PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional yang diarahkan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan masyarakat
dan meningkatkan kualitas dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan agar menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Kebijakan ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang besar untuk
mempercepat tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat ke tingkat yang seoptimal mungkin
yang merupakan suatu bukti dari keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan (Depkes,1994).
Tercapainya derajat kesehatan penduduk secara optimal dapat diukur dengan berbagai indikator, antara
lain adalah menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Dewasa ini derajat
kesehatan Ibu dan Anak Indonesia belum memuaskan. Hal ini ditandai masih tingginya angka kematian
ibu maternal yang didapat dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 yaitu
kematian balita telah turun sebesar 42% dari 79 kematian per 1000 kelahiran pada tahun 1988-1992
menjadi 46 kematian per 1000 kelahiran selama periode 1998-2002. Sedangkan kematian bayi turun dari
142 kematian per 1000 kelahiran di tahun 1967 menjadi 35 kematian per 1000 kelahiran di tahun 2000
(SDKI, 2002-2003).
Penyebab utama angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia selain karena faktor
gizi dan kesehatan secara umum juga disebabkan karena pendarahan, keracunan kehamilan dan infeksi
(SDKI, 2002-2003). Hasil pengolahan data survey kesehatan rumah tangga yang terintegrasi dalam survey
sosial ekonomi nasional (Susenas, 2001), menunjukkan bahwa di pedesaan hanya 45,83% yang ditolong
dan (AKB) dalam upaya ini Pemerintah telah mencanangkan program strategik adalah pemantapan
sistem kesehatan dalam rangka penyediaan pelayanan kesehatan maternal, neonatal dengan biaya
efektif (Cost Effective) yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penanganan komplikasi
obstetri dan neonatal, penanganan komplikasi abortus dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan.
AKI pada hakekatnya dapat dicegah dengan peningkatan fungsi fasilitas pelayanan kesehatan,
antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus resiko tinggi secara memadai, pertolongan
persalinan yang bersih dan aman serta pelayanan kebidanan/neonatal, pelatihan dukun bayi dan
Upaya terobosan yang amat penting untuk mencapai tujuan tersebut antara lain dengan
kebijakan pemerintah untuk mendidik tenaga Bidan yang akan ditempatkan di desa. Dalam pelaksanaan
program ini Depkes telah mengadakan program bidan di desa untuk memenuhi 69.061 desa yang harus
mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan jumlah tenaga bidan sekarang ini adalah 39.906 orang hal
ini telah berkurang pada tahun 2003 yaitu 22.906 desa yang tidak lagi memiliki Bidan
Tenaga Bidan yang bertugas di desa merupakan tenaga potensial dalam melaksanakan program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya pelayanan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, bayi, anak balita
dan Keluarga Berencana (KB). Bidan yang ditempatkan di pedesaan merupakan bagian dari jaringan
pelayanan kesehatan dan berperan sebagai Pemberi Pelayanan (Provider) pelayanan kesehatan dibawah
pembinaan Puskesmas setempat. Berhasilnya program pemerintah dalam penempatan Bidan di desa ini
banyak tergantung dari kemampuan pemanfaatan dan penggerakan unsur manusia sebagai Provider
suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja
personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas keapada personil yang memangku jabatan
fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran didalam personil didalam
organisasi (IIyas, 2002). Kinerja juga merupakan status kemampuan yang diukur berdasarkan
mempengaruhi kinerja Menurut Gibson (1995), Variabel individu dikelompokan pada sub
variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis sub Variabel
kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi prilaku dan
kinerja individu.
Variabel psikologis terdiri dari sub variabel persepsi, sikap keperibadian, belajar dan
motivasi. Variabel ini banyak di pengaruhi oleh keluarga tingkat sosial pengalaman kerja variabel
Variabel organisasi berefek tidak langsung terhadap prilaku dan kinerja individu, variabel ini
dipergunakan dalam sub variabel sumber daya, kepemimpinan variabel , struktural dan disain
pekerjaan.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (1993), kinerja dipengaruhi oleh ACHIEVE yaitu abilty
(kemampuan bawaan), capacity (kemampuan yang dapat dikembangkan), help (bantuan untuk
mewujudkan pencapaian), incentive (insentif material maupun non material), environment (lingkungan)
Faktor yang berhubungan dengan kinerja yaitu pembinaan terhadap personil. Pembinaan
merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu agar individu tersebut dapat mengenal
dirinya dan dapat memecahkan masalah-masalah hidupnya sendiri, sehingga menikmati kebahagiaan
Puskesmas Cahaya Negeri merupakan salah satu dari sebelas Puskesmas yang ada di Kabupaten
Seluma dan merupakan Puskesmas yang paling banyak membina Bidan desa. Cakupan pelayanan
terhadap KIA masih rendah, yang terlihat dari, cakupan kunjungan keempat ibu hamil (K4) sebesar 60 %,
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 50,6 %. Pencapaian cakupan program KIA tersebut lebih
rendah dari standar minimal secara nasional yaitu cakupan, K4 = 85 % dan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan sebesar 80%. Angka ini menunjukkan bahwa belum optimal dan belum efektifnya
rendahnya kinerja Bidan desa. Rendahnya kinerja Bidan desa disebabkan oleh banyaknya faktor baik
yang terkait dengan individu itu sendiri (interinsik) yaitu kurangnya minat untuk tinggal ditempat tugas
maupun faktor di luar individu (ekstrensik) yaitu kurangnya fasilitas, sarana yang dimiliki. Sesuai
pengamatan penulis dan hasil wawancara dengan beberapa Bidan desa mereka merasakan belum
maksimalnya pembinaan dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas kesehatan Kabupaten (standar
pembinaan dan pengawasan Bidan oleh panitia yang dilakukan minimal satu kali dalam setahun),
Frekuensi pembinaan di puskesmas cahaya negeri yaitu kepala Puskesmas melakukan kunjungan ke
desa-desa bersama Bidan koordinator dan setiap satu minggu pada hari Jumat Bidan harus datang ke
Puskesmas untuk mendapatkan pengarahan dari kepala Puskesmas dan pada awal bulan harus
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini berjudul hubungan pembinaan dengan kinerja
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah, apakah ada
hubungan yang signifikan antara pembinaan yang meliputi pelatihan, supervisi dan penilaian dengan
kinerja Bidan desa yang bertugas pada wilayah kerja Puskesmas Cahaya Negeri Kabupaten Seluma.
Untuk mempelajari kinerja Bidan desa dan hubungan antara pembinaan meliputi
pelatihan, supervisi dan penilaian yang telah dilaksanakan dengan kinerja Bidan yang
ditempatkan di desa pada wilayah kerja Puskesmas Cahaya Negeri Kabupaten Seluma.
a. Mengetahui kinerja Bidan desa pada wilayah kerja Puskesmas Cahaya Negeri
Kabupaten Seluma.
b. Mengetahui upaya pelatihan yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja
Bidan desa pada wilayah kerja Puskesmas Cahaya Negeri Kabupaten Seluma.
c. Mengetahui supervisi yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja Bidan
d. Mengetahui penilaian yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja Bidan
(K4 dan Linakes) pada wilayah kerja Puskesmas Cahaya Negeri Kabupaten Seluma.
f. Mengetahui hubungan antara upaya pembinaan supervisi dengan kinerja Bidan desa
(K4 dan Linakes) pada wilayah kerja Puskesmas Cahaya Negeri Kabupaten Seluma.
g. Mengetahui hubungan antara upaya pembinaan penilaian dengan kinerja Bidan desa
(K4 dan Linakes) pada wilayah kerja Puskesmas Cahaya Negeri Kabupaten Seluma.
1.4.1.Bagi Peneliti
Sebagai acuan untuk mendukung bagi penetapan kebijakan pendayagunaan Bidan desa
terutama dalam upaya pembinaan dan pelaksanaan tugas Bidan desa oleh Kepala
Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.