Anda di halaman 1dari 23

Makalah

PROFESI PENDIDIKAN

OLEH :

KEL : VI

NAMA : NURJUNIA UMATERNATE

KHAIRUDIN SILIA

KLS/SEMESTER : B/III

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, tiada kata lain yang patut untuk kami ungkapkan selain
ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kemampuan
kepada kami sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda Muhammad SAW., para
sahabat dan seluruh keluarga beliau serta para pengikut beliau hingga akhir zaman. Serta ucapan
terima kasih juga kami persembahkan kepada semua pihak yang baik secara langsung ataupun
tidak langsung ikut terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan.kami mohon saran dan
kritik yang sifatnya membangun guna lebih menyempurnakan makalah-makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Profesi Guru
B. Konsep Pengelolaan SDM Dalam Manajemen Pendidikan
C. Landasan Hukum Pengembangan Profesi Di Indonesia
D. Prosedur Pengembangan Profesi Guru
E. Problematika Pengembangan Profesi Guru
F. Kegiatan Guru Yang Termasuk Pengembangan Profesi
G. Tata Cara Pengajuan Angka Kredit
H. Tata Cara Penilaian Unsur-Unsur Pengembangan Profesi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para guru di indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat
dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
negara dan juga untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia seutuhnya, yaitu beriman,
bertakwa, dan berahlak mulia, serta menguasai ipteks dalam mewujudkan masyarakat yang
berkualitas.

Bahwasanya standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional


dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat. selanjutnya pada pasal 1 ayat 2 disebutkan profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Jadi guru profesional adalah guru yang
mempunyai keahlian, ketrampilan, dan kompeten terhadap mata pelajaran yang diampunya.

Maka dari itu, perlunya seorang pendidik yang profesional untuk membentuk karakter siswa
yang baik mengikuti zaman era globalisasi di masa sekarang dan yang akan datang.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan kami bahas hal mengembangkan profesionalisme
guru agar proses pendidikan yang dilakukan berjalan secara efektif dan menghasilkan anak didik
yang baik.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah Konsep Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Pendidikan?
b. Bagaimanakah Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Keguruan Melalui Pengembangan
Profesi?
c. Apa sajakah Landasan Hukum Pengembangan Profesi di Indonesia?
d. Bagaimanakah Prosedur Pengembangan Profesi Guru?
e. Apa sajakah Problematika Pengembangan Profesi Guru?
f. Apa sajakah Kegiatan Guru Yang Termasuk Pengembangan Profesi?
g. Bagaimanahkah Tata Cara Pengajuan Angka Kredit?
h. Bagaimanakah Tata Cara Penilaian Unsur-Unsur Pengembangan Profesi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Konsep Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Pendidikan
2. Mengetahui Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Keguruan Melalui Pengembangan
Profesi
3. Mengetahui Landasan Hukum Pengembangan Profesi di Indonesia
4. Mengetahui Prosedur Pengembangan Profesi Guru
5. Mengetahui Problematika Pengembangan Profesi Guru
6. Mengetahui Kegiatan Guru Yang Termasuk Pengembangan Profesi
7. Mengetahui Tata Cara Pengajuan Angka Kredit
8. Mengetahui Tata Cara Penilaian Unsur-Unsur Pengembangan Profesi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profesi Guru
1. Pengertian guru
Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikan dengan guru, yang mempunyai makna “Digugu
lan Ditiru” artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipatuhi. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar. Dalam bahasa arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris disebut teacher. Itu
semua memiliki arti yang sederhana yakni “A Person Occupation is Teaching Other” artinya
guru adalah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Guru merupakan suatu profesi,
yang berarti jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan
oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataan masih terdapat hal-
hal tersebut di luar bidang kependidikan. Guru memang menempati kedudukan yang terhormat
di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak
meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka
agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab untuk membimbing dan
membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, disekolah maupun diluar sekolah.
2. Pengertian Profesi Secara etimologi
istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin, profecus,
yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan
suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan: yaitu
adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis,
bukan pekerjaan manual. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan,
keahlian, dan persiapan akademik. Kata profesi identik dengan keahlian, seseorang yang
melakukan tugas profesi juga sebagai seorang ahli (expert). Sama halnya dengan pendapat
Volmer dan Mills, mereka bersama-sama mengartikan profesi sebagai spesialisasi dari jabatan
intelektual yang diperoleh melalui studi dan training, bertujuan menciptakan keterampilan,
pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga ketrampilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi orang
lain dan dia dapat melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa upah, bayaran dan
gaji (payment). Suatu profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau
dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan, yang kemudian
berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga hal: keahlian, komitmen, dan keterampilan,
yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme.
B. Profesionalisme Guru
Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan proses belajar mengajar
maupun tidak terkait langsung, sangatlah banyak dan berpengaruh pada hasil belajar mengajar.
Perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh bagaimana memberikan prioritas yang tinggi kepada
guru. Sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan untuk selalu meningkatkan
kemampuannya melaksanakan tugas sebagai guru. Seorang guru harus diberikan kepercayaan
untuk melaksanakan tugasnya dalam melakukan proses belajar mengajar yang baik. Mereka juga
perlu diberikan dorongan dan suasana yang kondusif untuk menemukan berbagai alternatif
metode dan cara mengembangkan proses pembelajaran sesuai perkembangan zaman. Dengan
begitu, akan bermunculanlah guru yang profesional. Profesionalisme dalam pendidikan tidak lain
adalah seperangkat fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu menekuni
bidang profesinya selama hidupnya. Mereka itu adalah para guru yang profesional yang memiliki
kompetensi keguruan berkat pendidikan atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka
waktu tertentu. Menjadi guru yang profesional tentu saja idaman bagi mereka yang berprofesi
sebagai guru. Dewasa ini, tentu kita tidak bisa menutup mata bahwa profesi guru adalah profesi
yang sangat diminati oleh banyak orang, ditambah lagi dengan semakin berpihaknya pemerintah
pada profesi ini, membuat orang berlomba-lomba menjadi guru. Namun, tidak sedikit juga guru
yang hanya menjadi aktor yang bekerja sekedar pelepas tanggung jawab, bahkan itupun tidak
dibarengi dengan kemampuan yang memadai sebagai aktor yang cakap untuk
mentransformasikan pengetahuannya.
1. Ciri-ciri Guru Profesional Menurut jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational
Leadership edisi Maret 1993 menurunkan laporan utama bahwa untuk menjadi profesional,
seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal:
a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Komitmen tertinggi guru
adalah kepada kepentingan siswanya.
b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara
mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan.
c. Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai
cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
d. Guru mempu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari
pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna melakukan refleksi dan
koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus
tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses
belajar siswa
e. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dan lingkungan profesinya,
misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi profesi lainnya. Profesionalisme guru merupakan
hasil dari profesionalisasi yang dijalainya secara terus-menerus. Dalam proses ini, pendidikan
prajabatan (preservice education), pendidikan dalam-jabatan termasuk penataran (in-service
training), pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat
terhadap profesi keguruan, pengakuan kode etik profesi, sertifikasi peningkatan kualitas calon
guru, besar kecilnya gaji atau imbalan, dan lain-lain secara bersama-sama menentukan
profesionalisme guru. Seorang guru profesional setidaknya harus memiliki tiga unsur sebagai
berikut.
1. KualifikasinSesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru adalah
minimal S1 dari program keguruan, maka dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi program
S1 atau D4. Kualifikasi juga merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dan
meningkatkan profesi guru.
2. Kompetensi Untuk menjadi seorang guru harus memiliki keahlian khusus, pengetahuan,
kemampuan dan dituntut untuk dapat melaksanakan peranannya secara profesional. Untuk
dapat melaksanakan perannya tersebut, guru harus mempunyai kompetensi sebagai modal
dasar dalam mengemban tugas dan kewajibannya. Menurut UU Guru dan Dosen No. 14 Th
2005, kompetensi guru terdiri atasa. Kompetensi Pedagogik Manusia memiliki potensi untuk
dapat mendidik dan dididik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan
pengembang kebudayaan.
a. dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai
kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai
makhluk mulia. Fitrah inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah
lainnya dan fitrah ini pulalah yang membuat manusia itu istimewa dan lebih mulia yang
sekaligus berarti bahwa manusia adalah makhluk paedagogik.
b. Kompetensi Kepribadian Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
mempunyai peran yang unik dalam kehidupan terlebih yang berkaitan dengan kepribadian
dirinya. Guru pun demikian, dia bukanlah manusia super, dia tidak lepas dari sisi
kepribadiannya sebagai seorang manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan. Kompetensi
guru mencakup sikap (attitude), nilai-nilai (value) kepribadian (personality) sebagai elemen
perilaku (behaviour) dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang
pekerjaan yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan
pelatihan, serta legalitas kewenangan mengajar. Berdasarkan uraian di atas, fungsi kompetensi
kepribadian guru adalah memberikan bimbingan dan suri tauladan, secara bersama-sama
mengembangkan kreativitas dan mengembangkan motif belajar serta dorongan untuk maju
kepada anak didik.
c. Kompetensi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa untuk hidup
berkelompok. Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan dengan masyarakat di
sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru
berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit
banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi
kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas memanusiakan manusia. Guru harus
mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah jaman, lebih tajam lagi ditulis
oleh Soekarno dalam tulisan “Guru dalam masa pembangunan” menyebutkan pentingnya
guru dalam masa pembangunan adalah menjadi mesyarakat. Oleh karena itu, tugas guru
adalah tugas pelayanan manusia
d. Kompetensi Profesional Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu
dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak
memperoleh pekerjaan lainnya. Dari rumusan di atas, kata “dipersiapkan untuk itu” dapat
diartikan yaitu mengacu kepada proses pendidikan bukan sekedar latihan. Makin tinggi
tingkat pendidikan yang harus dipenuhinya makin tinggi pula derajat profesi yang
disandangnya.
Untuk meningkatkan kualitas guru, perlu dilaksanakan suatu sistem pengujian terhadap
kompetensi guru. Mereka melakukannya terutama untuk mengetahui kemampuan guru di
daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat kepala sekolah dan
wakil kepala sekolah. Uji kompetensi guru baik secara teoritis dan praktis memilki manfaat
yang sangat penting, terutama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui
peningkatan kualitas guru.
1. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru.
2. Merupakan alat seleksi penerimaan guru.
3. Untuk pengelompokan guru.
4. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum.
5. Merupakan alat pembinaan guru
6. Mendorong kegiatan dan hasil belajar.
Uji kompetensi guru hendaknya dilakukan secara berkesinambungan, untuk mengetahui
perkembangan profesionalisme guru. Dengan demikian, hasil uji kompetensi guru dapat
digunakan setiap saat, baik untuk kenaikan jabatan, penempatan maupum pemberian
penghargaan bagi para guru.
3. Sertifikasi Sertifikasi guru adalah prosedur yang digunakan oleh pihak yang berwenang untuk
memberikan jaminan tertulis bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan kompetensi
sebagai guru. Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi profesional. Sertifikasi juga bermanfaat sebagai pengawasan mutu dan
penjaminan mutu. Rakernas Depdikbud setiap tahun selalu menggarisbawahi tentang
pentingnya peningkatan profesionalisme guru. Hal ini menunjukkan pentingnya perhatian
Depdikbud terhadap guru dan sekaligus merupakan penguatan terhadap apa yang telah kita
sadari selama ini: betapa guru mempunyai peranan amat penting dalam keseluruhan upaya
pendidikan.

C. Pengembangan dan Peningkatan Profesi GuruMengingat peranan strategis guru dalam setiap
upaya peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan, maka pegambangan
profesionalisme guru merupakan kebutuhan. Benar bahwa mutu pendidikan bukan hanya
ditentukan oleh guru, melainkan melalui mutu masukan (siswa), sarana, manajemen, dan faktor-
faktor eksternal lainnya. Akan tetapi seberapa banyak siswa mengalami kemajuan dalam
belajarnya, banyak bergantung kepada kepiawaian guru dalam membelajarkan siswa.
Syaefudin dan Kurniatun memberikan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraan pengembangan profesi untuk tenaga kependidikan.

Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada pengembangan guru. Pengembangan


profesi guru dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Pengembangan Profesional selama Pendidikan Prajabatan Selama pendidikan prajabatan,


calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
pekerjaannya nanti. Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi
harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai
usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap
profesional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan.
Salah satu contoh konkritnya yaitu dengan terdapatnya mata kuliah Etika Profesi Keguruan di
dalam pendidikan prajabatan untuk guru.

2. Pengembangan Profesional selama dalam Jabatan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan beberapa alternatif Program
Pengembangan Profesionalisme Guru, sebagai berikut.

a. program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru Program ini diperuntukkan bagi guru yang
beum memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 untuk mengikuti pendidikan S1 atau S2
pendidikan keguruan. Program ini berupa program kelanjutan studi dalam bentuk tugas belajar.
b. Program Penyetaraan dan Sertifikasi Program penyetaraan diperuntukkan bagi guru yang
mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program
pendidikan keguruan. Sedangkan sertifikasi guru dapat diartika sebagai suatu proses pemberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan
oleh lembaga sertifikasi.

c. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis KompetensiPelatihan Terintegrasi Berbasis


Kompetensi (PTKB) yaitu pelatihan yang mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan
diperlukan oleh peserta didik, sehingga isi, materi pelatihan yang akan dilatihkan merupakan
abungan/integrasi bidang-bidang ilmu sumber bahan pelatihan yang secara utuh diperlukan untuk
mencapai kompetensi.

d. Program Supervisi Pendidikan Sering ada persepsi yang salah atau kurang tepat dimana tugas
supervisor sering dimaknai sebagai tugas untuk mencai kesalahan atau untuk mengadili guru,
padahal tujuan tujuannya untu meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
Kualitas peranan supervisi di lingkungan supervisi akan dapat meningkatkan profesionalisme
guru yang selanjutnya dapat berdampak positif terhadap prestasi sekolah.
e. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) MGMP adalah suatu
forum atau wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis di sanggar maupun di
masing-masing sekolah yang terdiri dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran.
Dengan MGMP diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik.
f. Simposium Guru Melalui forum simposium, diharapkan para guru menyebarluaska upaya-
upoaya kreatif dalam pemecahan masalah. Selain sebagai media sharing pengalaman, media ini
juga berfungsi untuk kompetisi antar guru dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi.
g. Program Pelatihan Tradisional Lainnya Berbagai program pelatihan sampai saat ini banyak
dilakukan. Suatu kombinasi antara materi akademis dengan pengalaman lapangan akan sangat
efektif untuk pengembangan kursus/pelatihan tradisional ini.

h.Membaca dan Menulis Jurnal atau Karya Ilmiah Dengan membaca atau bahkan menulis jurnal
atau karya ilmiah, guru dapat mengembangkan profesionalismenya. Selanjutnya dengan
meningkatnya pengetahuan seiring dengan bertambahnya pengalaman, guru diharapkan dapat
mengembangkan konsep barun yang dapat memberikan kontribusi dalam melaksanakan
tugasnya.

i. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah Partisipasi guru minimal pada kegiatan konferensi atau
pertemuan ilmiah akan memberikan kontribusi yang berharga dalam membangun
profesionalisme guru dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Penyampaian makalah utama,
kegiatan diskusi kelompok kecil pameran ilmiah, pertemuan informal untuk bertukar pikiran, dan
sebagainya saling berintegrasi untuk memberikan kesempatan pada guru untuk tumbuh sebagai
seorang professional.

B. Konsep Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Manajemen Pendidikan


Mengawali dialog tentang MSDM ini, Flippo (1996) mengungkapkan arti Manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM) dapat sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi,
integrasi pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk
mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat.. Berdasar pada pemahaman tersebut,
maka dalam konteks pendidikan MSDM dapat dipahami sebagai upaya apapun yang mengarah
pada kegiatan perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan SDM
kependidikan dalam upaya mencapai tujuan organisasional penyelenggaraan pendidikan yang
baik secara personal dan sosial setiap elemen yang mendukung keberhasilan pendidikan.
Ketika sebuah konsep terwujud, pasti terdapat usaha realisasi dan aplikasi secara praktis,
baik dalam upaya mempertahankan atau menghadapi setiap tantangan yang ada. Artinya, kenapa
MSDM pendidikan ini perlu diciptakan. Tidak lain sebagai usaha untuk memberikan jawaban-
jawaban terhadap problem-problem kependidikan yang ada, baik secara internal dan eksternal
atas berbagai kebijakan positif. Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dunia pendidikan
Indonesia, antara lain: (a) mutu pendidikan yang masih rendah dan tingginya angka putus
sekolah; (b) belum dimanfaatkannya secara maksimal ilmu dan teknologi bagi kemajuan
pendidikan akibat rendahnya kesadaran dan penguasaan teknologi para pelaku pendidikan; (c)
belum berkembangnya budaya belajar di kalangan masyarakat; (d) profesionalisme dan tingkat
kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya yang masih belum sesuai dengan tantangan
peningkatan mutu; (e) menurunnya status kesehatan dan gizi sebagian peserta didik sebagai
dampak krisis ekonomi yang mempengaruhi kesiapan mereka untuk belajar; dan (f) terjadinya
gejala umum menurunnya moral, budi pekerti dan rasa toleransi di kalangan peserta didik dan
generasi muda.

Dengan kata lain, konsep MSDM pendidikan dirumuskan untuk bisa memberikan solusi
terbaik bagi permasalahan-permasalahan pendidikan yang ada serta berusaha menciptakan
peluang bagi terwujudnya sistem pendidikan ideal dan aplikatif. Peluang-peluang yang
semestinya bisa diciptakan dengan baik, diantaranya: (a) ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bisa dikembangkan melalui pendidikan merupakan sumber daya yang tidak terbatas dan dapat
dimanfaatkan secara terus-menerus; (b) teknologi yang berkembang pesat dapat dimanfaatkan
untuk mendukung pembangunan pendidikan; (c) tuntutan masyarakat akan pendidikan yang
semakin merata dan bermutu semakin meingkat dan tercapai; (d) dapat meningkatkan rata-rata
tingkat pendidikan masyarakat dan memberikan peluang untuk kesejahteraan hidupnya dan
sebagainya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka kemudian sangatlah perlu untuk


menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dalam pendidikan, yang kemudian
memiliki kapabilitas dalam merencanakan MSDM dan merumuskan kebijakan-kebijakan
pendidikan berkualitas dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun perencanaan SDM yang
berusaha ditawarkan adalah: (a) Langkah Perencanaan (planning), menyangkut rencana
pengelolaan SDM kependidikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dimana hal
tersebut berkaitan erat dengan operasionalisasi organisasi dan kelancaran kerja sistem pendidikan
yang ada; (b) Langkah Pengadaan (procurement), menyangkut usaha untuk memperoleh jenis
dan jumlah SDM yang tepat, yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi kependidikan;
(c) Langkah Pengembangan (development) berkaitan erat dengan peningkatan ketrampilan dan
kemampuan yang diupayakan melalui jalur pelatihan maupun pendidikan terhadap SDM yang
ada. Juga berbagai bentuk pengembangan diri untuk para tenaga kependidikan dan peserta didik
yang berprestasi; (d) Langkah Pemeliharaan (maintenance) berkaitan dengan upaya
mempertahankan kemauan dan kemampuan pendidikan dan pembelajaran melalui pener.
C. Landasan Hukum Pengembangan Profesi Di Indonesia
Di Indonesia ada beberapa instrument atau landasan hokum pengembangan profesi
keguruan, diantaranya adalah:
1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

3. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

4. Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru

5. Permendiknas No. 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan melalui
Penilaian Portofolio

6.NPermendiknas No. 40 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan melalui Jalur
Pendidikan
D. Prosedur Pengembangan Profesi Guru
Banyak cara yang di yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan perubahan, baik
itu secara perorangan, kelompok atau dalam satu sistem yang diatur oleh lembaga. Dibawah ini
adalah prosedur pengembangan profesi guru
Prosedur Pengembangan profesi Keterangan
guru
Individual guided staff development Para guru dapat menilai kebutuhan
(Pengembangan guru yang dipadu belajar mereka dan mampu belajar aktif
secara individual) serta mengarahkan diri sendiri.para
guru harus dimotivasi saat menyeleksi
tujuan belajar berdasrk penilaian
personil dari kebutuhan mereka
Observation/Assessment Observasi dan penilaian dari intruksi
(observasi atau penilaian) menyediakan guru dengan data yang
dapat direfleksikan dan dianalisis untuk
tujuan peningkatan belajar sisiwa.
Refleksi oleh guru pada praktiknya
dapat ditingkatkan oleh observasi
lainya
Involvement in a Pembeljaran orang dewasa lebih efektif
development/Improvement process ketika mereka perlu untuk mengetahui
(Keterlibatan dalam suatu proses atau perlu memcahkan suatu masalah.
pengembangan/peningkatan) Guru perlu untuk memperoleh
pengetahuan atau keterampilan melalui
keterlibatan pada proses peningkatan
sekolah atau pengembangan kurikulum.
Training (pelatihan) Ada teknik-teknk dan perilaku-perilaku
yang pantas untuk ditiru guru dalam
kelas. Guru-gurru dapat merubah
perilaku mereka dan belajar meniru
perilaku dalam kelas mereka.
Inquiry (Pemeriksaan) Pengembangan profesional adalah studi
kerjasama oleh para guru sendiri untuk
permasalahan dan isu yang timbul dari
usaha untuk membuat praktik mereka
konsisten dengan nilai-nilai bidang
pendidikan.
E. Problematika pengembangan profesi guru
Guru merupakan sesorang yang berperan sangat penting dalam proses pendidikan,
disamping faktor-faktor lain seperti sarana prasarana, biaya, kurikulum, sistem pengelolaan, dan
peserta didik sendiri. Apa yang kita siapkan dalam proses pendidikan berupa saranaprasarna,
biaya dan kurikulum, hanya akan berarti jika diberi arti oleh guru.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang dihadapi oleh proesi
keguruan dalam usaha untuk meningkatkan kewibawaanya dimata masyarakat . Menurut Dedi
supriadi, (1999:104-106) ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu:
1. Kekurangjelasan tentang definisi profesi keguruan
2. Desakan kebutuhan masyarakat dan sekolah akan guru
3. Sulitnya standar mutu guru dikendalikan dan dijaga
4. PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang secara sistematis dan langsung
berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru
5.Perubahan yang terjadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan-tuntutan baru terhadap peran
(role expectation) yang seharusnya dimainkan oleh guru.1[2]
F. Kegiatan Guru Yang Termasuk Pengembangan Profesi
Menurut Danim (2011:94) dalam mengembangkan profesi guru dapat dilakukan melalui
berbagai strategi dalm bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat, antara lain.

1. Pendidikan dan pelatihan

a) In-house training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan
secara internal dikelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran
bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus
dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi yang
belum dimiliki oleh guru lain. Dengan srategi ini diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya.

b) Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan didunia kerja atau
industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru. Program
magang ini diperuntukan bagi guru dan dapat dilakukan selama periode tertentu, misalnya,
magang disekolah tertentu untuk belajara menejemen kelas atau menejemen sekolah efektif.
Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu
yang memerlukan pengalaman nyata.

c) Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemiraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah
yang baik dan kurang baik, antara sekolah negeri dan swasta. Jadi pelaksanaannya dapat
dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan
dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra, misalnya, dibidang
menejemen sekolah atau kelas.

d) Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa
menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan
sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan lewat belajar jarak jauh dilakukan
dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil.

e) Pelatihan berjenjang dan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga


pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang
dasar, menengah, lanjut, dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan
jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau
disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.

f) Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. kursus singkat dimaksud
untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan melakukan
penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran.

g) Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar,
pemberian tugas-tugas internal tambahan, dan diskusi dengan teman sejawat.

h) Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan
alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam
pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik dalam maupun
luar negeri bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan
guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi.
2. Non-pendidikan dan pelatihan

1. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik diskusi
sesuai dengan masalah yang dialami di sekolah.

2. Seminar. Pengikutsertaan guru dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga
dapat menjadi model pembinaan berkelanjutanbagi peningkatan keprofesian guru. Kegiatan ini
memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya
berkaitan dengan hal-hal terkini dalam hal upaya peningkatan kualitas pendidikan.

3. Workshop. Kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat
dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus,
penulisan rencana pembelajaran.

4. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian
eksperimen, ataupun jenis lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran

5. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis oleh guru dapat berbentuk diktat, buku
pelajaran, ataupun buku dalam bidang pendidikan.

6. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat oleh guru dapat berbentuk
alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau pembelajaran.

7. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa
karya yang bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang
memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.2[3]

G. Tata Cara Pengajuan Angka Kredit


Dalam mengajukan angka kredit dalam pengembangan profesi dapat dilakukan prosedur
sebagai
1. adanya peran critical friend, kritik dan saran dari teman sejawat yang satu profesi agar
mendapat masukan mengenai penulisan KTI
2. mintakan saran pada guru bahasa Indonesia untuk mengetahui pengunaan bahasa maupun
sistimatika penulisan KTI yang benar
3. sertakan surat pengesahan dari Kepala Sekolah serta petugas perpustakaan jika penulisansudah
selesai
4. sertakan surat pengantar Kepala Sekolah dan dikirim ke Tim penilai Angka Kredit
pengembangan profesi tingkat pusat yang sekretariatnya di LPMP
5. untuk lebih lengkap, sertakan pula pengesahan dari Kepala Dinas pendidikan Tingkat
Kab/kota
H. Tata Cara Penilaian Unsur-Unsur Pengembangan Profesi
Hasil karya berupa karya tulis yang berupa hasil penelitian, tinjauan ilmiah, pembuatan alat
peraga, teknologi, karya seni penilaianya dalam bentuk paparan /deskripsi sesuai kaidah
penulisan karya ilmiah dengan langkah penilaian sebagai berikut :
1. Penilaian tidak mengenal nilai jenjang dalam setiap unsur dengan kata lain hanya mengenal
diterima atau ditolak, contohnya setiap karya tulis mempunyai bobot nilai 4, maka penilaian jika
diterima bernilai maksimal 4 jika ditolah mendapat nilai 0, tidak ada nilai 1 , 2 , 3.
2. Urutan penilaian di mulai dari judul, sistimatika penulisan, latar belakang penulisan kajian
teori , cara pengolahan, kesimpulan rekomendasi, daftar pustaka, dengan menggunakan sistem
gugur, jika seorang guru menulis karya ilmiah tetapi judulnya tidak menggambarkan latar
belakang pendidikan serta kajiannya terlalu luas maka langsung digugurkan dengan nilai 0 tanpa
dilihat unsur yang lainnya, begitu pula seterusnya.
Adapun yang termasuk karya tulis ilmiah terdiri dari :
a. KTI hasil penelitian, pengkajian, survei dan evaluasi,
b.karya tulis/makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah gagasan sendiri,
c. Tulisan ilmiah popular
d. prasaran berupa tinjauan wawasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan pada pertemuan
ilmiah
e. buku pelajaran atau modul
f. diktat pelajaran
g.menerjermahkan karya ilmiah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan profesi guru merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, mengingat
guru sangat berperan dalam dunia pendidikan. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk
mengembangkan profesionalisme guru baik selama pendidikan prajabatan maupun selama
jabatan yakni melakukan penyetaraan guru, penataran atau pelatihan, penegakan kode etik
profesi, peningkatan kualifikasi, sertifikasi guru, peningkatan kompetensi guru, pengembangan
karir guru, penghargaan dan perlindungan guru, perencanaan kebutuhan guru, tunjangan guru,
serta penghargaan bagi guru yang berprestasi.
B. Saran
Meskipun pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk mengembangkan profesionalisme
guru, jika secara individu guru tersebut tidak meningkatkan kompetensinya sebagai guru yang
professional, maka dunia pendidikan kita akan tetap tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA

Baedhowi. Pengembangan Kompetensi SDM Kependidikan. Makalah pada Forum Seminar


Nasional “Peningkatan Profesionalisme Pendidik dalam Upaya Mewujudkan Sumberdaya
Manusia Pendidikan yang Unggul dan Mandiri” yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa Tengah, tanggal 20 Desember 2008.
Mahsunah, Dian dkk. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2012.
Sugiono, “makalah pengembangan profesi keguruan” http:/www.google.com/sugiono-
motivasi.blogspot.com, 2013/11, artikel diakses pada tanggal 1 November 2014.
Tatang Sunendar,“Pengembangan ProfesiGuru
Badan Pengembangan Pendidikan, 1974. Program bimbingan dan penyuluban sekolah menengah
pembangunan persiapan. Jakarta depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai