PRAKTEK LAPANGAN
GEOLOGI STRUKTUR DAN PETROLOGI
OLEH :
NAMA : PABENO.A
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Pencipta
seluruh isi bumi ini ,karena atas berkat dan Anugrah-Nya sehingga saya dapat
menyelasaikan laporan ini dengan baik. Laporan ini merupakan tindak lanjut dari
hasil pengamatan praktek lapangan geologi struktur dan petrologi yang dilaksanakan
di dusun bantimala
dorongan,bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dan melalui kesempatan ini
kepada :
baik dari segi penulisan maupun materinya oleh karena itu saran dan kritik
Dengan segalah kerendahan hati sekali lagi saya selaku penulis berharap
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena yang terjadi dalam bidang geologi sangat menarik untuk diteliti
dan dianalisa, baik untuk kepentingan yang bernilai ekonomis maupun untuk
suatu daerah.
dan Sulawesi Selatan pada khususnya masih bersifat regional. Untuk penyediaan
data-data yang lebih akurat dalam sekala lokal, perlu dilakukan penelitian geologi
bersekala lokal, yang mencakup berbagai aspek telitian guna mengetahui proses
yakni, mengambil data geologi terutama aspek geologi struktur pada daerah
penelitian.
daerah penelitian yang meliputi geomorfologi, dan struktur geologi, sehingga dapat
menjelaskan kondisi bahan galian, ditinjau dari aspek ganesa, penyebaran, kelayakan
penenlitian terletak pada koordinat 11941’17” sampai 11943’19” Bujur Timur (BT)
. Peta dasar yang digunakan adalah peta topografi skala 1:27.000 dengan interval
kontur 25 meter.
Propinsi Sulawesi Selatan) yang dapat ditempuh selama 2 – 2,5 jam dengan
PROP. SULAWESI
UTARA
GORONTALO
PALU
PU LAU
SULAWESI
PROP. SULAWESI
TENGGARA
PROP. SULAWESI
SELATAN
KENDARI
PANGKEP
MAKASSAR
0 100 km
Daerah Penelitian
sebagai berikut :
Peta topografi daerah penelitian sekala 1 : 27.000
Kompas geologi
Palu geologi
Lup
Larutan HCl
Kamera
Meteran
Daerah penelitian dan sekitarnnya telah pernah diteliti oleh para ahli yang
Sulawesi selatan.
Rab Sukamto (1975), peneliti pulau Sulawesi dan pulau-pulau yang ada
disekitarnya dan membagi kedalam tiga mandala geologi, dalam hal ini daerah
Tenggara.
Rab Sukamto dan Simanjuntak (1983), penelitian terhadap hubungan tektonik
KONDISI GEOLOGI
dengan lembar Majene-Palopo di utara, Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai
baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-baratlaut dan
terpisahkan oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan yang barat menempati hampir
setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan menyempit di bagian
utara (22 km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan ketinggian rata-ratanya 1500
m secara umum pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi. Pada lereng barat
dan beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi kars, pencerminan adanya
batugamping. Topografi kars lereng barat terdapat daerah perbukitan yang dibentuk
puncaknya rata-rata setinggi 700 m dan tertinggi 787 m. Pegunungan bagian timur
sebagian besar terdiri atas batuan gunungapi. Bagian selatannya selebar 20 km dan
lebih tinggi, tetapi ke utara menyempit dan merendah, dan akhirnya menunjami batas
bawah antara lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian utara pegunungan ini
adalah dataran Bone yang sangat luas, yang menempati hampir sepertiga bagian
timur.
utara selebar 35 km, tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Bagian tengahnya terdapat
sungai Walanae yang mengalir ke utara. Bagian selatan berupa perbukitan rendah dan
di bagian utara terdapat dataran alluvium yang sangat luas mengelilingi danau Tempe.
Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan
ultrabasa, batuan malihan dan batuan melange. Batuannya terbreksikan, tergerus dan
ketidakselarasan. Penarikan radiometri pada sekis yang menghasilkan 111 juta tahun
Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh endapan flysch Formasi Balangbaru dan
Formasi Maradda yang tebalnya lebih dari 2000 m dan berumur Kapur Akhir.
Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu dengan bukti adanya sisipan lava dalam
flysch.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5 – 63,0 jt) dan diendapkan dalam
lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur Akhir.
Batuan sediment Formasi Mallawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan darat
dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan gunungapi Paleosen dan batuan
flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi Mallawa ini secara berangsur beralih ke endapan
karbonat Formasi Tonasa yang terbentuk secara menerus dari Eosen Awal sampai
bagian bawah Miosen Tengah. Tebal Formasi Tonasa lebih kurang 3000 m, dan
melampar cukup luas mengalasi batuan gunungapi Miosen Tengah di barat. Sedimen
klastika Formasi Salo Kalupang yang Eosen sampai Oligosen bersisipan batugamping
Miosen Awal bagian atas yang membentuk batuan gunungapi Kalamiseng. Lereng
timur bagian utara pegunungan yang barat, terdapat batuan gunungapi Soppeng yang
diduga juga berumur Miosen Awal. Batuan sedimen berumur Miosen Tengah sampai
Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi yang berumur antara 8,93 – 9,29
juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun Formasi Camba yang tebalnya
sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari Formasi
Walanae diendapkan sedimen klastika Formasi Walanae. Batuan ini tebalnya sekitar
bagian atas Formasi Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir sampai
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah ini semuanya berkaitan erat
dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sil dan retas, bersusunan
beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit, berumur berkisar dari 8,3
daerah ini, dan juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara
Pangkajene dan di beberapa tempat di tepi sungai Walanae, rupanya terjadi selama
Pliosen. Endapan Holosen yang luas berupa alluvium terdapat di sekitar D. Tempe, di
bagian bawah tak selaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih
tak selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang
sebagian tercampur menjadi melange. Oleh karena itu kompleks batuan ini
Formasi Balangbaru dan Formasi Marada itu merupakan endapan lereng di dalam
sistem busur-palung pada zaman Kapur Akhir. Gejala ini menunjukkan, bahwa
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada Kala Paleosen, yang hasil
erupsinya terlihat di timur Bantimala dan di daerah Birru (lembar Ujung Pandang,
Benteng, Sinjai). Pada Kala Eosen Awal rupanya daerah di barat berupa tepi daratan
yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Malawa,
sedangkan di daerah timur, berupa cekungan laut dangkal tempat pengendapan batuan
Di barat diendapkan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas sejak Eosen
Akhir sampai Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa selama waktu itu terjadi
paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan
adanya pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen
Awal, sedangkan di bagian timur kegiatan gunungapi sudah mulai lagi selama Miosen
Awal, yang diwakili oleh batuan gunungapi Kalamiseng dan Soppeng (Tmkv dan
Tmsv).
Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang
berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi
sampai Kala Pliosen. Menurunnya terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar
normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak hingga sekarang di sebelah
timur, dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak menerus di sebelah barat.
hanya di bagian selatan sedangkan di barat terjadi kegiatan gunungapi yang hampir
merata dari selatan ke utara berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen. Bentuk
kerucut gunungapi masih dapat diamati di daerah sebelah barat, di antaranya puncak
Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan
tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan
berarah kira-kira timur-barat pada waktu sebelum akhir Pliosen. Tekanan ini
mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan pra-Kapur
Akhir di daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan dan penyesaran yang
relative lebih kecil di bagian timur lembah Walanae dan di bagian barat pegunungan
B. Geologi Lokal
1. Geomorfologi
daerah dan kemiringan lereng , bentuk dan ukuran dari bukit dan lembah ,gunung
,datarn gawir. Perbedaan relief pada suatu daerah diakibatkan oleh perbedaan proses ,
perbedaan litologi atau perbedaan atau perbedaan keduanya .Untuk lebih jelasnya
dengan ciri-ciri yang dijumpai di lapangan yang diambil pada station 6 dengan
persentase
Kemiringan lereng 22% dengan puncak tertinggi 290 dari MAL degan tingkat
pelapukan yang tinggi yang ditandai dengan ketebalan soil 1m dengan warna coklat
kemerahan adapun sungai yang mengalir bersifat permanent dengan profil melintang
Sungai merupakan air yang mengalir diatas permukaan bumi membentuk alur-
alur yang memanjang dan sempit serta mengikuti bagian bentang alam yang lebih
Untuik lebih jelas mengenai kondisi sungai pada wilayah pengamatan yang
meliputi klasifikasi jenis sungai berdasarkan kuantitas , pola aliran sungai , tipe
Sungai yang mengalir pada daerah pengamatan terdiri dari sungai sungai Elle
dan sungai Menge. Berdasarkan klasifikasi sungai oleh thornbury1969 sungai Elle
tergolong sebagai sungai permanent dimana aliran airnya yang relatif tenang dengan
debit air yang normal s4ehingga daerah tersebut dibuat saluran irigasi untuk mengaliri
aliran air yang tenang dengan debit air yang tidak terlalu besar
topografi maka dapat direkonstruksikan pola aliran sungai yang berkembang pada
daerah pengamatan terdiri dari pola aliran sungai subdenritik. Pola aliran yang
Bila dibandingkan dengan daerah penelitian maka tipe genetic sungai yang
mengalir pada daerah pengamatan tergolong dalam tipe genetik konsekuen dan
subsekuen . tipe genetic kosekuen merupakan tipe genetic sungai dimana arah
alirannya searah kemiringan perlapisan batuan seperti pada stasiun 11. Tipe genetic
obsekuen merupakan tipe genetic sungai yang arah aliran berlawanan dengan
lemah, proses erosi relatif sama dengan proses pengendapan, adanya kelokan-kelokan
.Stadia sungai ini termasuk dalam kategori stadia dewasa , sedangkan sungai menge
lebih besar dari proses pelapukan , arah aliran relatif lurus . Sungai ini dikategorikan
Mata air yang ditemukan pada statiun 7 diakibatkn oleh adanya akuifer yang
terpotong oleh sesar. Dimana data sekunder ini dapat dijadikan sebagai acuan adanya
daerah tersebut.
2. Struktur
dan struktur aliran ,bantal,dan hang (Batuan Beku). Pada daerah penelitian ditemukan
terbentuknya batuan .Adapun struktur geologi yang dijumpai pada daerah penelitian
yaitu:
Struktur lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu
bahan yang menunjukan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada
unsur garis atau bidang didalam bahan tersebut . Pada umumnya unsur terlibat di
Dalam penentuan geometri dan jenis lipatan yang berkembang pada suatu
batuan yang ada pada daerah pengukuran. Hal ini sangat membantu dalam penentuan
arah gaya yang bekerja, dimana arah gaya tegasan utama yang bekerja umumnya
pada stasiun 10 dan 15 dengan kedudukan N 115oE/ 280 , N326oE/ 170. Dari hasil
rekonstruksi lipatan (Higgins 1962.) maka struktur lipatan yang berkembang pada
daerah penelitian adalah lipatan antiklin. Dari hasil pengolahan data kekar yang
barat.
rekahan yang belum mengalami atau sedikit mengalami pergerakan disebut sebagai
kekar.
Kekar dapat dikelompokkan berdasarkan atas beberapa parameter di
antaranya adalah bentuknya, ukuran, kerapatan maupun kombinasi antara ukuran dan
dijumpai di lapangan berupa kekar dapat dibedakan atas kekar gerus (shear joint) dan
Extension Joint
1 1
Shear Joint Shear Joint
3 3 3
2 Release Joint
1
penelitian maka dapat disimpulkan jenis kekar adalah kekar tarik (tension joint),
memiliki ciri fisik berupa bentuk dan letak yang tidak beraturan dan sistematis dan
tidak menerus, tidak berpotongan satu sama lain dan bentuk permukaan tidak rata. I.
data lapangan berupa data primer maupun data sekunder. Hasil pengolahan data-data
tersebut kemudian dihubungkan dengan pendekatan model serta teori pengkerutan
- Cermin sesar dengan rake 360 (Stasiun 3) dan rake 160( stasiun 6)
dari batuan khususnya rijang sebagai batuan tua yang hanya terbentuk
memberikan informasi bahwa struktur geologi berupa sesar yang berkembang pada
3.Litologi.
a. Porositas rendah,
- Sortasi : Baik
d. Kekerasan : keras
e . Komponen Batuan : - semen : karbonat
- geometeri : membaji
- Sortasi Baik
- Semen : silika
- Geometri : Membaji
a. Porositas tinggi
- sortasi : Baik
- tingkat keseragaman butir : Membulat
Fragmen :-
Semen : silika
f. Geometri : membaji
N 130 E / 40
a. Porositas : tinggi
Sortasi : Baik
d. Kekerasan : keras
Semen : Silika
Geometri : Terpotong
a. Porositas : rendah
Lapuk : Abu—abu
sortasi : Baik
Semen : silika
Geometeri : Terpancung
a. Porositas : rendah
b. Warna : hitam
c. Pecahan : Even
d. Kekerasan : Lunak
e. geometri : Lensa
a. porositas : Rendah
b. Warna : Segar : Merah Hati
. Sortasi : Baik
d .kekerasan : keras
Semen : silika
Geometri : membaji
a. Porositas : rendah
d. kekerasan : keras
semen : silika
geometri : terpotong
a. Porositas : rendah
lapuk : Coklat
d. Kekerasan : keras
Semen : silika
. Geometri : membaji
BAHAN GALIAN
macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan alam yang bila
yaitu :
bumi,bitumen cair, ;lilin beku, gas alam ,bitumen., padat, aspal , antrasit,
- Bahan galian golongan C ( bahan galian non strategis dan non vital)
terdiri dari : nitrat, nitrit, fospat, halit, asbes, talk, mika, grafit, magnesit,
yarosit, leusit, tawas, oker, batu permata ,batu setengah permata, pasir
sebagai batu gamping koral karena penyusun utamanya adalah koral yang
jenis batu gamping non klastik melalui proses erosi oleh air,
terikut jenis mineral lain yang merupakan pengotor dan memberi warna
pada batu gamping yang bersangkutan . Akibat adanya proses sortasi maka
secara alamiah akan terbentuk pengelompokan ukuran butir. Dikenal jenis
asing berkaitan erat dengan ukuran butirnya. Pada umumnya batu gamping
sedimen yang lain serta adanya kontaminasi mineral tertentu yang akan
memberi warna dalam beberapa hal memberikan nilai tambah setelah batu
4. Lempung. Sebetulnya merupakan istilah ukuran butir yang lebih kecil dari
Lempung Residu
gerabah.
Lempung Sedimen
sifatnya yang liat apabila terkena air. Tanah liat merupakan hasil
merupakan bagian yang halus dan tidak larut dalam air. Selanjutnya
1. Kesimpulan
maksimum dan batuan mengalami rekahan yang belum atau telah megalami
pergeseran dalam skala kecil, dan hal ini gaya tekan yang bekerja terus
2. Saran
- Sebaiknya perlu disusun agenda/ kegiatan apa saja yang dilakukan pada
hari itu sehingga praktika tauh apa yang dilakukan saat berada
dilapangan
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta
Makassar
Yogyakarta