Anda di halaman 1dari 14

DEFINISI IBU MENYUSUI

Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang lazim pada wanita baik
yang sudah bersuami maupun belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Menyusui adalah
memberikan air susu untuk diminum kepada bayi, dan sebagainya dari buah dada (Kamus Besar
Bahasa Indonesia.2001).
Pada ibu yang baru saja mengalami persalinan, seorang ibu wajib menyusui anaknya. Masa
ini adalah hal yang penting baik untuk ibu dan si bayi. Bukan hanya menjadi kewajiban, periode
masa menyusui tentu menjadi momen yang besar untuk membangun kedekatan dan ikatan antara
ibu dan anaknya yang baru saja dilahirkan.
Namun sayangnya, terkadang terdapat beberapa masalah yang menganggu kenyaman
dalam menyusui. Kondisi inilah yang pada umumnya membuat ibu menyusui merasa canggung
dan khawatir menyusui si kecil. Padahal, momen menyusui bukan hanya menjadi bagian kecil.
Akan tetapi, ini pun menjadi saat dimana anda mendukung asupan vitamin dan nutrisi dalam tubuh
buah hatinya.

GANGGUAN PADA IBU MENYUSUI

1. Payudara Bengkak (Engorgement)


Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa
lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara
bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini
merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu
memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru
berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus
berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting
susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal
ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan
areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih
datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini,
kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa
demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan
antara lain sebagai berikut :
a. Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan
b. Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi)
c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
d. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
e. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga
puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi
f. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara
g. Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi mengisap
(menangkap) puting susu
h. Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara
untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh
darah dan pembuluh getah bening dalam payudara

2. Kelainan Puting Susu


Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian,
kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk
menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam).
Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh
suatu proses, misalnya tumor.
a) Puting Susu Datar
Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting
yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui
puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi,
meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh
mulut bayi.
b) Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam
areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting
ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut
seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat
diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara,
kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa
tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu,
ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau
pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.

3. Puting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut:
a. Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut
bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja.
Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa
nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
b. Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting
susu
c. Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi
sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
d. Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik
menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup
areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan
bawah. Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat
yang dapat mengiritasi.
b. Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau
pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
c. Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta
menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui.
Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari sebab-
sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi
pada payudara (mastitis).

4. Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)


Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi
sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui
atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara
bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera
dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat
terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa
hal yang dianjurkan, antara lain:
a. Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar
tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara
(mastitis)
b. Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
c. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang
payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan
kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan
mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk
mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.

5. Radang Payudara (Mastitis)


Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti
demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai
komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu
lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak
lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya
supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu
perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan
analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi
sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam
menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut
bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran
darah dan limfe di daerah payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi
kemungkinan terjadinya abses payudara.

6. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan
oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih
parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang
payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini
perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan
tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis
tinggi dan anlgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui
sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali. Akan
tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).

7. Air Susu Kurang


Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk
bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat
besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya
dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama dari
berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui benar, secara
psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta
tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan
pertama usia bayi. Hal ini dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali
penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan
usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga
diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.

MASALAH GIZI PADA IBU MENYUSUI

Masalah pada gizi pada ibu menyusui sangat berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi
ibu menyusui itu sendiri. Dengan kuranganya asupan makanan pada jenis makanan tertentu
mengakibatkan ibu mengalami defisiensi terhadap jenis zat gizi tertentu. Masalah pada ibu
menyusui yang disebabkan oleh kekurangan zat gisi tertentu dapat kami jelaskan sebagai berikut :

1. Anemia zat basi

Penyebab utama anemia gizi adalah kekurangan zat besi (Fe) dan asam folat yang
seharusnya tak perlu terjadi bila makanan sehari hari beraneka ragam dan memenuhi gizi
seimbang. Sumber makanan yang mengandung zat besi yang mudah diabsopsi tubuh manusia
adalah sumber protein hewani seperti ikan, daging, telur, dsb.
Asupan folat penting untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini juga terlibat
dalam pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah. Seorang wanita menyusui
menbutuhkan 280 mikrogram per hari. Folat terdapat dalam sayuran berdaun hijau, kacang
polong, jeruk, wartel, pisang, alpukat, gandum utuh, sereal dan biji-bijian dan hati. Penyebab
langsung & tidak langsung defisiensi Fe (Sumber M. Husaini dkk) :
a. Jumlah Fe dalam makanan tidak cukup.
b. Penyerapan zat besi dalam tubuh rendah
c. Kebutuhan zat besi yang meningkat
d. Kehilangan darah

2. Kekurangan vitamin A
Pada ibu menyusui, Vitamin A berperan penting untuk memelihara kesehatan ibu
selama masa menyusui. Buta senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi karena
Kurang Vitamin A (KVA).
Rendahnya status vitamin A selama masa kehamilan dan menyusui berasosiasi
dengan rendahnya tingkat kesehatan ibu. Pemberian suplementasi vitamin A dosis rendah
setiap minggunya, sebelum kehamilan, pada masa kehamilan serta setelah melahirkan telah
menaikkan konsentrasi serum retinol ibu, menurunkan penyakit rabun senja, serta
menurunkan mortalitas yang berhubungan dengan kehamilan hingga 40 %.
Semua anak, walaupun mereka dilahirkan dari ibu yang berstatus gizi baik dan
terlahir dengan cadangan vitamin A yang terbatas dalam tubuhnya hanya cukup memenuhi
kebutuhan untuk sekitar dua minggu. Pada bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi sangat
bergantung pada vitamin A yang terdapat dalam ASI. Oleh sebab itu, sangatlah penting bahwa
ASI mengandung cukup vitamin A. Anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan ASI akan
berisiko lebih tinggi terkena Xeropthalmia
Cara untuk mengatasi defisiensi vitamin A pada ibu menyusui dapat di lakukan
dengan menambah asupan makanan yang mengandung vitamin A diantaranya adalah wotel,
pepaya, tomat. Sumber vitamin A lain juga bisa didapatkan dengan suplementasi vitamin A
200.000 SI oleh tenaga kesehatan setelah melahirkan dan kedua selambat-lambatnya 6 minggu
setelah mengonsumsi tablet yang pertama.

3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

GAKI adalah gangguan akibat kekurangan yodium mengakibatkan terjadinya


gondok atau pembengkakan kelenjer tiroid di leher dan kretinisme. Yodium merupakan nutrisi
penting untuk memastikan perkembangan normal dari otak dan sistem saraf pada bayi dan
anak-anak muda. Pada ibu menyusui, kekurangan yodium dapat mengakibatkan pengaruh
negatif pada sistem otak dan saaraf bayi dan menghasilkan IQ lebih rendah .
Asupan harian yodium ibu menyusui yang harus dipenuhi adalah 250 mg per hari.
Yodium dapat di peroleh dari makanan yang mengandung yodium. Makanan yang
mengandung yodium tinggi terdapat pada makanan laut. Selain dari makakn laut yodium di
peroleh dari mengkonsumsi garam yang mengandung yodium. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung yodium dapat mencegah GAKI pada ibu menyusui.
4. Kurang energi protein (KEP)/protein energi malnutrition (PEM)

Protein berfungsi sebagai zat gizi pembangun sel. Setelah melahirkan ibu
memerlukan protein untuk memulihkan keadaan ibu pasca melahirkan. Memenuhi energi
yang bersumber dari protein. Protein juga pembentuk hormon oksitosin dan prolaktin yang
sangat berperan dalam proses laktasi.
KEP adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup
lama. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki
(buteki). Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-
kwashiorkor. Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi
yang khas.
Penyebab KEP :
a. masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah.
b. gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan.
c. pengetahuan yang kurang tentang gizi
d. konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang protein menyebabkan kwashiorkor.
e. terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi.
KEP pada ibu menyusui dapat menyebabkan penyembuhan bekas lahir yang lama,
kualitas dan kuantitas ASI yang menurun, ibu kehilangan berat badan. KEP dapat di cegah
dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein seperti kacang-kacangan, tempe,
tahu, daging, ikan,dan telur.

5. Kekurangan vitamin D pada ibu menyusui

Kebutuhan kalsium meningkat selama menyusui karena digunakan untuk


memproduksi ASI yang mengandung kalsium tinggi. Fungsi utama vitamin D pada ibu
menyusui adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan
C. Vitamin D diperoleh tubuh melalui sinar matahari dan makanan. Apabila asupan kalsium
tidak mencukupi maka ibu akan mengalami pengeroposan tulang dan gigi karena cadangan
kalsium dalam tubuh ibu di gunakan untuk produksi asi.
Pada ibu menyusui dianjurkan makan makanan hewani yang merupakan sumber
utama vitamin D dalam bentuk kolekalsiferol, yaitu kuning telur, hati, krim, mentega dan
minyak hati-ikan. Penyerapan kalsium akam maksimal jika ibu membiakan diri berjemur di
bawah sinar matahari pada pagi hari.

Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi
akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan.
Dalam menyusun menu, penting untuk memperhatikan syarat-syarat dalam menyusun
menu ibu menyusui yaitu : seimbang, tidak ada pantangan makanan (kecuali ibu memang alergi
bahan makanan tertentu), mudah cerna dan tidak terlalu merangsang pencernaan.
Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui. Prinsipnya yaitu sama dengan makanan ibu hamil,
hanya jumlahnya lebih banyak dan mutu lebih baik.
 Syarat-syarat bagi ibu menyusui:
1. Susunan menu harus seimbang
2. Dianjurkan minum 8-12 gelas/hari
3. Menghindari makanan yang banyak bumbu, terlalu panas/dingin, tidak
menggunakan alkohol, guna kelancaran pencernaan ibu
4. Dianjurkan banyak makan sayuran berwarna
 Bahan makanan yang dianjurkan untuk ibu menyusui:
1. Jumlah dan mutunya lebih banyak daripada saat hamil / keadaan biasa (tinggi kalori
tinggi protein)
2. Bahan makanan sumber kalori : beras, roti, mie, kentang, bihun dan sebagainya.
3. Bahan makanan sumber protein : daging, telur, hati, ayam, ikan, tahu, tempe,
kacang-kacangan sebagainya.
4. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral yang dapat meningkatkan produksi
ASI yaitu sayuran yang berwarna hijau/kuning, buah-buahan yang dagingnya
berwarna merah/kuning, misalnya : bayam daun singkong, daun katuk, lamtoro
gung tanpa kulit, pepaya, pisang, jeruk, jambu air, mangga sebagainya.
5. Mengkonsumsi aneka ragam bahan makanan sumber zat besi dalam jumlah yang
cukup setiap harinya misalnya: bayam, daun pepaya, kangkung, kacang merah,
kacang hijau dan kacang tanah. sebagainya.
6. Mengkonsumsi aneka ragam bahan makanan yang mengandung zat kapur/kalsium
misalnya daun singkong, daun katuk, bayam, daun pepaya, singkong, keju, ikan teri
dan susu. sebagainya.
7. Perlu lebih banyak minum air putih untuk membantu memperbanyak produksi ASI
 Bahan makanan yang dibatasi :
1. Bahan makanan yang berbau merangsang : petai, bawang, jengkol.
2. Bahan makanan yang merangsang, misalnya cabe, merica, jahe, karena bisa
menyebabkan bayi mencret.
3. Bahan makanan yang manis dan berlemak, karena bisa menyebabkan ibu menjadi
gemuk.
 Selain makanan, produksi ASI sangat tergantung pada 3 hal penting, yaitu:
1. Permintaan bayi : hendaknya ibu sesering mungkin menyusui bayinya karena
dengan demikian produksi ASI akan bertambah banyak dan cukup untuk kebutuhan
bayi.
2. Psikologis ibu : ibu menyusui perlu istirahat cukup, ketenangan jiwa dan pikiran
3. Perlu perawatan payudara untuk memberi rangsangan pada kelenjar susu agar
produksi ASI meningkat.
 Pantangan untuk ibu menyusui :
1. Jauhi makanan yang berkalori rendah agar tidak mengurangi selera makan.
2. Jauhi rokok dan alkohol karena dapat meracuni bayi dan membuat pertumbuhannya
terhambat.
3. Kurangi kafein. Bila ibu menyusui sudah terbiasa minum kopi, batasi konsumsinya
hingga maksimum 2 cangkir per hari. Selain kopi, kafein juga terdapat pada coklat,
teh, beberapa jenis minuman ringan dan obat.
4. Bila bayi mengalami alergi, periksa makanan apa yang telah dikonsumsi ibu.
Hentikan konsumsi makanan yang menimbulkan alergi pada bayi.
5. Jangan minum obat selama masa menyusui, kecuali sudah dikonsultasikan dengan
dokter.
Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui

Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutris air susu dan jumlah
penghasilan susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 500 Kal yang
digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktifitas ibu sendiri.
Pengaruh status gizi juga akan mempengaruhi dan memberikan dampak kepada ibu dan bayinya.
Antara lain :
1. Jika Ibu menyusi kekurangan gizi menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya.
Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, mudah
terkena infeksi.
2. Bila konsumsi zat kapur (Ca) ibunya berkurang, Ca akan diambil dari cadangan Ca jaringan
ibunya, sehingga memberikan osteoporosis dan kerusakan gigi-gelgi caries dentis. Ibu yang
telah hamil berkali-kali dan kurang konsumsi Ca-nya akan lebih mudah menderita kerusakan
gigi ceries dentis tersebut.

Kebutuhan Gizi Pada Ibu Menyusui

Kebutuhan gizi pada ibu yang sedang menyusui sangatlah harus dipertimbangkan karena
menyangkut gizi anak sebelum lahir dan semasa bayi. Selain itu, ibu yang memiliki gizi yang
cukup juga dapat membantu pemulihan yang lebih cepat pasca persalinan. Selain itu, produksi ASI
juga dapat bertambah. Apabila gizi ibu tidak di penuhi dengan baik semasa hamil dan menyusui
tentu akan menimbulkan dampak negative terhadap status gizi ibu, kesehatan ibu dan anak karena
ASI yang akan dihasilkan akan berkualitas rendah.
Zat gizi yang dibutuhkan antara lain:
1. Energi
Karena kondisi ibu yang sedang hamil, maka membutuhkan tambahan masukan energi untuk
mencukupi kebutuhan untuk ibu dan janin. Untuk itu dibutuhkan sebesar 700 kkal/jari (6 bulan
pertama menyusui). Untuk 6 bulan kedua dibutuhkan sekitar rata-rata 500 kkal/ hari dan pada
tahun kedua dianjurkan tambahan sebanyak 400 kkal/hari.
2. Protein
Tambahan protein dibutukan sebesar 16 g/hari untuk 6 bulan pertama. Pada 6 bulan kedua
dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan untuk tahun kedua dibutuhkan sebesar 11g/hari.
3. Zat besi
Terdapat sebanyak 0,3 mg/ hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karna itu perlu ditambahkan
dengan basal loss sehari-hari. Rata-rata kebutuhan zat besi untuk 6 bulan pertama menyusui adalah
1,1 mg/hari. Sehingga memerlukan tambahan zat besi sebesar 5 mg/ hari.
4. Kalsium
Diperlukan tambahan dalam jumlah yang cukup besar sekitar 400 mg, karena dalam proses
produksi ASI, tubuh juga menjaga konsenterasi kalsiun dalam ASI relative konstan baik dalam
kondisi intake kalsium cukup atau kurang. Jika intake kalsium tidak mencukupi maka kebutuhan
kalsium dalam produksi ASI akan diambil dari deposit yang ada pada tubuh ibu, termasuk dalam
tulang.
5. Vitamin D
Penting untuk kesehatan gigi dan pertumbuhan tulang.
6 Vitamin B-6
Memetabolisme lemak dan protein, memfasilitasi pertumbuhan sel, mendukung syaraf dan sistem
kekebalan. Vitamin B-6 sangat dibutuhkan bagi produksi sel darah merahdan putih.
7. Folic Acid (Asam folat)
Mensintesis DNA dan membantu dalam pembelahan sel.
8. Vitamin B-12
Mendukung sistem saraf dan produksi sel darah merah.
9. Zinc (Seng)
Mendukung sistem kekebalan tubuh yang sehat dan penting dalam penyembuhan luka.

Dampak Kekurangan Gizi Pada Ibu Menyusui

Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan
bayinya karena air susu ibu mengandung banyak subtansi anti infeksi dan faktor-faktor proteksi
terhadap berbagai virus dan organisme yang membahayakan. Gangguan pada bayi meliputi proses
tumbang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial
menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang. Tindakan yang harus di perhatikan jikalau ibu
sibuk dalam bekerja
1. Ibu dapat menyusui bayinya sekenyang mungkin pada malam hari
2. Ibu dapat menyusui bayinya sebelum berangkat kerja
3. Ibu dapat menyimpan asi didalam lemari pendingin
4. Ibu dapat meluangkan waktu istirahat kerjanya untuk dapat kembali menyusui bayinya

Menu Makanan Ibu Menyusui

Contoh Menu Sehat Untuk Ibu Menyusui Telah diuji oleh Tim dapur NOVA
Pagi Susu 1 gelas (200cc)
Jam 08.00 Nasi (100gr), Pecel Sayuran (100gr), Semur
Daging (30 gr), Tempe Goreng atau Bacem
(50gr).
Jam 11.00 Sup Kacang Merah Segar (25gr), Ayam
(15gr), dan Wortel (50gr).
Jam 13.30 Nasi (200gr), Pepes Ikan (75 gr), Daun
Singkong (25gr), Ayam Panggang Kalasan
(50gr), Tahu Bacem (50gr), Sayur Bening
Daun Katuk Oyong (150gr), dan Buah
(100gr).
Jam 16.00 Slada Buah atau Rujak Buah (150gr),
Minuman Air Kacang Hijau.
Jam 19.00 Nasi (200gr), Sate Ayam Ati (50gr), Daging
Ayam (25gr), Tempe (50gr), Aneka Sayuran
(100gr), dan Buah.
Jam 22.00 Susu 1 gelas (200cc)
DAFTAR PUSTAKA :
Ambarwati,Eny retna. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia offset
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM.
Maryunani, Anik. 2010. Imu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Nanny,Vivian Lia Dewi.dkk.2011.Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas.Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo,Soekidjo.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo,Sarwono.2008Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Putaka.
Jurnal : David H. Simanjuntak,Etti Sudaryati “Gizi Pada Ibu Hamil Dan Menyusui “ Staf
Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
KEMENKES.Pedoman Gizi Seimbang.2014.Jakarta:Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai