Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK ESTIMASI TESTING

K E LO M P O K 5 :
ANDIKA
A S W I N LU M B A N B AT U
C H R I S T I A N A D I P R ATA M A S .
J I M M Y K A R D O PA K A B A N
M A L A M PA G I S U R B A K T I
MUHAMMAD RIZKI
TIMA SINULINGGA
Pengertian Estimasi
Estimasi adalah proses meramalkan atau memperkirakan waktu dan
biaya untuk menyelesaikan berbagai deliverabel proyek. Konsep ini menyatakan
bahwa dalam mengambil keputusan, seseorang melakukan perkiraan terhadap
faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap pelaksanaan yang meliputi
juga faktor lingkungan tempat dimana seseorang bekerja.
Top-Down
Perkiraan Biaya secara top-down Dalam pendekatan ini, manajer
puncak memperkirakan biaya seluruh proyek, Selanjutnya, gambaran umum
estimasi proyek tersebut diberikan kepada manajer di bawahnya untuk
melakukan estimasi biaya untuk paket kerja yang lebih kecil yang menjadi bagian
dari keseluruhan pekerjaan proyek. Hal ini dilakukan sampai pada level manajer
tingkat paling bawah. Batasan estimasi biaya untuk manajer tingkat lebih bawah
adalah bahwa mereka tidak bisa mengusulkan eatimasi biaya yang lebih besar
dari yang sudah diperkirakan oleh manajer di atasnya.
Pendekatan bottom-up estimator, memecah proyek menjadi komponen
task dan kemudian mengestimasi berapa banyak usaha yang dibutuhkan untuk
setiap tasknya. Untuk proyek yang besar, proses breaking down akan dilakukan
repetisi, setiap task akan dianalisa pada tiap komponen subtask. Repetisi ini
dilakukan hingga komponen dapat dieksekusi oleh satu orang dalam satu atau
dua minggu. Bagian dari bottom-up ditambahkan untuk mendapatkan kalkulasi
usaha setiap aktivitasnya untuk mendapatkan estimasi keseluruhan
Bottom-Up
Perkiraan Biaya secara Bottom Up Pada pendekatan ini, pertama-tama
yang dilakukan adalah merinci pekerjaan proyek menjadi pekerjaan-pekerjaan
yang lebih detail. Selanjutnya, orang-orang yang terlibat dalam pengerjaan paket
kerja diminta pendapatnya mengenai biaya yang dibutuhkan dan waktu untuk
penyelesaian suatu paket pekerjaan. Pendekatan Bottom Up ini jarang digunakan
karena riskan dari sudut pandang manajer puncak. Ada kecenderungan
kekurangpercayaan manajer puncak terhadap bawahannya yang mungkin akan
melebih-lebihkan (mark-up) perkiraan biaya yang diperlukan untuk menjamin
keberhasilan di departemennya masing-masing.
Pendekatan top-down berasosiasi dengan model parametric ( atau
algoritma ). Ini dapat dijelaskan dengan mneggunakan analogi membangun
sebuah rumah. Pada prakteknya pemilik rumah memerlukan jaminan yang cukup
jika propertinya rusak. Kecuali pemilik rumah membeli rumah maka akan
memperkirakan mempekerjakan berapa banyak tukang batu, tukan kayu, tukang
listrik dan seterusnya.
Formula atau Models
Sesuai dengan namanya, teknik ini menggunakan suatu
formulasi untuk estimasi. Biasanya membutuhkan karakteristik
tertentu dari produk dan lingkungan tes yang diukur dan dirumuskan
ke dalam suatu bentuk formula.
Karakteristik yang diukur tergantung pada formula, dapat
berupa jumlah window, query atau table yang dites, efisiensi
lingkungan tes dan jumlah defect. Dimana masukan karakteristik ini
akan sulit untuk dibuat.
Pembuatan formula atau model tergantung pada pengalaman
terhadap system yang akan dimodelkan. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam formulasi adalah penentuan ketepatan
kalibrasi dan ketepatan model itu sendiri terhadap system yang
dimodelkan.
Parkinson-Law
Pada teknik ini, estimasti tidak hanya berupa proses kalkulasi
kuantitatif, kadang factor manusia harus juga dimasukkan seperti
kemampuan untuk negosiasi. Pendekatan ini dilakukan dengan
menetapkan estimasti terhadap nilai psikologis maksimum yang dapat
diterima oleh pihak yang bersangkutan (misalnya client / atasan).
Konsep ini menyatakan bahwa orang cenderung
melambatkan pekerjaan ketika melihat bahwa ternyata ia memiliki
kelebihan waktu atau sebaliknya meningkatkan usaha agar terlihat
sibuk selama jadwal tugas.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai