Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang
mengandung konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk
mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan
lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator
penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan
keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal
atau saat terjadi abnormaliasai seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan
komposisinya tetap setabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem
pengaturan mempertahankan konsatnnya cairan tubuh, keseimbangan cairan
dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di
sekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan
dan minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya
terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah
cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam
tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan
tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria
secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding
dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang
lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak
mengandung sedikit air.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra
seluler (cairan dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang
lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intra sel, dan
kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal. 60 % berat badan tubuh
adalah :
a. Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan
b. Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari cairan
intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15
% dari berat badan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi cairan dan elektrolit ?
2. Apa saja etiologi cairan dan elektrolit ?
3. Apa saja tanda dan gejala cairan dan elektrolit ?
4. Apa saja sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?
5. Bagaimana fisiologi cairan (pergerakan cairan tubuh) ?
6. Apa saja fungsi cairan ?
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi cairan dan elektrolit ?
8. Bagaimana pengaturan cairan ?
9. Bagaima keseimbangan cairan ?
10. Apa saja pengaturan elektrolit ?
11. Berapa nilai kebutuhan cairan sesuai usia ?
12. Berapa nilai normal cairan ?
13. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh ?
14. Apa saja macam-macam cairan ?
15. Apa saja diagnosa dari pohon masalah cairan dan elektrolit ?
16. Apa saja pemeriksaan penunjang cairan dan elektrolit ?
17. Apa saja komplikasi cairan dan elektrolit ?
18. Apa saja penatalaksanaan cairan dan elektrolit ?
19. Bagaimana pencegahan cairan dan elektrolit ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujun Umum
Tujuan umum penulisan laporan akhir ini adalah :
Dengan selelsai laporan akhir ini dapat membuka wawasan begitu
pentingnya cairan dan elektrolit bagi tubuh kita dan sangat berperan
daalah proses homeostatis.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari laporan akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi cairan dan elektrolit
2. Mengetahui etiologi cairan dan elektrolit
3. Mengetahui tanda dan gejala cairan dan elektrolit
4. Mengetahui sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan
elektrolit
5. Mengetahui fisiologi cairan (pergerakan cairan tubuh)
6. Mengetahui fungsi cairan
7. Mengetahui faktor yang mempengaruhi cairan dan elektrolit
8. Mengetahui pengaturan cairan
9. Mengetahui keseimbangan cairan
10. Mengetahui pengaturan elektrolit
11. Mengetahui nilai kebutuhan cairan sesuai usia
12. Mengetahui nilai normal cairan
13. Mengetahui gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
14. Mengetahui macam-macam cairan
15. Mengetahui diagnosa dari pohon masalah cairan dan elektrolit
16. Mengetahui pemeriksaan penunjang cairan dan elektrolit
17. Mengetahui komplikasi cairan dan elektrolit
18. Mengetahui penatalaksanaan cairan dan elektrolit
19. Mengetahui pencegahan cairan dan elektrolit
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA CAIRAN DAN ELEKTROLT sehingga dapat
mencegah serta mengantisipasi diri dari gangguan kebutuhan cairan
dan elektrolit.
1.4.2 Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan laporan akhir ini diharapkan saya sebagai
siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
KEBUTUHAAN DASAR MANUSIA CAIRAN DAN
ELEKTROLIT serta upaya pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
gagar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
1.4.3 Bidang Keperawatan
Sebagai bahan atau materi tentang asuhan keperawatan pada klien
gangguan cairan dan elektrolit bagi perawat dalam menjalankan
perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan.
1.4.4 Bagi SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika Probolinggo
Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan perbendaharaan bacaan untuk
pengembangan dan pembuatan laporan akhir selanjutnya juga sebagai
sumber referensi dikalangan akademis
1.4.5 Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Mohammad Saleh Kota
Probolinggo
Diharapkan dapat menambah informasi bagi tenaga kesehatan sebagai
bahan untuk peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
pada klien gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price,
2006).
Cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut /zat terlarut
(Horne, 2001).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Sylvia,
2006).
Elektrolit adalah substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam
larutan dan akan menghantarkan arus listrik (Horne, 2001).
Elektrolit adalah sebuah unsur / senyawa yang jika melebur atau larut
di dalam pelarut lain akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan
listrik.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan
tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah
cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.2 Etiologi
1. Tonsilitis (Radang Amandel)
Radang amandel adalah infeksi pada tenggorokan yang menyebabkan
pembengkakan (inflamasi) amandel. Penyebab radang tonsil adalah
virus dan bakteri.
Radang amandel seringkali diakibatkan oleh pilek yang berkelanjutan.
Selain itu, faktor daya tahan tubuh, lingkungan, dan makanan yang
dikonsumsi pasien juga turut berperan dalam munculnya radang
amandel. Normalnya, manusia dapat terserang radang amandel
setahun 1-2 kali.
a. Penyebab Tonsilitis
 Virus: herpes simplex virus (HSV), epstein bar virua
(EBV), cytomegalovirus (CMV).
 Bakteri: grup A beta-hemolytic streptococcus,
haemophilus influenzae, staphylococcus aureus.
b. Gejala Tonsilitis
Saat terserang radang, bisa muncul gejala-gejala ringan, akan
tetapi bisa juga memdadak membuat anak tidak enak badan.
Gejalanya sangat bervariasi tergantung penyebab radang dan
daya tahan tubuh. Anak yang menderita radang tonsil biasanya
mengalami:
 Nyeri tenggorokan
 Demam
 Tonsil membengkak dan kemerahan
 Teekadang terdapat bercak putih kekuningan
 Hilangnya nafsu makan
 Terkadang juga disertai sakit kepala, pembesaran kelenjar
dileher, muntah, dan nyeri perut
2. Kehilangan cairan yang berlebihan
3. Berkeringat secara berlebihan
4. Menurunnya intake secara oral
5. Muntah yang berlebihan
6. BAB yang berlebihan
2.3 Tanda dan Gejala
a. Kekurangan Volume caian
1. Nadi cepat tetapi lemah
Denyut nadi cepat dan lemah menunjukan adanya tanda shock, nadi
sukar di palpasi tampak muncul dan menghilang
2. Kolaps vena
Kolaps vena adalah pembuluh darah menyempit
3. Hipotensi
Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri
lebih rendah dibandingkan normal dan biasa disebut dengan
tekanan darah rendah.
Ada dua ukuran yang digunakan dalam tekanan darah, yaitu
tekanan sistolik (bilangan atas) dan tekanan diastolik (bilangan
bawah). Tekanan darah yang normal adalah antara 90/60 dan
140/90. Penderita hipotensi memiliki tekanan darah di bawah
90/60, sedangkan jika tekanan darah di atas 140/90 maka orang
tersebut menderita hipertensi.
4. Oliguria
Oliguria didefinisikan sebagai keluaran urin kurang dari 1
mL/kg/jam pada bayi, kurang dari 0,5 mL/kg/jam pada anak, dan
kurang dari 400 mL/hari pada dewasa.
5. Kulit dan membrane mukosa kering
6. Turgor kulit elastik
7. Kehilangan BB yang cepat
b. Kelebihan Volume Cairan
1. Denyut nadi kuat
Denyut nadi kuat dan berdetak detak. Hal itu disebabkan oleh
variasi yang luas pada tekanan nadi.
2. Hipertensi
3. Hipertensi merupakan suatu kondisi yang diakibatkan adanya
peningkatan yang persisten dari tekanan pembuluh darah arteri
yakni tekanan diastolik diatas 95 mmHg, sedangkan tekanan darah
yang normal umumnya tekanan sistolik tidak melebihi 140 mmHg
dan diastolik tidak melebih 90 mmHg.
4. Distensi vena leher
5. Peningkatan BB yang cepat
Karena Peningkatan nafsu makan dan retensi cairan. Cairan teratur
merembes ke jaringan tubuh dari darah. Sistem limfatik adalah
jaringan tabung di sepanjang tubuhnya yang mengalirkan cairan ini
(disebut getah bening) dari jaringan dan bermuara kembali ke
dalam aliran darah. Retensi cairan (edema) terjadi ketika cairan
yang tidak dikeluarkan dari jaringan.
Dua kategori besar retensi cairan termasuk edema umum, ketika
pembengkakan terjadi di seluruh tubuh, dan edema lokal ketika
bagian-bagian tertentu dari tubuh yang terpengaruh.
2.4 Sistem Yang Berperan Dalam Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
2.4.1 Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu
sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah,
pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan
atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring
cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma
yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan
yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli
renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan.
Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Urinaria


Sumber : Drs.Syaifudin, Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Edisi 4. Jakarta: EGC, 2012

2.4.2 Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas
yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan
arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah
keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir
melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya
dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,
konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat
diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih
setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi
suhu tubuh yang panas.

Gambar 2.2 Anatomi Sistem Integumen

Sumber : Drs.Syaifudin, Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi


Edisi 4. Jakarta: EGC, 2012

2.4.3 Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan
bernapas.

Gambar 2.3 Anatomi Sistem Pernapasan


Sumber : Drs.Syaifudin, Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Edisi 4. Jakarta: EGC, 2012

2.4.4 Gastroinstestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini sekitar 100-200
ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system
endokrin, seperti: system hormonal.

Gambar 2.4 Anatomi Sistem Pencernaan


Sumber : Drs.Syaifudin, Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Edisi 4. Jakarta: EGC, 2012

2.4.5 ADH
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk
oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

Gambar 2.5 Anatomi Sistem Endokrin


Sumber : Drs.Syaifudin, Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Edisi 4. Jakarta: EGC, 2012

2.4.6 Aldosteron
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh
adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin
rennin.

Gambar 2.6 Anatomi Sistem Endokrin


Sumber : Drs.Syaifudin, Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Edisi 4. Jakarta: EGC, 2012

2.4.7 Prostaglandin
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi
merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi
uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam
lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

Gambar 2.7 Anatomi Sistem Endokrin


Sumber : Potter & Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: EGC, . 2006
2.4.8 Glukokortikoid
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi
natrium.

Gambar 2.8 Anatomi Sistem Endokrin


Sumber : Potter & Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: EGC, . 2006
2.4.9 Mekanisme rasa haus
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi
angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.

Gambar 2.9 Mekanisme rasa haus


Sumber : Drs.Syaifudin, Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Edisi 4. Jakarta: EGC, 2012

2.5 Fisiologi Cairan (Pergerakan cairan tubuh)


Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1. Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan sampai menenambus
membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul,
konsenrasi larutan, dan temperatur.
2. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
3. Transpor aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor
aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan
kalsium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi
normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler dan
kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1) Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi. Oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2) Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan
sel
3) Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran
sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu memfilter tidak
semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
Fisiologi Cairan Dalam Bentuk Tabel

Fisiologi Cairan

Difusi Osmosis Transpor Aktif

Fase I Fase II
Partikel kecil Pelarut Fase III
bersih

Air Semipermeabal
Konsentrasi
rendah

Konsentrasi
Konsentrasi Keseimbangan rendah
tinggi cairan
Fase I Plasma Seluruh Sistem sirkulasi
darah tubuh dan nutrisi

Fase II Cairan
interstitial Darah
dengan kapiler
dan sel O2
komponen

Fase III
Paru-paru dan
tractus
gastrointestinal

Pembuluh
darah Tidak semua
kapiler dan substansi dan
membrane Memfilter komponen
sel dalam cairan
tubuh ikut
berpindah

Bagan 2.1 : Bagan Fisiologi Cairan (Pergerakan cairan dalam tubuh)


2.6 Fungsi Cairan
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2. Transport nutrien ke sel
3. Transport hasil sisa metabolisme
4. Transport hormon
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler
(Potter & Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: EGC, . 2006)
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme
yang diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan dapat menyebabakan berkeringat. Seseorang
dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Saat tubuh kekurangan nutisi, tubuh akan memecah cadangan energi.
Proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari nterstisial ke
intraseluler.
4. Stres
Stres dapat meneyababkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikolisis otoy. Mekanisme ini menimbulkan retensi sodium
dan air serta akan meningkaktkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urin.
5. Jenis Kelamin
Pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh di
bandingkan dengan wanita.
6. Kandungan Lemak Tubuh
Orang yang gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit di
bandingkan dengan orang yang kurus , karena sel lemak mengandung
sedikit air. (Brunner & Suddart ,2001 )
7. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh. Misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
2.8 Pengaturan Cairan
Sejumlah mekanisme homeostatis bekerja tidak hanya untuk
mempertahankan konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi
juga untuk volume cairan tubuh total. Keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan
dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah
besar sistem organ. Sistem organ yang banyak berperan adalah ginjal,
sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofisis, kelenjar paratiroid, kelenjar
adrenal, dan paru. Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar
elektrolit dan cairan. Jumlah cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit sangat
ditentukan oleh apa yang di simpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh
sejumlah hormaon dalam menjalankan fungsinya.
1. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang
bertangguang jawab terhadap sensasi haus.
Osmoreseptor di hipotalamus, mendeteksi peningkatan tekanan
osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan
sensai rasa dahaga.
2. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis
dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini
meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan demikian
dapat menghemat air.
3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absopsi natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan
sistem angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
2.9 Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan
pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan.
Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml
berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 – 1.500 ml/hari, feses 100
ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
Prinsip dasar keseimbangan cairan:
1. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan
interseluler dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain
kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
2. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut
karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler
tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi
dari kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat
menganalisis efek berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume
dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan osmolaritas cairan
intraseluler.
2.10 Pengaturan Elektrolit
1. Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+
mempengaruhi keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan, makanan
atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi.
Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran
pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di lakukan oleh
ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan
glikogen, sintesa protein, pengaturan keseimbanagan asam basa,
karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat
diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-
sayuran. Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan
saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium dipengaruhi oleh
perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya sekitar
3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna
untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan
darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan
ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid
mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal.
Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang.
Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di
keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam
tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
4. Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility.
Sumber magnesium didapat dari makanan seperti sayuran hijau,
daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.
5. Klorida (Cl ˉ )
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam
pengaturan osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa,
berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam
sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di
ginjal dan pengaturan klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya
sekitar 95-105 mEq/lt.
6. Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada
cairan ekstrasel dan intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi
keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh ginjal.
7. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi
untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme
karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormon
paratiroid.
2.11 Kebutuahan Cairan Sesuai Usia
Total Cairan Tubuh (%)
Umur
Terhadap BB
Bayi baru lahir 77
6 Bulan 72
2 Tahun 60
16 Tahun 60
Pria dan wanita yang
berusia 20 - 39 Tahun :
- Pria 60
- Wanita 50
Pria dan wanita yang ber
usia 40 – 59 Tahun
- Pria 55
- Wanita 47
Tabel 2.1 : Tabel Kebutuhan Cairan Sesuai Usia

2.12 Nilai Normal Cairan


Jenis cairan dan elektrolit Nilai normal dalam tubuh
Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L
Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8
mEq/L)
Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L
Tabel 2.2 : Tabel nilai normal cairan
2.13 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Gangguan Keseimbangan Cairan
1. Ketidakseimbangan Cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu
gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan
isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang
bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan
ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak
diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang
seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan
osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat
kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)
2. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi
ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.
Defisit Volume Cairan
Faktor Resiko
1) Kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan
lambung)
tanda klinis : kehilangan berat badan
2) Ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada
cairan dan depresi konfusi)
tanda klinis : penurunan tekanan darah
3. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi
akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan
elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium. Kehilangan
cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan
osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan
kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini
menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang
beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu
lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan
urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar
sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air
yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat
penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tupe
hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan
jumlah solute dalam aliran darah.
4. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan
cairan dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam
proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan
tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah
natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload
cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi
keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama
pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan
jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom
Cushing
d. Kelebihan steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Faktor resiko :
1) Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
2) Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis : Edema perifer dan nadi kuat
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma
sebanyak < 135 mEq/lt, rasa haus berlebihan, denyut nadi yang cepat,
hipotensi konvulsi dan membrane mukosa kering. Hiponatremia
disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara berlebihan, misalya
ketika tubuh mengalami diare yang berkepanjangan.
2. Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi,
ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguri/anuria, turgor kulit
buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah
kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik serta kadar natrium
dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt. Kondisi ini dapat disebabkan
karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan sementara
asupan garam sedikit.
3. Hipokalsemia
Merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah
yang ditandai dengan adanya kram otot dankram perut, kejang,
bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan
kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.
4. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok
dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri
pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar
kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt.
5. Hipomagnesia
Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah,
ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan
tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi dan konvulasi. Kadar
magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt.
6. Hipermagnesia
Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah,
ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan dan kadar
magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt.
2.14 Macam-macam Cairan
Cairan tubuh dibagi dalam :

1.Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada
orangdewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat
di intraselular(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan
berat badan sekitar 70kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah
dari berat badannya merupakancairan intraselular.
2.Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah
relatif cairanekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi
baru lahir, sekitar setengahdari cairan tubuh terdapat di cairan
ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlahcairan ekstraselular
menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Inisebanding
dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70kg.
Cairan ekstraselular dibagi menjadi:
a. Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial,
sekitar 11-12 liter pada orang dewasa.Cairan limfe termasuk dalam
volumeinterstitial.Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF
adalah sekitar 2 kalilipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang
dewasa.
b. Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah
(contohnya volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa
sekitar 5-6Ldimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri
dari sel darah merah,sel darah putih dan platelet.
c. Cairan Transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu
sepertiserebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular
dan sekresisaluran pencernaan.Pada keadaan sewaktu, volume
cairan transeluleradalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah
banyak dapat masuk dankeluar dari ruang transeluler.
2.15 Pengkajian
1. Identitas:
Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
 Apakah klien pernah menderita penyakit yang berhubungan
dengan penyakit yang dideritanya sekarang seperti : klien
menderita kanker sehingga harus mengkonsumsi obat-obatan
anti kanker.
 Apakah ada riwayat gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit sebelumnya.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Kelelahan, kelemahan
 Nyeri kram abdomen
 Anoreksia, mual, muntah, rasa haus.
 Diare/Konstipasi
 Kesemutan pada ekstremitas
 Ansietas, gelisah
 Sakit kepala
 Kulit kemerahan/demam
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Apakah ada anggota keluarga klien yang menderita gangguan
yang sama dengan klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Kekurangan cairan
a. Anamnesis
 Berat badan turun
 Sakit kepala, pusing
 Mata cekung, konjungtiva kering
 Membran mukosa kering bibir pecah-pecah
b. Sirkulasi
 Nadi cepat tapi lemah
 Kolaps vena
 Hipotensi
 Pengisian kapiler menurun
c. Pernapasan
 Frekuensi nafas cepat dan dangkal
d. Neurosensori
 Letargi
 Kesemutan ekstremitas
e. Sistem Gastrotestinal
 Abdomen cekung
 Muntah
 Hiperperistaltik disertai diare
f. Sistem ginjal
 Oliguria
 Berat jenis urine
g. Kulit
 Kulit dan membrane mukosa kering
 Turgor kulit tidak elastis, kulit dingin dan lembab
 Suhu tubuh menurun
 Kulit kemerahan
h. Eliminasi
 Konstipasi/diare, kram abdomen
Kelebihan volume cairan
a. Anamnesis
 Berat badan naik
 Penglihatan kabur, udema periorbital, papil edema
b. Sirkulasi
 Vena leher distensi
 Edema
 Denyut nadi kuat
 Hipertensi
 Peningkatan tekanan vena
c. Pernapasan
 Suara krekels diparu-paru
 Dipsnea
d. Ginjal
 Diaresis
e. Eliminasi
 Penurunan haluaran urine
f. Neurosensori
 Perubahan tingkat kesadaran (bingung)
Pemeriksaan fisik elektrolit
a. Hiponatremia
 Aktifitas: malaise, kelemahan, pingsan
 Neurosensori : sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo,
kedutan otot
 Sirkulasi : Hipotensi, penurunan nadi perifer
 Eliminasi : Kram abdomen, diare
 Pernafasan : Takipnea
b. Hipernatremia
 Aktifitas kelemahan
 Sirkulasi : Hipotensi postural, takikardi
 Eliminasi : Haluaran urin menurun
 Neurosensori : Peka rangsangan, letargi
 Kulit : kering dan kemerahan
c. Hipokalemia
 Aktifitas : kelemahan umum, kelelahan
 Sirkulasi : Hipotensi, nadi lemah dan tidak teratur, disritmia
 Eliminasi : Nokturia.
 Pernapasan : Pernafasan dangkal, apnea, sianosis
 Neurosensori : Parestesia, mengantuk
d. Hiperkelemia
 Aktifitas : Kelemahan otot
 Sirkulasi : Nadi tidak teratur dan lambat, hipotensi
 Eliminasi : kram abdomen,diare
 Neurosensori : Parestesia
e. Hipokalsemia
 Sirkulasi : Hipotensi, nadi lemah dan tidak teratur
 Eliminasi : Diare, nyeri abdomen
 Neurosensori : Parestesia, baal dan kesemutan, Ansietas.
 Pernapasan : dangkal
f. Hiperkalsemia
 Aktifitas : Malaise, kelelahan dan kelemahan
 Sirkulasi : Hipertensi, disritmia
 Eliminasi : konstipasi / diare, nokturia, poliuria
 Neurosensori : Sakit kepala, penurunan kesadaran.
g. Hipomagnesemia
 Aktifitas : kelemahan
 Sirkulasi : Takikardia, disritmia, hipotensi
 Neunsensori : Parestesia, Nistagmus
h. Hipermagnesemia
 Aktifitas : Kelemahan
 Sirkulasi : Hipotensi, Nadi lemah dan tidak teratur
 Neunosensori : Kulit kemerahan, berkeringat penurunan
tingkat kesadaran
 Pernapasan : Hipoventilasi
o Pemeriksaan diagnostic cairan :
Hipovolemia :
- Berat jenis urin meningkat > 1,025
- Peningkatan Ht > 50%, Hb naik, SDM
meningkat.
- Peningkatan BUN > 25mg / 100ml, CR
meningkat
- Natrium Urine menurun
- Glukosa serum normal / meningkat
- Protein serum meningkat
Hipervolemia:
- Penurunan, BUN <10mg / 100ml
- Hb / Ht dam SDM menurun
- Natrium Urine rendah
- Albumin menurun
- BJ Urine
- Tanda kongesti pada dada
o Elektrolit
K (-) an :
- Terjadi penurunan natrium, kalium,
kalsium,magnesium dan klorida
- BJ urin menurun
- Osmolalitas rendah
- Pada EKG, interval Q-T memanjang
K (+) an :
- Peningkatan Natrium, klorida, kalium,
mangnesium dan kalsium
- Osmolalitas serum rendah
2.16 Pathway

Gangguan Cairan dan


Elektrolit
Stress

Energi Metabolisme
Diiet Kondisi sakit
sel
(Hipervolemia)

Lemas
Kurang Cauran Kulit Kulit lecet,
asupan makan interstitial tubuh kemerahan
dan minum BAB Diare tidak (luka
berlebihan terawat dekubitus)
Aktivitas

Metabolisme Volume
Feses Defisit volume darah Kebersihan
encer cairan diri
Resiko
gangguan
Kelebihan
Kerja usus integritas
volume cairan
kulit
dan elektrolit
Bagan 2.2 : Bagan Pathwayy
2.17 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan b/d sering buang air besar
2. Kelebihan volume cairan dan elektrolit b/d penurunan perfusi organ
3. Resiko gangguan integritas kulit b/d kulit lecet dan kemerahan
2.18 Intervensi Keperawatan dan Rasional
1. Defisit volume cairan b/d sering buang air besar
Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan
dalam batas normal.
Kriteria hasil : - Turgor kulit elastik
- Membran mukosa lembab
- BB tidak menunjukkan penurunan
Intervensi Rasional
1. Kaji TTV 1. Mengetahui perubahan
status kesehatan pasien
2. Identifikasi rencana untuk 2. Melibatkan pasien dalam
meningkatkan/mempertaha rencana untuk memperbaiki
nkan keseimbangan cairan ketidakseimbangan.
optimal. Misal :Jadwal
pemasukan cairan
3. Kaji status dehidrasi, ubun- 3. Menentukan kehilangan dan
ubun, mata, turgor kulit, kebutuhan cairan
dan membran mukosa
4. Ukur BB setiap hari 4. Mengevaluasi keefektifan
atau kebutuhan mengubah
kebutuhan cairan
5. Kolaborasi dengan tim 5. Menurunkan pergerakan usus
medis dalam pemberian
obat antidiare
Tabel 2.3 : Tabel Intervensi dan Rasional
2. Kelebihan volume cairan dan elektrolit b/d penurunan perfusi organ
Tujuan : Kebutuhan pemenuhan cairan dapat kembali
normal
Kriteria hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan (TD
dalam batas normal)
Intervensi Rasional
1. Kaji TTV 1. Mengetahui perubahan
status kesehatan pasien
2. Berikan diet natrium/rendah 2. Natrium meningkatkan
minum retensi cairan
3. Berikan diuretic 3. Natrium memperbaiki
kebutuhan cairan
Tabel 2.4 : Tabel Intervensi dan Rasional
3. Resiko integritas kulit b/d kulit lecet dan kemerahan
Tujuan : Mengidentifikasi dan mempertahankan kulit
halus, kenyal dan utuh
Kriteria hasil : Turgor kulit baik, utuh, tidak ada lecet dan
tidak ada kemerahan
Intervensi Rasional
1. Observasi kulit kemerahan 1. Untuk memerlukan
pengobatan lebih intensif
2. Dorong mandi tiap 2 hari 1 2. Untuk mencegah kulit
kali kering karena sering
mandi membuat kulit
kering
3. Gunakan krim kulit 2x sehari 3. Melicinkan sirkulasi pada
kulit
4. Anjurkan untuk mengubah 4. Mencegah tekanan lama
posisi, perlu untuk pada jarinagan
mempertahanka aktifitas
Tabel 2.5 : Tabel Intervensi dan Rasional
2.19 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Photo thorax dapat mengarah ke kardio megali yaitu
pembesaran paru dengan kongestif paru.
2. EKG
EKG dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya infark
miokardial akut, guna mengkaji aritma dan untuk
mengenal respon kompensatori seperti terjadinya
hypertropi ventrikel.
3. Laboratorium
- Darah
- Urine
- Kateteri jantung
Biasanya ditemukan tekanan akhir diastole ventrikel
kiri, atrium kiri dan tekanan vena pulmonalis
meninggi, sedangkan tekanan atrium kanan baru
meninggi pada keadaan lanjut.
2.20 Komplikasi
2.20.1 Hypokalemia : Gagal ginjal akut, gangguan sirkulasi
(aritmia/gangguan irama jantung, decompensasi. Cordis/gagal
jantung, hypotensi orthostatik/penurunan tekanan darah yang
terjadi tiba-tiba saat berubah posisi dari telentang ke posisi duduk
atau tegak).
2.20.2 Hyponatremia: Kram otot (kejang), odema pupil, koma.
2.20.3 Perubaan perfusi jaringan perifer.
2.21 Penatalaksanaa
Pengaturan tetes infus dengan memakai rumus :
1. MACRO = 1 cc = 20 tts/mnt
 Tetes Infus Macro
tts/mnt = jmlh cairan X 20 / lama infus X 60
 Lama Infus Macro
lama infus = (jmlh cairan X 20) / (tts/mnt X 60)
2. MICRO = 1 cc = 60 tts/mnt
 Tetes Infus Micro
tts/mnt = (jmlh cairan X 60) / (lama Infus X 60)
 Lama Infus Micro
lama infus = (jmlh cairan X 60) / (tts/mnt X 60)

2.22 Pencegahan
1. Dehidrasi
Untuk mencegahan dehidrasi dengan memperbanyak minum air putih,
dan cairan yang dapat mengembalikan keseimbangan cairan elektrolit.
2. Hipokalemia
Untuk mencegah hipokalemia bias mengkonsumsi buah-buhan seperti
tomat, pisang, alpukat dan jeruk. Bisa juga mengkonsumsi susu,
damaging, kelapa hijau, bayam dan kacang-kacangan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

FORMAT RESUME RUANG MAWAR

- Data Umum :
Nama : An. Q
Umur : 2 ½ Tahun
Jenis Kelamin :P
Alamat : Jl. Liprak Wetan – Banyu Anyar
No. Register : 495973
Tanggal Pengkajian : 10 Maret 2015
Diagnosa Medis : DHF gr II
Diagnosa Keperawatan : Konstipasi b/d Pola defekasi tidak teratur
Tanggal MRS : 09 Maret 2015
- Catatan Kemajuan Keperawatan (SOAPIE)

Tanggal/Jam
Nama / Tanda
Diagnosa Catatan
tangan Perawat
Keperawatan
10-03-2015 S: Ibu pasien mengatakan anak
13.50 perutnya sakit, BAB tidak lancar,
Konstipasi tadii pagi Cuma BAB 1 kali,
b/d keadaan BAB keras/padat
Pola defekasi tidak
teratur O: K/U Lemah. Kes.CM, GCS 456,
makan ½ porsi 3x sehari,
konsistensi BAB = keras, BAB
terakhir = 10 Maret 2015,
terpasang infuse Asering 20 tpm, S
= 36,9ͦ C, Akral = hangat

A: Konsistensi b/d pola defekasi tidak


Teratur
Tanggal/Jam Nama / Tanda
Diagnosa Catatan tangan Perawat
Keperawatan
P:
1. Lakukan BHSP
2. Berikan pelayanan KIE
3. Atur waktu yg tepat untuk
defekasi klien seperti sesudah
makan
4. Kolaborasi dg tim gizi dalam
pemberian nutrisi berserat
sesuai indikasi
5. Kolaborasi dg tim medis dalam
pemberian laksatif atau enema
sesuai indikasi
I:
1. Melakukan BHSP
2. Memberikan pelayanan KIE
3. Mengatur waktu yg tepat untuk
defekasi klien seperti sesudah
makan
4. Mengkolaborasi dg tim gizi
dalam pemberian nutrisi
berserat sesuai indikasi
5. Mengkolaborasi dg tim medis
dalam pemberian laksatif atau
enema sesuai indikasi
E:
- Es
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam Ibu pasien
mengatakan anak BAB lancar

- Eo
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam pasien masih tampak
lemah, makan 1 porsi habis 3x
sehari, konsistensi BAB =
lembek, masih terpasang
infuse Asering 20 tpm, S = 36ͦ
C, Akral = hangat
FORMAT RESUME RUANG MAWAR

- Data Umum :
Nama : An. M
Umur : 6 Bulan
Jenis Kelamin :L
Alamat : Dsn. Bras Ds. Tukul - Sumber
No. Register : 490426
Tanggal Pengkajian : 10 Maret 2015
Diagnosa Medis : Hernia Scrotalis (D)
Diagnosa Keperawatan : Perubahan membran mukosa oral b/d proses
peradangan (inflamasi)
Tanggal MRS : 03 Maret 2015
- Catatan Kemajuan Keperawatan (SOAPIE)

Tanggal/Jam
Nama / Tanda
Diagnosa Catatan
tangan Perawat
Keperawatan
10-032015 S: Ibu pasien mengatakan anak
14.05 sariawan
Perubahan
membran mukosa O: K/U Lemah. Kes.CM, GCS 456,
oral terdapat stomatitis(bintik-bintik
b/d putih kemerahan di membran
proses peradangan mukosa oral), terpasang infuse RL
(inflamasi) 18 tpm dan O2 5 lpm, hasil lab :
Hematokrit 30% (36-46)
Hb 13,0 g/dL (12-16)
Leukosit 3,00/mm3 (4000-11000)
S = 36,8ͦ C
Akral = Hangat

A: Perubahan membran mukosa oral


b/d proses peradanga (inflamasi)

P:
1. Lakukan BHSP
2. Berikan layanan KIE
3. Obs. TTV (Suhu)
4. Cegah hal-hal yg bias memicu
terjadinya sariawan
5. Berikan air putih matang untuk
membersihkan sisa susu di
mulut
Tanggal/Jam Nama / Tanda
Diagnosa Catatan tangan Perawat
Keperawatan
6. kolaborasi dg tim medis dalam
pemberian antibiotik

I:

1. Melakukan BHSP
2. Memberikan layanan KIE
3. Mengobservasi TTV (Suhu)
4. Mencegah hal-hal yg bias
memicu terjadinya sariawan
5. Memberikan air putih matang
untuk membersihkan sisa susu
di mulut
6. Mengkolaborasi dg tim medis
dalam pemberian antibiotic
E:
- Es
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam ibu pasien
mengatakan anak sariawan
berkurang

- Es
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam pasien masih tampak
lemah, stomatitis berkurang,
masih terpasang infuse RL 18
tpm dan O2 5 lpm
S = 37,2ͦ C
Akral = dingin
FORMAT RESUME RUANG MAWAR

- Data Umum :
Nama : An. N
Umur : 3 Bulan
Jenis Kelamin :P
Alamat : Jl. K.H Hasan Genggong Gg. 01 No. 14
No. Register : 496024
Tanggal Pengkajian : 11 Maret 2015
Diagnosa Medis : Obs. Dypnea Susp. Pneumonia
Diagnosa Keperawatan : Inefektif bersihan jalan napas b/d sekresi yg
tertahan
Tanggal MRS : 10 Maret 2015
- Catatan Kemajuan Keperawatan (SOAPIE)

Tanggal/Jam
Nama / Tanda
Diagnosa Catatan
tangan Perawat
Keperawatan
11-03-2015 S: Ibu pasien mengatakan anak sesak,
13.15 batuk dan pilek ± 2 hr yg lalu

Inefektif bersihan O: K/U Lemah, Kes.CM, GCS 456,


jalan napas terpasang O2 5 lpm, infuse RL 18
b/d tpm, dan NGT
sekresi yg tertahan Suara npas = terdapat pleural
friction rub
Kualitas bernapas = cepat dangkal
Terdapat dahak berwarna putih
kental
Hasil lab :
Hematokrit 32% (36-46)
Hb 07,0 g/dL (12-16)
Leukosit 3,670/mm3 (4000-
11000)
Suhu= 36ͦ C, RR = 33x/menit
Akral = hangat

A: Inefektif bersihan jalan napas b/d


sekresi yg tertahan

P:
1. Lakukan BHSP
2. Beri pelayanan KIE
3. Obs. TTV (Suhu, RR)
4. Pantau O2
5. Kolaborasi dg tim medis dalam
Tanggal/Jam Catatan Nama / Tanda
Diagnosa tangan Perawat
Keperawatan
melakukan nebulizer dan
suction
6. Miringkan pasien dan tepuk-
tepuk punggung saat batuk
7. Kolaborasi dg tim medis dalam
pemberian antibiotik sesuai yg
diharuskan

I:
1. Melakukan BHSP
2. Memberi pelayanan KIE
3. Mengobservasi TTV (Suhu,
RR)
4. Memantau O2
5. Menkolaborasi dg tim medis
dalam melakukan nebulizer
dan
suction
6. Memiringkan pasien dan
tepuk-tepuk punggung saat
batuk
7. Mengkolaborasi dg tim medis
dalam pemberian antibiotik
sesuai yg diharuskan
E:
- Es
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam ibu pasien
mengatakan anak sesak, batuk
dan pilek berkurang

- Eo
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam pasien masih tampak
lemah, masih terpasang O2 5
lmp, infuse RL 18 tpm, dan
NGT
Suara napas = masih terdapat
pleural friction rub
Kualitas bernapas = cepat
dalam
Suhu = 37ͦ C, RR = 25x/menit
Akral = Hangat
FORMAT RESUME RUANG MAWAR

- Data Umum :
Nama : An. N
Umur : 1 Bulan
Jenis Kelamin :L
Alamat : Dsn. Manis Ds. Laweyan - Sumerasih
No. Register : 494714
Tanggal Pengkajian : 09 Maret 2015
Diagnosa Medis : Pneumonia
Diagnosa Keperawatan : Pola napas tidak efektif b/d ketidakseimbangan O2
Tanggal MRS : 07 Maret 2015
- Catatan Kemajuan Keperawatan (SOAPIE)

Tanggal/Jam
Nama / Tanda
Diagnosa Catatan
tangan Perawat
Keperawatan
09-03-2015 S: Ibu pasien mengatakan anak sesak
13.20 dan batuk ±3hr yg lalu

Pola napas tidak O: K/U Lemah, Kes.CM, GCS 456,


efektif terpasang O2 5 lpm, infuse RL 8
b/d tpm
Ketidakseimbangan Suara napas = terdapat pleural
O2 friction rub
Kualitas bernapas = Cepat
dangkal
Terdapat dahak warna putih kental
Hasil lab. :
Hematokrit 36% (36-46)
Hb 10,0 g/dL (12-16)
Leukosit 3,960/mm3 (4000-11000)
Suhu = 36,9ͦ C, RR=34x/menit
Akral = hangat

A: Pola napas tidak efektif b/d


ketidakseimbangan O2

P:
1. Lakukan BHSP
2. Beri pelayanan KIE
3. Obs. TTV (Suhu, RR)
4. Berikan kompres hangat
Tanggal/Jam Nama / Tanda
Diagnosa Catatan tangan Perawat
Keperawatan
5. Pantau O2
6. Beri minum hangat
7. Kolaborasi dg tim medis dalam
melakukan nebulizer dan
suction
8. Kolaborasi dg tim medis dalam
pemberian antibiotik

I:

1. Melakukan BHSP
2. Memberi pelayanan KIE
3. Mengobservasi TTV (Suhu,
RR)
4. Memberikan kompres hangat
5. Memantau O2
6. Memberi minum hangat
7. Mengkolaborasi dg tim medis
dalam melakukan nebulizer
dan suction
8. Mengkolaborasi dg tim medis
dalam pemberian antibiotik
E:
- Es
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam ibu pasien
mengatakan anak sesak dan
batuk berkurang

- Eo
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam pasien masih tampak
lemah, masih terpasang O2 5
lpm, infuse RL 8 tpm
Suara napas = masih terdapat
pleural friction rub
Kualitas bernapas = cepat
dalam
Suhu = 36,2ͦ C, RR= 27x/menit
Akral= hangat
FORMAT RESUME RUANG MAWAR

- Data Umum :
Nama : An. A
Umur : 6 Bulan
Jenis Kelamin :P
Alamat : Perum. STI Blok. N No. 12
No. Register : 521069
Tanggal Pengkajian : 14 Maret 2015
Diagnosa Medis : DHF gr II
Diagnosa Keperawatan : Defisit volume cairan b/d kelebihan pengeluaran
cairan melalui keringat
Tanggal MRS : 12 Maret 2015
- Catatan Kemajuan Keperawatan (SOAPIE)

Tanggal/Jam
Nama / Tanda
Diagnosa Catatan
tangan Perawat
Keperawatan
14-03-2015 S: Ibu pasien mengatakan anak sejak
13.40 3 hari yg lalu batuk dan sejak 2
hari badan anak naik turun disertai
Defisit volume keringat berlebihan
cairan
b/d O: K/U Lemah, Kes.CM, GCS 456,
Kelebihan turgor kulit kembali <2 detik,
pengeluaran cairan terpasang infus Asering 20 tpm,
melalui kerngat dan O2 5 lpm, anak kelihatan
gelisah dan adanya keringat
berlebihan
Suhu= 38ͦ C, Akral= dingin

A: Defisit volume cairan b/d kelebihan


cairan melalui keringat

P:
1. Lakukan BHSP
2. Beri pelayanan KIE
3. Obs. TTV (Suhu)
4. Berikan kompres hangat
5. Kolaborasi dg tim medis dalam
melakukan nebul 1cc + PZ 4cc
Tanggal/Jam Catatan Nama / Tanda
Diagnosa tangan Perawat
Keperawatan
6. Kolaborasi dg tim medis dalam
terapi yg diberikan dokter :
- Inf. Sanmol 3x80 mg
- Inf. Inj. Cefotaxime 2x200 mg

I:

1. Lakukan BHSP
2. Beri pelayanan KIE
3. Obs. TTV (Suhu)
4. Berikan kompres hangat
5. Kolaborasi dg tim medis dalam
melakukan nebul 1cc + PZ 4cc
6. Kolaborasi dg tim medis
dalam terapi yg diberikan
dokter :
- Inf. Sanmol 3x80 mg
- Inf. Inj. Cefotaxime 2x200 mg
Es:
- Es
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam ibu pasien
mengatakan batuk dan keringat
anak berkurang dan panas
turun

- Eo
Setelah dilakuakan tindakan
1x24 jam anak masih tampak
lemah, keringat berkurang,
turgor kulit kembali <2 detik,
terpasang infus Asering 20
tpm, dan O2 5 lpm, suhu = 36ͦ
C, Akral = hangat
FORMAT RESUME RUANG MAWAR

- Data Umum :
Nama : An. D
Umur : 1 Tahun
Jenis Kelamin :L
Alamat : Jl. Melon - Kedupok
No. Register : 495976
Tanggal Pengkajian : 11 Maret 2015
Diagnosa Medis : Febris Convulsian
Diagnosa Keperawatan : Inefektif bersihan jalan napas b/d adanya secret di
jalan napas
Tanggal MRS : 09 Maret 2015
- Catatan Kemajuan Keperawatan (SOAPIE)

Tanggal/Jam
Nama / Tanda
Diagnosa Catatan
tangan Perawat
Keperawatan
11-03-2015 S: Ibu pasien mengatakan bahwa anak
13.20 batuk pilek sajak 3 hari yang lalu

Inefektif bersihan O: K/U Lemah, Kes.CM, GCS 456,


jalan napas terpasang infus RL 18 tpm, pasien
b/d terlihat batuk, batuk berdahak,
Adanya secret di terdapat dahak warna putih kental
jalan napas Suara napas = terdapat ronchi
kering
Suhu = 36,5ͦ C

A: Inefektif bersihan jalan napas b/d


adanya secret di jalan napas

P:
1. Lakukan BHSP
2. Beri pelayanan KIE
3. Obs. TTV (Suhu)
4. Kolaborasi dg tim medis dalam
melakukan terapi yg diberikan
dokter :
- Lakukan nebulizer dan
suction
Tanggal/Jam Catatan Nama / Tanda
Diagnosa tangan Perawat
Keperawatan
- Beri obat batuk

I:
1. Melakukan BHSP
2. Memberi pelayanan KIE
3. Mengobservasi TTV (Suhu)
4. Mengkolaborasi dg tim medis
dalam melakukan terapi yg
diberikan dokter :
- Melakukan nebulizer
dan suction
- Memberi obat batuk
E:
- Es
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam ibu pasien
mengatakan bahwa batuk dan
pilek anak berkurang

- Eo
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam pasien masih tampak
lemah, masih terpasang infus
RL 18 tpm,
Suara napas: masih terdapat
ronchi kering
Suhu = 37ͦ C
Akral = hangat
FORMAT RESUME RUANG MAWAR

- Data Umum :
Nama : An. S
Umur : 2 ½ Tahun
Jenis Kelamin :L
Alamat : Jl. Kiyai Sekar Gg. 02 - Kanigaran
No. Register : 495492
Tanggal Pengkajian : 09 Maret 2015
Diagnosa Medis : Obs. Febris + Rhinitis
Diagnosa Keperawatan : Peningkatan suhu tubuh b/d proses penyakit
Tanggal MRS : 08 Maret 2015
- Catatan Kemajuan Keperawatan (SOAPIE)

Tanggal/Jam
Nama / Tanda
Diagnosa Catatan
tangan Perawat
Keperawatan
09-03-2015 S: Ibu pasien mengatakan bahwa anak
13.50 panas sejak kemarin

Peningkatan suhu O: K/U Lemah, Kes.CM, GCS 456,


tubuh terpasang infus RL 20 tpm
b/d Suhu = 38ͦ C
Proses penyakit Akral = dingin

A: Peningkatan suhu tubuh b/d proses


penyakit

P:
1. Lakukan BHSP
2. Beri pelyanan KIE
3. Obs. TTV (Suhu)
4. Beri kompres hangat
5. Beri pakain yg tipis yg bias
menyerap keringat
6. Kolaborasi dg tim medis dalam
trapi yg diberikan dokter

I:
1. Melakukan BHSP
2. Memberi pelyanan KIE
3. Mengobservasi TTV (Suhu)
Tanggal/Jam Catatan Nama / Tanda
Diagnosa tangan Perawat
Keperawatan
4. Memberi kompres hangat
5. Memberi pakain yg tipis yg
bias menyerap keringat
6. Mengkolaborasi dg tim medis
dalam trapi yg diberikan dokter
E:
- Es
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam ibu pasien
mengatakan bahwa anak sudah
tidak panas

- Eo
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam pasien masih tampak
lemah, masih terpasang infus
RL 18 tpm
Suhu = 36ͦ C
Akral = hangat
3.2 Pembahasan
1. Penanganan secara farmakologis dan non farmakologis pada pasien
dengan gangguan defisit volume cairan dan elektrolit di ruang Mawar
(Ruang Anak) RSUD.DR.MOH. SALEH KOTA PROBOLINGGO,
yaitu :
a. Farmakologis
Penanganan secara farmakologis diberikan infuse RL, Asering,
D5, KA-EN 3B, memberikan injeksi L-Zink dengan kasus
diare dan memberikan injeksi Trolit. Tetesan infuse diatur
sesuai program pengobatan.
b. Non Farmakologis
Penanganan secara non farmakologis pasien dianjurkan untuk
minum Pocari Sweat dan jus jambu.
2. Penangan secara farmakologis dan non farmakologis pada pasien
dengan gangguan defisit volume cairan dan elektroit yang ditemukan
dari berbagai sumber, yaitu :
a. Farmakologis
Penanganan secara farmakologis diberikan infuse NaCL 0,9%,
Ringer Laktat, Dextrose atau glukosa, Asering, KA-EN 1B,
KA-EN 3A, KA-EN 3B, KA-EN MG3, KA-EN 4A, KA-EN
4B, Otsu-NS, Otsu-RL, MARTOS-10, AMIPAREN,
AMINOVEL-600 dan PAN-AMING sesuai tingkatan
kehilangan cairan yang dialami. Tetesan infuse diatur sesuai
program pengobatan.
b. Non Farmakologis
Penanganan secara non farmakologis pasien dianjurkan minum
cairan dalam jumlah yang banyak untuk mencegah dehidrasi
dan menjaga asupan nutrisi yang sesuai (jika pasien telah dapat
makan/tidak muntah, infus telah dilepas) juga untuk
mempercepat penyembuhan.
SOP pemasangan infus di ruang Mawar (Ruang Anak)
RSUD.DR.MOH.SALEH KOTA PROBOLINGO sangat berbeda dengan
SOP di SMK Kesehatan B.I.M Probolinggo. Prosedurnya akan dijelaskan
sebagai berikut :
a. SOP pemasangan infus di ruang Mawar (Ruang Anak)
RSUD.DR.MOH SALEH PROBOLINGGO :
Pengertian
Pemasangan infus untuk memberikan obat/cairan
melalui parenteral
Tujuan
Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter
Persiapan Pasien
 Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang tujuan prosedur
pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan
 Menanyakan kesediaan pasien
Sikap
 Cermat dalam menentukan langkah-langkah sesuai dengan
kondisi pasien
Persiapan Lingkungan
 Nyalakan lampu jika ruangan gelap
 Mempersilahkan pengunjung untuk menungu di luar dan sisakan
satu keluarga
Persiapan Alat
Alat dan Bahan :
 Cairan infus sesuai program
 Infus set
 Standar infus
 Torniquet
 Venflon sesuai ukuran yang dibutuhkan
 Kapas alkohol
 Plester
 Gunting plester
 Bengkok
 Talang
 Handscoon 1 pasang
Prosedur Pelaksanaan
Tahap Pra interaksi :
 Perawat cuci tangan 6 langkah menurrut WHO denggan
menggunakan Antiseptik Gell
 Perawat mendekatkan alat-alat didekat pasien
Tahap Interaksi
 Menjelaskan tujuan dan prosedur
Tahap Kerja
 Perawat memakai handscone
 Perawat mengatur posisi pasien
 Infus set dipasang ke karet tutup botol cairan infuse dan
mengalirkan cairan dan mengisi tabung reservoar dua pertiga
baigan/sebatas tanda sehingga tidak ada udara yang masuk
 Botol cairan infus yang sudah terpasang infus set digantungkan
ke standart infus
 Perawat mendekatkan alat-alat
 Memasang tourniquet
 Membersihkan area kulit (letak vena) yang telah ditentukan
dengan menggunakan kapas alkohol
 Melakukan penusukan vena dengan menggunakan venflon
 Setelah penusukan vena benar (tidak ada inflamasi), tourniquet
dilepas dan jarum yang ada divenflon dilepas juga
 Kemudian selang infus dimasukkan ke venflon
 Pasang plester di area penusukan vena
Tahap Terminasi
 Perawat membereskan alat-alat
 Tuliskan tanggal dan jam pemasangan infus
 Perawat melepas handscone
 Perawat cuci tangan 6 langkah menurut WHO dengan
menggunakan sabun/antiseptik gell
b. SOP pemasangan infus di SMK Kesehatan B.I.M Probolinggo :
Pengertian
Pemasangan infus untuk memberikan obat/cairan
melalui parenteral
Tujuan
- Agar siswa dapat mengetahui prosedur pemasangan infus secara
benar
- Untuk menambah pengetahuan siswa SMK dalam praktek
pemasangan infus
Persiapan Pasien
 Memperkenalkan diri kepada pasien
 Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan
tindakan yang akan dilakukan
 Menanyakan kesediaan pasien
Sikap
 Peka dengan privasi pasien
 Bersikap ramah, sopan, sabar dan teliti
 Menyiapkan posisi pasien senyaman mungkin
 Hati-hati
 Cermat dalam menentukan langkah-langkah sesuai dengan
kondisi pasien
Persiapan Lingkungan
 Menutup pintu
 Menutup jendela
 Memasang sampiran/sketsel
 Memprsilahkan pengunjung untuk menunggu di luar
Persiapan Alat
Persipan Alat dan Bahan :
 Infus set
 IV kateter/venflon/abocath
 Kassa steril
 Kapas alkohol 70%
 Cairan infus
 Perlak dan alasnya
 Tourniquet
 Bethadine
 Gunting plester
 Plester
 Standar infus
 Bengkok
 Handscone 1 pasang
Prosedur Pelaksanaan
Tahap Pra Interaksi
 Mencuci tangan 6 langkah
 Tempatkan alat dekat pasien
Tahap Interaksi
 Berikan salam
 Jelaskan tujuan dan prosedur
 Tanyakan kesiapan pasien
Tahap kerja
 Lakukan desinfeksi tutup botol cairan
 Tutup saluran pada selang infus
 Tusuk saluran infus
 Gantungkan botol cairan pada standar infus
 Isi tabung reservoir infus
 Alirkan cairan hingga tidak ada udara dalam selang
 Atur posisi pasien
 Pasang perlak dengan pengalasnya
 Pilih vena yang akan diinsersi
 Pasang tourniquet 5 cm dari area yang akan diinsersi
 Pakai handscone
 Bersihkan kulit dengan dengan kapas alkohol (melingkar dari
dalam keluar atau menggosok searah)
 Pegang abocath dan tusuk vena
 Pastikakan abocath masuk ke intravena (tarik mandiri kira-kira
0,5 cm)
 Sambungkan dengan selang infus
 Lepaskan tourniquet
 Alirkan cairan infus
 Lakukan fiksasi
 Desinfeksi area tusukan dan tutup dengan kasa steril yang telah
ditetes bethadine
 Atur cairan infus sesuai program
Tahap Terminasi
 Lakukan evaluasi tindakan
 Kotrak untuk kegiatan selanjutnya
 Pamitan pada pasien
 Bereskan alat
 Cuci tangan 6 langkah menurut WHO
 Catat/dokumentasi kegiatan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut
2. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan
3. Sistem Yang Berperan Dalam Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
a. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit.
b. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur
panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi.
c. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan
bernapas.
d. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran
air.
e. ADH
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh
f. Aldosteron
Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin rennin.
g. Prostaglandin
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang
berfungsi merespons radang,
h. Glukokortikoid
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi
natrium.
i. Mekanisme rasa haus
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi
angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
4. Faktor yang mempengaruhi
a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh,
metabolisme yang diperlukan dan berat badan.
b. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan dapat menyebabakan berkeringat.
Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-
30 g/hari.
c. Diet
Saat tubuh kekurangan nutisi, tubuh akan memecah cadangan
energi. Proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari
nterstisial ke intraseluler.
d. Stres
Stres dapat meneyababkan peningkatan metabolisme sel,
konsentrasi darah dan glikolisis otoy. Mekanisme ini
menimbulkan retensi sodium dan air serta akan meningkaktkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urin.
e. Jenis Kelamin
Pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh
di bandingkan dengan wanita.
f. Kandungan Lemak Tubuh
Orang yang gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit
di bandingkan dengan orang yang kurus , karena sel lemak
mengandung sedikit air.
g. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Misalnya :
3) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan
air melalui IWL.
4) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
4.2 Saran
4.2.1 Saran Untuk SMK Kesehatan B.I.M Probolinggo
1. Fasilitas alat-alat kesehatan di laboratorium perlu ditambahkan lagi
di laboratorium Keperawatan
2. Kegiatan praktek di laboratorium Keperawatan harus sering
dilakukan/seimbang dengan pendalaman teori guna untuk
mengetahui skil para siswa SMK Kesehatan B.I.M Probolinggo
3. Para pembimbing sekolah lebih banyak meluangkan waktu untuk
berkunjung di lahan praktek
4.2.2 Saran Untuk RSUD.Dr.Moch. Saleh Kota Probolinggo
1. Bagi para perawat yang pria dimohon lebih dalam melaksanakan
tata tertib RSUD.Dr.Moch.Saleh Kota Probolinggo khususnya
untuk larangan merokok, jangan merokok di area maupun di luar
area Rumah Sakit.
2. Bagi para perawat/karyawan lebih meningkatkan sikap ramah pada
klien/keluarga klien.
3. Bagi para pembimbing maupun perawat yang lain perlu untuk lebih
memperhatikan dan membimbing siswa/mahasiswa praktek.
4.2.3 Saran Untuk Siswa
Diharapkan dapat memahami dan mengetahui mengenai peran dan
fungsi perawat.
4.2.4 Bagi Pembaca
1. Memahami dan mengerti tentang isi laporan akhir
2. Tidak malas untuk membaca dan bisa memanage waktu luang
untuk diisi dengan membaca
3. Minimal membaca dalam suatu bacaan satu hari 5 kali dalam 30
menit guna untuk meningkatkan dalam membaca
Daftar Pustaka

Potter & Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC,2006
Drs.Syaifudin, Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4.
Jakarta: EGC, 2012
Tansuri, Anas, Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan
Cairan & Elektrolit”. Jakarta: ECG, 2009
http://sanggarsains.blogspot.com/2010/03/cairan-tubuh.html

diakses pada tanggal 11 April 2015, puku 17.54 WIB

http://sanggarsains.blogspot.com/2010/03/cairan-tubuh.html

diakses pada tanggal 20 Mei 2015 23.45 WIB

Suriadi, Rita Yuliani, Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto, 2001
A.Aziz Aimul Hidayat, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC, 2006
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok bahasan : Asuhan Keperawatan Defisit Volume Cairan
Sub pokok bahasan : Diare Pada Anak
Tempat : Aula Sekolah
Sasaran : Siswa-siswi SMK Kesehatan B.I.M Probolinggo
Waktu : 45 Menit
Hari/Tanggal : Jumat, 11 Juni 2015
Pembicara : Mariatul Kiptiyah
A. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Intruksional Umum
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit,
siswa SMK dapat mengetahui dan memahami mengenai penyakit
Diare.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan, siswa SMK yang
hadir mampu :
1) Menjelaskan pengertian diare
2) Menjelaskan penyebab diare
3) Menjelaskan hal yang dapat menimbulkan diare
4) Menjelaskan cara mengatasi diare
5) Menjelaskan cara mencegah terjadinya diare
6) Menjelaskan tanda-tanda kekurangan cairan
B. Kegiatan Penyuluhan
1. Materi
1) Pengertian diare
2) Penyebab diare
3) Hal yang dapat menimbulkan diare
4) Cara mengatasi diare
5) Cara mencegah terjadinya diare
6) Tanda-tanda kekurangan cairan
2. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab
3. Media
1) LCD
2) Laptop
3) PPT
4) Leaflet
4. Langkah-langkah Kegiatan Penyuluhan
No. Tahap Waktu Penyuluhan Sasaran
1. Pembukan 5 1. Mengucapkan Menjawab
Menit salam salam
2. Memperkenalkan Menyimak
diri Mendengarkan
3. Menjelaskan Menjawab
tujuan penyuluhan pertanyaan
4. Menyebutkan
materi pokok yang
akan disampaikan
5. Memberikan
pertanyaan
apersepsi
2. Inti 35 1. Menjelaskan Mendengarkan
Menit materi penyuluhan: dan
- Pengertian diare memperhatikan
- Penyebab diare
- Hal yang dapat
menimbulkan
diare
- Anggapan yang
tidak benar
tentang diare
- Cara mengatasi
diare
- Tanda-tanda
kekurangan
cairan
- Cara mencegah
terjadinya diare
2. Memperhatikan
respon klien
3. Penyuluh
memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
bertanya dan
mengevalyasi
dengan member
pertanyaan kepada
sasaran
4. Penyuluh member
jawaban dengan
tepat
5. Menarik
kesimpulan
3. Penutup 5 1. Mengakhiri Menjawab
Menit penyuluhan, salam
berterimakasih dan
member salam

Tabel 2.6 : Langkah-langkah Tabel Kegiatan Penyuluhan


C. Sumber Bacaan
Suriadi, Rita Yuliani, Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung
Seto, 2001
A.Aziz Aimul Hidayat, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC, 2006
D. Evaluasi
1. Cara : Tanya jawab
2. Jenis : Lisan
3. Waktu : Setelah dilakukan penyuluhan
4. Soal:
1) Menjelaskan pengertian diare
2) Menjelaskan penyebab diare
3) Menjelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan diare
4) Menjelaskan cara mengatasi diare
5) Menjelaskan cara mencegah terjadinya diare
6) Menjelaskan tanda-tanda kekurangan cairan
MATERI
PENYULUHAN
DIARE PADA ANAK
A. Pengertian
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
tinja yang encer atau cair. Disebut juga dengan mencret.
Diare adalah penyakit berak-berak dengan frekuensi lebih dari 3 kali
dalam sehari. Bahaya dari diare adalah kehilangan cairan tubuh yang
terlalu banyak sehingga penderita menjadi lemas, bila tidak segera
ditolong dapat mengakibatkan pingsan. Diare pada anak-anak dapat
membahayakan jiwanya, disamping mencret dapat pula timbul demam dan
berak penderita bercampur dengan darah (Depkes, 1992).
B. Penyebab Diare
1. Virus
2. Kuman/bakteri
3. Parasit
4. Susu yang tidak cocok (biasanya pada bayi)
C. Hal Yang Dapat Menimbulkan Diare
 Makan tanpa cuci tangan yang bersih
 Minum air mentah
 Makan-makanan yang dihinggapi lalat
 Buang air besar di sembarang tempat
 Lingkungan rumah yang kumuh dan kotor
 Pemberian makanan tambahan ASI yang terlalu dini pada bayi
D. Cara Mengatasi Diare
Mengganti cairan yang keluar. Oleh karena itu berikan :

 Larutan oralit/larutan gula garam


 Cairan dari bahan makanan, seperti sup, air tajin dan minuman
yoghurt (susu asam)
 Air matang (air putih yang dimasak)
 Bila anak berusia kurang dari 6 bulan dan masih diberi ASI, teruskan
pemberian ASI. Sebagai tambahan berikan larutan oralit atau air putih
yang dimasak.
SEGERA BAWA KE DOKTER/PUSKESMAS, JIKA SALAH SATU
TANDA DIBAWAH INI DITEMUI PADA BAYI ATAU ANAK
 Tidak membaik dalam 3 hari
 Tinja cair keluar amat sering
 Muntah berulang-ulang
 Sangat haus
 Tidak mau makan atau minum seperti biasanya
 Demam
 Ada darah dalam tinja
 Anak terlihat sangat lemah
 Didapati satu atau lebih tanda-tanda dehidrasi (kekurangan cairan)
E. Cara Mencegah Trjadinya Diare
 Bayi sampai umur 4 bulan hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif)
 Rebus dahulu botol susu atau dot sebelum diberikan kepada bayi
 Cuci tangan dengan sabun sebelum makan
 Sayuran, buah dan bahan makanan harus dicuci sebelum dimasak atau
dimakan
 Selalu minum air yang telah direbus (air masak atau air matang)
 Memasak makanan dengan cara yang benar
 Makanan harus dilindungi dari hinggapan lalat dan kecoa
F. Tanda-tamda Kekuangan Cairan (Dehidrasi)
 Rasa haus
 Turunnya berat badan
 Kulit, bibir dan lidah kering.
 Mata tampak besar dan cekung.
 Nadi lemah dan cepat.
My Biography

Nama saya Mariatul Kiptiyah, biasa dipanggil Maria, saya lahir di pulau
terpencil yaitu desa Giliketapang kecamatan Sumberasih kabupaten Probolinggo,
saya lahir pada tanggal 11 Nopember 1995, hobi saya mendengarkan musik dan
menulis puisi. Saya anak terakhir dari empat bersaudara dari pasangan suami istri
Yahya Musthofa dan Sumarti. Saya pribadi orangnya cenderung sakit hati, tidak
bisa dibentak, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, suka menyendiri
di kamar. 
Langsung saja yaa dengan masa pendidikan saya.
Masa pendidikan saya dimulai dari SD karena dulu di tempat kelahiran saya
tidak ada PAUD ataupun TK. Saya sekolah di SDN Giliketapang II mulai tahun
2003 sampai 2009 dan melanjutkan di SMPN 3 Sumberasih Satu Atap
Giliketapang mulai tahun 2009 sampai 2012 kemudian setelah lulus SMP saya
melanjutkan di Pondok Pesantren Syalafiyah Syafi’iyah - Situbondo Jawa Timur,
saya disana masuk SMA Ibrahimi ngambil jurusan IPA, saya mondok disana tidak
lama sekitar 3 mingguan lah , waktu saya disana sekolah formal pada tahun
ajaran baru masih belum dimulai dan sambil menunggu waktu tahun ajaran baru,
saya sambil ngaji kitab-kitab, tidak lama kemudian setelah dapat 3 minggu saya
pulang ke Giliketapang bersama Ibu dan mbak tercinta yaitu mbak Firdaus, saya
pulang karena tidak betah , sebenarnya saya tidak dibolehin pulang sama Ibu
dan Mbak tapi saya memaksa beliau-beliau dan akhirnya saya dibolehin pulang.
Setelah hari raya Idul Fitrih saya pindah di Pondok Pesantren Syeh Adul Qodir
Al-jailani - Kraksaan Jawa Timur, saya disana masuk SMK ngambil jurusan
Keperawatan, tapi saya disana tidak lama juga sekitar 5 harian, dan saya memulai
aktifitas saya dan sayangnya saya di SMK cuma hadir satu kali karena pada waktu
itu saya sakit otomatis saya tidak bisa masuk sekolah, setelah 5 hari ada di Pondok
saya minta pulang dan alasan saya sama seperti di Pondok yang sebelumnnya
yaitu tidak betah karena santri-santri disana judes-judes dan saya jadi takut ,
setiap harinya saya menangis dan akhirnya saya pulang. Setelah sampai di rumah
saya selalu berpikir dan bingung mau pindah ke mana lagi, kemudian saya ingat
dengan guru olahraga Pak Husain (guru SMP) pada waktu saya duduk dibangku
kelas 3 SMP beliau menyebarkan brosur SMK Kesehatan ke teman-teman
termasuk saya juga mendapatkan brosur itu.
Kemudian saya mencari brosurnya dan saya memaksa mbak untuk sekolah
di SMK Kesehatan sebenarnya saya tidak dibolehin karena keinginan ibu dan
mbak kepengen saya mondok, setelah saya memaksa ke beliau-beliau akhirnya
saya diperbolehkan juga sekolah di SMK Kesehatan dan besoknya saya bersama
mbak mendatangi SMK Kesehatan B.I.M Probolinggo dan setelah sampai di SMK
Kesehatan, mbak bertanya ke Securitynya menanyakan asrama ternyata tidak adak
ada asramanya, waktu saya mendengarkan bahwa di SMK tidak ada asramnya
saya takut tidak dibolehin Ibu dan mbak sekolah di SMK Kesehatn dan otomatis
saya tidak bisa melanjutkan di tahun ajaran 2012-2013, kemudian saya dan mbak
mencoba menemui kepala sekolah.
Ketakutan saya benar-benar terjadi, kepala sekolah tidak bisa menerima
saya di tahun ajaran 2012-2013 karena saya tidak punya rapot dari sekolah
sebelumnya. Waktu saya minta rapot, guru-guru di pondok keraksaan tidak bisa
membuatkan karena pada waktu itu saya tidak mengikuti UTS dan saya bingung
mau ikut UTS susulan saya disana ketinggalan jauh pelajarannya dan akirnya saya
memutuskan sekolah di SMK Kesehatan B.I.M Probolinggo pada tahun ajaran
2013-2014. Jadi saya sempat putus sekolah selama satu tahun . Alhamdulillah
meskipun di SMK Kesehatan tidak ada Asramanya saya dibolehin sekolah disana
dan saya memutuskan untuk ngekost. Saya di SMK Kesehatan B.I.M Probolinggo
masuk pada tanggal 15 Juli 2013, saya ngambil jurusan Keperawatan, karena saya
ingin melaksanakan amanah almarhum abah, beliau menginginkan ku jadi dokter
dan ku sempat berfikir rasanya tidak mungkin bisa melanjutkan ke Fakultas
Kedokteran karena faktor ekonomi tapi saya akan berusaha setelah lulus dari
SMK Kesehatan saya mau ikut beasiswa dan semoga saya bisa mendaptkan
beasiswa. Amiiin 
Dan saat ini saya masih duduk di kelas XI Keperawatan, kemarin baru
menyelesaikan PRAKERIN (Praktik Kerja Industri) di RSUD.Dr.Moh.Saleh Kota
Probolinggo selama 3 bulan mulai tanggal 09 Februari 2015 sampai 09 Mei 2015.
Cukup sampai disini biografi saya. Harapan saya semoga saya dan teman-
teman bisa tercapai semua cita-citanya dan setelah lulus bisa melanjutkan kuliah
semua. Amin-Amin Yaa Robbal ‘Alamiiin . . . . . 

Anda mungkin juga menyukai