A. PENDAHULUAN
Hal yang akan di bahas dalam memahami hakikat martabat dan tanggung jawab
manusia, ialah :
1) Hakikat manusia
2) Martabat manusia
3) Tanggung jawab manusia
Dengan mempelajari tentang dalam memahami hakikat martabat dan tanggung jawab
manusia diharapkan mahasiswa lebih paham dan mengerti mengenai hakikat, martabat
serta tanggung jawab sebagai manusia.
B. MATERI
2.1. Hakikat Manusia
Defenisi Hakikat Manusia :
1) Socrates (470-399 SM), orang Athena mengungkapkan pemikirannya tentang
manusia dihadapan murid-muridnya. Sarlito (1978:30) mencatat sebagian
pendapat Socrates tentang manusia. Dikatakan antara lain bahwa pada diri
manusia terpendam jawaban mengenai berbagai persoalan dunia. Menurut
Socrates, manusia itu bertanya tentang dunia dan masing-masing mempunyai
jawaban tentang dunia. Tetapi, demikian Socrates seringkali manusia itu tidak
menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan
yang dipertanyakan.
2) Plato adalah salah seorang murid Socrates. Dilahirkan dari keluarga terpandang
di ibukota Yunani, Athena. Ia meninggal tahun 347 SM. Di masa hidupnya ia
menikmati kemakmuran ekonomi, kemajuan perdagangan, dan sistem
pemerintahan demokratis.
Menururt Plato jiwa manusia adalah entitas nonmaterial yang dapat terpisah dari
tubuh. Menurutnya, jiwa itu ada sejak sebelum kelahiran, jiwa itu tidak dapat
hancur alias abadi. Lebih jauh Plato mengatakan bahwa hakikat manusia itu ada
dua yaitu rasio dan kesenangan (nafsu). Dua unsur yang hakiakt ini dijelaskan
Plato dengan permislan seorang yang makan kue atau minum sesuatu, ia makan
dan ia minum. Ini kesenangan, sementara rasionya tahu bahwa makanan dan
minuman itu berbahaya baginya. Karena menikmati kelezatan (kesenangan) itu
hakekat, maka rasio sekalipun juga hakekat, tidak sanggup melawannya.
Menururt Plato, bila ada konflik batin pada seseorang, pasti terdapat perentangan
dua elemen kepribadian pada orang itu, dua elemen yang sering bertentangan
tujuannnya. Pada kasus orang yang haus asti ada elemen yang menyebabkan ia
ingin minum dan ada elemen lain yang menolak melakukannya, elemen pertama
disebut Plato nafsu, bagian kedua disebut rasio. Jadi, dalam pandangan Plato,
rasio itu sering berlawanan dengan nafsu (yang menimbulkan kesenangan tadi).
3) Menurut M.J. Langeveld :1955, Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki
sifat sosial, individualitas, dan moralitas, yang mana sifat tersebut menjadi dasar
dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan
tujuan setiap orang dan kelompoknya. Dengan keberadaan sifat itu pula maka
setiap manusia akan saling membutuhkan, saling membantu, dan saling
melengkapi dan juga selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai
tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan
dan perkembangan kepribadiannya
4) Menurut Tafsir : 2010, Hakikat manusia merupakan sosok makhluk sosial yang
ditandai dengan keberadaan kontrak sosial di dalamnya. Dimana manusia itu
sendiri tidak dapat menjalani kehidupannya secara sendiri-sendiri,sehingga harus
saling menghargai antar sesama dan saling menjaga hak-hak satu sama lain.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa engkau
hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan engkau?” Tuhan berfirman:”sesungguhnya aku mengetahui
apa yan tidak kamu ketahui”.(QS.Al-Baqarah : 30)
Proses penciptaan manusia dijelaskan dalam al-Qur’an dan bahkan penjelasan dalam
Alqur’an ini kemudian terbukti dalam ilmu pengetahuan yang ditemukan setelah
turunnya Alqur’an. Ada lima tahap dalam penciptaan manusia yakni al-nutfah,
al-‘alaqah, al-mudhgah, al-‘idham, dan al-lahm sebagaimana yang disebutkan dalam
ayat berikut ini
”Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, dan segumpal
darah itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami jadikan segumpal
daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, pencipta yang paling baik”. (QS. Al-Mu’minun ayat 12-14)
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.”
(QS Adz Zariyat :56).
Sebagai khalifah dimuka bumi manusia hendaknya juga dapat menjaga amanatnya
dalam menjaga alam dan isinya. Manusia sememstinya memiliki akhlak dan perilaku
yang baik kepada sesama maupun makhluk hidup yang lain.
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).
Artinya “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus.” – (QS.98:5)
Tanggung jawab abdi Allah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki
dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW
dikatakan yazidu wayanqushu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang
berkurang atau melemah).
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga . tanggung
jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri,
karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga.
Oleh karena itu dalam al-qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum
naaran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman, dari neraka).