Anda di halaman 1dari 22

BORING (PENGEBORAN)

Ada bermacam-macam cara untuk membuat lubang-lubang bor, yang prinsipnya


adalah sebagai berikut :
1. Bor Tangan
Pemboran ini dapat dilakukan sampai kedalaman 5-10 m. Pemboran dengan tangan
merupakan metode yang cepat dan murah untuk tanah lunak, sehingga dapat
dilakukan di daerah yang sulit dilalui oleh transportasi alat berat.
Bor tangan menggunakan “auger” pada ujung bagian bawah dari serangkaian setang-
setang bor. Bagian atas dari setang bor ini mempunyai handle yang dipakai untuk
Memutar alat tersebut. Gambar di bawah ini menunjukkan macam-macam auger
yang dipakai untuk melakukan pemboran tangan.

2. Pemboran dengan Mesin


Pemboran ini dapat dilakukan sampai kedalaman 50 m tergantung dari kemampuan
alat dan mata bor.
Motor penggerak alat bor pada umumnya terdiri dari bagian-bagian berikut :
a. Alat yang dapat mamutar setang bor, dengan kecepatan yang bisa diatur dan dapat
memberikan gaya ke bawah.
b. Pompa, untuk memompakan air pencuci ke bawah, melalui bagian dalam setang
bor.
c. Roda pemutar (winches) dan derrick atau tripod untuk menarik dan menurunkan
setang-setang dan alat-alt bor ke dalam lubang.

Cara dan macam alat yang dipakai pada penggunaan alat-alat bor dengan motor
penggerak :
a. Pemboran Tumbuk
Dilakukan dengan menggunakan bermacam-macam auger dan cable tools.
Cable tools dikaitkan pada ujung kabel dan diturunkan atau dijatuhkan ke dalam
lubang bor dengan menggunakan roda pemutar dan tripod/ derrick.
Pemboran tumbuk biasanya dilakukan pada kerikil dan pasir.
b. Pemboran dengan Air
Air dipompakan ke bawah melalui setang-setang bor ke alat pemotong atau pahat
pemotong dan air pemboran ini mengangkut potongan-potongan/ hancuran tanah
tersebut kembali ke atas permukaan tanah.
Bahan-bahan yang dipadatkan ini bercampur dengan air, dengan hal ini kita tidak
mungkin memperoleh keterangan-keterangan yang dapat dipercaya mengenai
keadaan asli bahan-bahan tersebut di dalam tanah.

c. Flight Auger dan Core Cutters


 Flight Auger
Biasanya digunakan apabila dibutuhkan kemajuan yang cepat. Pada pemboran ini
tidak menggunakan air. Walaupun tanah yang didapatkan tidak asli, tetapi tanah
tersebut menunjukkan kadar air yang asli.
 Core Cutters
Dipakai untuk mendapatkan inti yang sambung menyambung dan dalam keadaan
yang hampir asli. Dalam bahan yang lunak core cutters dapat mudah ditekan
langsung ke dalam tanah tanpa diputar.

d. Core Barrels
Core barrels dikembangkan untuk pemboran dalam batuan. Core barrels terdiri dari
2 tabung yaitu tabung dalam terkandung inti, tidak berputar, sedangkan tabung luar
berputar memutar pahat yang sebenarnya melakukan pemboran. Air dipompakan ke
bawah melalui bagian dalam dari setang bor dan mengalir terus ke bawah di antara
kedua tabung tersebut, lewat pahat dan kembali ke atas melalui bagian luar dari
barrel. Fungsi air untuk mendinginkan dan sebagai pelumas pahat, untuk
mengangkut potongan-potongan tanah ke atas permukaan tanah.
SOIL SAMPLING

Penyelidikan ini dilakukan di laboratorium, dan untuk kepentingan ini perlu


mendapatkan contoh dari lubang bor atau lubang-lubang percobaan, dan membawanya
ke laboratorium.
Contoh-contoh ini ada dua macam, contoh tidak asli dan contoh asli.
a. Contoh Asli (Undisturbed Samples)
- Masih menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah yang ada padanya
- Tidak mengalami perubahan dalam struktur, kadar air, atau susunan kimia
- Kerusakan-kerusakan terhadap contoh bisa dibatasi sekecil mungkin
- Contoh asli dapat diambil dengan :
 Sample tubes
Alat ini berupa silinder berdinding tipis yang disambung dengan stang-stang
bor dengan suatu alat yang disebut pemegang tabung contoh.
Dipakai untuk lempung yang lunak sampai yang sedang.
Tabung contoh ini dimasukkan kedalam dasar lubang bor dan kemudian
ditekan / dipikul ke dalam tanah asli yang akan diambil contohnya pada dasar
lubang bor. Setelah tabung contoh ditekan ke dalam tanah, dibiarkan dulu
selama beberapa menit. Dengan tujuan untuk memberi kesempatan bagi
terjadinya pelekatan antara tanah dengan permukaan dinding tabung.
Kemudian tabung contoh ini diputar kira-kira 180º untuk memotong tanah pada
dasar tabung, sebelum mencabutnya kembali.
Setelah contoh diambil dari lubang bor, kemudian tabung ditutup parafin pada
kedua ujungnya. Kemudian dibawa ke laboratorium untuk diselidiki.
 Core Barrels
Inti yang diambil dengan alat ini ditempatkan dalam kotak kayu yang bersekat,
diletakkan di udara terbuka. Kemudian inti akan kering dalam beberapa hari.
Apabila inti contoh tersebut nantinya akan diperiksa / diselidiki, maka untuk
kepentingan ini harus diambil tindakan untuk mencegah tindakan pengeringan.
 Block Samples
Dilakukan pemotongan / pengambilan tanah secara langsung dengan tanah,
baik pada permukaan / dasar lubang percobaan.
Contoh harus ditutup dengan parafin, dan ditempatkan dalam tempat yang kuat.
Keuntungan pengambilan contoh dengan bentuk bongkah-bongkah (block
sample):
1. kerusakan yang terjadi kecil
2. contoh yang diambil lebih besar
3. dapat tepat memilih kedalaman dan posisi dari mana contoh tesebut akan
diambil.

b. Contoh Tidak Asli ( Disturbed Sample )


 Diambil tanpa adanya usaha-usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur
asli dari tanah tersebut.
 Contoh ini dibawa ke laboratorium dalam tempat terutup, sehingga kadar air
tidak berubah.
 Contoh tidak asli ini dapat dipakai untuk segala penyelidikan yang tidak
memerlukan contoh asli, seperti : batas-batas atterbang, ukuran butiran,
pemadatan dan berat jenis.

c. Percobaan Geser Sisa


Percobaan ini dapat dilakukan dengan memakai alat kotak geser pada suatu
kecepatan regangan yang sangat rendah.
Berikut ini grafik hubungan antara teegangan geser dengan regangan.
(gambar grafik)
Dapat dilihat bahwa tegangan geser mencapai suatu nilai puncak, dan kemudian
menurun sampai ke nilai sisa.
Percobaan kekuatan geser biasanya dilakukan dalam dua tingkat sebagai berikut :
1. Pemberian tegangan normal
2. Pemberian tegangan geser sampaai terjadi keruntuhan (tegangan geser mencapai
maximum)
Percobaan kekuatan geser dapat dibagi dalam 3 macam :
1. Percobaan tertutup (undrained test)
Pada percobaan ini air tidak diperbolehkan mengalir dari contoh sama sekali baik
pada tingkat pertama maupun kedua.
Tegangan air pori biasanya tidak diukur pada percobaan semacam ini.
Dengan demikian hanya kekuatan geser “ undrained “ yang dapat ditentukan dengan
percobaaan ini. Pentingnya kekuatan geser sangat diperhatikan.

2. Consolidated undained test


Pada percobaan ini contoh diberikan tegangan normal dengan air diperbolehkan
mengalir dari contoh. Tegangan normal ini bekerja sampai konsolidasi selesai, yaitu
sampai tidak terjadi lagi perubahan pada isi contoh tanah.
Kemudian jalan air dari contoh ditutup dan contoh diberi tegangan geser secara
“undrained” yaitu secara tertutup.

3. Drained test (percobaan terbuka)


Pada percobaan ini diberikan tegangan normal dan air diperbolehkan mengalir
sampai konsolidasi selesai. Kemudian tegangan geser diberikan dengan jalan air
terbuka. Untuk menjaga agar tegangan air pori tetap nol.
SUMUR UJI ( TES PIT )

Sumur–sumur percobaan atau penyelidikan adalah lubang–lubang hasil


penggalian dengan tangan, dengan ukuran diameter kira–kira 1 sampai 1,5 m. Ini dapat
dilakukan, sampai suatu kedalaman tertentu, asalkan kohesi bahan yang digali masih
memungkinkan, dan permukaan air tanah, ditempat tersebut masih lebih dalam daripada
dasar penggalian. Dalam lapisan yang sangat tidak rembes air (impermeable) mungkin
kita dapat menggali sampai dibawah ketinggian muka air tanah setempat. Lubang–
lubang percobaan mempunyai keuntungan, yakni dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas tentang susunan lapisan tanah, dan dapat mengambil contoh yang berupa
potongan–potongan yang besar dari dasar atau dinding lubang galian tersebut.
Tujuan utama dari pemboran dan penggalian sumur percobaan ini adalah untuk
mengetahui jenis tanah yang ada, tebal dari bermacam lapisan tanah yang diketahui.
Setelah melakukan penggalian atau pengeboran maka dibuat catatan mengenai lapisan–
lapisan tanah tersebut.
Setelah kita mengetahui atau memperoleh data tentang penyelidikan dengan
sumur uji maka kita dapat menyimpulkan apakah tanah yang kita uji dapat
dimanfaatkan ataukah harus di perbaiki terlebih dahulu. Setelah itu barulah kita dapat
memanfaatkan tanah untuk kepentingan konstruksi.
MEKANISME PENGUJIAN TERHADAP SAMPLE

1. Kadar Air ( w )
Untuk menentukan kadar air sejumlah tanah ditempatkan dalam kaleng kecil, yang
ditimbang terlebih dahulu sehingga berat kaleng tersebut adalah w1. tanah dengan
kaleng ditimbang (w2) dan kemudian dimasukkan dalam oven yang bersuhu 105° C
dalam waktu 24 jam. Setelah 24 jam, maka ditimbang lagi kaleng yang berisi tanah
(w3) sehingga berat air = w2 – w3
berat tanah kering = w3 – w1
kadar air tanah = w2 – w3

2. Berat Jenis ( Gs )
Cara melakukan percobaan untuk mengetahui berat jenis adalah sebagai berikut :
a. Piknometer dikeringkan dan ditimbang (w1).
b. Sejumlah tanah yang dikeringkan dalam oven dimasukan dalam piknomeeter,
kemudian timbang (w2).
c. Air sulung ditambah pada piknometer sampai setengah penuh.
Udara yang masih ada dalam tanah dikeluarkan dengan memanaskan piknometer
serta memakai vacum. Setelah tidak ada lagi udara dalam tanah maka
piknometer diisi air sampai penuh dan dimasukan dalam “Constant temperature
bath“ sampai mencapai temperatur yang seragam. Permukaan luar piknometer
dikeringan dengan teliti dan piknometer ditimbang (w3).
d. Air dengan tanah dikeluarkan dari piknometer, lalu piknometer dibersihkan dan
diisi air suling hingga penuh. Kemudian dimasukkan lagi dalam “Constant
temperature bath“ dan bagian luar piknometer dikeringkan dan ditimbang (w4).
Sehingga :
Berat tanah = w2 – w1
Berat air = w4 – w1 (isi piknometer)
Berat air pada waktu piknometer mengandung tanah dan air = w3 – w2
Berat air yang mengganti tanah = (w4 – w1) – (w3 – w2) (isi contoh)
Maka didapat :
Berat jenis (Gs) =
Berat jenis suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara berat bahan
yang berisi tertentu dengan berat air yang isinya sama untuk mengetahui
besarnya berat jenis bahan dari butir – butir tanah. Berat jenis biasanya bernilai
antara 2,4 – 2,8. Namun rata – rata 2,65. satuan dari berat jenis tidak ada.
ws
= Gs. w
vs
dimana w = kerapatan air ( 1000 kg/m3 )

3. Derajat Kejenuhan ( Sr )
yaitu perbandingan antara isi air dengan isi pori
vw
Sr = atau Sr x 100
vv
Biasanya dinyatakan dalam %, nilainya antara 0 % sampai 100 %. Pori – pori
didalam tanah dibawah muka air tanah harus dianggap sebagai terisi penuh dengan
air. Dalam hal mana derajat kejenuhan adalah 1 atau prosentase kejenuhan 100 %.
Pada tanah berbutir halus air akan naik disebabkan oleh aksi kapiler diantara butir–
butir, dan tanah untuk suatu tinggi tertentu diatas muka air tanah mungkin menjadi
jenuh.
Bagaimanapun diatas muka air tanah selalu akan ada suatu selaput tipis dari air
mengelilingi butir–butir tanah individu. Hal ini dikenal sebagai air terserap
(absorber water). Air terserap hanya dapat dihilangkan oleh tungku pengering
tanah, dan penting untuk meninjau kohesi diantara butir – butir. Tanah asli
dilapangan luasnya mempunyai derajat kejenuhan lebih tinggi dari 90 %.

4. Kekuatan Tekan ( σ )
Permukaan air tanah terletak pada kedalaman h, berat isi tanah yang terletak diatas
muka air = 1, sedangkan berat isi tanah dibawah muka air = 2. lihat gambar,
Tegangan-tegangan pada bidang ab pada kedalaman h ini yaitu σ = 1h + 2(H – h)
Σ = Tegangan Total
Jadi tegangan total ini adalah tegangan akibat berat tanah (termasuk air pada
porinya) diatas tempat yang bersangkutan. Selain tegangan total ini, besarnya
tegangan air didalam pori ini bisa kita hitung. Tegangan ini disebut tegangan air
pori. Semua pori didalam tanah berhubungan satu dengan yang lain, sehingga
tegangan pori adalah sama dengan tegangan hidrostatik.
Yaitu :
u = w ( H – h )
dimana :
u = tegangan air pori
Tegangan air pori yang bekerja diruangan – ruangan antara butir – butir tanah akan
mengurangi taganagn yang sebenarnya bekerja pada butir – butir tanah.
Tegangan yang bekerja pada kerangka butir tanah ialah selisih antara tegangan total
dengan tegangan air pori.
Yaitu :
σ1 = σ – u
dimana :
σ1 = Tegangan efektif, karena muncul akibat pengaruh kerangka tanah.

5. Kekuatan Geser ( τ )
Didefinisikan sebagai tahanan maksimum dari tanah terhadap tegangan geser
dibawah suatu kondisi yang diberikan.
Kondisi – kondisi yang ditekankan diatas terutama tentang sifat – sifat drainasi
tanah. Untuk suatu tanah berbutir kasar drainasi pada umumnya baik. Akan tetapi,
suatu tanah berbutir halus akan mengering dengan syarat lambat, dan karenanya
kecepatan percobaan merupakan suatu faktor yang penting.
Kekuatan geser tergantung terutama pada tekanan antar butir – butir tanah yaitu
tegangan efektif. Isi tanah tergantung tegangan pada kerangka butir tanah sendiri.
Jika perubahan pada teegangan efektif maka terjadi perubahan pada isi tanah.
τ = A + B (σ – u )
Dimana :
τ = kekuatan Geser
A = konstanta dari tanah yang bersangkutan
B = konstanta dari tanah yang bersangkutan
σ = tegangan Total
u = tegangan air pori

Cara menentukan kekuatan geser adalah dengan :


1. Percobaan Kotak Geser (Shear Box test)
2. Percobaan Tekan Tri–Axial
3. Percobaan Geser lebih lanjut
a. Percobaan tekan bebas (Uncofined Compression Test)
b. Percobaan Baling – baling (Vane Shear Test)
c. Percobaan geser sisa (Residu Shear Test)
Ad.1 Percobaan Kotak Geser (Shear Box Test)
Adalah percobaan dengan metode yang sederhana. Hubungan antara tegangan
geser terhadap tegangan tekan dapat digambarkan sebagai berikut :

Ad.2 Percobaan Tekan Tri–Axial


Percobaan ini dapat dilakukan dibawah kondisi–kondisi pengeringan yang
berbada dan tipe percobaan akan teergantung pada kondisi lapangan dan tipe
pekerjaan teknis yang dilakukan.

Ad.3 Percobaan Geser lebih lanjut


a. Percobaan tekan bebas
Pada percobaan, tanah digeser dengan cepat dan tidak terjadi drainasi.
Tekanan samping adalah nol dan lingkaran Mohr akan seperti yang
diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.

b. Percobaan Baling – baling


Dapat bermanfaat untuk mengukur kekuatan geser setempat dari suatu
lempung. Percobaan ini ditemukan sesuai dengan percobaan – percobaan
Tri – Axial pada kedalaman – kedalaman antara 15 – 30 meter.

6. Berat Satuan Tanah (γ)


Cara menentukan berat jenis tanah ialah dengan mengukur berat sejumlah tanah
yang isinya diketahui. Untuk tanah asli biasanya dipakai sebiah cincin yang
dimasukkan kedalam tanah sampai terisi penuh, kemudian atas dan bawahnya
diratakan dan cincin serta tanahnya ditimbang. Apabila ukuram cincin dan beratnya
diketahui maka berat isi langsung dapat dihitung.
Sebagai permisalan :
Berat cincin + tanah : W2
Berat cincin : W1
Berat tanah : W2 – W1
Isi cincin :I
W2 - W1
Jumlah berat isi :
I
Untuk tanah yang tidak asli, misalnya pada percobaan pemadatan, maka tanah
dipadatkan pada suatu alat cetak yang isinya diketahui. Setelah permukaan atasnya
diratakan, maka cetakan serta tanah ditimbang dan berat isi tanah langsung dapat
dihitung. Nilai berat suatu tanah biasanya 1,6 < γ < 2 Kg/cm3. berat suatu tanah
merupakan perbandingan antara berat tanah dengan isi tanah.
Rumus:
ω
γ
V
dimana :
γ = berat satuan tanah (ton/m3)
ω = berat tanah (ton)
V = volume tanah (m3)

7. Gaya Ikat ( C )
Gaya ikat yaitu ikatan antara butir yang sangat mempengaruhi dalam penentuan
sifat – sifat tanah lainnya. Ada atau tidaknya ikatan antara butiran tanah maka dapat
dipergunakan untuk membedakan antara tanah yang tidak mempunyai ikatan antar
butir (non cohesive) dan tanah yang mempunyai ikatan antar butir (cohesive).

a. Tanah non cohesive


Butiran kerikil dan pasir membentuk timbunan yang lepas, yang menyebabkan
antar butiran tidak ada ikatannya, mereka saling mengisi dan saling mendukung
sesamanya. Pada titik kontak hanya bekerja gaya – gaya geser dan
pengendapannya hanya karena pengaruh gravitasi.
b. Tanah cohesive
Berbagai sifat plastis tergantung pada kadar air dan komposisi kimia. Pada titik-
titik kontak, selain gaya geser juga bekerja gaya ikat/gaya kohesi. Karena adanya
kohesi, maka pada saat kohesi terendam air, butiran tanah tidak menempati
posisi paling bawah, tetapi mereka membentuk susunan seperti rantai/ sarang
tawon.
Disamping kedua jenis tanah tersebut tanah dapat dipisahkan lagi kedalam tanah
non organik dan tanah organik. Tanah organik biasanya berasal dari sampah, sisa
tumbuh-tunbuhan maupun gambut. Tanah organik tidak baik jika digunakan
untuk konstruksi, mudah mampat dan kekuatannya kecil serta sering mengalami
kembang dan susut.

8. Permeabilitas ( Daya Serap )


Permeabilitas mempunyai simbol “K”, rembesan tanah hampir selalu berjalan
secara linier yaitu garis yang ditempuh air merupakan garis dengan bentuk yang
teratur.
Menurut hukum Darcy kecepatan aliran air dalam tanah sebanding dengan gradien
hidrolik, yaitu :
h
V = K * I, dengan I =
L
Dimana :
* V = kecepatan
* K = daya rembesan (permeabilitas)
*I = gradien hidrolik
*h = selisih ketinggian air pada kedua pipa antara titik satu dengan titik yang
lainnya
* L = jarak kedua titik
nilai K tergantung pada macam tanah. Kecepatan adalah suatu angka yang dapat
dipakai secara langsung untuk menghitung banyaknya air yang merembes kedalam
tanah.
Rumus :
q = v *A
q = banyaknya air persatuan waktu ( cm3/sec )
v = kecepatan (cm / sec)
A = luas penempang (cm2)

Kecepatan yang sesungguhnya dari air dalam pori-pori tergantung pada besarnya
masing-masing pori yang sebenarnya tidak merupakan nilai yang tertentu, nilai K
merupakan suatu konstanta untuk suatu macam tanah tertentu asal suhu pada air
tanah tidak berubah. Perubahan pada suhu berarti kekentalan air akan ikut berubah
sehingga nilai K akan dipengaruhi.
Pada bahan yang terdiri dari butir yang besar, teruama kerikil yang tidak
mengandung pasir/ lempung pengaliran air tidak lagi linier sehingga hukum Darcy
tidak berlaku lagi. Nilai khas untuk koefisien rembesan pada beberapa macam tanah
adalah sebagai berikut :

Macam tanah Koefisien rembesan ( K )


pasir yang mengandung lempung / 10-2 – 5.10-3
lanau
pasir halus 5.10-2 – 10-3
pasir kelanauan 2.10-3 – 10-4
lanau dan lempung 5.10-4 – 10-5 dan 10-6 – 10-9

 Hubungan daya rembesan dengan angka pori


Kecepatan rembesan air didalam tanah tidak tergantung pada isi tanah dari ruangan
pori didalam tanah, tetapi pada besarnya masing –masing pori. Maka tidak ada
hubungan yang bersifat umum antara daya rembesab dengan angka pori. Namun

C  e3
masih ada kemungkinan berhubungan yaitu untk pasir menurut rumus K =
1 e
dimana K= koefisien daya rembesan, C= konstanta, e= angka pori.
 Pengukuran daya rembesan
Menurut hukum Darcy
Q = K.i.A.t
Dimana :
 Q = jumlah air dalm waktu t
 K = koef daya rembesan
 I =gradien hidrolik
 A = luas penampang
 t = waktu

untuk menentukan K dapat diukur secara langsung banyaknya air yang masuk dan
yang keluar dari sebuah contoh dalam jangka waktu tertentu, dengamn memberikan
tegangan air yang konstan pada contoh.

9. Diameter Butiran ( Ø )
Tanah digolongkan kedalam 4 macam pokok sebagai berikut:
a. batu kerikil
b. pasir
c. lanau
d. lempung, (organik dan non organik)

a. batu kerikil dan pasir


golongan ini terdiri dari pecahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk. Butir
batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu tetapi kadang mungkin pula terdiri
dari suatu macam zat tertentu.
b. lempung
lempung terdiri dari butir yang sangat kecil dan menunjukkan sifat plastisitas
dan kohesif. Kohesif menyatakan bahawa bagian itu melekat satu sama lainnya.
Sedang plastisitas merupakan sifat yang memungkinkan dapat diubah tanpa
perubahan isi dan tanpa terjadi retakan.
c. lanau
merupakan peralihan antara lempung dan pasir halus. Kurang plastis dan mudah
ditembus air dari pada lempung dan memperlihatkan sifat dilatasi yang tidak
terdap[at dalam lempung. Dilatasi menunjukkan nilai perubahan isi apabila
lanau diubah bentuknya. Lanau akan menunjukkan gejala untuk hidup apabila
diguncang atau digatar.
Klasifikasi tanah :
Berangkal > 20 cm
Kerakal 8 – 20 cm
Batu kerikil 2 mm – 8 cm
Pasir kasar 0.6 mm – 2 mm
Pasir sedang 0.2 mm – 0.6 mm
Pasir halus 0.06 mm – 0.2 mm
Lanau 0.002 mm – 0.06 mm
Lempung < 0.002 mm

Sifat tanah sangat tergantung pada ukuran butirnya. Namun untuk tanah yang
berbutir halus, tidak ada hubungan langsung antara sifat dan ukuran buiran. Karena
itu apabila butir tanah tertentu lebih halus dari 0.06 mm, maka dapat ditentukan dari
hasil percobaan batas Atterbarg atau dilatasinya.
Lempung = tanah berbutir halus , memiliki sifat kohasif, plastisitas, tidak
memiliki sifat dilatasi, tidak mengandung jumlah bahan yang
berarti, berwarna coklat muda.
Fraksi lempung = butiran yang halus lebih dari 0.002 mm, banyak lempung yang
mengandung 15% - 20% saja.
Fraksi lanau = bagian berat bahan antara 0.002 mm dan 0.06 mm.
Kerikil berpasir = bahan yang hampir seluruhnya terdiri dari kerikil, tidak
mengandung sedikitpun pasir, berwarna abu-abu.
Pasir kelanauan = bahan yang hampir seluruhnya terdiri dari pasir, mengandung
sejumlah lempung.
~ Analisi Kasar
dapat digunakan saringan. Dalam keadaan basah, dapat dikeringkan dahulu
dalam tunku. Kemudian ditimbang dan disaring. Berat tanah kering yang
tertahan diatas disetiap saringan dicatat. Dihitung prosentase dari contoh total
yang melewati setiap saringan. Setelah itu prosentase yang lewat digambar
dalam suatu diagram semi logaritma.

~ Analisis Halus
berdasarkan pada hukum stoke mengenahi penurunan (settlement), yaitu bola-
bola kecil didalam suatu cairan akan turun pada kecepatan yang berbeda
tergantung pada ukuran bola tersebut. Dalam praktek, butir tanah tidak pernah
betul – berbentuk bola. Untuk mengatasi ukuran butir didefinisikan dalam batas
dalam diameter ekuivalen. Diameter ekuivalen adalah diameter dari suatu bola
khayal dari bahan yang sama yang akan tenggelam di dalam air dengan
kecepatan yang sama seperti butir yang tidak teratur yang ditanyakan. Hukum
stoke hanya dapat diterapkan untuk bola-bola berdiameter antara 0.2 dan 0.0002
mm.
JUMLAH TUMBUKAN
Dengan menekan atau memukul berbagai macam alat kedalam tanah, dan
mengukur besarnya gaya atau jumlah tumbukan/pukulan yang diperlukan, penguji dapat
menentukan dalamnya berbagai lapisan yang berbeda, dan mendapatkan indikasi
mengenai kekuatannya. Penyelidikan semacam ini disebut penetrasi, dan alat yang
dipakai disebut penetrometer. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan
pada titik-titik atau tempat-tempat diantara lubang bor. Penetrometer ada 2 macam,
yaitu:
a. Penetrometer statis
Ujungnya ditekan kedalam tanah pada kecepatan tertentu. Gaya perlawanannya
diukur dalam kg/cm2.
b. Penetrometer dinamis
Ujungnya dimasukkan kedalam tanah dengan pukulan yang dilakukan dengan
menjatuhkan beban. Beban dijatuhkan dari ketinggian tertentu dan jumlah
pukulan untuk mendorong ujung tersebut menembus jarak tertentu diukur pula.
Nilai N (jumlah pukulan dengan satuan pukulan atau kaki) yang diperoleh dengan
percobaan standar penetrasi test dapat dihubungkan secara empiris dengan beberapa
sifat lain dari tanah yang bersangkutan. Hubungan semacam ini dapat dilihat dibukku
soil mechanic in engineering practice oleh tharzagi dan peck. Hasil dari spt dianggap
sebagai perkiraan yang kasar, bukan sebagai nilai yang teliti. Umumnya hasil percobaan
st seperti alat sondir lebih dapat dipercaya dari pada percobaan penelitian test secara
dinamis.

HAMBATAN PEREKAT
Pada penggunaan macam fraction sleeve nilai konis dan hambatan perekat dapat
diukur. Ini dilakukan dengan menekan stang dalam. Pada permulaan hanya konis yang
ditekan kebawah, sehingga nilai konis dapat diukur. Bila konis telah digerakkan sejauh
4 cm maka dengan sendirinya ia akan mengait dengan fraction sleeve dan konis beserta
fraction sleeve ditekan kebawah secara bersama-sama sedalam 4 cm. Jadi nilai konis
dan hambat perekat dapat diukur secara bersama-sama.
Nilai hambatan perekat didapatkan dengan mengurangkan besarnya nilai konis
dari nilai jumlah keseluruhan. Kemudian hanya dengan menekan selubung luarnya saja,
konis, fraction sleeve. Stang secara keseluruhan akan tertekan kebawah sampai suatu
kedalaman dimana dilakukan pembacaan selanjutnya. Hal ini secara otomatis akan
mengembalikan fraction sleeve dan konis yang siap untuk pengukuran berikutnya.
Pembacaan biasanya dilakukan setiap 20 cm.
Dengan alat sondir, untuk mencapai kedalaman 30 cm/ lebih (bila tanah benar-
benar dalam keadan lunak). Ada 2 macam kerangka yang dipakai untuk menekan stang
kedalam yaitu yaitu alat yang setengah berat dan stang dengan alat berat. Alat setengah
berat= 150 kg/cm2, alat berat= 400 kg/cm2.
Hambatan penekan digambarkan sebagai jumlah untuk kedalaman yang bersangkutan
per cm keliling, yaitu dalam kg/cm. Hambatan perekat setempat kemudian diperoleh
dari kemiringan kurva terhadap sumbu vertikal. Nilai konis tidak dapat dengan daya
dukung tanah. Nilai konis merupakan suatu angka empiris yang dapat dihubungkan
secara empiris dengan sifat lain dari tanah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Beberapa referensi yang dijadikan acuan dalam pembuatan tugas Mekanika Tanah I,
antara lain :
1. Penerbit Erlangga, Jakarta
Pengarang : M.j. Smith , IR. Elly Madyayanti.
2. Buku Mekanika Tanah cetakan ke VI, tahun 1997 .
Pengarang : L.D. Wesley
3. Buku Mekanika Tanah I
DAYA DUKUNG TANAH

Daya dukung tanah adalah kekuatan maksimum tanah menahan tekanan (karena
beban bangunan) dengan baik tanpa menyebabkan terjadinya failure. Failure pada tanah
adalah penurunan (settlement) yang berlebih-lebihan atau failure (ketidak mampuan)
tanah melawan gaya geser. Untuk meneruskan beban pada tanah, dirancang pondasi
dengan mengingat batas-batas kekuatan tanah pendukung bangunan.
Bila beban terus bertambah diatas sebuah permukaan yang terbebani, akhirnya
failure terjadi pada tahap pembebanan yang disebut beban failure dan tekanan yang
terjadi disebut daya dukung tanah ultimate (batas).

Kurva Penurunan ( Settlemant Curve )


Yaitu kurva yang digambar sebagai hasil test pembebanan yang menunjukkan
hubungan antara beban dan penurunan. Kurva penurunan untuk tanah yang kaku dan
tanah yang terurai.
(gambar kurva)

Untuk tanah kaku : titik failure F sebagai titik dimana kurva tiba-tiba patah.
Untuk tanah lembut : titik F1 adalah titik diamana kurva mulai berubah menjadi garis
lurus / titik pergantian arah dimana terhadap kelengkungan terkecil.
Daya dukung tanah baku dan tanah lembut, berturut-turut ditunjukkan oleh ordinat X
dari titik-titik F dan F1.

Bila penurunan yang diijinkan bagi sebuah footing dengan lebar B di atas pasir adalah
S, bisa dihitung penurunan yang bersesuaian bagi sebuah pelat percobaan dengan lebar
b, melalui persamaan Terzaghi dan Peck :
 B b  30  
S = s.  .2
 b B  30  
Setelah s didapat, daya dukung bisa dicari pada kurva beban penurunan.
 Untuk tanah liat =
 B
S = s.  
b
Daya dukung tanah liat tidak tergantung pada luas daerah pembebanan.
Pasir dan kerikil daya dukungnya bertambah seiring melebarnya footing.
 Untuk lempung
- Pertambahan bangunan di atas lempung akan menetukan dari pori, yang mana
tidak akan segera menyusut. Waktu yang diperlukan untuk penyusutan tegangan
air pori lebih lama daripada waktu yang diperlukan untuk mendirikan bangunan
di atas lapisan lempung.
- Kekuatan dasar lempung tidak akan mengalami perubahan selama masa
pembangunan bangunan tersebut.
 Untuk pasir
- Daya dukung pasir sebanding dengan lebar pondasi, sebanding dengan berat isi
tanah.
- Daya dukung pasir sangat mempengaruhi tinggi muka air tanah. Tanah di bawah
muka air mempunyai berat isi efektif yang kira-kira separuhnya berat isi tanah di
atas muka air. dengan demikian daya dukung pasir dengan muka air tinggi,
menjadi kira-kira separuh daya dukung bila mana muka air tanah cukup dalam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung :
1. Kedalaman pondasi
2. Lebar pondai
3. Berat satuan tanah
Bila tanah terrendam, yang berkurang dan daya dukungnya juga ikut berkurang.
4. Sudut geser dalam
Lebih besar diameter lebih besar pula daya dukungnya.
KEPADATAN TANAH

Pemadatan tanah dilakukan untuk mencari kerapatan menyeluruh dan kadar air
supaya dapat menentukan kerapatan kering. Tanah yang renggang harus dipadatkan agar
meningkat volumenya.
Secara umum pemadatan berfungsi :
1. meningkatkan kekuatan tanah
2. mengurangi besarnya penurunan tanah
3. mengurangi permeabilitas
4. meningkatkan kemantapan lereng timbunan
5. mengurangi perubahan volume akibat perubahan kadar air
Pemadatan dilakukan dengan menggilas dan menumbuk sehingga menimbulkan
pemampatan pada tanah dengan mengusir udara dari pori-pori.
Penambahan air pada tanah yang sedikit lembab sedikit membantu pemadatan,
dengan mengurangi tarikan permukaan. Namun akan menimbulkan kadar air optimum,
yang akan mengakibatkan meningkatnya pori-pori.


Rumus : d = --------- Keterangan
1+ m d = kerapatan kering
 = berat satuan tanah

Ww
M = -------
Ws
Kadar air yang paling tepat dimana harga berat volume kering maksimum tanah dicapai
disebut “kadar air optimum”
Uji Pemadatan Laboratorium
Uji kepadatan laboratorium yang umum digunakan yaitu :
 Uji standar proctor
pengujian ini digunakan untuk mencari kadar air optimum untuk pemadatan suatu
tanah.
 Uji proctor modifikasi
Pengujian ini dilakukan untuk mewakili kondisi lapangan, yang merupakan uji
proctor yang di modifikasi.
Pengujian ini menggunakan cetakan yang sama dengan uji standar proctor, yaitu
cetakan silinder.

Prosedur standar untuk menentukan berat volume di lapangan akibat pemadatan adalah :
1. metode kerucut pasir
2. metode balon karet
3. alat ukur kepadatan nuklir

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemadatan :


1. Kadar Air
Bila kadar air kurang atau lebih dari optimum, maka harga berat volume kering akan
menurun.
2. Jenis Tanah
Jenis tanah berpengaruh terhadap berat volume kering dan kadar air optimum.
3. Cara Pemadatan dan Energi Pemadatan
 bila energi pemadatan bertambah, harga berat volume kering maksimum tanah
hasil pemadatan juga bertambah.
 Bila energi pemadatan bertambah, harga kadar air optimum berkurang.
Hal di atas berlaku untuk semua jenis tanah. Tingkat kepadatan tanah tidak sebanding
usaha pemadatannya.

Anda mungkin juga menyukai