Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Anestesi pada hewan digunakan untuk menghilangkan rasa dan sensasi


terhadap suatu rangsangan yang merugikan (nyeri), menginduksi relaksasi otot, dan
terutama untuk membantu melakukan diagnosis atau proses pembedahan yang aman.
Alasan lain penggunaan anestesi pada hewan adalah untuk melakukan pengendalian
hewan (restraint), keperluan penelitian biomedis, pengamanan pemindahan
(transportasi) hewan liar, pemotongan hewan yang humanis, dan untuk melakukan
ruda paksa (euthanasia). Semua tujuan anestesi dapat dicapai dengan pemberian obat
anestetikum secara tunggal maupun dalam bentuk balanced anesthesia, yaitu
mengkombinasikan beberapa agen anestetikum maupun dengan agen preanestetikum
(McKelvey dan Hollingshead 2003). Pemberian anastesi pada anjing dan kucing
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah umur.

Hewan pediatrik merupakan hewan postnatal yang berumur 12 minggu


pertama dimana sistem organ masih banyak berkembang (belum matang),
berdasarkan anastesiologi hewan pediatrik dianggap sebagai pasien yang beresiko
tinggi (Kramer 1997). Keterbatasan perkembangan organ pada hewan pediatrik
menyebabkan kemampuan dalam menanggapi perubahan fisiologis menjadi menurun
dan meningkatkan kepekaan terhadap obat anestesi yang dapat memberikan respon
berlebihan atau berlarut-larut setelah pemberian anastesi. Hal ini menyebabkan
peningkatan risiko terhadap komplikasi perianestetik pada hewan pediatrik, yang
mengharuskan pemberian anestesi secara bijaksana dan pemantauan yang waspada.

PEMBAHASAN

Fisiologis Hewan Pediatrik

 Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskular mengalami perubahan sesaat setelah lahir,
mulai dari sirkulasi fetus sampai dewasa. Perubahan ini biasanya terjadi tanpa
kecatatan pada hari pertama setelah lahir, akan tetapi dapat juga terjadi
kelainan pada sirkulasi jantung (seperti atent ductus arteriosus dan patent
foramen ovale) dan pembengkakan jantung bawaan lainnya (dapat dideteksi
sebagai murmur jantung). Jika ada murmur yang signifikan, diperlukan
intervensi diagnostik dan atau medis tambahan sebelum anestesi.
Secara umum, tekanan darah yang rendah dan denyut nadi yang
meningkat sering dijumpai pada pasien pediatrik. Tekanan darah yang rendah
diakibatkan dari lemahnya kontraksi myokardium, menurunnya kontraksi
ventrikel, dan sistem syaraf autonom yang belum berkembang sempurna.
Tekanan darah hewan pediatrik lebih rendah dari pada hewan dewasa.
Tekanan darah rendah tersebut menyebabkan terjadinya toleransi terhadap
efek obat anestesi pada neonatus ataupun pediatrik dibandingkan dengan
hewan dewasa. Belum ada pedoman yang baik mengenai tekanan darah yang
dapat diterima pada pasien pediatrik yang diberi anestesi (Peterson dan
Kutzler 2010).
 Sistem Respirasi
Perubahan sistem pernapasan terjadi secara bertahap dari neonatus
sampai dewasa namun signifikan. Frekuensi napas hewan pediatrik memiliki
dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan hewan dewasa, karena
pediatrik memiliki diameter saluran udara yang lebih kecil dan dinding
thoraks yang masih belum kuat perototannya.
Volume tidal pada pediatrik mirip dengan hewan dewasa namun
kapasitas residu fungsional (KRF) lebih rendah. Jika nilai KRF kurang dari
nilai normal dapat menyebabkan hipoksia. Hewan pediatrik lebih rentan
terhadap efek dari anestesi, dimana hewan dapat mengalami hipoventilasi.
Pada kasus ini, bantuan ventilator sering diperlukan pada pasien pediatrik dan
juga kapnograf yang berguna untuk menilai status ventilasi hewan. Selain itu,
pasien neonatus dan pediatrik lebih rentan terkena hipoksia dan hiperkapnia
pada periode perianestetik, sehingga monitoring pernapasan yang tepat dan
praoksigenasi sebelum induksi anestesi semuanya dianjurkan untuk
meminimalkan risiko tersebut (Peterson dan Kutzler 2010).
 Suhu Tubuh
Hewan pediatrik bresiko terkena hipotermia karena massa tubuh
mereka yang kecil dan luas permukaan yang relatif besar. Pada periode
perianestesi, hewan pediatrik bahkan sangat rentan terhadap hipotermia
karena efek agen anestesi pada pusat thermoregulasi dan peripheral vasomotor
tone hilang. Selama anestesi, produksi panas berkurang (aktivitas otot
menurun, ketidakmampuan menggigil), dan hilangnya panas melalui konduksi,
konveksi, penguapan, dan radiasi. Semua faktor ini membuat hipotermia pada
periode perianestetik (Peterson dan Kutzler 2010).
Penggunaan teknik untuk meminimalkan kehilangan panas (meja
hangat, inkubator, meminimalkan penggunaan cairan dingin, selimut air
hangat) harus digunakan secara teratur sepanjang periode perianestetik. Efek
dari hipotermia meliputi perubahan kardiovaskular (bradikardia, hipotensi,
penurunan cardiac output, aritmia), waktu pemulihan berkepanjangan dan
metabolisme obat, serta peningkatan tingkat infeksi dan penurunan
penyembuhan luka.
Preanestesi Hewan Pediatrik

Pengamatan aspek fisiologi untuk pengawasan suatu anestesi dapat dikatakan


sempurna apabila seluruh perubahan aspek fisiologi dapat diamati. Fisiologi pada
hewan pediatrik berbeda dalam beberapa hal dibandingkan dengan anjing dan kucing
dewasa. Perbedaan ini perlu dipahami untuk mempertimbangkan pemberian anestesi
secara optimal dengan atau tanpa menggabungkan kombinasi obat seimbang, serta
pemberian dosis obat yang sesuai dan bijaksana. Perubahan aspek fisiologi yang
terpenting diamati selama periode anasetis adalah sistem kardiovaskuler, respirasi dan
suhu tubuh (Adams 2001, Flecknell, 1987). Kunci efektifitas anestesi dan tingkat
keamanan selama periode anestesi adalah dilakukannya pengawasan dan pemantauan
(monitoring) anestesi yang baik.

Preanestesi hewan pediatrik, puasa umumnya tidak dilakukan karena dapat


menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia, kecuali pada pasien dengan masalah
megaesofagus ataupun cleft palate, biasanya dilakukan puasa selama 1 - 2 jam untuk
mengurangi risiko muntah, regurgitasi, dan aspirasi. Hewan pediatrik yang makan
makanan padat mungkin memerlukan puasa tidak lebih dari 4-6 jam tetapi harus
memiliki akses terhadap air sampai 1-2 jam sebelum anestesi.

Tes laboratorium umum pada hewan pediatrik meliputi packed cell volume
(PCV), protein total (TP), glukosa darah, dan blood urea nitrogen (BUN). Pengujian
lebih lanjut mungkin dilakukan berdasarkan riwayat dan pemeriksaan klinis pasien.
Beberapa nilai biokimia dan hematologis pada pasien neonatal dan pediatrik berbeda
dengan hewan dewasa. Glukosa darah juga harus dipantau secara berkala dalam kasus
anestesi yang lama (> 45 menit) untuk mengidentifikasi perkembangan hipoglikemia.

Premedikasi

Premedikasi membantu meningkatkan kualitas induksi dan pemulihan tubuh,


serta menghambat perubahan fisiologis yang tidak diinginkan ( seperti: bradikardia),
dan umumnya memberikan efek analgesia. Pemilihan obat dan dosis premedikasi
tergantung dari individu masing-masing. Faktor-faktor seperti umur, temperamen,
dan status penyakit berpengaruh dalam pemilihan obat dan dosis. Secara umum,
premedikasi yang dipilih merupakan bolus tunggal atau kombinasi obat-obatan dari
golongan yang berbeda. Hal ini memungkinkan dosis obat berkurang terhadap
individual tertentu dan dapat membatasi efek samping yang tidak diinginkan sambil
tetap memberikan pengurangan stres secara optimal. Premedikasi yang umum
digunakan hewan pediatrik adalah opioid dan bezodiazepin.
Opioid sangat dianjurkan sebagai bagian dari protokol premedikasi yang
digunakan dalam kasus trauma dan operasi jaringan. Untuk pasien yang sangat muda
(Kurang dari 6-8 minggu) dan atau lemah, pemberian opioid tunggal dapat
memberikan efek sedasi yang sesuai. Pemberian opioid dengan dosis lebih mungkin
perlu diberikan pada kasus operasi yang lama dan atau menyakitkan. Semua opioid
yang umum tersedia dapat digunakan dengan aman pada pasien neonatal dan
pediatrik. Opioid dapat menyebabkan penurunan denyut jantung, tetapi dapat
diberikan obat antikolinergik sebagai antidote. Berikut merupakan obat-obat
kelompok opioid menurut Lukasik VM (2005).

Tabel 1 Obat premedikasi kelompok opioid


OpIoid Analgesik Morphine 0.05-0.25 mg/Kg IM
Hydromorphone 0.03-0.075 mg/Kg IM,IV
Oxymorphone 0.03-0.075 mg/Kg IM,IV
Buprenorphine 0.01-0.05 mg/Kg IM
Butorphanol 0.4-0.6 mg/Kg IM,IV

Benzodiazepin merupakan pilihan tepat untuk sedasi pada hewan pediatrik,


dimana memiliki sedikit efek kardiopulmoner dan memberikan relaksasi otot yang
baik. Premedakasi ini cenderung menghasilkan efek obat penenang yang dapat
diandalkan. Bila digunakan dalam kombinasi dengan opioid, efek benzodiazepin
sebagai sedatif sering kali lebih terasa ( Dosis 0.1 mg/kg IV, IO).

Anastesi Hewan Pediatrik

Anestesi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi


terhadap semua sensasi akibat induksi obat seperti hilangnya rasa nyeri, relaksasi otot,
dan hilangnya kesadaran. Obat anestesi umum terdiri atas golongan senyawa kimia
yang heterogen, yang mendepresi SSP secara reversibel dengan spektrum yang
hampir sama dan dapat dikontrol. Obat anastesi umum dapat diberikan secara inhalasi
dan secara intravena (IV). Obat anestesi secara inhalasi jarang digunakan pada hewan
pediatrik. Proses anestesi inhalasi relatif lambat, hal ini akan menyebabkan hewan
stress saat sebelum dioperasi. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa hampir
tiga kali lipat risiko kematian dengan induksi anestesi inhalasi lebih tinggi
dibandingkan dengan induksi anestesi secara IV. Obat anastesi umum yang
digunakan untuk hewan pediatrik secara intravena, yaitu propofol, alfaxalone,
etomidate, serta kombinasi midazolam dan ketamine (Lukasik 2005; Munaf 2008; ).

 Propofol
Propofol adalah anestesi umum injeksi turunan alkil penol (2,6-
diisopropylphenol) dengan pH netral, dan dapat diberikan dalam bentuk
emulsi minyak dalam air. Propofol mempunyai efek analgesia yang sangat
ringan akan tetapi efek sedasi dan hipnotiknya sangat kuat. Efek samping
penggunaaan propofol adalah hipotensi, apnea, tremor pada otot dan rasa
sakit pada tempat suntikan. Efek samping utama yang sangat dihindari dari
propofol adalah penekanan sistem respirasi. Efek samping tersebut sangat
berkaitan dengan dosis dan kecepatan penyuntikannya, keuntungan
penggunaan propofol akan diperoleh dengan cara mengkombinasikan
dengan agen anestetikum lain seperti, ketamin untuk menurunkan dosis dan
meminimalkan pengaruh buruk yang ditimbulkan (Stawicki 2007).
Propofol dapat dilarutkan dalam larutan garam atau dektrosa 5%
dalam air untuk digunakan pada anjing. Larutan tersebut lebih akurat dan
dapat melindungi efek samping terhadap respirasi dan kardiovaskular.
Periode pemulihan anestesi dengan propofol sangat cepat dan berjalan
dengan lembut, walaupun diberikan secara berulang-ulang. Pemulihan
anestesi dengan propofol pada anjing sekitar 20 menit (McKelvey dan
Hollingshead 2003).
 Alfaxalone
Alfaxalone (Alfaxan®) adalah steroid neuroaktif yang bersifat
anestesikum dan telah disetujui digunakan pada anjing dan kucing di banyak
negara seperti Eropa, Kanada, Australia, dan Amerika Serikat. Meskipun
alfaxalone merupakan molekul steroid, masih belum terbukti atau laporan
yang menyatakan alfaxolone memiliki sifat glukokortikoid atau
mineralkortikoid. Sifat anestetikum alfaxalone adalah hasil pengaruh dari
reseptor GABAA pada SPP (sistem saraf pusat) yang membuat reseptor
lebih sensitif terhadap efek inhibitor neurotransmiter GABA, meningkatkan
ion Cl transport, dan hiperpolarisasi membran sel neuron (Lukasik 2005).
Tidak seperti propofol, alfaxalone tidak berwarna jelas. Alfaxalone
umumnya menghasilkan induksi anestesi yang lancar dan cepat. Efek
kardiovaskular dan pernafasannya tampak mirip dengan propofol dengan
depresi pernafasan yang sedikit kurang. Alfaxalone memiliki metabolisme
yang cepat dan minimal efek kumulatif serta juga bisa digunakan untuk
maintenance anestesi. Pemberian alfaxalone harus secara perlahan melalui
IV (>60 detik) sehingga konsentrasi obat dalam darah dan otak memiliki
waktu untuk mencapai ekuilibrium. Pemberian secara perlahan dapat
menghindari administrasi jumlah obat yang berlebihan (dan tidak perlu) dan
meminimalkan efek pernapasan dan kardiovaskular yang tidak diinginkan,
hal ini biasanya tergantung pada dosis. Dosis yang dianjurkan untuk hewan
pediatrik (anjing dan kucing) yang sehat dan tidak dipreparasi, masing-
masing 2 dan 5 mg / kg. Pada hewan pediatrik yang mengalami gangguan
ataupun hewan gatiatrik sebaiknya diberikan premedikasi dengan obat
penenang atau analgesik (1-2 mg / kg untuk anjing dan 2-4 mg / kg untuk
kucing) (Lukasik 2005).
 Etomidat
Etomidat merupakan sedatif hipnotik imidazol yang biasanya
digunakan sebagai anestesi pada anjing dan kucing. Etomidat berbentuk
kristal putih, dapat larut dalam air, etanol, dan propilin glikol. Kombinasi
anestetikum dengan etomidat menghasilkan relaksasi otot yang baik tetapi
tidak menghasilkan analgesia dan durasinya sangat singkat seperti propofol,
karena metabolisme etomidat sangat cepat. Etomidat mempunyai pengaruh
yang minimal terhadap fungsi kardiovaskuler seperti denyut jantung, curah
jantung, dan tekanan darah. Etomidat dapat diberikan secara infusi IV
dengan kecepatan dosis 50 -150 µ/kg BB/menit. Pemberian etomidat cepat
melalui IV dapat menyebabkan hemolisis (Lukasik 2005).
 Kombinasi midazolam dan ketamin
Kombinasi diazepam atau midazolam dan ketamin akan menginduksi
anestesi dalam waktu 30 sampai 60 detik. Durasi bolus tunggal kira-kira 2
sampai 5 menit. Efek yang akan diperlihatkan berupa salivasi, apnea, dan
kekakuan otot, terutama dengan rasio volume 1: 1 dari midazolam: ketamin.
Akan tetapi refleks laringeal tetap dipertahankan (Lukasik 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Adams HR. 2001. Veterinary Pharmacology and Therapeutics Ed ke-8. United States
of America: Iowa State Press.
Flecknell PA. 1987. Laboratory Animal Anesthesia. New York : Academic Press.
Kramer S. 1997. Pediatric and geriatric small animal patients as risk groups in
anesthesia management. PubMed. 25(6): 42-637.
Lukasik VM. 2005. Anesthesia of the Pediatric Patient. Proceedings of the North
American Veterinary Conference. 53-55.
McKelvey D, Hollingshead KW. 2003. Veterinary Anesthesia and Analgesia Ed ke-3.
United States of America: Mosby.
Munaf S. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Palembang: EGC.
Peterson ME, Kutzler M. 2010. Small Animal Pediatrics: The First 12 Months of Life.
Amsterdam: Elsevier Health Sciences.
Stawicki SP. 2007. Common sedative agents. OPUS 12 Scientist. 1:8-9.
LAPORAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER HEWAN (PPDH)
ANESTESI ANJING DAN KUCING
PADA HEWAN PEDIATRIK

Dosen Pembimbing:
Prof Drh Deni Noviana, PhD

Disusun oleh :
Septi Dewi Cahaya, SKH
B94164343

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017

Anda mungkin juga menyukai