Anda di halaman 1dari 9

KELARUTAN

I. Tanggal praktikum : 22 Juli 2016


II. Tujuan percobaan :
1. Menjelaskan pengaruh temperatur pada kelarutan zat
2. Menjelaskan pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan zat
3. Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat
4. Menentukan konsentrasi misel kritik dan surfaktan dengan metode
kelarutan
III. Prinsip percobaan
Pegujian temperatur terhadap kelarutan kelarutan suatu zat berdasarkan
pemanasan pada suhu kamar, suhu 45 c dan suhu 60 cndengan
menggunakan sampel asam benzoat dan asam borat
IV. Dasar teori
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia, zat
terlarut dan pelarut juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH
larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya
zat terlarut. Kelarutan di definisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan
secara kualitatif di definisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih
zat untuk membentuk disfersi molekuler homogen.
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase zat (zat terlarut). Suatu larutan tidak jenuh atau
hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsentrasi di bawah konsentrasi yang di butuhkan untuk pengjenuhan
sempurna pada temperatur tertentu. Suatu larutan lewat jenuh adalah suatu
larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari
pada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat
terlarut yang tidak larut.
Kelarutan obat dapat di nyatakan dalam beberapa cara menurut U.S
Pharmacopeia dan National formulary definisi kelarutan obat adalah
jumlah ml pelarut dimana akan larut satu gr zat tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu zat diantaranya :
1. Pengaruh Ph
Zat aktif yang sering di gunakan dalam dunia pengobatan umumnya
adalah zat organik yang bersifat asam lemah atau basa lemah dimana
kelarutannya sangat di pengaruhi pH pelarutnya.
2. Pengaruh temperatur/suhu
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada temperatur. Titik
leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut.
3. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat di pengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut
polar akan melarutkan zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya.
Kelarutan zat juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan
gugus polar dan nonpolar suatu molekul.
4. Pengaruh penambahan zat-zat lain
a. Kompleksasi dan solibilisasi
b. Ion sejenis
c. Efek elektrolit terhadap kelarutan elektrolit
d. Efek non elektrolit terhadap kelarutan elektrolit
e. Efek elektrolit terhadap kelarutan non elektrolit
f. Efek surfaktan
Surfaktan adalah zat yang sering di gunakan untuk menaikan kelarutan zat.
Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar. Bila
permukaan cairan telah jenuh dengan molekul-molekul surfaktan maka molekul-
molekul yang ada di dalam cairan akan membentuk agregat yang di kenal sebagai
misel yang kemampuannya untuk menaikan pelarut zat-zat yang biasanya sukar
larut dalam air.
V. Alat dan bahan
a. Alat
 Baskom
 Gelas ukur 100 ml dan 50 ml
 Batang pengaduk
 Oven
 Pipet tetes
 Botol semprot
 Cawan porselin
 Sendok tanduk
 Corong kaca
 Erlenmayer
 Timbangan analitik
 Gelas kimia 100 ml
b. Bahan
 Asam benzoat
 Asam borat
 Kertas saring
 Kertas timbangan
 Lap kasar
 Tisue
VII. Data pengamatan
a. Kelarutan asam benzoat
No. Sampel suhu Berat sampel Berat residu
1. Asam benzoat Suhu kamar 0,5 0,25
Suhu kamar 0,5 0,32
0,5 g+150 ml
45 oC 0,5 0,1
Aquadest 45 oC 0,5 0,15
b. Kelarutn asam borat
No. Sampel suhu Berat sampel Berat residu
1. Asam borat 2 Suhu kamar 2 0,56
Suhu kamar 2 0,44
g+50 ml
45 oC 2 0,32
aquadest 45 oC 2 0,39

VIII. Perhitungan
a. Kelarutan asam benzoat
 Suhu kamar 1= 0,5-0,25 = 0,25 g
 Suhu kamar 2 = 0,5-0,37 = 0,18 g
Rata-rata = 0,25+0,18 = 0,215g / 150ml
2
Kelarutan asam benzoat = 0,215 g
150 ml
= 0,00143g / ml
= 1,43mg / ml
 Suhu 45 C 1 = 0,5-0,1 = 0,4g
o

 Suhu 45 oC 2 = 0,5-0,15 = 0,35g


Rata-rata = 0,4+0,35 = 0,375 / 150ml
2
Kelarutan asam benzoat = 0,375g / 150ml
= 0,0025g / ml
= 2,5 mg/ ml
b. Kelarutan asam borat
 Suhu kamar 1= 2-0,56 = 1,44 g
 Suhu kamar 2 = 2-0,44 = 1,56 g
Rata-rata = 1,44+1,56 = 1,5 g / 50ml
2

Kelarutan asam benzoat = 1,5 g


50 ml
= 0,03g / ml
= 30 mg / ml
 Suhu 45 oC 1 = 2-0,32 = 1,68g
 Suhu 45 oC 2 = 2-0,39 = 1,61g
Rata-rata = 1,68+1,61 = 1,645g / 50 ml
2
Kelarutan asam benzoat = 1,645g / 50ml
= 0,0329 g / ml
= 32,9 mg/ ml

IX. pembahasan
 Asam benzoat
Nama latin : acidum benzoicum (C7H6O2)
Pemberian : Hablur harus dan ringan, tidak berwarna, tidak lebih
Kelarutan :Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih
kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform
p, dan dalam 3 bagian eter.
Jarak Hablur :121o – 124o
Asam benzoat sukar larut dalam air sedangkan dalam etanol benzen
dan aseton mudah larut. sehingga pada percobaan ini akan ditentukan
kelarutan asam benzoat dalam aquadest pada suhu kamar dan suhu 45 o C.
hal ini bertujuan untuk membandingkan berapa banyak solvent yang larut
dalam solut. asam benzoat yang digunakan sebanyak 0.5 gram dalam 150
ml aq.dest . Penimbangan dilakukan sebanyak 2x untuk masing-masing
suhu dan bobot akhir yang diambil adalah rata-ratanya.
Pada suhu kamar hasil penimbangan sisa setelah di open pada suhu
o
100 C adalah ..... gram. Setelah dihitung kelarutannya dan da dapat hasil
rata-rata kelarutannya. Asam benzoat pada kamar adalah 0,43 gram
sehingga Asam benzoat yang larut dalam aq.dest sebanyak 1,43mg / ml.
Sedangkan pada suhu 45oC hasil penimbangan sisa setelah di open
pada suhu 100oC adalah ....... gram, setelah itu dihitung kelarutannya dan
dapat hasil rata-rata kelarutan asam benzoat pada suhu 45oC adalah 0,75
gram, sehingga asam benzoat yang larut dalam aq. dest sebanyak 2,5 mg/
ml
 asam borat
Nama latin : acidum boricum
Pemberian : hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilat tidak
berwarna, kasar, tidak berbau, rasa ayak asam dan pahit
kemudian manis.
kelarutan : larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih,
dalam 16 bagian etanol (95%) p, dan dalam 5 bagian
gliserol P.
Asam borat adalah asam lemah dari boron, sering digunakan sebagai
antiseptik, insektisida, plameretardan, penyerat neutron / prekursor bagi
senyawa lain. asam borat terdapat dalam bentuk kristal tak berwarna, atau
serbuk putih yang larut dalam air. asam borat larut dalam air mendidih bila
dipanaskan diatas suhu 170oC, ia terdehidrasi atau melepaskan air
membentuk asam metaborat (HBO2) HBO3 HBO2 + H2O. Asam
metaborat (HBO2) adalah zat padat berbentuk kristal kubus berwarna putih
dan sedikit larut dalam air. Setelah percobaan pada asam benzoat,
dilakukan percobaan pada asam borat dengan perlakuan yang sama seperti
pada asam benzoat. yang membedakannya hanya pada bobot asam borat
yang digunakan dan banyaknya air sebagai pelarut. pada percobaan asa
borat bobot yang digunakan sebanyak 2 gram ditimbang 2X dalam 50 mL
air untuk masing-masing suhu bertujuan untuk membandingkan bobot
akhir yang didapat pada masing-masing percobaan. Bobot akhir didapat
dari hasil penyaringan larutan asam borat yang telah di open pada suhu
100oC . bobot akhir asam borat pada suhu kamar (1) sebanyak 1,44 g, pada
suhu kamar (2) sebanyak 1,56 g. Rata-rata bobot akhir pada suhu kamar
sebanyak 1,5 g / 50ml. Dan yang larut dalam air, dimana bobot akhir yang
diambil adalah rata-ratanya sebanyak 30 mg / ml.
Dilihat dari banyaknya zat yang larut, Asam borat lebih mudah larut
dalam air dibandingkan dengan asam benzoat meskipun bobot dan jumlah
zat pelarut yang berbeda. Dikarenakan sifat dari asam borat yang mudah
larut dalam air dibandingkan asam benzoat yang sukar untuk larut dalam
air.
Jika dibandingkan pada masing-masing suhu, dimana setiap suhu
dilakukan 2X penimbangan dengan bobot yang sama. pada suhu kamar
untuk asam borat sebanyak 2 gram dalam 50 mL. data pertama didapat
sisa ...... 0.14 gram , dan data kedua didapat ...... gram. kemudian pada
suhu 45oC, data pertama ...... gram dan pada data kedua sebanyak ......
gram. kemudian pada asam benzoat sebanyak ...... dalam 150 mL. pada
suhu kamar data pertama di dapat sisa ...... gram, dan data kedua ......
gram. pada suhu 45oC data pertama ...... gram dan data kedua ...... gram.
Bila diamati, terjadi perbedaan sesilh angka yang cukup signifikan
pada setiap zat untuk setiap suhu, sedangkan bobot zat (Asam borat dan
Asam benzoat) dan banyaknya zat pelarut (air 50 mL dan 150 ml) yang
digunakan adalah sama, hal tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor
diantaranya ; waktu, pengadukan, penimbangan, dan tidak sesuainya
antara prosedur kerja dengan yang dikerjakan.

X. Kesimpulan
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit sisa sample
setelah di oven menunjukan bahwa semakin banyak zat terlarut dan nilai
kelarutanpun semakin besar. Asam borat lebih larut dari pada asam
benzoat, hal ini sesuai dengan teoritis, bahwa asam borat merupakan
senyawa yang larut dalam 20 bagian air, sedangkan asam benzoat larut
dalam 350 bagian air. sehingga dapat diketahui bahwa asam borat lebih
mudah larut dalam air dibandingkan dengan asam benzoat. hal tersebut
tebukti dalam pecobaan ini, meskipun asam borat yang digunakan 2 gram
dengan pelarut dalam 50 mL mudah larut, dibandingkan dengan asam
benzoat 0,5 gram dengan pelarut 150 mL.

XI. Daftar Pustaka


 Jendral pengawas obatan dan makanan departemen kesehatan R.I.
1979. farmakope indonesia edisi III. Departemen kesehatan
republik Indonesia . Jakarta.

 Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins

 Ditjen POM., 1979, “Farmakope Indonesia”, edisi III, Jakarta

 Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rahman, 2007, ”Kimia Farmasi

Analisis”, Pustaka Pelajar. Yogyaka


 Jufri, Mahdi, dkk, 2004. Formulasi Gameksan dalam Bentuk

Mikroemulsi, Majalah ilmu kefarmasian.

 Kleinfelter, Keenam.1996. ”kimia untuk universitas”. Jakarta:

Erlangga

 Martin, A., 1990, “Farmasi Fisika”, Buku I, UI Press, Jakarta

 Mirawati.2013. Penentun Praktikum Farmasi Fisika . Makassar,

Jurusan Farmasi.

 Universitas Muslim Indonesia.

 Moechtar., 1990, “Farmasi Fisika”, UGM Press, Yogyakart

 Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika . Buku II, UI Press, Jakarta

 Tungadi, Robert. 2009.“Penuntun Praktikum Farmasi Fisika“.

Jurusan Farmasi Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai