Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS BESAR

SEORANG ANAK PEREMPUAN 8 TAHUN 10 BULAN DENGAN ACUTE


LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA DAN GIZI BURUK PERAWAKAN
NORMAL

Diajukan guna melengkapi tugas


Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh:
Galih Prakasa Adhyatma
22010115210122

Penguji:
dr. Galuh Hardianingsih, M.Si.Med., Sp.A

Pembimbing :
dr. Yuliawati

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Galih P A

NIM : 22010115210122

Bagian/KSM : Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas : Kedokteran

Judul : Seorang anak perempuan 8 tahun 10 bulan dengan acute

lymphoblastic leukemia dan gizi buruk perawakan normal

Penguji : dr.Galuh Hardianingsih, M.Si.Med., Sp.A

Pembimbing : dr. Yuliawati

Semarang, 25 April 2017

Penguji Pembimbing

dr.Galuh Hardianingsih, M.Si.Med., Sp.A dr. Yuliawati

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus besar yang
berjudul “Seorang Anak Perempuan 8 Tahun 10 Bulan dengan Acute
Lymphoblastic Leukemia dan Gizi Buruk Perawakan Normal.” Laporan kasus ini
disusun untuk memenuhi syarat menempuh ujian Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr.Galuh Hardianingsih, M.Si.Med., Sp.A sebagai penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis.
2. dr. Yuliawati sebagai pembimbing yang telah memberikan masukan,
petunjuk, serta kritik yang membangun dalam penyusunan kasus ini.
3. Anak TA, serta keluarga, atas bantuannya sebagai pasien di dalam
penyusunan kasus besar ini.
4. Orang tua, keluarga dan teman-teman yang telah memberikan
bantuan maupun dukungan kepada penulis dalam menyusun laporan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan kasus
ini, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Semoga laporan kasus besar ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, April 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 6
1.1. Latar belakang .............................................................................................. 6
1.2. Tujuan ......................................................... Error! Bookmark not defined.
1.3. Manfaat ....................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II PENYAJIAN KASUS ................................................................................ 1
2.1 Identitas penderita ......................................................................................... 1
2.2 Data dasar ...................................................................................................... 2
2.3 Pemeriksaan penunjang............................................................................... 13
2.4 Daftar masalah ............................................................................................ 14
2.5 Diagnosis ..................................................................................................... 14
2.6 Rencana pemecahan masalah ...................................................................... 14
2.7 Prognosis ..................................................................................................... 16
2.8 Catatan kemajuan ........................................................................................ 16
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 19
3.1 Anemia aplastik ........................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Penatalaksanaan komprehensif dan holistik Error! Bookmark not defined.
BAB IV RINGKASAN ......................................................................................... 31
BAGAN PERMASALAHAN ............................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Keganasan hematologi dibagi menjadi solid tumor dan nonsolid tumor

(leukemia). Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari

sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi

adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Leukemia akut dibagi atas leukemia

limfoblastik akut (LLA) dan leukemia mieloblastik akut (LMA).

Leukemia akut pada masa anak-anak merupakan 30-40% keganasan.

Insidens rata-rata 4-4,5 kasus/tahun/100.000 anak dibawah 15 tahun. Di negara

berkembang 83% LLA dan 17% LMA. Di Jakarta pada tahun 1994 insidennya

mencapai 276/100.000 anak usia 1-4 tahun. Pada tahun 1996 didapatkan 5-6

pasien leukemia baru setiap bulan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, sementara itu

di RSU Dr. Soetomo sepanjang tahun 2002 dijumpai 70 kasus leukemia baru.

Leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak.

Penyebab pasti leukemia belum diketahui. Pada pemeriksaan darah lengkap pasien

leukemia didapatkan anemia, kelainan jumlah hitung leukosit dan trombositopenia.

Leukemia dapat menjadi kasus gawat darurat dengan kompllikasi infeksi, perdarahan

atau disfungsi organ yang terjadi sebagai akibat leukositosis. 1

Dalam penulisan ini akan dilaporkan seorang anak laki-laki usia 8 tahun

dengan suspek keganasan hematologi dd/ AML dan ALL, Nefrolitiasis sinistra,

Ascites, Efusi pleura duplex, Acute kidney injury stadium Failure.

6
2

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara

mendiagnosis dan mengelola pasien secara komprehensif dan holistik berdasarkan

data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang serta kepustakaan serta mengetahui prognosis penyakit pasien.

1.3 Manfaat

Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar agar

dapat mendiagnosis dan mengelola pasien dengan tepat dan komprehensif, serta

mengetahui prognosis penyakit.

7
BAB II

PENYAJIAN KASUS

2.1 Identitas penderita


Nama : An.TA
Umur : 8 tahun 10 bulan(30 Mei 2008)
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sembung, Batang, Jawa Tengah
Agama : Islam
No. CM : C571344
Bangsal : C 1 Lantai 1
Tanggal Masuk : 02 April 2017
Tanggal Keluar : 08 April 2017

Identitas orang tua


Nama Ayah : Tn. S
Umur : 47 tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD

Nama Ibu : Ny. T.A


Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD

1
2.2 Data dasar
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan ibu penderita pada tanggal 02 April 2017 pukul
17.00 WIB di bangsal C1 lantai 1.
a. Keluhan Utama: Melanjutkan kemoterapi minggu ke 5
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sudah menjalani kemoterapi atas indikasi ALL-SR ke-
4 pada tanggal 26 Maret 2017, kemoterapi ke-3 pada tanggal 25
Januari 2017 dan kemoterapi pertama tanggal 18 Januari 2017.
Pertama kali terdiagnosis ALL-SR pada awal Januari 2017.
Kurang lebih 4 bulan yang lalu (24 Desember 2016) pasien
demam, diberi obat penurun panas oleh ibu pasien namun demam
tidak turun. Pasien mengeluhkan lemas, batuk disangkal, pilek
disangkal, nyeri kepala disangkal, bintik merah di kulit disangkal,
mimisan disangkal, muntah coklat disangkal, gusi berdarah
disangkal, BAB hitam disangkal dan BAK dalam batas normal.
Karena keluhan pasien tidak membaik dan pasien semakin lemas
maka besoknya pada tanggal 25 Desember 2016 pasien dibawa ke
RS KIM di Batang. Di RS KIM Batang, pasien dirawat selama
kurang lebih 4 hari di bangsal dan didiagnosis sakit DB. Pasien
diberikan obat penurun panas, penaik trombosit dan 1 kantong
darah merah. Hari ke 4 pasien dikatakan sembuh dan pulang.
Kurang lebih pasien dua hari dirumah kemudian pasien
mengeluh demam kembali. Demam disertai nyeri pada badan dan
sesak karena nyeri. Oleh ibu pasien langsung dibawa kembali ke
RS LMC di Batang. Batuk disangkal, pilek disangkal, mual
disangkal, muntah disangkal, mimisan disangkal, gusi berdarah
disangkal, bintik merah pada kulit disangkal, muntah coklat
disangkal. Pasien hanya dirawat selama satu hari di LMC Batang
tanpa diberi obat apapun hanya diberi oksigen. Karena keadaan
pasien tidak membaik, kemudian pasien dirujuk ke RSDK. Saat di

2
RSDK pasien demam, nyeri pada beberapa bagian badannya
seperti tangan dan kakinya disertai mimisan. Batuk disangkal, pilek
disangkal, bintik merah pada kulit disangkal, muntah coklat
disangkal, BAB hitam disangkal dan gusi berdarah disangkal. Di
RSDK pasien diberikan transfusi 2 kantong darah merah dan
dilakukan BMP. Setelah itu terdiagnosis bahwa pasien menderita
ALL dengan kategori Standard Risk. Mulai sejak itu pasien
menjalani kemoterapi.
Pada kemoterapi ke 4 saat ini, pasien mengeluhkan rambut
rontok, demam, menggigil, mual namun tidak muntah. Saat ini
pasien hendak melanjutkan kemoterapi minggu ke 5.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Tidak ada riwayat tinggal di perkebunan/persawahan
- Tidak ada riwayat terpapar radiasi
- Tidak ada riwayat tinggal di daerah SUTET dan SPBU
- Tidak ada riwayat penggunaan obat nyamuk rutin
- Riwayat sakit Tipes (2015) dan DB (2015)
- Riwayat TB Paru selesai pengobatan (2016)
- Riwayat transfusi sebelumnya
(2016  RS KIM 1 kantong darah merah, 2016  RSDK 2
kantong darah merah)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami riwayat anemia
berulang
- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan darah
- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit keganasan

3
e. Pohon keluarga

II

III

Keterangan : Saudara ayah pasien meninggal karena sakit demam

f. Riwayat Sosial Ekonomi


- Ayah bekerja sebagai petani dengan penghasilan + Rp. 750.000 -
Rp. 1.250.000 per bulan
- Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga
- Menanggung 3 orang anak, sudah bersekolah.
- Biaya pengobatan ditanggung BPJS PBI
- Kesan sosial ekonomi: kurang

Kriteria Sosial Ekonomi menurut BPS (Badan Pusat Statistik)


1. Jumlah anggota keluarga (3) (skor : 0)
2. Luas lantai bangunan:
a. < 8 m2 per kapita
b. > 8 m2 per kapita (skor : 0)
3. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas:
a. Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa
diplester
b. Semen/ keramik/ kayu berkualitas tinggi (skor : 1)

4
4. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas:
a. Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah
b. Tembok/ kayu berkualitas tinggi (skor : 1)
5. Fasilitas untuk buang air besar:
a. Bersama/ umum/ lainnya
b. Sendiri (skor : 1)
6. Sumber air minum:
a. Sumur atau mata air tak terlindungi/ sungai/ air hujan
b. Air kemasan/ledeng/pompa/sumur atau mata air terlindungi
(skor : 1)
7. Sumber penerangan utama:
a. Bukan listrik
b. Listrik (PLN/non PLN) (skor : 1)
8. Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari:
a. Kayu/ arang/ minyak tanah
b. Gas/listrik (skor : 1)
9. Berapa kali dalam seminggu rumah tangga membeli
daging/susu/ayam:
a. Tidak pernah membeli/ satu kali (skor : 0)
b. Dua kali atau lebih
10. Berapa kali sehari biasanya rumah tangga makan:
a. Satu kali/ dua kali (skor : 1)
b. Tiga kali atau lebih
11. Berapa stel pakaian baru dalam setahun biasanya dibeli oleh/
untuk setiap/ sebagian besar anggota keluarga:
a. Tidak pernah membeli/ satu kali (skor : 0)
b. Lebih dari satu kali
12. Apabila ada anggota keluarga yang sakit apakah mampu berobat
ke Puskesmas atau Poliklinik:
a. Ya (skor : 1)
b. Tidak

5
13. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga:
a. Tidak bekerja/pertanian padi/palawija
b. Perkebunan/peternakan/ perikanan/ industri/ perdagangan/
angkutan/ jasa lainnya (skor : 1)
14. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala keluarga:
a. SD/ MI ke bawah/SLTP
b. SLTA ke atas (skor : 0)
15. Apakah keluarga memiliki barang-barang berikut yang masing-
masing bernilai paling sedikit Rp 500.000,- :
a. Tidak ada
b. Tabungan/emas/TV berwarna/ternak/sepeda motor
(skor : 1)
16. Apakah rumah tangga pernah menerima kredit UKM/KUKM
setahun lalu?
a. Tidak
b. Ya (skor: 0)
Jumlah skor : 10
Kriteria BPS: Jumlah skor <10 = miskin, jumlah skor ≥ 10 = tidak
miskin. Keluarga ini termasuk dalam keluarga tidak miskin menurut
kriteria BPS. Kesimpulan: Keluarga tidak miskin menurut BPS.

g. Riwayat Perinatal
Keadaan
No L/P Riwayat Perinatal Umur
saat ini
1 P Antenatal: Ibu mengandung pada usia 18 tahun Sehat
25 tahun, Ante Natal Care di bidan lebih
dari 4 kali, tidak ada masalah. Kenaikan
berat badan ibu normal sesuai usia
kehamilan dan mengkonsumsi tablet Fe
dan vitamin. Riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, demam dengan ruam,

6
perdarahan , trauma, riwayat merokok ,
alkohol dan riwayat terpapar radiasi
disangkal. Konsumsi jamu disangkal
Natal: aterm, spontan, normal per
vaginam ditolong oleh bidan, berat lahir
dan panjang lahir ibu lupa, langsung
menangis, biru dan kuning disangkal
Postnatal: rutin kontrol ke posyandu dan
imunisasi
2 P Antenatal: Ibu mengandung pada usia 15 tahun Sehat
28 tahun, Ante Natal Care di bidan lebih
dari 4 kali, tidak ada masalah. Kenaikan
berat badan ibu normal sesuai usia
kehamilan dan mengkonsumsi tablet Fe
dan vitamin. Riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, demam dengan ruam,
perdarahan , trauma, riwayat merokok ,
alkohol dan riwayat terpapar radiasi
disangkal. Konsumsi obat dan jamu
disangkal
Natal: aterm, spontan, normal per
vaginam ditolong oleh bidan, berat lahir
2900 gram, panjang lahir ibu lupa,
langsung menangis, biru dan kuning
disangkal
Postnatal: rutin kontrol ke posyandu dan
imunisasi
3 P Antenatal: Ibu mengandung pada usia 8 tahun Sakit
35 tahun, Ante Natal Care di bidan lebih
dari 4 kali, tidak ada masalah. Kenaikan

7
berat badan ibu normal sesuai usia
kehamilan dan mengkonsumsi tablet Fe
dan vitamin. Riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, demam dengan ruam,
perdarahan , trauma, riwayat merokok ,
alkohol dan riwayat terpapar radiasi
disangkal. Konsumsi obat dan jamu
disangkal
Natal: aterm, spontan, normal per
vaginam ditolong oleh bidan, berat lahir
3100 gram, panjang lahir ibu lupa,
langsung menangis, biru dan kuning
disangkal
Postnatal: rutin kontrol ke posyandu dan
imunisasi

h. Riwayat Imunisasi
Umur Jenis vaksin yang diberikan
Saat lahir (0 bulan) HB 0, polio 0
1 bulan BCG
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 1
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 2
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 3
9 bulan Campak
18 bulan DPT 4, Campak 2
5 tahun DPT 5
Kesan: imunisasi dasar lengkap, booster (+)

i. Riwayat Makan Anak


Pasien mengonsumsi asi sampai usia 2 tahun, MPASI mulai 6 bulan.
Nasi dimulai dari umur 1 tahun.

8
Food Recall
Hari 1: Nasi 1 porsi + telur (habis)
Nasi1 porsi + sup (habis)
Nasi 1 porsi + telur, tempe (habis)
Hari II: Nasi 1 porsi + telur (habis)
Nasi 1 porsi + ikan, tahu (habis)
Nasi 1 porsi + sup (habis)
Hari III: Nasi 1 porsi + telur (habis)
Nasi 1 porsi + sup (habis)
Nasi 1 porsi + telur (habis)
Kesan: kualitas makan kurang, kuantitas makan cukup

j. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


 Pertumbuhan
BB lahir : 3100 gram
BB sekarang : 16,0 kg
BB sebelum sakit : pasien dan orang tua lupa
PB lahir : ibu lupa
TB sekarang : 120 cm
Berdasarkan status athropometri dengan WHO anthroplus:
Berat badan : 16,0 kg
Tinggi badan : 120 cm
WAZ : -3.73 (Gizi buruk)
HAZ : -1,93 SD (Perawakan normal)
BMI/U : -3,92 SD (Gizi buruk)
Kesan : Gizi buruk, perawakan normal

Overview pertumbuhan:
Gizi buruk, perawakan normal

9
Gambar 1. Tinggi Badan Menurut Umur. HAZ: -1,93 SD

Gambar 2. Berat Badan Menurut Usia . WAZ: -3,73 SD

10

Gambar 3. BMI Menurut Usia . BMI / U: -3,92 SD


 Perkembangan
o Anak dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman
sebaya.
o Anak bersekolah sudah masuk SD, namun sejak ½ tahun yang lalu
tidak bersekolah karena sakit.
Kesan: perkembangan sesuai dengan usia

2. Pemeriksaan fisik
Tanggal 02 April 2017 pukul 17.00 WIB di Bangsal C1 Lantai 1
a. Keadaan umum : Composmentis, Baik.
b. Tanda vital : HR: 92x/menit TD: 100/70 mmHg
RR: 23x/menit Suhu: 36.6oC
Nadi: isi dan tegangan cukup
c. Antropometri : BB sekarang: 16 kg
TB sekarang: 120 cm
WAZ -3.73
HAZ -1,93 SD (Perawakan normal)
BMI/U -3.92 SD
d. Status internus:
 Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Hidung : napas cuping (-), discharge (-), epistaksis (-)
 Telinga : discharge (-)

11
 Mulut : mukosa bibir pucat (-), sianosis (-), gusi berdarah (-)
 Leher : simetris, pembesaran limfonodi (-)
 Thoraks
i. Paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
Perkusi : sonor di seluruh regio paru
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Auskultasi: SD vesikuler +/+ +/+
ST rhonki -/- -/-
ST hantaran -/- -/-
Paru depan Paru belakang

Vesikuler Vesikuler
Vesikuler

ii. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V di linea midclavicula
sinistra, ictus cordis tidak kuat angkat, tidak melebar
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi: BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : cembung, simetris
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh regio, pekak sisi (+) normal, pekak alih
(-)
Palpasi : supel, hepar teraba 3 cm dibawah arcus costae, lien teraba
di schuffner 2, turgor kulit kembali cepat
 Genital : perempuan, tidak ada kelainan

12
 Ekstremitas : Superior Inferior
i.Akral dingin -/- -/-
ii.Capilarry refill time <2”/<2” <2”/<2”
iii.Petekie -/- -/-
iv.Edema -/- -/-

2.3 Pemeriksaan penunjang


a. Darah rutin (02 April 2017)
Hasil
Nilai rujukan Satuan
31/03/17
Hemoglobin 13.00 – 16.00 g/dl 10,2
Hematokrit 40– 54 % 41,8
Eritrosit 4,4 – 5,9 106/uL 4,37
MCH 27,00 – 32,00 pg 26,8
MCV 76 – 96 fL 84,5
MCHC 29,00 – 36,00 g/dl 31,1
Leukosit 5 – 13,5 103 ul 1,7 (L)
Trombosit 150 – 400 103 ul 209

b. Pemeriksaan BMP (10 Januari 2017)


Tempat aspirasi di SIPS dextra, konsistensi tulang normal, aspirasi mudah,
fragmen sumsum tulang cukup, selularitas hiposeluler

Resume pembacaan preparat:


 Megakariosit tampak
 Trombosit menurun
 Eritropoiesis aktivitas menurun, maturasi normal
 Granulopoiesis aktivitas menurun, maturasi normal, disperse
neutrofilik
 Limfoblas 74%, prolimfosit 7%, Limfosit 8%, Monosit 1%

13
Kesimpulan
 Seluleritas sumsum tulang hiperseluler
 Peningkatan aktifitas limfositik 89% dengan limfoblas 74% (ukuran
kecil monoton dengan anak inti satu sampai tiga).
Kesan: sesuai dengan gambaran ALL (L1)

2.4 Daftar masalah


No. Masalah Aktif Tgl No Masalah Pasif
1. Riwayat Demam Lama  1 02/04/17 1. Sosial ekonomi kurang
2. Nyeri tulang 1 02/04/17
3. Riwayat transfusi berulang 1 02/04/17
4. Riwayat perdarahan 1 02/04/17
5. Hepatosplenomegali 1 02/04/17
6. Anemia mikrositik
normokromik 1 02/04/17
8. Leukopenia  1 02/04/17
BMP: Gambaran ALL (L1) 10/01/17

2.5 Diagnosis
A. Diagnosis banding
1. ALL-SR pro kemoterapi minggu ke 5
2. Gizi buruk, perawakan normal
B. Diagnosis kerja
1. ALL-SR pro kemoterapi minggu ke 5
2. Gizi buruk, perawakan normal

2.6 Rencana pemecahan masalah


1. Assesment: ALL-SR prokemoterapi minggu ke-5 fase induksi
IP Dx : S : -
O : Imunophentyping
Rx : Vincristine 1 mg IV

14
Dexamethasone PO (2-2-2)
L-Asparginase 4200 unit IV
Ondansetron 3 mg IV
Mx : evaluasi keadaan umum, tanda vital, efek kemoterapi
Ex :
- Menjelaskan bahwa pasien akan di lakukan tindakan kemoterapi
dimana kemoterapi dapat menimbulkan efek samping seperti
rambut rontok, mual dan muntah.
- Menjelaskan bahwa pasien harus melakukan kemoterapi secara
kontinyu dan tidak boleh berhenti ditengah-tengah.
- Menjelaskan bahwa pasien mengalami leukopenia sehingga berisiko
terkena infeksi, maka higienitas dan sanitasi harus dijaga sebagai
langkah mencegah infeksi pada anak.
- Menjelaskan bahwa pasien berisiko terjadi perdarahan, maka perlu
dipantau adanya gusi berdarah, mimisan, ptekia atau memar, BAB
berwarna hitam, dll.

2. Assessment: Gizi buruk, perawakan normal


IP Dx : S : -
O:-
Rx : Dietetik
Cairan Kalori Protein
Kebutuhan/24 jam 1300 ml 1840 kkal 23 g
D5 ½ NS 480 81,6 -
Nasi lauk 3x1 300 1566 53,7
Susu Entrakid 300 300 8,7
Total 1080 1947,6 62,4
AKG 83% 107% 271%
Jalur : enteral, parenteral
Sediaan: infus, makanan keluarga, susu
Mx : akseptabilitas diet, kenaikan berat badan tiap hari, toleransi diet

15
Ex :
- Mengingatkan kepada orang tua pasien untuk mengawasi dan
memberi makanan anak sesuai kebutuhan anak berdasarkan
rekomendasi rumah sakit.
- Menjelaskan kepada orang tua bahwa anak diberikan makanan
dengan kandungan gizi yang sesuai nutrisinya yakni kalori dan
protein.

2.7 Prognosis
- Ad vitam : dubia ad malam
- Ad functionam : dubia ad malam
- Ad sanationam : dubia ad malam

2.8 Catatan kemajuan


Tanggal Keadaan Klinis ProgramTerapi/Tindakan
03/04/2017 S : Lemas Infus D5 ½ NS 480/20/5 tpm
O:
KU: sadar, kurang aktif Usaha obat kemoterapi:
Kesadaran: compos mentis Vincristine 1 mg IV
Tanda vital: Dexamethasone PO (2-2-2)
HR: 80x/menit L-Asparginase 4200 unit IV
RR: 24x/menit Ondansetron 3 mg IV
T: 37 oC
N : reguler, tegangan cukup Monitoring:
Mata: konjungtiva anemis (-/-) - Evaluasi KU, tanda vital
Mulut: mukosa bibir pucat (-)
Thorax: simetris, retraksi (-),
Pulmo: dalam batas normal
Cor: dalam batas normal
Abdomen: hepar teraba 3 cm dibawah

16
arcus costae
Ekstremitas: akral hangat, capillary
refill <2 detik, peteki (-)
A:
ALL SR prokemoterapi fase induksi
minggu ke 5
04/04/2017 S : Lemas Infus D5 ½ NS 480/20/5 tpm
O:
KU: sadar, kurang aktif Usaha obat kemoterapi:
Kesadaran: compos mentis Vincristine 1 mg IV
Tanda vital: Dexamethasone PO (2-2-2)
HR: 80x/menit L-Asparginase 4200 unit IV
RR: 24x/menit Ondansetron 3 mg IV
T: 37 oC
N : reguler, tegangan cukup Monitoring:
Mata: konjungtiva anemis (-/-) - Evaluasi KU, tanda vital
Mulut: mukosa bibir pucat (-)
Thorax: simetris, retraksi (-),
Pulmo: dalam batas normal
Cor: dalam batas normal
Abdomen: hepar teraba 3 cm dibawah
arcus costae
Ekstremitas: akral hangat, capillary
refill <2 detik, peteki (-)
A:
ALL SR prokemoterapi fase induksi
minggu ke 5

17
05/04/2017 S : Lemas
O:
KU: sadar, kurang aktif
Kesadaran: compos mentis
Tanda vital:
HR: 80x/menit
RR: 24x/menit
T: 37 oC
N : reguler, tegangan cukup
Mata: konjungtiva anemis (-/-)
Mulut: mukosa bibir pucat (-)
Thorax: simetris, retraksi (-),
Pulmo: dalam batas normal
Cor: dalam batas normal
Abdomen: hepar teraba 3 cm dibawah
arcus costae
Ekstremitas: akral hangat, capillary
refill <2 detik, peteki (-)
A:
ALL SR prokemoterapi fase induksi
minggu ke 5

18
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Leukemia
3.1.1 Definisi Leukemia
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari
sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi
adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam
darah berproliferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinyapun
menjadi tidak normal. Oleh karena proses tersebut fungsi-fungsi lain dari sel
darah normal juga terangu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal
dalam klinik.1

3.1.2 Epidemiologi
Leukemia merupakan penyakit keganasan yang paling sering pada anak-
anak. Diperkirakan sebanyak 41% dari seluruh penyakit keganasan pada anak
yang berumur kurang dari 15 tahun. Pada tahun 2002, tercatat sekitar 2500 anak
dibawah umur 15 tahun didiagnosa dengan leukemia di Amerika. Insidensi
sebesar 4,5 kasus per 100.000 anak.2
Leukemia akut pada masa anak-anak merupakan 30-40% dari keganasan.
Insidens rata-rata 4-4,5 kasus/tahun/100.000 anak dibawah 15 tahun. Dinegara
berkembang 83% ALL, 17% AML, lebih tinggi daripada anak kulit putih. Di
jepang mencapai 4/100.000 anak, dan diperkirakan tiap tahun terjadi 1000 kasus
baru. Sedangkan di Jakarta pada tahun 1994 insidennya mencapai 276/100.000
anak usia 1-4 tahun. Pada tahun 1996 didapatkan 5-6 pasien leukemia baru setiap
bulan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, sementara itu di RSU Dr. Soetomo
sepanjang tahun 2002 dijumpai kasus leukemia baru.1
Leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak, dan
terdiri dari 2 tipe yaitu LLA 82% dan LMA 18%. Leukemia kronik mencapai 3% dari
seluruh leukemia pada anak. Di RSU Dr. Sardjito LLA 79%, LMA 9% dan

39

19
40

sisanya leukemia kronik, sementara itu di RSU Dr. Soetomo pada tahun 2002
LLA 88%, LMA 8% dan 4% leukemia kronik.1

3.1.3. Patofisiologi Leukemia


Semua sel darah dalam tubuh berasal dari sel stem darah. Sel stem darah
terdapat dalam aliran darah, namun lebih banyak terdapat pada sum-sum tulang.
Sel stem darah menghasilkan tiga jenis sel darah yaitu :
1. sel darah merah yang berungsi untuk mengangkut oksigen dan nutrisi ke
seluruh tubuh
2. sel darah putih yang membantu dalam melawan proses infeksi
3. trombosit yang membantu untuk mencegah terjadinya perdarahan. Secara
fisiologis, ketika sel darah sudah tua atau rusak, maka sel darah akan
mati. Sel stem darah akan memproduksi sel darah baru yang akan menggantikan
sel darah lama.
Terdapat 2 jalur dalam pembentukan sel darah. Hal ini dikarenaka sel stem
darah yang memproduksi sel stem myeloid dan sel stem limpoid.
1. sel myeloid
Sel stem myeloid pada akhirnya akan memproduksi sel darah
merah dan trombosit. Selain itu sel stem myeloid akan memproduksi
myeloblast. Myeloblas akan menghasilkan beberapa tipe dari sel darah
putih yang termasuk dalam golongan sel darah putih granulosit.
2. sel limpoid
Sel stem limpoid akan menghasilkan limpoblas, yang nantinya
akan memproduksi beberapa jenis sel darah putih yang tergolong dalam
sel darah putih agranulosit.
Pada penderita leukemia, sum-sum tulang menghasilkan sel darah putih
yang abnormal yang disebut dengan sel leukemia dan sel blas leukemia. Sel yang
abnormal ini tidak dapat menghasilkan sel darah putih yang normal.
Sel leukemia membelah diri dan terus memperbanyak diri. Tidak seperti sel
darah normal, sel leukemia tidak mati ketika mereka sudah tua atau rusak. Karena
mereka tidak mati, sel leukemia semakin banyak hingga merusak sel darah normal.

20
41

Jumlah sel darah normal yang turun membuat tubuh sulit mendapatkan oksigen
dan nutrisi, mengontrol perdarahan, maupun mencegah infeksi.3
Seiring sumsum tulang gagal, sel-sel yang abnormal bersirkulasi dalam
tubuh dan masuk ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, dan mata. Gangguan
pada sistemik ini menyebabkan perubahan pada kadar hematologi tubuh dan
memungkinkan terjadi infeksi oportunistik.4

3.1.4. Klasifikasi Leukemia


Berdasarkan cepatnya perkembangan leukemia, leukemia terbagi atas
: 1. leukemia akut
Leukemeia akut terjadi dengan begitu cepat. Jumlah sel leukemia
berkembang cepat dan sel abnormal tidak menjalankan fungsi sel darah
putih sebagaimana mestinya. Sumsum tulang pada pemeriksaan
laboratorium dapat menunjukkan jumlah sel leukemia yang banyak dan sel
darah normal dengan jumlah yang sedikit. Penderita leukemia akut sering
merasa lelah, memar, dan sering terkena ineksi.
2. leukemia kronik
Leukemia kronik terjadi dengan perjalanan penyakit yang
lambat. Penderita mungkin tidak merasakan sakit pada awalnya, dan
tanda awal sakit bias jadi merupakan hasil ketidaknormalan pada tes
darah rutin. Sebagai contoh hasil tes darah menunjukkan tingginya
jumlah sel leukemia. Jika tidak diobati, sel leukemia dapat merusak sel
darah normal yang lain.
Leukemia juga dinamakan berdasarkan jenis dari sel darah putih yang
terkena yaitu :
1. leukemia myeloid/myelogenous/myeloblastik

2. leukemia limpoid/limpoblastik/limposit3
Terdapat 4 tipe dari leukemia yaitu :
1. Acute Myeloid Leukemia (AML)
AML menyerang sel myeloid dan tumbuh dengan cepat. Sel blas
leukemia terkumpul pada sum-sum tulang dan darah.

21
42

2. Acute Limpoblastik leukemia (ALL)


ALL menyerang sel limpoid dan tumbuh dengan cepat. Sel blas
leukemia biasanya terkumpul di sum-sum tulang dan darah.
3. Chronic Myeloid Leukemia (CML)
CML menyerang sel myeloid dan berkembang dengan lambat.
Tes darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Terdapat
kemungkinan sel blas leukemia di sum-sum tulang dalam jumlah kecil.
Sel leukemia yang memulai penyakit ini membuat sel darah pada
awalnya berfungsi normal. Kemudian jumlah sel darah merah mulai
turun sehingga menyebabkan anemia. Akan tetapi sel darah putih dan
trombosit masih tetap normal. Meskipun kerja sel darah putih masih
tetap normal, namun dalam jumlahnya dapat menjadi lebih tinggi dan
terus meningkat.
4. Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL)
CLL menyerang sel limpoid dan biasanya tumbuh dengan
lambat. Tes darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Sel
yang abnormal dapat menjalankan fungsi seperti sel darah putih yang
normal. Sel leukemia yang memulai penyakit ini akan membuat
limposit tidak berfungsi dengan baik. Sel ini akan menggantikan sel
normal di sum-sum tulang dan limponodi. Sel ini juga mengganggu
kerja sel limposit normal sehingga dapat melemahkan imun pasien.
Jumlah sel leukemia di sum-sum tulang bias merusak pembentukan sel

darah normal dan mengarah kepada terjadinya anemia.3,5

3.1.5. Etiologi dan Faktor risiko leukemia


Etiologi dari leukemia akut masih tidak diketahui. Namun diketahui ada
beberapa faktor yang diduga mempengaruhi, yaitu:
a. Radiasi dan zat ionisasi
b. Bahan-bahan kimia (contohnya, benzene penyebab LMA)
c. Obat-obatan (contohnya, penggunaan bahan-bahan bergugus alkil
pada terapi kombinasi radiasi dapat menyebabkan LMA)6

22
43

Berdasarkan genetika seseorang, ada beberapa faktor yang diduga


mempengaruhi:
a. Kembar identik- apabila anak kembar yang pertama didiagnosa
leukemia pada 5 tahun pertama, maka risiko untuk anak kembar kedua meningkat
menjadi 20% didiagnosa leukemia.
b. Kejadian leukemia pada saudara yang didiagnosa leukemia akan
meningkat sebanyak 4 kali lipat dibandingkan pada populasi umum.
c. Gangguan pada kromosom:
Trisomy 21 (Down Syndrome) memiliki risiko 95% untuk
mengalami leukemia. Bloom syndrome memiliki risiko 8% untuk
mengalami leukemia. Anemia fanconi memiliki risiko 12% untuk
mengalami leukemia.6
Berdasarkan penelitian Buffler P.A,et al, 2005, faktor risiko dari penyakit
leukemia terdiri atas :
1. Paparan dari pekerjaan orang tua
Setelah sekitar lebih kurang 3 dekade penelitian yang dilakukan,
maka hubungan paparan dari pekerjaan orang tua masih belum jelas.
Awalnya hal ini diduga dari paparan hidrokarbon yang ada dalam
pekerjaan orang tua, contohnya adalah pegawai pom bensin yang sering
terpapar langsung dengan asap kendaraan tanpa menggunakan masker.
2. Polusi udara
Polusi udara yang dapat menjadi pemicu terjadinya leukemia
ada beberapa seperti anak perokok pasif dari orang tua yang merokok.
Hal ini masih menjadi perdebatan apakah memiliki hubungan sebab-
akibat yang jelas atau tidak. Kemudian bahan dari turunan benzena.
Benzena telah terbukti menjadi suatu faktor risiko yang besar untuk
terjadi leukemia. Benzena dapat kita temukan pada makanan, pabrik
perindustrian, dan kosmetik yang digunakan.
3. Pestisida
Pestisida merupakan suatu bahan yang digunakan untuk
membunuh hama, serangga, jamur, dan lain-lain. Pada penelitian

23
44

ditemukan terdapat hubungan terhirupnya pestisida melalui udara


pada saluran nafas anak dapat menyebabkan leukemia pada anak.
4. Radiasi
Radiasi merupakan suatu bahan yang di gunakan sebagai
proses imaging dari seorang ibu yang hamil. Pada penelitian ini
ditemukan hubungan sebab akibat paparan radiasi dari alat prosedur
diagnostik menyebabkan leukemia.
5. Pasien anak yang immunocompromise
Pada pasien yang mengalami transplantasi organ, maka akan
terjadi penurunan dari sistem imunitas tubuh. hal ini telah terbukti
meningkatkan risiko terjadinya leukemia pada anak.7

3.1.6. Gejala klinis


Gejala klinis yang terjadi pada leukemia pada anak disebabkan kurangnya
sel darah yang normal, karena berlebihannya sel darah normal yang membentuk
sel darah baru pada sumsum tulang belakang. Akibatnya anak tidak memiliki sel
darah merah, sel darah putih, dan platelet yang cukup. Hal-hal tersebut dapat
diketahui pada pemeriksaan darah, namun dapat juga menyebabkan suatu gejala.
Adapun beberapa tanda dan gejala yang ditimbulkan pada anak dengan
leukemia adalah :
a. Lemah dan kulit yang pucat
Tanda-tanda ini merupakan tanda anemia (kurangnya sel darah
merah). Hal ini menyebabkan anak merasa lemah, lelah, pusing, dan nafas
yang pendek. Hal ini juga dapat menyebabkan kulit menjadi pucat.
b. Infeksi dan demam
Gejala yang sering ditimbulkan leukemia pada anak adalah
demam. Hal ini sering disebabkan infeksi, bahkan hal ini tidak
berpengaruh setelah diberikan antibiotik sekalipun.
c. Mudah berdarah
Pada penderita leukemia sering terjadi mimisan,gusi berdarah,
dan bahkan perdarahan besar pada luka gores yang kecil. Pada kulit

24
45

terlihat bercak-bercak kemerahan yang disebabkan perdarahan pada


pembuluh darah yang kecil. Hal ini disebabkan karena kurangnya
platelet normal yang berfungsi memberhentikan perdarahan.
d. Nyeri pada tulang atau sendi
Nyeri pada tulang dan sendi disebabkan penumpukan sel-sel darah muda
pada tulang ataupun sendi.
e. Perut yang membesar
Gejala yang jelas terlihat adalah hepatomegali dan spleenomegali. Hal ini
terjadi karena penumpukan sel-sel leukemia menumpuk pada limpa dan hati.
f. Penurunan selera makan, penurunan berat badan
Gejala penurunan selera makan dan penurunan berat badan disebabkan
pembesaran dari organ pada abdomen penderita. Sehingga banyaknya makanan
yang bisa masukpun juga berkurang.
g. Kelenjar limphe yang membengkak
Sel-sel leukemia dapat menyebar pada kelenjar limphe. Hal ini
menyebabkan terlihat pembengkakan pada leher, ketiak, atau tempat lainnya.
Untuk mengetahui penyebab pasti biasanya dilakukan biopsi.
h. Batuk atau gangguan bernafas
Sel T limfosit pada leukemia juga melibatkan kelenjat timus yang berada
di belakang sternum dan di depan trakea.
i. Pembesaran pada wajah dan tangan
Pada leukemia, terjadi Superior Vena Cava (SVC) syndrome.
Hal ini disebabkan karena pembesaran kelenjar timus yang dilalui oleh
vena cava superior sehingga menyebabkan pembengkakan wajah dan
tangan penderita.
j. Nyeri kepala, kejang, muntah
Pada leukemia, terjadi penyebaran ke seluruh tubuh. Nyeri
kepala yang di timbulkan karena sel-sel leukemia telah menyebar
hingga otak. Selain itu pandangan kabur juga menjadi gejala leukemia
yang menyebar hingga sistem saraf pusat.
k. Ruam, masalah gusi

25
46

Pada penderita leukemia mieloblastik akut terjadi pembesaran


gusi karena sel-sel leukemia menyebar pada gusi.
l. Kelemahan pada alat gerak
Gangguan ini jarang ditemukan. Namun hal ini terjadi karena
penumpukan sel-sel leukemia yang sangat banyak pada exxtremitas.7

3.1.7. Penegakan diagnosis


Gejala klinis dan pemeriksaan darah lengkap dapat dipakai untuk
menegakkan diagnosis leukemia. Namun untuk memastikannya harus dilakukan
pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, dan dilengkapi dengan pemeriksaan
radiografi dada, cairan serebrospinal, dan beberapa pemeriksaan penunjang lain.
Cara ini dapat menegakkan diagnosis sekitar 90% kasus, sedangkan sisanya
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu sitokimia, imunologi, sitogenetika,
dan biologi molekuler.1

3.1.7.1. Tes darah


Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari jari
tangan perifer. Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar hematologi
pasien. Pemeriksaan apusan darah tepi juga dilakukan untuk melihat morfologi
dari sel darah. Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan anemia, kelainan
jumlah hitung jenis leukosit dan trombositopenia. Bias terdapat eosinophilia
reaktif. Pada pemeriksaan preparat apus darah tepi didapatkan sel-sel blas.1,7
Berdasarkan protocol WK-ALL dan protocol nasional (protocol Jakarta)
pasien LLA dimasukkan kategori resiko tinggi bila jumlah leukosit > 50.000, ada
massa mediastinum, ditemukan leukemia susunan saraf pusat (SSP) serta jumlah
sel blas total setelah 1 minggu diterapi dengan dexametason lebih dari 1000/mm3.
Massa medaiastinum tampak pada radiografi dada. Untuk menentukan adanya
leukemia SSP dilakukan aspirasi cairan serebrospinal (pungsi lumbal) dan
dilakukan pemeriksaan sitologi.
Diagnosis, evaluasi, dan terapi anak yang menderita LMA belum
memuaskan bila dibandingkan dengan LLA. Pada LMA, hasil pemeriksaan darah

26
47

menunjukkan adanya anemia, trombositopenia, dan leukositosis. Kadar


hemoglobin sekitar 7 sampai 8,5 g/dl, jumlah trombosit umumnya <50.000/ul dan
jumlah leukositnya sekitar 24.000/ul. Sekitar 20% pasien jumlah leukositnya
>100.000/ul.1

3.1.7.2. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi


Aspirasi sumsum tulang dan biopsi dilakukan secara bersamaan. Aspirasi
sumsum tulang dan biopsi ini dilakukan untuk mendiagnosa leukemia dan
diulangi kembali untuk melihat respon dari pengobatan..
Aspirasi sumsum tulang merupakan “gold standard” dari diagnosa
leukemia. Tidak hanya indikasi diagnosa, namun indikasi menentukan jenis sel
dan monitoring pengobatan.4
Pemeriksaan aspirasi sum-sum tulang ini sangat penting untuk konfirmasi
diagnosis dan klasifikasi. Misal pasien LLA menjalani prosedur ini. Apus sumsum
tulang tampak hiperselular dengan limfoblas yang sangat banyak, lebih dari 90%
sel berinti pada LLA. Jika sumsum tulang seluruhnya digantikan oleh sel-sel
leukemia, maka aspirasi sumsum tulang dapat tidak berhasil, sehingga touch
imprint dari jaringan biopsi penting untuk evaluasi gambaran sitologi.8

3.1.7.3. Lumbal pungsi


Lumbal pungsi dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada CSF.
Pada anak dengan leukemia, lumbal pungsi dilakukan sebagai terapi metastasis ke
CNS untuk kemoterapi. Melalui lumbal pungsi diberikan bahan kemoterapi menuju
cairan serebrospinal sehingga mencegah sel-sel leukemia ada di sistem saraf pusat.

3.1.7.4. Biopsi kelenjar limph


Biopsi kelenjar limph penting untuk mendiagnosa limphoma. Pada anak
dengan leukemia hal ini jarang dilakukan. Biopsi kelenjar limph dilakukan
bersamaan dengan proses pembedahan untuk pengobatan atas indikasi tertentu4
Di RSUP Dr. Sardjito sampai dengan tahun 2006, diagnosis LMA
ditegakkan hanya berdasar pada morfologi dan sitokimia dari sumsum tulang dan

27
48

atau darah tepi. Pengecatan sumsum tulang dan atau preparat darah tepi dilakukan
dengan May-Grunwald-Giemsa. Pemeriksaan sitokimia dilakukan dengan
pengecatan Sudan Black-B (SBB) dan Periodic Acid-Schiff (PAS). Sejak
pertengahan tahun 2006, selain pemeriksaan tersebut juga dilakukan
immunophenotyping untuk penegakkan diagnosis leukemia.9
Pemeriksaan sitokimia termasuk penting dalam menegakkan diagnosis
leukemia. Gambaran morfologi sel blast pada apus darah tepi atau sumsum tulang
kadang-kadang tidak dapat membedakan LLA dari leukemia mieloblastik akut
(LMA). Pada LLA, pewarnaan Sudan black dan mieloperoksidase akan
memberikan hasil yang negatif. Mieloperoksidase adalah enzim sitoplasmik yang
ditemukan pada granula primer dari prekursor granulositik, yang dapat dideteksi
pada sel blast LMA. Sitokimia juga berguna untuk membedakan precursor B dan
B-LLA dari T-LLA. Pewarnaan fosfatase asam akan positif pada limfosit T yang
ganas, sedangkan sel B dapat memberikan hasil yang positif pada pewarnaan
periodic acid Schiff (PAS). TdT yang diekspresikan oleh limfoblas dapat dideteksi

dengan pewarnaan imunoperoksidase atau flow cytomerty.8

3.1.8. Penatalaksanaan
3.1.8.1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker yang
diberikan ke cairan serebrospinal, atau melelui aliran darah untuk dapat mencapai
ke seluruh tubuh agar terapi yang diberikan efektif. Pengobatan dengan
kemoterapi pada leukemia mieloblastik akut diberikan dengan dosis yang tinggi
dan di konsumsi dalam waktu yang singkat. Sedangkan terapi untuk leukemia
limfoblastik akut di berikan dengan dosis yang rendah dan waktu konsumsi yang
lama biasanya 2-3 tahun7.

3.1.8.2. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang sangat terbatas penggunaannya pada
pasien leukemia. Hal ini dikarenakan sel- sel leukemia telah menyebar keseluruh

28
49

tubuh melalui sumsum tulang menuju organ-organ yang ada di tubuh. Terapi
pembedahan hanya dilakukan atas indikasi tertentu dan memiliki risiko tinggi7.

3.1.8.3. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan bahan energi dengan radiasi tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Terapi sendiri biasanya dilakukan untuk mencegah
penyebaran dari sel-sel leukemia ke otak maupun ke testis7.

3.2. Gizi Buruk, Perawakan normal


Dalam menilai status gizi seseorang dapat ditentukan dengan
melakukananamnesis untuk menilai riwayat diet yang tepat. Klinis dengan melihat
adanya tanda-tanda malnutrisi, serta penilaian antropometri. Baku antropometri di
Indonesia adalah WHO-NCHS (World Health Organization - National Center for
Health Statistics, USA).8
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Pada tahun 1978, WHO
menganjurkan penggunaan BB/TB, karena menghilangkan faktor umur yang
menurut pengalaman sulit didapat secara benar, khusunya di daerah terpencil di
mana terdapat masalah tentang pencatatan kelahiran anak. Indeks BB/TB juga
menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang, walaupun tidak dapat
menggambarkan keadaan gizi waktu lampau.8
Klasifikasi status gizi menurut standard z-score
WAZ HAZ WHZ
>+2 SD Berat badan lebih Jangkung Gemuk
-2 SD s/d +2SD Berat badan normal Normal Normal

29
<-2 SD s/d -3 SD Berat badan rendah Pendek Kurus

<-3 SD Berat badan Sangat pendek Sangat kurus


sangat rendah

BB/U yang rendah dan PB/U yang normal menunjukkan indikator status
gizi fase akut, sedangkan BB/U yang rendah dan PB/U yang rendah menunjukkan
indikator status gizi fase kronis. WAZ yang rendah dan HAZ yang normal
menunjukkan indikator status gizi fase akut, sedangkan WAZ yang rendah dan
HAZ yang rendah menunjukkan indikator status gizi fase kronis.8

3.3 Pembahasan Pasien


Didapatkan pada anamnesis pasien memiliki riwayat demam berulang
disertai pucat dan mimisan. Telah dilakukan pemeriksaan Bone Marrow Puncture
dan dinyatakan menderita ALL (L1). Telah dilakukan kemoterapi yang sekarang
sedang menuju minggu ke 4.
Pada pemeriksaan fisik pasien tidak ditemukan tanda-tanda pucat dan
anemis. Perdarahan aktif juga tidak ditemukan. Namun ditemukan adanya
pembesaran organ yaitu hepar (3 cm dibawah arcus costae) dan lien (teraba di
schuffner 2). Untuk status gizi pasien ditemukan bahwa berat badan pasien sangat
rendah apabila dibandingkan dengan usianya (<-3 SD) namun dengan perawakan
tinggi pasiien yang normal.

30
BAB IV
RINGKASAN

Seorang anak perempuan, umur 8 tahun 10 bulan, berat badan 16 kg, dan
tinggi badan 120 cm datang ingin melanjutkan kemoterapi minggu ke 5.
Alloanamnesis dengan ibu pasien tanggal 02 April 2017 pukul 17.00 WIB. Pasien
sudah menjalani kemoterapi atas indikasi ALL-SR ke-4 pada tanggal 26 Maret
2017, kemoterapi ke-3 pada tanggal 25 Januari 2017 dan kemoterapi pertama
tanggal 18 Januari 2017. Pertama kali terdiagnosis ALL-SR pada awal Januari
2017. Saat ini pasien mengeluhkan rambut rontok, demam, menggigil, mual
namun tidak muntah.
Pada pemeriksaan fisik di bangsal C1L1 RSDK, anak sadar, tidak sesak,
terpasang infus, nafas spontan adekuat. Konjungtiva palpebra kanan kiri tidak
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada epistaksis, napas cuping maupun napas
cepat, mukosa bibir pucat, gusi tidak berdarah, tidak ada pembesaran limfonodi.
Pemeriksaan thorax dalam batas normal dan pada abdomen teraba hepar 3 cm
dibawah arcus costae serta lien teraba di schuffner 2. Pada ekstremitas atas dan
bawah tidak tampak tanda perdarahan. Pemeriksaan darah rutin (02/04/2017)
didapatkan hasil laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan BMP
(10/01/2017) didapatkan seluleritas sumsum tulang hiperseluler, peningkatan
aktifitas limfositik 89% dengan limfoblas 74% (ukuran kecil monoton dengan
anak inti satu sampai tiga). Pemeriksaan anthropometri pasien didapatkan WAZ -
3.73, HAZ -1,93 dan BMI/U -3.92.
Penderita didiagnosis ALL- SR, dan gizi buruk perawakan normal. Anak
dirawat di bangsal C1L1 selama 7 hari. Prognosis pada penderita ini dubia ad
malam melihat riwayat penyakit dan responnya terhadap terapi.

31
BAGAN PERMASALAHAN
Kuratif Preventif Promotif Rehabilitatif
Medikamentosa: Peningkatan Pengetahuan Memberikan
Pengobatan higienitas, penanganan makanan yang
suportif pencegahan ALL-SR dan bergizi agar
infeksi, tentang kebutuhan gizi
pantau gizi anak, kemoterapi anak tetap
Diagnosis tanda perdarahan. terpenuhi.
FAKTOR  Diagnosis Utama:
RISIKO e ALL-SR
 Diagnosis Komorbid (-)
 Diagnosis Komplikasi: (-)
Riwayat  Diagnosis Pertumbuhan: gizi
Prenatal (-) Anak perempuan 8 tahun
buruk, perawakan normal
BB 16 kg,  Diagnosis Gizi: Gizi buruk,
Natal (-) TB 120 cm perawakan normal
 Diagnosis Perkembangan:
perkembangan sesuai umur TUMBUH
Postnatal KEMBANG
 Diagnosis Imunisasi:
(-) Penatalaksanaan Komprehensif ANAK
imunisasi dasar lengkap
 Diagnosis Sosial ekonomi: OPTIMAL
sosial ekonomi kurang,
Kebutuhan Dasar Anak tergolong kurang menurut
BPS

Asuh Asih Asah


Diasuh oleh ibu dan Kualitas dan Stimulasi
ayahnya. kualitas kuantitas baik karena
makanan kurang waktu Anak
namun kuantitas bersama diasuh oleh Penatalaksanaan Holistik
makanan cukup keluarga baik ibu dan
untuk pertumbuhan karena ibu ayahnya
dan perkembangan tidak bekerja.
anak Mikrosistem Minisistem Mesosistem Makrosistem

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Permono B, Ugrasena I. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Badan


Penerbit IDAI; 2012
2. JP G, J F, J.N L. Wintrobe`s Clinical Hematology.11th ed.USA: Lippincott
Williams & Wilkins. 2003.
3. National Cancer Institute. What You Need To Know About Leukemia. US
Dep Heal Hum Serv [Internet]. 2013; Available from: http://www.cancer.gov/
\ncancertopics/types/leukemia
4. Articel Utama USU.
5. Survivor CML. Understanding Leukemia. 2012;
6. P L. Manual of Pediatric hematology and Oncology. 5th ed.USA.
ELSEVIER; 2011.
7. Childhood leukemia. American Cancer Society; 2012.

33

Anda mungkin juga menyukai