Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harus diakui saat ini orang sering mengesampingkan pentingnya penggunaan
bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi. Kita pun sering
mengalami kesalahan. Hal itu terjadi karena kita tidak mengetahui pentingnya
menguasai Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan diksi sangat penting
agar terciptanya komunikasi yang efektif. Hal itu agar terciptanya komunikasi yang
efektif dan efisien dan untuk menghindari kesalah pahaman saat berkomunikasi.
Manusia merupakan makhluk sosial sehingga kita tidak dapat terlepas dari
berkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas kehidupan. Tetapi tidak jarang
pula ketika sedang berkomunikasi lawan komunikasi saat berkomunikasi mengalami
kesulitan menangkap informasi, hal ini terjadi karena kata yang digunakan kurang
tepat ataupun rancu sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan
dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata,
melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan
informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam
berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa
tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-
kata yang kita pilih.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Diksi atau Pemilihan Kata


2. Ketepatan Pilihan Kata
3. Syarat Diksi
4. Fungsi Diksi
5. Gaya Bahasa dan Idiom

1.3 Maksud dan Tujuan

Ada maksud dan tujuan tertentu dalam penulisan makalah ini, yaitu untuk
menambah wawasan mengetahui pengertian diksi, syarat-syarat diksi, fungsi diksi,
gaya bahasa, dan idiom.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, digunakan metode diskusi kelompok dan studi
literature(kepusatakaan), baik bersifat konvensional maupun bersifat Information
Teknologi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN

Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari pusat bahasa Departemen
Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan).
Diksi merupakan salah satu istilah yang digunakan dalam dunia sastra. Istilah diksi
merujuk kepada berbagai macam makna kata atau pun kalimat yang ada di dalam
karya sastra. Penggunaan diksi biasanya dilakukan untuk membuat karya sastra
menjadi lebih menarik, lebih mudah dipahami, dan juga lebih sesuai dengan apa yang
ingin digambarkan oleh si pengarang karya sastra.

1.2 SYARAT DIKSI

Ada dua syarat yang harus memenuhi dalam memilih kata-kata,yaitu persyaratan
ketetapan pilihan kata dan kesesuaian.

a. Ketepatan kata adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang
sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembicara.
Ada syarat dalam pemilihan ketepatan kata, yaitu :

- Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi


Contoh denotasi : Bunga Edelwais hanya tumbuh di tempat yang tinggi.
Contoh konotasi : Sinta adalah bunga kembang kampungnya.
- Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim
Contoh Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha ?
- Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya
Contoh Intensif – Insensif
Karton – Kartun
- Dapat membedakan kata yang tepat makna kata-kata yang abstrak
Contoh Keadilan, Kebahagian, Keluhuran
- Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat
- Dapat membedakan antara kata-kata umum dan kata-kata khusus

b. Kesesuaian pilihan kata atau kecocokan pilihan kata, berbeda dengan ketepatan
pilihan kata. Perbedaan antara ketepatn dan kecocokan pilihan kata pertama-tama
mencangkup soal kata yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu,
walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan pola
kalimat, panjang kompleksnya sebuah alinea, dan beberapa segi lainnya.
Perbedaan yang sangat jelas antara ketepatan dan kesesuaian adalah bahwa dalam
kesesuian dipersoalkan apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan
cara yang sama dalam semua kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.
Ada pula syarat-syarat dalam kesesuaian pilihan kata, yaitu :

2
- Hindarilah sejauh mungkin bahsa atau unsure substandard dalam suatu yang
umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
- Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi
yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata
popular.
- Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
- Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata
slangi.
- Dalam penulisan jangan menggunaka kata percakapan.
- Hindarilah ungkapan-ungkapan using (idiom yang mati)
- Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artificial.

1.3 MACAM-MACAM DIKSI

a. Sinonim
Sinonim adalah persamaan kata yang memiliki makna yang sama. Sinonim
dalam diksi untuk membuat apa yang dikatakan atau dituliskan menjadi lebih
sesuai dengan ekspresi yang ingin di ungkapkan.

b. Antonim
Antonym adalah pilihan kata yang memilikin makna berlawanan atau pun
berbeda.

c. Polisme
Polisme merupakan frasa kata yang memiliki banyak makna.

d. Homograf
Homograf yang merupakan kata kata tulisan sama akan tetapi memiliki bunyi
dan makna berbeda

e. Homofon
Homofod adalah kata kata yang memiliki bunyi yang sama akan tetapi makna
dan ejaan nya berbeda

f. Homonym
Homonym adalah kata-kata yang memiliki ejaan yang sama namun makna dan
bunyi nya berbeda.
g. Hiponim
Hiponim merupakan kata yang maknanya telah tercakup didalam kata lainnya.

h. Hipernim
Hipernim adalah kata yang telah mencakup makna kata lain.

1.4 FUNGSI DIKSI

Dalam pembuatan karya sastra diksi memiliki fungsi, yaitu :

 Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih
faham mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif.

3
 Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis atau
pun terucap).
 Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang
 tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar atau pun pembacanya.

1.5 GAYA BAHASA

Gaya bahasa adalah pemaikaian kata-kata kiasan dan perbandingan yang tepat
untuk melukiskan sesuatu untuk membentuk plastik bahasa.
Pada dasarnya, gaya bahasa dibagi atas empat bagian, yaitu gaya bahasa
perbandingan, gaya bahsa penegasan, gaya bahasa, pertentangan, dan gaya bahasa
pertautan.

A. Gaya Bahasa Perbandingan


 Perumpamaan/simile adalah dua hal yang pada hakikatnya berlaianan dan yang
sengaja kita anggap sama. Contoh
Bagai anjing denagan kucing
 Metafora adalah pemakaian kta-katabukan arti sebenarnya, melainkan sebagai
lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Contoh
Gadis itu menjadi buah mulut orang kampong
 Personifikasi/penginsanan adalah jenis majas yang melekat sifat-sifat insane
kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Contoh
Hujan memandikan tanamana
 Depersonifikasi adalah kebalikan dari personifikasi, jadi personifikasi
membedakan manusia dengan insane yang lainnya. Contoh
Kalau dikau samudra, daku bahteranya.
 Asosiasi yaitu persamaan sifat, yang menggabungkan perumpamaan dengan
metafora. Contoh
Wajahnya bagai bulan kesiangan
 Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambing-lambang yang biasanya
mengandung sifat-sifat moral atau spiritual manusia. Alegori terbagi menjadi
dua, yaitu fable dan farabel.
 Antitesis adalah perbandingan antara dua antonym. Contoh
Dia bergembira atas kegagalanku dalam ujian.
 Pleonasme/Tautologi adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan). Contoh
Pleonasme : kamilah yang memikul peti jenazah itu di atas bahu kami sendiri.
Contoh Tautologi (kata yang berlebihan pada dasarnya mengandung perulanagn
dari kata yang lain): mereka akan mengunjungi kita pada tanggal 17 Agustus
pada hari kemerdekaan RI
 Periphrasis adalah kata-kata yang berlebihan itu pada prinsip nya dapat diganti
dengan sebuah kata saja. Contoh :
Ayahanda telah tidur dengan tenang dan beristirahat dengan damai untuk selam-
lamanya. (meninggal)
 Antisipasi/prolepsis adalah mendahului tentng sesuatu yang masih akan
dikerjakan atau akan terjadi. Contoh :
Kami sangat bergembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari bapak
Bupati

4
 Koreksio/eparnotosis adalah mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi
kemudian memeriksa dan memperbaiki kesalahn. Contoh :
Kami telah tiga kali mengunjungi Elinoor ke Yoya, ah bukan, sudah lima kali

B. Gaya Bahasa Penegasan atau Perulangan


 Aliterasi adalah perulangan konsonan yang sama. Contoh :
Dara damba daku
 Asonnsi adalah perulanagn vocal yang sama. Contoh :
Jaga harga tahan raga
 Antanaklasis adalah perulanagan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh :
Saya selalu membawa buah tangan buat buah hati saya, kalau pulang dari luar
kota.
 Kiasmus adalah perulangan sekaligus merupakan inverse hubungan antaradua
kata dalam satu kalimat. Contoh :
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru merasa
dirinya kaya.
 Epizeukis adaalh kayta yang ditekankan atau yang dipentingkan diulang
beberapa kalai berturut-turut. Contoh :
Ingat kamu harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat agar dosa-dosamu
diampuni oleh Allah yang Mahakuasa dan MAha Pengasih.
 Tautotes adalah repitisi atau sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah
kontruksi. Contoh :
Kakanda mencintai adinda, adinda mencintai kakanda, kakanda dan adinda
saling mencintai, adinda dan kakanda menjadi satu dalam mahligai rumah
tangga.
 Anaphora adala perulangan kata pertama pada setiap larik atau setiap kalimat.
Contoh :
Dengan giat belajar kamu bisa memasuki perguruan tinggi
Dengan giat belajar segala ujianmu dapat kamu selesaikan dengan baik
Dengan giat belajar kamu dapat menjadi sarjana
Dengan giat belajar justru kamu dapat mencapai cita-cita
 Epistrofa adalah perulangan kata atau frase pada akhir larik atau kalimat
berurutan. Contoh :
Nikmatnya pertemuan, pahitnya perceraian adalah puisi
Udara yang segar, air yang sejuk adalah puisi
Teriknya mentari, padatnya isi hatiku adalah puisi
Pencemaran lingkungan, pelestarian alam adalah puisi
Mentari pagi, bulan purnama adalah puisi
 Simploke adalah perulangan pada awal dan akhir larik secara berurutan.
Contoh :
Kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin
Kamu bilang hidup ini tak punya arti. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku gak punya kepribadian. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku gak punya pengertian. Aku bilang biarin
 Mesodhilopsis adalah perulangan kata atau frase pada tengah-tengah baris.
Contoh :

5
Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa
Dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat
Petani harus meningkatkan hasil sawah –ladang
Pengusaha harus meningkatkan hasil usaha
Polisi RI harus meningkatkan keamanan umum
Seluruh rakyat harus meningkatkan pembangunan disegala bidang
 Epanelepsis adalah perulangan kata pertama menjadi terakhir dalam larik atau
baris. Contoh : saya berusaha mencapai cita-cita saya
 Anadiplosis adalah kata atau frase terakhir dari larik atau baris menjadi kata
atau frase pertama dilarik atau baris berikutnya. Contoh :
Dalam raga ada darah
Dalam dalam ada tenaga
Dalam tenaga ada daya
Dalam daya ada segalanya

C. Gaya Bahasa Pertentangan


 Hiperbola adalah pernytaan yang berlebihan jumlah, ukuran/sifat dengan
maksud member penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk
memperhebat, meningkatkan, kesan dan pengaruhnya. Contoh :
Gantungkan cita-cita mu
 Litotes adalah pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan
yang sebenarnya untuk merendahkan diri. Contoh :
Hasil usahanya tidaklah mengecewakan
 Ironi adalah menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk
memperolok-olok dalam bentuk humor. Contoh :
Aduh bersih sekali sepatumu walau sudah sebulan belum dicuci
 Oksimoron adalah mempergunakan kata-kata yang berlawanaan dalam frase
yang sama. Contoh :
Olahraga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat berbahaya
 Paronomasia adalah penjajaran kata-kata yang berbunyi sama bermakna lain.
Contoh :
Paman membawa buah tangan buat buah hatinya.
 Paralipsis adalah sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak
mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri (serupa dengan
koreksio). Contoh :
Semoga Tuhan yang Maha Kuasa menolak doa kita ini, maaf
mengabulkannya.
 Zeugma dan Silepsis
Zeugma adalah dua buah kata yang mengandung cirri-ciri semantic yang
bertentangan. Contoh : saya membaca buku itu dengan mata dan tangan saya.
Sedangkan silepsis adalah kontruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal
benar, tetapi secara semantic salah. Contoh : wanita itu kehilanagn harta dan
kehormatan.
 Satire adalah ungkapan yang menetertawakan atau menolak sesuatu, bentuk
tidak harus bersifat ironos, mengandung kritik tentang kelemahan manusia,
tujuannya agara diadakan perbaikan secara etis maupun estetis (bentuk prosa
dan puisi). Contoh puisi Peluru Pertama karya Subagio Sastrowardoyo.
Waktu peluru pertama melaedak
Tidak ada lagi hari minggu atau malam istirahat

6
Tangan penuh kerja dan mata berjaga
………………
 Inuendo adalah sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya,
kritikan dengan sugesti yang tidak langsung, Nampak tidak menyakitkan hati
kalau ditinjau sambil lalu saja. Contoh :
Seyiap ujian masuk perguruan tinggi dia gagal karena sedikit kurang membaca
buku pelajaran.
 Antifrasis adalah penggunaan sebuah kata dengan makna yang berlebihan.
Contoh :
Mari kita sambut kedatangan sang Raja
 Paradox adalah majas yang mengandung pertentanagn yang nyata dengan
fakta-fakta yang ada. Paradox adapat juga berarti semua hal yang menarik
perhatian karena kebenarannya. Contoh :
Paman kedinginan di kota Jakarta yang panas.
 Klimaks adalah kata yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali
semikin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Contoh
:
Dengan system pemupukan ini kita harapkan tanamana tumbuh subur,
hasilnya berlipat ganda, dan penghidupan para petani kian meningkat.
 Antiklimaks adalah suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan yng diurutkan
dari yang terpenting berturt-turut ke gagasan yang kurang penting. Contoh :
Penataran P4 diberikan kepada para dosen Perguruan Tinggi Negeri, para guru
SLTA, SMP, SD, dan guru TK.
 Apostrotof adalah pengaliahan amanat dari yang hadir kepada yang tidak
hadir.
Wahai roh-roh nenek moyang kami yang berada di negeri atas pelampung
diombang-ambingkan ombak Samudra Hindia.
 Anastrof/inverse adalah gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan
sussunan kata yang biasa dalam kalimat. Contoh :
Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa meninggalkan pesan apa-apa.
 Apovasi/preterisio adalah digunakan untuk penulis pengarang, atau pembicara
untuk menegaskan sesuatu tetapi tampaknya menyangkal. Contoh :
Kami tidak tega mendengar cibiran tetangga bahwa kamulah yang mencuri
mobil itu.
 Hysteron proteron adalah dalam tulisan atau percakapan, dalam menulis atau
pun berbicara, ada kalanya kita membalikkan sesuatu yang logis, membalikkan
sesuatu yang wajar, kisalnya menempatkan pada awal peristiwa sesuatu yng
sebenarnya terjadi kemudian. Contoh :
Kalau kamu lulus ujian SMA nanti, maka kamu akan menduduki jabatan yang
tinggi dikantor ini
 Hipalase adalah majas yang merupakan kebaliakn dari suatu hubungan
alamiah antara dua komponen gagasan. Contoh :
Arman duduk pada sebuah bangku yang gelisah. (yang gelisah adalah arman)
 Sinisme adalah majas berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Contoh :
Memang Andalah tokohnya yang sanggup mengahancurkan desa ini dalam
sekajap mata.

7
 Sarkasme adalah majas yang mengandung olok-olok sindira pedas, menyakiti
hati, mengandung kepahitan dan celaan ang gtir, serta kurang enak didengar.
Contoh :
Memang kamu tidak rakus, daging itu beserta tulang-tulangnya ludes kamu
makan.

D. Gaya Bahasa Pertautan


 Metonimia adalah majas yang memakai nama cirri atau nama hal yang
ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya. Contoh
:
Saya tidak dapat membaca dengan jelas kini karena kotak lensa saya jatuh dan
pecah.
 Sinekdot terbagi menjadi dua, yaitu majas pasprototo dan majas totemproparte.
Majas pasprototo yaitu mengatakan sebagian untuk seluruhnya, contoh :
pasanglah telinga baik-baik mengahdapi masalah ini! . Sedangkan majas
totemproparte adalah menyatakan seluruh untuk sebagian, contoh : dalam
lomba pidato sekabupaten Cirebon itu diraih oleh Kampus 2 Ciremai.
 Alusio adalah majas yang menunjukan secara tidak langsung kesuatu peristiwa
atau tokoh berdasarkan anggapan adanya pengeathuan bersama yang dimiliki
oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk
menangkapkan pengacuan itu. Contoh
Saya ngeri membayangkan kembali peristiwa Westerling di Sulawesi Selatan.
 Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan
yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan atau yang tidak
menyenangkan. contoh:
Orang itu sekarang jadi tuna netra. (buta, tidak melihat)
 Eponym adalah nama seseorang yang dihubungkan dengan sifat tertentu
sehingga nama itu dipakai untuk sifat itu. Contoh :
Kita tidak menyangka sedikit pun bahwa Dewi Fortuna berada pada pihak tim
mereka. (keberuntungan)
 Epitet adalah majas yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau
cirri yang khas dari seseorang atau sesuatu hal. (gabungan majas metafora
dengan personifikasi). Contoh :
Putri Malam menyambut kedatangan para remaja yang sedang
kasmaran.(bulan)
 Antonomasia adalah penggunaan nilai resmi atau jabatan sebagai pengganti
nama diri. Contoh :
Gubernur Jawa Barat akan meresmikan Seminar Profesionalisme guru di UPI
Bandung besok.
 Erostetis adalah pertanyaan yang dipergunakan dalam tulisan atau pidato yang
bertujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang
wajar, dan tidak menuntut jawaban (retoris). Contoh :
Apakah sudah wajar bila kesalahan ataua keggalan itu ditimpakan seluruhnya
kepada para guru ?
 Paralelisme adalah kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase
yang menduduki fungsi yangsama dalam bentuk gramatikal yang sama.
Kesejajaran tersebut dapat pula berbentuk anak kalimat atau induk kalamat
yang sama. Contoh :

8
Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang
sama secara hokum.
 Ellipsis adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsure penting dalam
kontruksi sintaksis yang lengkap. Contoh :
Meraka ke Jakarta minggu yang lalu. (penghilangan predikat, pergi/berangkat)
 Gradasi adalah rangkaian atau urutan kata (paling sedikit tiga) atau istilah
diantaranya paling sedikit satu cirri diulang-ulang dengan erubahan-perubahan
yang bersifat kuantitaif. Contoh :
Kami berjuang dengan tekad, tekad harus maju dalam kehidupan, kehidupan
yang layak dan baik, baik secara jasmani dan rohani, jasmani dan rog=hani
yang diridoi oleh Sang Pencipta langit dan bumi.
 Asyndeton adalah majas yang berupa acuan padat dengan beberapa kata, frase,
atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung
(konjungsi), tapi dipisah dengan tanda koma. Contoh :
Hasil utama masyarakat Maja adalah padi, ubi, tomat,kol, jagung, wortel
 Polisindeton adalah beberapa kata, frase, atau klausa yang beruntutan
dihubungkan satu sama lain dengan kata sambung (konjungsi). Contoh :
 Paman saya menanam nangka dan jambu dan pepayadan mangga dan jeruk
dipekarangan rumahnya.

1.6 IDIOM
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung di jabarkan.
Setiap kata yang membentuk idiom berarti didalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan
makna.
Contoh: Gulung tikar (bangkrut)
Banting tulang (kerja keras)

9
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Penggunaan diksi dalam sebuah penulisan sangat penting, itu kunci utama seorang
penulis dalam memilih kata dalam menulis gagasan atau ungkapan. Pemilihan kata
yang tepat akan membuat sebuah tulisan yang indah, ide yang ditulis penulis akan
mudah dipahami oleh pembaca. Kata yang tepat juga akan membantu seseorang
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya baik secara lisan
maupun dengan tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan
tempat penggunaan kata–kata itu. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu.

1.2 Saran

Sebaiknya bagi pembaca, pencinta dan penulis pemula sebuah karya sastra harus
mengatahui dan mempelajari arti diksi beserta majas dan idiom, agar pada saat
membaca dan menulis sebuah karya sastra tidak salah mengartikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

 http://tugaskuliah15.blogspot.co.id/2015/10/makalah-bahasa-indonesia-diksi-
atau.html
 http://pengertiandefinisi.com/pengertian-diksi-fungsi-diksi-dan-macam-macam-diksi/
 http://dedimulyana96.blogspot.co.id/2015/03/makalah-diksi-pilihan-kata.html
 http://melkyat.blogspot.co.id/2013/10/syarat-syarat-memilih-kata-yang-tepat.html

11

Anda mungkin juga menyukai