Anda di halaman 1dari 2

Apa itu HIV/AIDS ?

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh
manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah
terjangkit penyakit infeksi. Sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndroms (AIDS)
merupakan kumpulan berbagai gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh virus HIV. Diagnosis HIV mempunyai banyak implikasi baik fisik, psikologis,
sosial, maupun spiritual. Infeksi HIV merupakan hal serius yang mempunyai dampak kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat luas, termasuk kesehatan reproduksi, kehidupan seksual dan
keluarga, kehidupan sosial, dan produktivitas di masyarakat.
Jumlah kasus HIV sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 hingga saat ini cenderung
mengalami peningkatan. Demikian halnya dengan jumlah kasus AIDS menunjukkan
kecenderungan meningkat secara lambat, bahkan sejak tahun 2012 jumlah kasus AIDS mulai
turun. Jumlah kumulatif penderita HIV dari tahun 1987 sampai September 2014 sebanyak
150.296 orang, sedangkan total kumulatif kasus AIDS sebanyak 55.799 orang. Jumlah infeksi
HIV tahun 2010–2014 pada kelompok usia < 14 tahun sebanyak 4.195 orang.
Stigma atau cap buruk adalah tindakan memvonis seseorang buruk moral/perilakunya sehingga
mendapatkan peyakit tersebut. Orang-orang yang di stigma biasanya di anggap memalukan
untuk alasan tertentu dan sebagai akibatnya mereka dipermalukan, dihindari, dideskreditkan,
ditolak, ditahan.
Infeksi HIV pada kehamilan sangat berbahaya bagi ibu dan akan menimbulkan dampak bagi
janin yang dikandungnya. Janin dapat tertular oleh virus yang ada dalam tubuh ibunya.
Penularan dapat terjadi mulai dari masa kehamilan, persalinan maupun selama periode post
partum pada saat ibu menyusui, yang ditularkan melalui ASI. Kehamilan dengan HIV positif
tidak saja menimbulkan dampak secara fisik, namun juga menyebabkan dampak psikologis.
Dampak psikologis berkaitan dengan stigma dari masyarakat yang dihadapi oleh klien. Stigma
yang dialami klien dapat menimbulkan dampak negatif bahkan banyak klien yang mengalami
depresi, untuk itu pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan pada ibu hamil dengan HIV
positif perlu dilakukan secara komprehensif.

Respon emosional yang muncul pada perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien yang terinfeksi HIV/AIDS sangat berbeda untuk tiap individu, ada yang merasa biasa-
biasa saja dan ada yang merasa takut, cemas serta was-was.
Respon ansietas yang muncul pada perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien yang terinfeksi HIV/AIDS juga menunjukkan perbedaan pada tiap individu, hal ini
terlihat dari bentuk dan tingkat kecemasan dimana bentuk kecemasan yang muncul seperti
tingkat kewaspadaan meningkat dan tidak mengganggu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
dan ada juga bentuk kecemasan yang berupa gelisah, gugup yang secara tidak langsung
mengganggu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga hasil dari pekerjaaan yang
dilakukan kurang maksimal. Tingkat kecemasan yang muncul juga berbeda, ada yang merasa
hanya cemas ringan dan tidak sampai mengganggu saat asuhan keperawatan diberikan dan ada
juga yang mengatakan cemas sampai tingkat sedang dengan pernyataan bahwa cemas yang
dirasakan menyebabkan tidak bisa fokus, kurang bisa berkonsentrasi saat memberikan asuhan
keperawatan. Berdasarkan rentang respon ansietas maka keseluruhan informan berada pada
rentang respon antisipasi sampai sedang.
Perawat perlu mengetahui pentingnya peran educator dalam pelaksanaan discharge planning
sehingga diharapkan dapat memberikan pendidikan dan kemandirian pasien dalam perawatan di
rumah. Penelitian lebih lanjut perlu dikembangkan guna mencari hambatan peran educator yang
berhubungan dengan beban tugas di ruangan. Ada hubungan peran perawat dalam pemberian
terapi spiritual terhadap perilaku pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual (Spearman’s Rho
dengan p = 0,003 < 0,05 maka Ho ditolak). Tingkat hubungan termasuk kategori sedang dan arah
hubungan positif, artinya semakin baik perilaku perawat dalam pemberian terapi spiritual maka
semakin baik pula perilaku pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dan sebaliknya
(Koefisien Korelasi 0,630).

DAFTAR PUSTAKA
Endarti,etik, dkk. 2009. Jurnal kejadian nursing error pada pemberian obat di ruang rawat inap
salah satu rumah sakit di Sulawesi Tengah. Sulawesi Tengah

Yaseda, grace yopi, dkk. 2005. Jurnal Hubungan peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual di ruang ICU RSM Ahmad Dahlan. Kediri

Pertiwiwati, Endang, dkk. 2014. Jurnal Peran Educator perawat dengan pelaksanaan discharge
planning pada pasien di ruang tulip 1C RSUD Ulin. Banjarmasin

Mujiati, dkk. 2017. Jurna; kecukupan Tenaga Kesehatan dan Permasalahannya dalam Pelayanan
Kesehatan Anak dengan HIV-AIDS di Rumah Sakit pada Sepuluh Kabupaten/Kota. Jakarta

Sujianto, untung, dkk. 2005. Jurnal Respon perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien terinfeksi HIV/AIDS di rumah sakit panti wilasa citarum. Semarang

Nursalam, dkk. 2007. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV. Jakarta: Salemba Medika

Regina, dkk. 2013. Penerapan Teori Model Keperawatan. Jakarta: Pilar utama

Anda mungkin juga menyukai