi
kepala dan leher yang harus ditunjuk lebih awal, sekalipun tidak menunjukkan gejala
jelas dari laring.
PEMERIKSAAN KLINIS
Semua pasien dengan memperlihatkan gejala laring tersebut harus dihubungkan
dengan karsinoma laring melalui pemeriksaan fisik kepala dan leher dengan detail.
Dalam keadaan primary care ini meliputi pemeriksaan mulut, melihat secara spesifik
tumor yang ada didalam rongga mulut, kebersihan gigi yang jelek, yang mana dapat
dihubungkan dengan malignansi kepala dan leher, dan banyak tanda dari infeksi aktif
dalam mulut atau faring ( seperti tonsillitis) dapat menjadi alasan untuk
memperlihatkan gejala.
Mengikuti ini, palpasi kepala dan leher harus dilakukan, mencatat scar sebelumnya
( seperti bedah tiroid, yang dapat menjadi penyebab suara parau), limfadenopati ( yang
dapat menjadi hasil dari infeksi atau metastase), kelemahan atau tanda dan gejala
lainnya yang menetapkan atau mungkin tidak termasuk dari karsinoma laring.
Laringoskopi tidak mungkin tersedia untuk primary care; bagaimanapun laringoskopi
indirek, jika memungkinkan dapat memberikan petunjuk yang mungkin sekali untuk
diagnostik. Ini mungkin dapat dicatat bahwa laringoskopi indirek tidak adekuat
memperlihatkan hipofaring dan hasilnya bergantung pada toleransi pasien terhadap
reflex muntah. Walaupun begitu, jika hasil pemeriksaan fisik normal dan pasien masih
menunjukkan gejala, mengarahkan dan sebaiknya melakukan beradasarkan kebiasaan
dua minggu ( Box 2).6
INVESTIGASI
Investigasi detail dalam hal ini memperlihatkan riwayat suara parau menetap dalam
waktu lebih dari tiga minggu tidak dinasehatkan untuk melakukan penundaan treatment
dalam primary care.6 bagaimanapun, penting untuk melakukan rontgen thoraks yang
diindikasikan pada pasien risiko tinggi ( perokok dengan umur >50 tahun) ini akan
menjadi pedoman dengan malignansi ke paru di tujukan ke dokter paru dan semua
penyebab lain dari suara parau oleh bedah THT.
Selama pemeriksaan oleh spesialis THT, laringoskopi fleksibel dapat digunakan
dalam klinik untuk memenuhi pemeriksaan terhadap laring ( lihat gambar 1). Jika
curiga atau ditemui area lesi, gambaran radiologi sangat penting dalam evaluasi penuh
terhadap banyak dicurigai terhadap lesi laring.7 normalnya melalui CT-Scan atau MRI,
dengan CT- scan biasanya menjadi pilihan pertama untuk melakukan investigasi. MRI
6
lebih unggul dibandingkan CT-Scan dalam akses invasi ke kartilago dan membeda-
bedakan struktur jaringan lunak; meskipun begitu, MRI tidak dapat menampilkan
kehadiran dari struktur benda asing metal ( seperti Pacemakers), ini lebih mahal dan
mengkonsumsi waktu dan ini cenderung artefact motion.
Gambaran biasanya diikuti oleh beberapa pemeriksaan dibawah anestesi dengan
biopsy hingga bantuan dalam diagnostic dan pedoman tatalaksana. Ini biasanya
ditampilkan sebagai suatu prosedur kasus. Jika tampak masa dileher, FNAB sitology
lebih lanjut membantu dalam diagnosis dan staging, meskipun histologi defnitif melaui
biopsy lebih unggul.
7
Pembedahan Laser Transoral
Merupakan pendekatan minimal invasive yang memberikan hasil baik sekali pada
tahap awal atau intermediet tumor glotis dan supraglotis dengan morbiditas
postoperative yang minimal dibandingkan dengan pembedahan terbuka.
Parsial Laringektomi
Operasi ini meliputi reseksi dari kotak suara, kartilago tiroid dan jarak paraglotis.
Ini mungkin dipilih selektif dengan hati-hati pada karsinoma glotis minimal ( T-3) dan
mungkin menyelamatkan pasien dari morbiditas terhadap total laringektomi.
Total Laringektomi
Ini meliputi pembedahan membuang seluruh laring dengan mengalihkan trakea ke
akhir stoma di kuit bagian anterior leher. Ini diindikasikan pada pasien tumor lanjutan
jika pasien gagal dalam reseksi konservasi yang lebih.
8
PROGNOSIS
dari semua, 60% pasien dapat bertahan lebih dari lima tahun dan 50% bisa bertahan
lebih dari 10 tahun dengan diagnosis karsinoma laring. Karsinoma glotik memiliki
prognosis yang baik jika terdiagnosa lebih awal dan metastase lambat karena aliran
limfatik yang buruk.
Peningkatan stadium tumor sejalan dengan prognosis yang buruk, namun stadium
nodal angka survival lebih dapat diprediksi daripada stadium T.8 dengan mengikuti
terapi kanker laring masih dapat muncul risiko timbulnya kanker primer kedua. Angka
dari kanker primer kedua bervariasi, dalam suatu penelitian besar menduga dalam satu
regio ada 26% pasien selama 10 tahun dan 47% selama 20 tahun.9
Baru- baru ini terdeteksi adanya peningkatan dari HPV yang berhubungan dengan
tumor kepala dan leher dan pada kasus tumor orofaringeal. Secara signifikan
menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita. Baru baru ini, peneliti
menemukan bahwa laki-laki secar signifikan lebih banyak dari wanita yang
dihubungkan dengan adanya virus HPV yang berkaitan dengan tumor laring. Namun
mereka tidak dapat untuk menunjukkan hubungan yang bermakna walaupun dalam
jumlah yang sedikit.
Karena lokasinya, karsinoma laring berdampak pada fungsi hidup dasar seperti
bernafas, mengunyah, menelan, komunikasi, dan kemudian memiliki efek signifikan
pada kualitas hidup pasien. Pasien melaporkan kualitas hidup setelah terapi karsinoma
laring biasanya bagus, meskipun penatalaksanaan dengan operasi lebih luas dengan
9
kombinasi kemoradioterapi dan lainnya dengan tumor lanjutan atau metastase nodul
dilaporkan memiliki kualitas hidup yang buruk.11
Pasien dengan karsinoma laring dua kali lebih banyak berasal dari kelas sosial V
dibandingkan dari kelas I dan II. Mereka adalah pemakai berat tembakau dan alkohol
dan hal ini cenderung merefleksikan kesulitan yang ada pada integrasi sosial. Karena
alasan ini, pasien biasanya memerlukan komunitas tim support, meliputi perawat
spesialis dan profesi kesehatan lainnya yang bertindak sebagai penyedia layanan
kesehatan.12 Tim ini juga berguna sebagai sumber saran untuk teman-teman dan pasien
dalam memberikan asapek spesifik tentang perawatan pasien, contohnya bagaimana
cara merawat stoma, katup berbicara.
10
DAFTAR PUSTAKA
11