Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Penulis :

Didik Prasetyo, Reclamation Sr Manager

PT. Harita Prima Abadi Mineral

June 8th, 2015

dipras1107@ymail.com

Reklamasi adalah salah satu bentuk konkrit dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

PT. HPAM perusahaan yang memiliki core business mengelola sumberdaya alam (Tambang) telah
menyadari sejak awal operasi bahwa kegiatan Tambang yang akan memiliki dampak terhadap social
dan lingkungan. Hal tersebut sudah diantisipasi dan dikaji pada saat penyusunan dokumen AMDAL.

Pertambangan Bauksit memiliki karakter yang berbeda dengan pertambangan besar lainnya.
Kandungan mineral Bauksit pada umumnya terletak di dalam bumi sebelah atas pada kedalaman
antara 1 – 2 meter dari atas permukaan tanah, berupa lapisan ore berbentuk undulasi dengan
ketebalan bervariasi antara 1 – 4 meter dalam spot-spot kecil dalam bentang alam tidak terlalu luas
dan berada pada topografi bergelombang.

Teknik penambangan adalah open pit with strip mining, diawali dari kegiatan land clearing,
pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk (top soil) , penggalian lapisan OB (overburden), lalu
penggalian ore bauxite dengan menggunakan alat excavator dengan sistem strip. Teknik Tambang
bauksit tidak menimbulkan adanya lubang besar (void) seperti pada Tambang lain seperti batu bara
dan lain-lain.
Setelah selesai pengambilan ore bauxite dilanjutkan dengan penataan lahan bekas tambang dengan
cara menimbun lubang-lubang bekas tambang dengan lapisan tanah OB terlebih dahulu, lalu yang
terakhir adalah pengembalian tanah pucuk, sedemikian rupa sehingga lahan bekas tambang tersebut
dinyatakan layak/siap untuk ditanam (revegetasi). Dalam proses penataan lahan (re-shaping)
tersebut juga dilakukan tindakan civil engineering dengan tujuan untuk pencegahan erosi dan
sedimentasi.

Kegiatan selanjutnya adalah penanaman (revegetasi). Tujuan revegetasi adalah :

1. Sesegera mungkin mengurangi dampak erosi dan sedimentasi akibat lahan terbuka pasca
penambangan. Sebelum ditanami tanaman pokok disyaratkan ditanami tanaman kacang-kacangan
(legume cover crops) yang berfungsi untuk pencegahan erosi permukaan (surface run off) dan
menyuburkan tanah.

2. Menghindari terjadinya degradasi lahan dan dampak negatif lain akibat kegiatan penambangan.

3. Meningkatkan produktivitas lahan sehingga dapat dimanfaatkan oleh sektor usaha lainnya
(pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.).

Reklamasi Tambang Bauksit PT. HPAM

Areal IUP (Izin Usaha Pertambangan) berada pada lokasi dengan beragam status lahan. Ada yang
berada di dalam kawasan hutan, ada yang tumpang tindih dengan IUP Perkebunan, IUP Kehutanan
(Hutan Tanaman Industri) dan ada juga yang lahan milik penduduk. Hal tersebut menyebabkan pola
revegetasinya berbeda-beda sesuai dengan status lahan dimana deposit Tambang berada.

Penambangan yang berada di dalam kawasan hutan memiliki beberapa persyaratan, sebagai berikut
:

1. Perusahaan harus mengajukan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) terlebih dahulu ke
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (dh. Kementerian Kehutanan).

2. Membayar PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) sesuai dengan luas lahan IPPKH.
3. Melaksanakan kegiatan reklamasi hutan, yaitu reklamasi lahan bekas Tambang di dalam
kawasan hutan.

4. Melaksanakan kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai.

5. Dan lain-lain

Pola revegetasi

No

Status Lahan

Jenis Tanaman

Tujuan Pemanfaatan

1.

Kawasan hutan alam

Tanaman kehutanan

Mengembalikan kawasan hutan produktif atau seperti rona awal

2.

Kawasan hutan dibebani hak (HTI)

Tanaman kehutanan sesuai budidaya pemegang Izin


Kawasan Budidaya Kehutanan (Fast Growing Species)

3.

APL Perkebunan

Tanaman perkebunan

Kawasan Budidaya Perkebunan (Kelapa sawit)

4.

APL Tanah Milik

Tanaman sesuai keinginan pemilik lahan

Kawasan Budidaya Masyarakat (Karet)

Pola revegetasi pada kawasan hutan adalah menanami kembali lahan bekas Tambang dengan
tanaman-tanam

Anda mungkin juga menyukai