Provinsi Sumatra Selatan merupakan salah satu penyumbang jumlah penemuan penderita TB Paru
terbanyak kedua di Provinsi bagian Sumatra. Pada tahun 2012, terdapat 18 kabupaten/kota yang telah
mencapai target CDR 70%, sedangkat 20 kabupaten/kota lainnya masih belum. Kondisi tersebut
menunjukkan kabupaten/kota yang berhasil mencapai target semakin meningkat. Kegiatan penemuan
pasien TB mengalami kemajuan. Berdasarkan jenis kelamin, penderita TB Paru ternyata lebih banyak
menyerang laki-laki (54%) dibandingkan perempuan (46%). Dan bila dilihat berdasarkan usia, maka yang
mendominasi penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu usia 35-54 tahun dan usia 15-34
tahun (Dinkes, Sumatra Selatan 2012).
Di Kabupaten Musi Rawas Utara, terdapat 1.681 orang yang diperiksa untuk mengetahui status TB
parunya. Dari jumlah itu terdapat 1.215 orang yang positif TB paru. Sedangkan yang sembuh mencapai
1.427 orang. Pada tahun 2010, ada peningkatan jumlah orang yang diduga menderita TB paru yaitu
sebanyak 2.662 orang. Dari hasil pemeriksaan diketahui jumlah orang yang positif menderita TB paru
sebanyak 1.943 orang. Untuk tahun 2011 hingga bulan April, sudah ada 736 orang yang diduga
menderita TB paru. Dengan hasil positif pada 543 orang. Angka DO di Musi Rawas Utara mencapai 2
sampai 2,5 persen dari total penderita TB paru. Angka DO yang terbilang cukup tinggi.
Sumber penularan penyakit TBC adalah penderita TBC itu sendiri. Dengan perilaku yang tidak sehat yang
meliputi: tidak menutup mulut saat batuk walaupun hanya dengan sapu tangan, membuang dahak di
sembarang tempat dan tidak di tempat khusus yang tertutup, tidak membuka jendela sehingga rumah
kurang sinar matahari, ventilasi udara kurang baik, lingkungan lembab, ketidakteraturan minum obat
maupun kontrol dapat menyebabkan penularan kepada orang lain (Misnadiarly, 2006) Visi
penanggulangan tuberkulosis di Indonesia adalah masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat dimana
tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Misi penanggulangan tuberkulosis di
Indonesia salah satunya adalah menurunkan resiko promosi atau pendidikan kesehatan (Depkes RI,
2008).
Pendidikan kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana
untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat
berperilaku sesuai dengan norma norma hidup sehat, dengan perkataan lain pendidikan kesehatan
bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau masyarakat sehingga sesuai
dengan norma norma hidup sehat.Pendidikan kesehatan akan berpengaruh pada perilaku kesehatan,
selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat
sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. (Notoatmodjo & Soekijo, pendidikan dan perilaku
kesehatan, 2003).
Berdasarkan penelitian Tonny Lumban Tobing (2008) di Kabupaten Tapanuli Utara menyatakan bahwa
potensi penularan tuberkulosis paru 2,5 kali lebih besar pada yang berpengetahuan kurang dan 3,1 kali
lebih besar pada yang bersikap kurang dalam pencegahan tuberkulosis. Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori perilaku kesehatan, bahwa pengetahuan dapat mendasari seseorang untuk bertindak termasuk
untuk bertindak melakukan pencegahan tuberkulosis paru. Upaya dalam meningkatkan pengetahuan
dan sikap pencegahan penularan tuberkulosis paru dilakukan melalui penyuluhan atau pendidikan
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana Pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap kemampuan peran keluarga dalam
merawat pasien TB Paru Positif di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Nibung Kabupaten Musi
Rawas Utara Tahun 2018.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap
kemampuan peran keluarga dalam merawat pasien TB Paru Positif di Wilayah Kerja Puskesmas
Puskesmas Nibung Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi kemampuan peran keluarga dalam merawat pasien TB Paru sebelum
pemberian pendidikan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Nibung
Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2018.
2) Mengidentifikasi kemampuan peran keluarga dalam merawat pasien TB Paru setelah
pemberian pendidikan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Nibung
Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2018.
3) Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan peran keluarga
dalam merawat pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Nibung
Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi perpustakaan STIKES TMS
terkait pendidikan kesehatan pada keluarga pasien TB Paru sehingga dapat membantu
memberantas penyakit TB.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi puskesmas dalam memberikan upaya promosi
kesehatan tentang peran serta keluarga dalam merawat pasien TB Paru.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan penulis mengenai
pendidikan kesehatan pada kasus TB dan pengalaman dalam penelitian keperawatan.
A. Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis merupakan
penyakit infeksi menular dan Indonesia menduduki urutan ketiga terbesar menderita
Tuberkulosis Paru (William,G. 2008). Di negara-negara berkembang kematian TB Paru merupakan
25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah dan diperkirakan 95% penderita TB
Paru berada di negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif
antara 15-50 tahun. (Depkes RI, 2008). Bakteri Mycobacterium Tuberculosis merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu pengobatan yang lama sekitar 6 sampai 8
bulan, dengan keberhasilan dapat di evaluasi dari hasil laboratorium Bakteri Tahan Asam/ BTA (+)
menjadi BTA (-) pada akhir bulan ke-2 pengobatan (Depkes RI, 2008). Estimasi angka konversi BTA
(+) menjadi BTA (-) untuk Provinsi Sumatra Selatan merupakan salah satu penyumbang jumlah
penemuan penderita TB Paru terbanyak kedua di Provinsi bagian Sumatra. Pada tahun 2012,
terdapat 18 kabupaten/kota yang telah mencapai target CDR 70%, sedangkat 20 kabupaten/kota
lainnya masih belum.
Di Kabupaten Musi Rawas Utara, terdapat 1.681 orang yang diperiksa untuk mengetahui status
TB parunya. Dari jumlah itu terdapat 1.215 orang yang positif TB paru. Sedangkan yang sembuh
mencapai 1.427 orang. Pada tahun 2010, ada peningkatan jumlah orang yang diduga menderita
TB paru yaitu sebanyak 2.662 orang. Dari hasil pemeriksaan diketahui jumlah orang yang positif
menderita TB paru sebanyak 1.943 orang. Untuk tahun 2011 hingga bulan April, sudah ada 736
orang yang diduga menderita TB paru. Dengan hasil positif pada 543 orang. Angka DO di Musi
Rawas Utara mencapai 2 sampai 2,5 persen dari total penderita TB paru. Angka DO yang
terbilang cukup tinggi.
Hasil penelitian Asmariani S (2012), mengatakan pengetahuan yang baik mempunyai peluang
sebesar 23,22 kali patuh menelan Obat Anti TB (OAT) secara baik dan secara signifikan
mempunyai peluang sebesar 13,00 kali patuh menelan OAT. Sejalan dengan penelitian Lumban
Tobing T (2008) menyatakan pengetahuan yang kurang berpotensi 2,5 kali lebih besar dan sikap
yang kurang 3,1 kali lebih besar terhadap penularan Tuberkulosis Paru.
Penanggulangan Tuberkulosis Paru salah satunya dilaksanakan melalui promosi atau pendidikan
kesehatan (Depkes, 2008). Pendidikan kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat,
berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian
rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma hidup sehat.
Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap
dan tindakan individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma norma hidup sehat.
Pendidikan kesehatan akan berpengaruh pada perilaku kesehatan, selanjutnya perilaku
kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai
keluaran (outcome) pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Jika penderita dan keluarga tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang pengobatan dan
pencegahan penularan Tuberkulosis paru, maka akan sulit untuk menentukan sikap serta
mewujudkannya dalam suatu perbuatan/tindakan. Pengetahuan dan sikap menentukan perilaku
atau tindakan seseorang. Pengetahuan seseorang tentang TB Paru yang mencakup pengertian,
penyebab, cara penularan, manfaat makan obat secara teratur serta cara pencegahan suatu
penyakit. Pengetahuan merupakan domain terbentuknya suatu perilaku (Notoatmodjo, 2010).
Pendidikan kesehatan secara langsung perorangan sangat penting, artinya untuk menentukan
keberhasilan pengobatan penderita. Pendidikan ditujukan kepada suspek TB Paru, penderita TB
Paru dan keluarganya, supaya penderita menjalani pengobatan secara teratur dan sampai
sembuh serta tidak menularkan penyakitnya pada orang lain. (Depkes, 2012)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan
perilaku penderita Tuberkulosis Paru dalam kepatuhan berobat di Puskesmas Nibung Kabupaten
Musi Rawas Utara tahun 2018.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Menganalisis pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap peningkatan perilaku penderita
Tuberkulosis Paru dalam kepatuhan berobat di Puskesmas Nibung Kabupaten Musi Rawas Utara
tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penderita Tuberkulosis
Paru dalam kepatuhan berobat sebelum diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas
Nibung Kabupaten Musi Rawas Utara tahun 2018.
2) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penderita Tuberkulosis
Paru dalam kepatuhan berobat setelah diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas
Nibung Kabupaten Musi Rawas Utara tahun 2018.
3) Untuk mengetahui peningkatan Perilaku penderita Tuberkulosis Paru sebelum dan
setelah pendidikan kesehatan dalam kepatuhan berobat di Puskesmas Nibung Kabupaten
Musi Rawas Utara tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan informasi bagi pendidikan
keperawatan tentang promosi kesehatan pada kasus TB dengan media pendidikan
kesehatan.
2. Bagi Puskesmas
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bukti agar petugas kesehatan melakukan
pendidikan kesehatan secara berkesinambungan sebagai salah satu metode dalam promosi
kesehatan untuk meningkatkan perilaku penderita TB Paru dalam menjalani pengobatan dan
pencegahan bagi anggota keluarga dan orang lain.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berharga serta menambah wawasan
tentang gambaran perilaku penderita dalam kepatuhan berobat sehingga membantu dalam
program penanggulangan TB Paru.