Cara dan macam alat yang dipakai pada penggunaan alat-alat bor dengan motor
penggerak :
a. Pemboran Tumbuk
Dilakukan dengan menggunakan bermacam-macam auger dan cable tools.
Cable tools dikaitkan pada ujung kabel dan diturunkan atau dijatuhkan ke dalam
lubang bor dengan menggunakan roda pemutar dan tripod/ derrick.
Pemboran tumbuk biasanya dilakukan pada kerikil dan pasir.
b. Pemboran dengan Air
Air dipompakan ke bawah melalui setang-setang bor ke alat pemotong atau pahat
pemotong dan air pemboran ini mengangkut potongan-potongan/ hancuran tanah
tersebut kembali ke atas permukaan tanah.
Bahan-bahan yang dipadatkan ini bercampur dengan air, dengan hal ini kita tidak
mungkin memperoleh keterangan-keterangan yang dapat dipercaya mengenai
keadaan asli bahan-bahan tersebut di dalam tanah.
d. Core Barrels
Core barrels dikembangkan untuk pemboran dalam batuan. Core barrels terdiri dari
2 tabung yaitu tabung dalam terkandung inti, tidak berputar, sedangkan tabung luar
berputar memutar pahat yang sebenarnya melakukan pemboran. Air dipompakan ke
bawah melalui bagian dalam dari setang bor dan mengalir terus ke bawah di antara
kedua tabung tersebut, lewat pahat dan kembali ke atas melalui bagian luar dari
barrel. Fungsi air untuk mendinginkan dan sebagai pelumas pahat, untuk
mengangkut potongan-potongan tanah ke atas permukaan tanah.
SOIL SAMPLING
1. Kadar Air ( w )
Untuk menentukan kadar air sejumlah tanah ditempatkan dalam kaleng kecil, yang
ditimbang terlebih dahulu sehingga berat kaleng tersebut adalah w1. tanah dengan
kaleng ditimbang (w2) dan kemudian dimasukkan dalam oven yang bersuhu 105° C
dalam waktu 24 jam. Setelah 24 jam, maka ditimbang lagi kaleng yang berisi tanah
(w3) sehingga berat air = w2 – w3
berat tanah kering = w3 – w1
kadar air tanah = w2 – w3
2. Berat Jenis ( Gs )
Cara melakukan percobaan untuk mengetahui berat jenis adalah sebagai berikut :
a. Piknometer dikeringkan dan ditimbang (w1).
b. Sejumlah tanah yang dikeringkan dalam oven dimasukan dalam piknomeeter,
kemudian timbang (w2).
c. Air sulung ditambah pada piknometer sampai setengah penuh.
Udara yang masih ada dalam tanah dikeluarkan dengan memanaskan piknometer
serta memakai vacum. Setelah tidak ada lagi udara dalam tanah maka
piknometer diisi air sampai penuh dan dimasukan dalam “Constant temperature
bath“ sampai mencapai temperatur yang seragam. Permukaan luar piknometer
dikeringan dengan teliti dan piknometer ditimbang (w3).
d. Air dengan tanah dikeluarkan dari piknometer, lalu piknometer dibersihkan dan
diisi air suling hingga penuh. Kemudian dimasukkan lagi dalam “Constant
temperature bath“ dan bagian luar piknometer dikeringkan dan ditimbang (w4).
Sehingga :
Berat tanah = w2 – w1
Berat air = w4 – w1 (isi piknometer)
Berat air pada waktu piknometer mengandung tanah dan air = w3 – w2
Berat air yang mengganti tanah = (w4 – w1) – (w3 – w2) (isi contoh)
Maka didapat :
Berat jenis (Gs) =
Berat jenis suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara berat bahan
yang berisi tertentu dengan berat air yang isinya sama untuk mengetahui
besarnya berat jenis bahan dari butir – butir tanah. Berat jenis biasanya bernilai
antara 2,4 – 2,8. Namun rata – rata 2,65. satuan dari berat jenis tidak ada.
ws
= Gs. w
vs
dimana w = kerapatan air ( 1000 kg/m3 )
3. Derajat Kejenuhan ( Sr )
yaitu perbandingan antara isi air dengan isi pori
vw
Sr = atau Sr x 100
vv
Biasanya dinyatakan dalam %, nilainya antara 0 % sampai 100 %. Pori – pori
didalam tanah dibawah muka air tanah harus dianggap sebagai terisi penuh dengan
air. Dalam hal mana derajat kejenuhan adalah 1 atau prosentase kejenuhan 100 %.
Pada tanah berbutir halus air akan naik disebabkan oleh aksi kapiler diantara butir–
butir, dan tanah untuk suatu tinggi tertentu diatas muka air tanah mungkin menjadi
jenuh.
Bagaimanapun diatas muka air tanah selalu akan ada suatu selaput tipis dari air
mengelilingi butir–butir tanah individu. Hal ini dikenal sebagai air terserap
(absorber water). Air terserap hanya dapat dihilangkan oleh tungku pengering
tanah, dan penting untuk meninjau kohesi diantara butir – butir. Tanah asli
dilapangan luasnya mempunyai derajat kejenuhan lebih tinggi dari 90 %.
4. Kekuatan Tekan ( σ )
Permukaan air tanah terletak pada kedalaman h, berat isi tanah yang terletak diatas
muka air = 1, sedangkan berat isi tanah dibawah muka air = 2. lihat gambar,
Tegangan-tegangan pada bidang ab pada kedalaman h ini yaitu σ = 1h + 2(H – h)
Σ = Tegangan Total
Jadi tegangan total ini adalah tegangan akibat berat tanah (termasuk air pada
porinya) diatas tempat yang bersangkutan. Selain tegangan total ini, besarnya
tegangan air didalam pori ini bisa kita hitung. Tegangan ini disebut tegangan air
pori. Semua pori didalam tanah berhubungan satu dengan yang lain, sehingga
tegangan pori adalah sama dengan tegangan hidrostatik.
Yaitu :
u = w ( H – h )
dimana :
u = tegangan air pori
Tegangan air pori yang bekerja diruangan – ruangan antara butir – butir tanah akan
mengurangi taganagn yang sebenarnya bekerja pada butir – butir tanah.
Tegangan yang bekerja pada kerangka butir tanah ialah selisih antara tegangan total
dengan tegangan air pori.
Yaitu :
σ1 = σ – u
dimana :
σ1 = Tegangan efektif, karena muncul akibat pengaruh kerangka tanah.
5. Kekuatan Geser ( τ )
Didefinisikan sebagai tahanan maksimum dari tanah terhadap tegangan geser
dibawah suatu kondisi yang diberikan.
Kondisi – kondisi yang ditekankan diatas terutama tentang sifat – sifat drainasi
tanah. Untuk suatu tanah berbutir kasar drainasi pada umumnya baik. Akan tetapi,
suatu tanah berbutir halus akan mengering dengan syarat lambat, dan karenanya
kecepatan percobaan merupakan suatu faktor yang penting.
Kekuatan geser tergantung terutama pada tekanan antar butir – butir tanah yaitu
tegangan efektif. Isi tanah tergantung tegangan pada kerangka butir tanah sendiri.
Jika perubahan pada teegangan efektif maka terjadi perubahan pada isi tanah.
τ = A + B (σ – u )
Dimana :
τ = kekuatan Geser
A = konstanta dari tanah yang bersangkutan
B = konstanta dari tanah yang bersangkutan
σ = tegangan Total
u = tegangan air pori
7. Gaya Ikat ( C )
Gaya ikat yaitu ikatan antara butir yang sangat mempengaruhi dalam penentuan
sifat – sifat tanah lainnya. Ada atau tidaknya ikatan antara butiran tanah maka dapat
dipergunakan untuk membedakan antara tanah yang tidak mempunyai ikatan antar
butir (non cohesive) dan tanah yang mempunyai ikatan antar butir (cohesive).
Kecepatan yang sesungguhnya dari air dalam pori-pori tergantung pada besarnya
masing-masing pori yang sebenarnya tidak merupakan nilai yang tertentu, nilai K
merupakan suatu konstanta untuk suatu macam tanah tertentu asal suhu pada air
tanah tidak berubah. Perubahan pada suhu berarti kekentalan air akan ikut berubah
sehingga nilai K akan dipengaruhi.
Pada bahan yang terdiri dari butir yang besar, teruama kerikil yang tidak
mengandung pasir/ lempung pengaliran air tidak lagi linier sehingga hukum Darcy
tidak berlaku lagi. Nilai khas untuk koefisien rembesan pada beberapa macam tanah
adalah sebagai berikut :
C e3
masih ada kemungkinan berhubungan yaitu untk pasir menurut rumus K =
1 e
dimana K= koefisien daya rembesan, C= konstanta, e= angka pori.
Pengukuran daya rembesan
Menurut hukum Darcy
Q = K.i.A.t
Dimana :
Q = jumlah air dalm waktu t
K = koef daya rembesan
I =gradien hidrolik
A = luas penampang
t = waktu
untuk menentukan K dapat diukur secara langsung banyaknya air yang masuk dan
yang keluar dari sebuah contoh dalam jangka waktu tertentu, dengamn memberikan
tegangan air yang konstan pada contoh.
9. Diameter Butiran ( Ø )
Tanah digolongkan kedalam 4 macam pokok sebagai berikut:
a. batu kerikil
b. pasir
c. lanau
d. lempung, (organik dan non organik)
Sifat tanah sangat tergantung pada ukuran butirnya. Namun untuk tanah yang
berbutir halus, tidak ada hubungan langsung antara sifat dan ukuran buiran. Karena
itu apabila butir tanah tertentu lebih halus dari 0.06 mm, maka dapat ditentukan dari
hasil percobaan batas Atterbarg atau dilatasinya.
Lempung = tanah berbutir halus , memiliki sifat kohasif, plastisitas, tidak
memiliki sifat dilatasi, tidak mengandung jumlah bahan yang
berarti, berwarna coklat muda.
Fraksi lempung = butiran yang halus lebih dari 0.002 mm, banyak lempung yang
mengandung 15% - 20% saja.
Fraksi lanau = bagian berat bahan antara 0.002 mm dan 0.06 mm.
Kerikil berpasir = bahan yang hampir seluruhnya terdiri dari kerikil, tidak
mengandung sedikitpun pasir, berwarna abu-abu.
Pasir kelanauan = bahan yang hampir seluruhnya terdiri dari pasir, mengandung
sejumlah lempung.
~ Analisi Kasar
dapat digunakan saringan. Dalam keadaan basah, dapat dikeringkan dahulu
dalam tunku. Kemudian ditimbang dan disaring. Berat tanah kering yang
tertahan diatas disetiap saringan dicatat. Dihitung prosentase dari contoh total
yang melewati setiap saringan. Setelah itu prosentase yang lewat digambar
dalam suatu diagram semi logaritma.
~ Analisis Halus
berdasarkan pada hukum stoke mengenahi penurunan (settlement), yaitu bola-
bola kecil didalam suatu cairan akan turun pada kecepatan yang berbeda
tergantung pada ukuran bola tersebut. Dalam praktek, butir tanah tidak pernah
betul – berbentuk bola. Untuk mengatasi ukuran butir didefinisikan dalam batas
dalam diameter ekuivalen. Diameter ekuivalen adalah diameter dari suatu bola
khayal dari bahan yang sama yang akan tenggelam di dalam air dengan
kecepatan yang sama seperti butir yang tidak teratur yang ditanyakan. Hukum
stoke hanya dapat diterapkan untuk bola-bola berdiameter antara 0.2 dan 0.0002
mm.
JUMLAH TUMBUKAN
Dengan menekan atau memukul berbagai macam alat kedalam tanah, dan
mengukur besarnya gaya atau jumlah tumbukan/pukulan yang diperlukan, penguji dapat
menentukan dalamnya berbagai lapisan yang berbeda, dan mendapatkan indikasi
mengenai kekuatannya. Penyelidikan semacam ini disebut penetrasi, dan alat yang
dipakai disebut penetrometer. Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan
pada titik-titik atau tempat-tempat diantara lubang bor. Penetrometer ada 2 macam,
yaitu:
a. Penetrometer statis
Ujungnya ditekan kedalam tanah pada kecepatan tertentu. Gaya perlawanannya
diukur dalam kg/cm2.
b. Penetrometer dinamis
Ujungnya dimasukkan kedalam tanah dengan pukulan yang dilakukan dengan
menjatuhkan beban. Beban dijatuhkan dari ketinggian tertentu dan jumlah
pukulan untuk mendorong ujung tersebut menembus jarak tertentu diukur pula.
Nilai N (jumlah pukulan dengan satuan pukulan atau kaki) yang diperoleh dengan
percobaan standar penetrasi test dapat dihubungkan secara empiris dengan beberapa
sifat lain dari tanah yang bersangkutan. Hubungan semacam ini dapat dilihat dibukku
soil mechanic in engineering practice oleh tharzagi dan peck. Hasil dari spt dianggap
sebagai perkiraan yang kasar, bukan sebagai nilai yang teliti. Umumnya hasil percobaan
st seperti alat sondir lebih dapat dipercaya dari pada percobaan penelitian test secara
dinamis.
HAMBATAN PEREKAT
Pada penggunaan macam fraction sleeve nilai konis dan hambatan perekat dapat
diukur. Ini dilakukan dengan menekan stang dalam. Pada permulaan hanya konis yang
ditekan kebawah, sehingga nilai konis dapat diukur. Bila konis telah digerakkan sejauh
4 cm maka dengan sendirinya ia akan mengait dengan fraction sleeve dan konis beserta
fraction sleeve ditekan kebawah secara bersama-sama sedalam 4 cm. Jadi nilai konis
dan hambat perekat dapat diukur secara bersama-sama.
Nilai hambatan perekat didapatkan dengan mengurangkan besarnya nilai konis
dari nilai jumlah keseluruhan. Kemudian hanya dengan menekan selubung luarnya saja,
konis, fraction sleeve. Stang secara keseluruhan akan tertekan kebawah sampai suatu
kedalaman dimana dilakukan pembacaan selanjutnya. Hal ini secara otomatis akan
mengembalikan fraction sleeve dan konis yang siap untuk pengukuran berikutnya.
Pembacaan biasanya dilakukan setiap 20 cm.
Dengan alat sondir, untuk mencapai kedalaman 30 cm/ lebih (bila tanah benar-
benar dalam keadan lunak). Ada 2 macam kerangka yang dipakai untuk menekan stang
kedalam yaitu yaitu alat yang setengah berat dan stang dengan alat berat. Alat setengah
berat= 150 kg/cm2, alat berat= 400 kg/cm2.
Hambatan penekan digambarkan sebagai jumlah untuk kedalaman yang bersangkutan
per cm keliling, yaitu dalam kg/cm. Hambatan perekat setempat kemudian diperoleh
dari kemiringan kurva terhadap sumbu vertikal. Nilai konis tidak dapat dengan daya
dukung tanah. Nilai konis merupakan suatu angka empiris yang dapat dihubungkan
secara empiris dengan sifat lain dari tanah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Beberapa referensi yang dijadikan acuan dalam pembuatan tugas Mekanika Tanah I,
antara lain :
1. Penerbit Erlangga, Jakarta
Pengarang : M.j. Smith , IR. Elly Madyayanti.
2. Buku Mekanika Tanah cetakan ke VI, tahun 1997 .
Pengarang : L.D. Wesley
3. Buku Mekanika Tanah I
DAYA DUKUNG TANAH
Daya dukung tanah adalah kekuatan maksimum tanah menahan tekanan (karena
beban bangunan) dengan baik tanpa menyebabkan terjadinya failure. Failure pada tanah
adalah penurunan (settlement) yang berlebih-lebihan atau failure (ketidak mampuan)
tanah melawan gaya geser. Untuk meneruskan beban pada tanah, dirancang pondasi
dengan mengingat batas-batas kekuatan tanah pendukung bangunan.
Bila beban terus bertambah diatas sebuah permukaan yang terbebani, akhirnya
failure terjadi pada tahap pembebanan yang disebut beban failure dan tekanan yang
terjadi disebut daya dukung tanah ultimate (batas).
Untuk tanah kaku : titik failure F sebagai titik dimana kurva tiba-tiba patah.
Untuk tanah lembut : titik F1 adalah titik diamana kurva mulai berubah menjadi garis
lurus / titik pergantian arah dimana terhadap kelengkungan terkecil.
Daya dukung tanah baku dan tanah lembut, berturut-turut ditunjukkan oleh ordinat X
dari titik-titik F dan F1.
Bila penurunan yang diijinkan bagi sebuah footing dengan lebar B di atas pasir adalah
S, bisa dihitung penurunan yang bersesuaian bagi sebuah pelat percobaan dengan lebar
b, melalui persamaan Terzaghi dan Peck :
B b 30
S = s. .2
b B 30
Setelah s didapat, daya dukung bisa dicari pada kurva beban penurunan.
Untuk tanah liat =
B
S = s.
b
Daya dukung tanah liat tidak tergantung pada luas daerah pembebanan.
Pasir dan kerikil daya dukungnya bertambah seiring melebarnya footing.
Untuk lempung
- Pertambahan bangunan di atas lempung akan menetukan dari pori, yang mana
tidak akan segera menyusut. Waktu yang diperlukan untuk penyusutan tegangan
air pori lebih lama daripada waktu yang diperlukan untuk mendirikan bangunan
di atas lapisan lempung.
- Kekuatan dasar lempung tidak akan mengalami perubahan selama masa
pembangunan bangunan tersebut.
Untuk pasir
- Daya dukung pasir sebanding dengan lebar pondasi, sebanding dengan berat isi
tanah.
- Daya dukung pasir sangat mempengaruhi tinggi muka air tanah. Tanah di bawah
muka air mempunyai berat isi efektif yang kira-kira separuhnya berat isi tanah di
atas muka air. dengan demikian daya dukung pasir dengan muka air tinggi,
menjadi kira-kira separuh daya dukung bila mana muka air tanah cukup dalam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung :
1. Kedalaman pondasi
2. Lebar pondai
3. Berat satuan tanah
Bila tanah terrendam, yang berkurang dan daya dukungnya juga ikut berkurang.
4. Sudut geser dalam
Lebih besar diameter lebih besar pula daya dukungnya.
KEPADATAN TANAH
Pemadatan tanah dilakukan untuk mencari kerapatan menyeluruh dan kadar air
supaya dapat menentukan kerapatan kering. Tanah yang renggang harus dipadatkan agar
meningkat volumenya.
Secara umum pemadatan berfungsi :
1. meningkatkan kekuatan tanah
2. mengurangi besarnya penurunan tanah
3. mengurangi permeabilitas
4. meningkatkan kemantapan lereng timbunan
5. mengurangi perubahan volume akibat perubahan kadar air
Pemadatan dilakukan dengan menggilas dan menumbuk sehingga menimbulkan
pemampatan pada tanah dengan mengusir udara dari pori-pori.
Penambahan air pada tanah yang sedikit lembab sedikit membantu pemadatan,
dengan mengurangi tarikan permukaan. Namun akan menimbulkan kadar air optimum,
yang akan mengakibatkan meningkatnya pori-pori.
Rumus : d = --------- Keterangan
1+ m d = kerapatan kering
= berat satuan tanah
Ww
M = -------
Ws
Kadar air yang paling tepat dimana harga berat volume kering maksimum tanah dicapai
disebut “kadar air optimum”
Uji Pemadatan Laboratorium
Uji kepadatan laboratorium yang umum digunakan yaitu :
Uji standar proctor
pengujian ini digunakan untuk mencari kadar air optimum untuk pemadatan suatu
tanah.
Uji proctor modifikasi
Pengujian ini dilakukan untuk mewakili kondisi lapangan, yang merupakan uji
proctor yang di modifikasi.
Pengujian ini menggunakan cetakan yang sama dengan uji standar proctor, yaitu
cetakan silinder.
Prosedur standar untuk menentukan berat volume di lapangan akibat pemadatan adalah :
1. metode kerucut pasir
2. metode balon karet
3. alat ukur kepadatan nuklir